.

The Thrill of Chase

.

By Lynda Chance

.

~.~

.

CHANBAEK – HUNHAN – KAISOO

GS for Uke

.

.

Ini BUKAN karya Cactus93, Cactus93 hanya me-remake dan berbagi cerita yang Cactus93 sukai. Cactus93 hanya mengganti nama pemeran, mungkin dialog yang sesuai dengan keadaan.

.

.

RATE M

.

.

Please read a/n^^

.

Hope u will enjoy this remake^^

Happy reading

.

.

Previous Chapter

"Terima kasih telah mengirimnya. Aku membutuhkannya. Aku membutuhkanmu. Aku tadi menjalani hari yang buruk. Apa yang aku inginkan adalah kekacauan ini berakhir, agar kebakaran bisa dikendalikan. Aku ingin pulang. Aku ingin akhirnya tenggelam ke dalam dirimu. Itu seharusnya terjadi kemarin malam. Kau tahu?"

Kyungsoo tidak mencoba untuk menyanggahnya. "Aku tahu."

"Aku menginginkan itu terjadi."

"Aku juga."

"Kau berhati-hati, sayang. Jaga diri baik-baik sampai aku pulang. Ok?"

"OK. Kau juga."

"Malam."

"Selamat malam."

Kyungsoo meletakkan ponselnya, menarik baju tidurnya ke bawah dan meringkuk seperti bola. Hal ini berarti semua mimpinya bisa menjadi kenyataan. Jika Jongin memiliki perasaan yang sama terhadapnya seperti apa yang ia rasakan terhadap Jongin. Jika apa yang Jongin rasakan lebih dari sekedar nafsu dan gairah semata.

Kyungsoo hanya bisa menunggu dan melihat.

.


.

Jongin bersandar pada tempat tidur hotel dan mentransfer foto-foto Kyungsoo dari ponsel ke laptopnya. Saat itu selesai, Jongin mengamati empat foto itu dengan cepat lalu mengamati lagi dengan pelan.

Gairahnya meningkat dengan kebutuhan yang hebat.

Tidak diragukan Kyungsoo itu cantik. Jongin selalu tahu itu. Kyungsoo tinggi dan langsing dan ia memiliki wajah yang menawan dengan mata bulat menggemaskan.

Kyungsoo seharusnya sudah menjadi miliknya sejak lama.

Saat Jongin memandang foto-foto itu, Jongin mengamati setiap inchi tubuh Kyungsoo. Setiap inchi yang diizinkan oleh Kyungsoo. Pandangan Jongin bergerak ke aras kaki mulus Kyungsoo, ke atas pahanya dan turun lagi ke kaki mulusnya. Pandangan Jongin terfokus pada ketidaksempurnaan di paha kanan Kyungsoo dan Jongin mengamati dengan bertanya-tanya sampai kenangan dari masa lalu menghancurkan hatinya.

Kyungsoo baru saja berumur lima belas tahun. Ayah Kyungsoo bekerja dalam shift di sebuah pabrik Kimia dan biasanya ayahnya tidur sepanjang hari. Ibunya bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit lokal. Kyungsoo adalah anak satu-satunya dan menghabiskan banyak waktunya di rumah Jongin dengan Baekhyun. Suatu hari, ayah Jongin sedang bekerja dan ibu Jongin baru saja pergi ke toko bahan makanan.

Kyungsoo dan Baekhyun menghabiskan berjam-jam liburan musim panas dengan bersepeda, berenang di kolam renang tetangga dan menjelajahi lingkungan pinggiran kota di mana keluarga mereka berdua tinggal.

Kenangan Jongin menjadi semakin tajam pada kejadian itu.

Baekhyun berlari ke dalam rumah berteriak mencari ibu mereka. Jongin sudah pulang dari pekerjaan musim panasnya dan Jongin mencoba untuk menenangkan Baekhyun. Baekhyun mulai menarik tangan Jongin dan mengatakan bahwa Kyungsoo terluka.

Jongin masih bisa mengingat cengkeraman ketakutan Baekhyun.

Jongin berlari ke jalan bersama Baekhyun, mungkin enam atau tujuh rumah dan menemukan Kyungsoo tergeletak di rumput hijau, darah mengalir dengan cepat ke bawah kakinya.

Jantung Jongin hampir saja berhenti berdetak.

Saat itu tengah hari dan orang-orang di sekitar lingkungan mereka sedang sunyi. Kebanyakan orang dewasa sedang bekerja dan anak-anak sedang berada di penitipan.

Jongin berlutut di sebelah Kyungsoo dan mata Kyungsoo terangkat memandangnya. Jongin bisa melihat rasa sakit yang tergambar di mata Kyungsoo, juga rasa percaya, kepada Jongin, percaya bahwa Jongin tahu apa yang harus dia lakukan. Bahwa Jongin bisa mengatasi situasi.

Suara Kyungsoo gemetar. "Aku pikir ini b-buruk. Sakit. Aku t-takut untuk melihat."

Jongin menarik nafas dalam dan menyapukan tangannya ke pipi Kyungsoo, mengangkat dagunya dan memandang jauh ke dalam mata Kyungsoo. "Ini akan baik-baik saja, Kyungsoo. Kau tak perlu melihat. Aku akan melihatnya. Pandang aku saja, OK?"

Dengan anggukan Kyungsoo, mata Kyungsoo memandang dengan seksama ke wajah Jongin, Jongin menurunkan tangannya ke kaki Kyungsoo dan dengan hati-hati menggeser jemari Kyungsoo yang menutupi lukanya.

Jongin berharap dia melihat luka lecet yang parah, tapi itu bahkan lebih dari itu. Kyungsoo terpotong sangat parah. Tidak hanya luka tertusuk, bahkan dalam dan bergerigi. Dan panjang. Darah mengalir deras dari lukanya, tapi lukanya tidak dekat dengan pembuluh darah, jadi lukanya tidak mengancam nyawa. Tapi darah yang mengalir harus dihentikan dan Jongin bisa mengatakan lukanya perlu dijahit.

Tidak diragukan.

Jongin tidak perlu mengatakan hal itu dulu kepada Kyungsoo. Jelas Kyungsoo tidak bisa berjalan, sepedanya masih berada di jalan di sebelah trotoar di mana kecelakaan itu terjadi. Baekhyun sudah memakai sepeda Baekhyun sendiri untuk pulang dan mencari pertolongan.

"Semua akan baik-baik saja, angel. Tapi aku yakin ibumu ingin melihat ini. Apakah dia masih berada di rumah sakit hari ini?" Jongin menjaga suaranya untuk tetap tenang.

Mata Kyungsoo masih menempel pada Jongin dan dengan anggukan Kyungsoo, Jongin menoleh kepada Baekhyun yang sedang berdiri mengamati.

Jongin merogoh saku celananya untuk mencari kunci, lalu menyerahkan kuncinya kepada Baekhyun. Kedua gadis ini telah belajar untuk mendapatkan izin mengemudi, tapi bukan izin mengemudi yang sebenarnya. "Bawa sepeda Kyungsoo kembali ke rumah dan bawa Mustang kemari. Ok?"

Bola Mata Baekhyun membesar. Jongin tidak pernah membiarkan Baekhyun meyentuh mobilnya. Tidak pernah. Dan Jongin bisa mengatakan bahwa Baekhyun bisa paham apa maksud semua ini. Betapa buruk hal yang terjadi. Baekhyun menelan ludah dengan gugup dan melihat kembali ke luka di kaki Kyungsoo yang sekarang ditekan oleh Jongin.

"Ok Baek? Aku ingin kau fokus. Bawa sepeda Kyungsoo pulang dan bawa mobilku kemari. Mobilku seperti mobil punya ibu. Mobilku otomatis. Tidak ada bedanya. Putar kuncinya, bawa ke jalan dan bawa kemari. Kau bisa melakukannya. Jangan khawatir, pergi dan ambil mobilnya." suara Jongin keras tapi tegas.

Baekhyun mengangguk, wajahnya benar-benar pucat tapi kemudian Baekhyun berbalik dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Jongin.

Jongin tetap memberikan tekanan kepada luka Kyungsoo dan mencoba untuk mengalihkan pikiran Kyungsoo dari rasa sakit. " Apa yang terjadi?"

"Tadi ada k-kucing putih gila."

"Kuncing bermata merah dan buntut tebal?"

"Ya. Dia berlari tepat di bawah roda sepedaku. Aku t-tidak tahu bagaimana aku bisa melewatkannya."

"Apa yang membuat kau terluka?" Jongin berpikir mungkin Kyungsoo perlu mendapatkan suntik tetanus.

"Aku tidak tahu."

Baekhyun mendekat dengan membawa mobil hanya dengan kecepatan sepuluh mil per jam.

Baekhyun memarkirkan mobil dan melompat keluar mobil.

Jongin bicara kepada adik perempuannya. "Gadis pintar. Aku akan membawa Kyungsoo kepada ibunya di rumah sakit. Jika kau ingin ikut, naik ke kursi belakang."

Baekhyun melompat ke kursi belakang dan Jongin menggendong Kyungsoo.

Jongin melihat Kyungsoo menggretakkan giginya saat Jongin tidak sengaja menggoncangkan tubuh Kyungsoo. "Maaf." Jongin meminta maaf.

Kyungsoo masih memandang Jongin. Mereka tidak pernah melepaskan pandangan dan Jongin merasa bahwa dia adalah pusat dari kehidupan Kyungsoo. Ini perasaan yang membahagiakan.

Kenangan perjalanan ke rumah sakit kabur di pikiran Jongin. Jongin hampir tidak bisa mengingatnya. Hanya kenangan bahwa mereka terburu-buru agar rasa sakit Kyungsoo segera hilang.

Ibu Kyungsoo sedang membantu operasi saat mereka sampai di sana.

Rumah sakit tempat ibu Kyungsoo bekerja hanya sebuah rumah sakit dengan fasilitas menengah dan ibu Kyungsoo sudah lama bekerja di sana. Mereka menunggu dengan segera setelah Jongin memberikan kepada resepsionis nama Kyungsoo dan mengatakan kepada mereka siapa ibu Kyungsoo.

Mereka di tempatkan di sebuah ruangan dan menunggu hanya beberapa menit sebelum dokter datang. Dokter yang datang seorang profesional, memanggil Kyungsoo dengan nama "Nona Do," dan memberi tahu dengan tenang bahwa ibu Kyungsoo sudah memberikan izin kepadanya untuk melakukan prosedur yang harus dilakukan, tapi tidak ada yang bisa menggantikan ibunya dan ibunya sedang berada di tengah-tengah operasi.

Ibu Kyungsoo tidak bisa datang.

Jongin mengamati wajah Kyungsoo saat dokter menjelaskan semua itu kepada Kyungsoo. Saat Kyungsoo menyadari bahwa ibunya tidak bisa datang, mata Kyungsoo melayang kepada Jongin dengan panik dan tidak melepaskannya.

Jongin tidak akan pernah melupakan sampai dia mati apa yang Jongin rasakan saat pandangan Kyungsoo jatuh padanya dan memandangnya dengan kebutuhan. Untuk dukungan. untuk arahan. untuk pertolongan.

Baekhyun sahabat Kyungsoo dan duduk tepat di sebelah Jongin, tapi mata Kyungsoo jatuh kepada Jongin. hanya Jongin. Di dalam perlawanan rasa sakit, takut dan butuh.

Jongin tak akan pernah lupa apa rasanya. Tapi Jongin tak bisa menggambarkannya. Jongin ingat rasa sakit saat merasakan kesakitan yang Kyungsoo alami. Jongin ingat dia ingin melakukan sesuatu, apapun untuk menghilangkan rasa takut dari Kyungsoo. Jongin ingat merasa spesial, seperti tergantung padanya untuk membuat hal ini lebih baik bagi Kyungsoo.

Jongin tidak ragu, hanya berdiri dan berjalan ke arah dimana Kyungsoo duduk di atas meja, kakinya terangkat. Jongin berjalan ke sebelah Kyungsoo, mengangkat tangan Kyungsoo ke atas tangannya dan menggenggamnya dengan erat.

Jongin bicara kepada dokter.

"Aku Byun Jongin , Dok. Teman baik Kyungsoo. Aku 18 tahun dan aku akan mendampinginya."

Jongin memandang lurus kepada pria yang lebih tua itu tapi Jongin merasa Kyungsoo menghembuskan nafas dalam dan sedikit rileks.

Dokter memandang Jongin sebentar dan mengangguk. Lalu dokter itu memandang Baekhyun yang masih pucat seperti hantu. "Itu tidak apa-apa, tapi kupikir wanita muda ini harus membuat dirinya nyaman di ruang tunggu."

Baekhyun berdiri dan memandang Kyungsoo dengan pertanyaan di matanya.

"Tidak apa-apa Baek. Aku a-akan baik-baik saja." Jongin merasa Kyungsoo menggenggam tangannya lebih erat saat Kyungsoo menjawab pertanyaan Baekhyun yang tidak terucap.

Baekhyun mengangguk dan meninggalkan ruangan.

Setelah itu, kenangan dalam pikirannya kembali kabur. Jongin ingat seorang suster masuk, bicara dengan nada yang menenangkan tapi tangan Kyungsoo tidak pernah melepaskan Jongin. Jongin ingat suster itu bergerak mengelilingi Jongin beberapa kali saat suster itu menyiapkan segala sesuatu.

Kyungsoo mendapat sepuluh jahitan, tapi yang paling buruk adalah suntikan sebelum tindakan pengobatan yang sebenarnya. Dokternya bertindak lembut dan mengatakan kepada Kyungsoo bahwa Kyungsoo akan merasa seperti di cubit. Pandangan Kyungsoo jatuh kepada Jongin lagi dengan kegelisahan dan Jongin bersandar ke depan ke arah Kyungsoo dan berbisik di telinganya. "Semua akan baik-baik saja, sayang. Aku di sini, angel. Berpegangan padaku."

Dokter baru saja selesai saat ibu Kyungsoo datang dengan keprihatinan lalu kelegaan mengalir ke dalam wajahnya.

Jongin ingat pergolakan rasa sakit yang tiba-tiba muncul dan sesal saat dia harus menjauh dari Kyungsoo untuk memberikan ruang kepada ibu Kyungsoo yang segera memeluk Kyungsoo.

Jongin tersadar dari lamunannya saat dia melanjutkan memandang foto kaki mulus Kyungsoo. Lukanya sudah sembuh dengan baik. Jika seseorang tidak tahu bahwa ada bekas luka di sana, mereka tidak akan mampu untuk mengenalinya.

Rasa posesif yang tajam melanda Jongin. Jongin tahu rasa itu ada pada dirinya.

oOo

.

Selasa malam ponsel Kyungsoo berbunyi. Byun Baekhyun muncul di layar. Realisasi melanda Kyungsoo dengan senyum lembut. Kyungsoo harus merubah itu. Apakah Kyungsoo akan terbiasa untuk berpikir tentang sahabatnya berganti nama menjadi Park Baekhyun sekarang?

Kyungsoo mengangkat ponselnya. "Kau seharusnya sedang berbulan madu!"

Baekhyun menjawab dengan tertawa "Aku sedang berbulan madu dan ini menyenangkan!"

"Apakah kau bahagia?" Kyungsoo bertanya, walau dia sudah tahu jawabannya.

"Tentu saja. Dia pria yang aku inginkan. " Suara Baekhyun tegas dan yakin.

"Aku tahu dia yang kau inginkan, Baek," Kyungsoo berkata.

"Kau pernah tidak menyukainya," Baekhyun mengingatkan Kyungsoo.

"Ya. Aku juga tak tahu bahwa pria itu tergila-gila padamu. Aku hanya menjagamu." Belum lama Kyungsoo tahu apa yang sebenarnya Chanyeol inginkan dari sahabatnya.

"Aku tahu. Tidak apa-apa. bagaimana denganmu?" Baekhyun bertanya kepada Kyungsoo.

"Bagaimana dengan aku?" Suara Kyungsoo ragu.

"Yang benar Kyungsoo? kau berhubungan dekat dengan kakakku di resepsi pernikahanku dan kita akan memainkan permainan ini?"

Suara Baekhyun bernuansa rasa tidak percaya.

"Dia mendapatkan panggilan sebelum hal apapun dapat terjadi. Dia sekarang berada di Yeoksam untuk memadamkan kebakaran hebat."

Sejenak Baekhyun terdiam sebelum Baekhyun menjawab Kyungsoo. "Sial. Aku tidak tahu tentang itu. Apakah dia menciummu?"

"Ya." Kyungsoo tidak keberatan Baekhyun tahu. bahkan itu sebuah kelegaan.

"Oh Tuhan. Kau dan kakakku. Sahabatku dan kakakku. Aku kaget."

"Bagaimana kau bisa kaget? Apakah kau serius mengatakan padaku bahwa kau tak pernah tahu aku tertarik padanya?" Kyungsoo sudah bertanya-tanya soal ini sejak lama. Apakah Baekhyun tahu perasaan Kyungsoo kepada kakaknya?

"Aku tidak pernah tahu." Kata Baekhyun tulus.

"Hmmm, kurasa aku menyembunyikannya dengan baik kalau begitu," Kyungsoo berkata.

"Kurasa begitu." Baekhyun menyetujuinya dengan lembut.

"Apa kau tidak keberatan?" Kyungsoo bertanya.

"Serius? Aku sayang kamu! Kau adalah sahabat baikku. Sekarang kau akan menjadi kakak perempuanku. Aku-"

Kyungsoo memotong kata-kata Baekhyun. "Whoa. Pelan-pelan. Jangan meletakkan kesialan di sana."

"Jadi, itu yang kau inginkan?" Baekhyun bertanya kepada sahabatnya.

"Dengan seluruh hatiku." kata-kata Kyungsoo lembut.

Kesunyian melanda kedua sahabat ini sampai Baekhyun bicara, "Aku berharap hubungan kalian berdua berjalan dengan baik. Aku berharap demi diriku hubungan kalian akan berjalan dengan baik.

Tolong, tolong, katakan kepadaku bahwa kau dan aku akan baik-baik saja tidak perduli apa yang akan terjadi pada kalian berdua."

"Jangan pernah berpikir begitu. Kita baik-baik saja. Aku tidak bisa kehilanganmu Baekhyun. Kau dan Luhan adalah sahabatku. Aku tidak ingin kehilangan kalian berdua."

Rasa ragu dan takut melanda Kyungsoo jauh ke dalam dirinya. Banyak hal yang Kyungsoo bisa dapatkan dari hubungannya dengan Jongin. Tapi banyak hal juga yang akan hilang dari Kyungsoo jika hubungan mereka berubah menjadi buruk.

"Kupikir Luhan tahu, kan?" Kyungsoo bertanya.

"Ya. Dia yang bilang padaku. Sehun yang menemui kalian berdua, ingat?"

"Ya. Aku ingat. Apakah Luhan tidak keberatan? maksudku dengan aku dan Jongin?"

"Tentu. Dia sayang padamu sebesar aku menyayangimu. Ini akan sempurna. Kita semua akan menjadi keluarga besar yang bahagia."

"Aku takut, Baek, " Kyungsoo mengakuinya dengan suara pelan.

"Aku tahu itu. Tapi kau sendiri yang bilang, Kakakku seorang pria yang baik. Kau pantas mendapatkannya. Dia pantas mendapatkanmu. Ini akan baik-baik saja. Jangan takut untuk mengejar apa yang akan membuatmu bahagia."

"Terima kasih Baek. terima kasih untuk pengertiannya." Kyungsoo menjawab.

"Tidak masalah. Aku harus pergi sekarang. Chanyeol bilang Sehun sudah mendahuluinya mahir menaruh bayi ke dalam rahim. Itu kata-katanya. Kami harus menyusul mereka." Suara Baekhyun berubah menjadi bersemangat.

"Apakah kau serius? Kau sedang berusaha untuk hamil?" Kyungsoo tidak bisa menyembunyikan sedikit rasa kaget dalam suaranya.

"Tidak begitu berusaha. Hanya berlatih dan tidak melakukan apapun untuk mencegahnya."

Kyungsoo tertawa geli. "Semoga berhasil dengan itu semua, Baek."

"Terima kasih. Aku akan menelponmu lagi nanti. Good luck dengan kakakku. Bye."

"Bye." Kyungsoo melemparkan ponselnya dan bertanya-tanya bagaimana dia bisa bertahan sampai Jum'at.

oOo

.

Sisa minggu merangkak seperti siput. Kyungsoo tidak lagi menerima chat dari Jongin, tapi ia tidak berpikir ada hal yang perlu dikhawatirkan dengan itu. Ia tahu Jongin masih akan tetap pulang Jumat malam. Ia tahu Jongin masih serius untuk datang menemuinya.

Ia yakin soal itu. Suara Jongin tegas; kata-katanya kukuh bahwa Kyungsoo sesuai dengan apa yang Jongin inginkan. Perasaan seperti itu tidak akan hilang hanya dalam waktu satu malam.

Kyungsoo juga tahu Jongin sehat. Jongin pasti sehat karena jika tidak Kyungsoo pasti telah mendapat kabar. Adik perempuan Jongin pasti akan mengetahui jika sesuatu terjadi padanya dan Baekhyun pasti telah memberitahunya. Kyungsoo juga menonton berita. Kebakaran hebat di Yeoksam, walau hebat, tapi dapat di atasi dan tidak ada kematian atau kecelakaan buruk lainnya.

Jadi Kyungsoo tahu segala sesuatunya baik-baik saja dan apa yang harus dia lakukan adalah hidup sampai Jumat malam. Hal itu terbukti menjadi bagian yang sulit.

Kyungsoo menelpon Luhan pada hari Kamis dan mereka bertemu di kota untuk makan siang di sebuah restoran dekat dengan tempat kerja mereka berdua.

Dengan terburu-buru Luhan menghampiri Kyungsoo dan memeluknya dan bicara langsung ke inti. "Sehun bilang Jongin menciummu. Apakah dia menciummu? Kapan kau akan bertemu dengannya lagi?"

Kyungsoo mengarahkan Luhan ke meja mereka dan kedua wanita ini duduk sebelum dia menjawab. "Bagaimana bisa kau mempunyai energi yang begitu besar? Bukankah kau seharusnya mengalami morning sickness atau sejenisnya?"

"Aku baik-baik saja memasuki tiga semester kedua kehamilan. Kau tahu itu. Aku baik-baik saja. Berhenti mencoba untuk mengalihkan perhatianku. Kita bisa membicarakan urusan bayi selama makan makanan penutup nanti."

"Makanan penutup?"

"Kau pikir aku tidak akan makan makanan penutup?"

"Kupikir kau adalah wanita hamil paling cantik yang pernah kulihat. Apakah Sehun masih menyimpanmu dengan gembok dan anak kunci?"

"Dia sudah lumayan tenang sedikit karena aku sekarang cukup bulat hingga mulai susah berjalan. Aku punya firasat dia akan mencoba untuk menjaga tubuhku tetap seperti ini."

"Well, kau terlihat cantik. Dan ya, Jongin menciumku."

"Ok, sekarang kita mengarah ke suatu tempat. Apakah itu asyik?"

"Pernahkah kau melihat Jongin?" Kyungsoo menggoda.

"Ya dan dia bukan keluarga yang cukup dekat denganku untuk tidak bisa mengatakan padamu betapa menawannya dia. Tindakan yang bagus Kyungsoo."

"Aku belum melakukan apapun." Suara Kyungsoo mengandung kegelisahan.

"Jangan mencoba untuk membodohiku. Sehun mengatakan padaku apa yang dia lihat. Maksudku dia bilang padaku setiap detail yang kecil. Dan dia bilang padaku dengan cara seorang pria bicara. Kau tahu, cara seorang pria bicara dengan pria lainnya." Luhan tertawa.

"Aku belajar itu darinya sekarang karena kami sudah menikah. Dia mengatakan semuanya. Dan ini pendapatnya bahwa Jongin tertarik padamu."

"Benarkah? Sehun bilang begitu?"

"Ya. Dia mengatakannya dan dia mempercayainya. Dia menggambarkan padaku dengan perkataan ada sesuatu di mata Jongin."

"Jadi, bagaimana menurutmu?" Kyungsoo bertanya padanya.

"Kupikir kau harus berpikir kapan kau melangsungkan pernikahan di bulan apa. Aku akan menjadi pendamping wanita lagi, kan? Entah itu akan menjadi sangat cepat, atau kau harus memberikan aku waktu beberapa bulan untuk mengurangi berat badanku. Tidak berarti aku berencana untuk menambah banyak berat badan."

"Ok. Aku akan bicara denganmu seperti aku bicara dengan Baekhyun. Jangan mendatangkan kesialan!"

"Aku tidak boleh bicara tentang pernikahan?"

"Tidak. Jangan dulu. Jika Jongin mendengar bahwa kau dan adik perempuannya sudah merencakan pernikahannya, dia akan lari. Kau tahu bagaimana laki-laki."

"Ok. Aku setuju. Aku akan mengikuti instruksimu." Luhan bicara dengan tersenyum.

"Kau tahu kan Baekhyun mungkin akan segera hamil juga?"

"Apa kau serius?"

"Tentu, jika takdirnya begitu, kurasa. Mereka tidak melakukan apapun untuk mencegah kehamilan. Aku berharap itu bukan rahasia. Dia tidak bilang padaku agar jangan memberitahumu soal ini."

Luhan tertawa. "Wow."

"Ya, aku tahu. Chanyeol mendesak Baekhyun tentang bagaimana Sehun sudah mendahuluinya."

"Oh tuhan! Laki-laki. Mereka gila. Tapi akan sangat asyik jika itu terjadi. Pikirkan. Anak-anak Sehun dan Chanyeol akan menjadi sepupu. Lalu kalian semua akan memiliki anak-anak, mereka semua akan menjadi sepupu!"

Kyungsoo memberikan tatapan menjengkelkan kepada sahabatnya.

"Jangan bicarakan hal itu." Suaranya pelan. "Hanya pastikan bahwa kau memikirkan aku jika kau melihat bintang jatuh."

.

ooOoo

.

Kyungsoo sudah siap dan menunggu Jumat malam saat bel pintunya berbunyi.

Jongin tidak pernah menelpon. Dia juga tidak pernah menulis chat.

Dia hanya muncul.

Walau bagaimanapun Kyungsoo sudah siap.

Kyungsoo membuka pintu dan berdiri mundur, memberikan ruang bagi Jongin untuk masuk.

Jongin masuk, menyapukan pandangannya kepada Kyungsoo, menutup pintu, berbalik dan bersandar pada pintu.

Kyungsoo berdiri dengan kaki yang gemetar saat Jongin bersandar pada pintu dan memandangnya. "Hai," Kyungsoo bicara.

"Hey." Mata Jongin menyapukan pandangannya ke atas dan ke bawah tubuh Kyungsoo.

Kyungsoo mengigit bibirnya dan menarik nafas dalam. "Apakah kau lapar?"

"Tidak, kau?" Suaranya terdengar santai, tapi Kyungsoo tahu Jongin tidak santai.

"Tidak," Kyungsoo menjawab Jongin dengan lembut.

Sunyi.

Kyungsoo mencoba lagi. "Apakah kau ingin sesuatu untuk di minum?"

"Tidak." Jawaban Jongin pendek, final.

"Ok."

Jongin mengangkat satu alis, "Hanya itu? Semua basa-basi sudah ditanyakan, sayang?"

Kyungsoo gemetar. "Ya."

Jongin mendorong pintu dengan sepatu kets-nya dan berjalan menuju Kyungsoo. Jongin mengayunkan tubuh Kyungsoo dan menggendongnya, satu lengan gagah di bawah punggung Kyungsoo dan satu lagi di bawah kakinya.

Jongin berjalan melewati ruang keluarga menuju lorong yang menuju ke beberapa kamar tidur. "Yang mana?"

Kyungsoo mengarahkan Jongin dengan tangannya,terlalu terpukau untuk bicara.

Jongin menurunkan Kyungsoo di atas tempat tidur dan Jongin duduk di tepi tempat tidur dan membuka sepatu boot-nya. Sepatunya jatuh ke lantai satu persatu dengan suara keras.

Jongin menarik kaosnya lewat bahunya dan melemparkannya ke lantai. Jongin duduk sebentar dengan ketampanannya, punggung telanjangnya menghadap Kyungsoo dan Kyungsoo tidak dapat menahan godaan ini.

Kyungsoo berlutut di belakang Jongin dan memeluk Jongin, tubuh bagian depan Kyungsoo menempel pada punggung Jongin. Tangan Kyungsoo meraih bahu Jongin lalu Jongin meraih tangan Kyungsoo dan menempatkannya diatas tangannya dan memandang Kyungsoo lewat bahunya.

Kyungsoo meraih bibir Jongin di atas bibirnya.

Jongin membiarkan Kyungsoo mendapatkan ciumannya lalu Jongin berdiri dan mengangkat tubuhnya. Jongin menelanjangi Kyungsoo, berawal dengan kaos dan branya lalu diikuti celana jeans dan celana dalamnya.

Tangan Kyungsoo meraih restleting celana Jongin dan Jongin menolong Kyungsoo dengan membuka kancing celananya. Mereka mendorong celana jeans Jongin ke bawah pinggulnya juga bersamaan dengan celana dalamnya.

Akhirnya telanjang, akhirnya bersama, mereka kembali ke atas tempat tidur.

Mereka saling memandang saat Jongin memegang wajah Kyungsoo dengan telapak tangannya. "Kau seperti demam yang tidak pernah bisa pergi."

Kyungsoo menarik nafas "Apakah kau ingin demam itu menghilang?"

Mata Jongin memancar dengan liar. "Bagaimana menurutmu?"

Jongin mendorong Kyungsoo. Kakinya berada di antara paha Kyungsoo dan Jongin mendorong lutut Kyungsoo jauh ke samping sampai Jongin berada tepat di mana yang selama ini dia inginkan.

Tubuh Kyungsoo sedikit gemetar dan Jongin sadar tubuhnya juga demikian.

Jongin menunduk dan mencium Kyungsoo dengan semua rangsangan dan gairah yang lama terkekang dan melanda tubuhnya. Kyungsoo akhirnya berada di pelukanya, akhirnya berada dimana dia seharusnya berada. Sudah berapa tahun dia menginginkan Kyungsoo?

Sudah berapa kali Jongin melihat kaki enam-belas-tahun Kyungsoo yang mengintip di bawah kaos yang dia kenakan saat dia bermalam dengan Baekhyun? Berapa kali Jongin sudah mandi air dingin hanya untuk meredakan apa yang dia rasakan lalu mengganti airnya menjadi panas saat Jongin menempatkan tangannya ke bawah dan melakukan masturbasi sebagai pelepasan sementara Jongin membayangkan Kyungsoo? Terlalu banyak untuk bisa dihitung.

Jongin mencium Kyungsoo cukup lama, selama yang mampu Jongin lakukan, selama dia memeluk Kyungsoo, siap untuk menusuk seperti yang sudah dia inginkan sepanjang dia hidup.

Lidah Jongin mengeras di mulut Kyungsoo saat Jongin mencoba untuk menarik oksigen dan mencoba untuk tidak melepaskan Kyungsoo dari pelukannya. Kebutuhan dalam diri Jongin memohon untuk tidak melepaskan mulut Kyungsoo. Jongin sudah lama menginginkan hal ini.

Jongin mencium Kyungsoo dengan kemarahan yang melanda ke dalam aliran darahnya dari bertahun-tahun penantian terhadap Kyungsoo.

Jongin tak akan pernah ingin melepaskan Kyungsoo lagi.

Kyungsoo tenggelam ke dalam gairah. Gairah akan Jongin. Jongin menciumnya dengan kebutuhan yang buas dan Kyungsoo secara fisik harus melepaskan mulut Jongin untuk menarik oksigen.

Bibir Jongin bergerak ke telinga Kyungsoo dan tangan Jongin erat di payudara Kyungsoo. Nafas panas Jongin membasuh telinga Kyungsoo. "Ya Tuhan, aku sudah lama menginginkanmu, sampai rasanya sakit untuk memikirkannya."

"Aku juga." Kyungsoo berbisik.

"Aku tidak ingin menunggu lagi."

"Jangan menunggu." Kyungsoo mendesak Jongin.

Jongin menggerakkan tangannya ke wajah Kyungsoo dan memandang mata Kyungsoo.

Kyungsoo memandang Jongin saat Jongin mulai mendorong ke arahnya.

Perasaan yang tidak bisa digambarkan. Kyungsoo tidak pernah merasakan hal seperti ini, semua ini seperti apa yang dia impikan.

Jongin menusuk ke dalam Kyungsoo sedikit demi sedikit dan panas, Emosi yang manis melanda Jongin dengan cengkeramannya sampai Jongin berada di dalam diri Kyungsoo sejauh yang dia bisa lakukan.

Jongin menutup matanya dan mendorong lebih keras lalu lebih keras.

Jongin membuka matanya untuk melihat Kyungsoo yang memandangnya, melihat ke dalam jiwanya.

"Kau sudah tahu, kan?" Suara Jongin serak.

Kyungsoo memejamkan matanya perlahan saat suara Jongin membasuh panca inderanya.

Jongin menarik ke luar dengan lembut dan menusuk kembali.

Kyungsoo mendesah dan membuka matanya.

Jongin menusuk kembali. Kyungsoo mulai bergerak bersama Jongin, dengan gerakan yang singkron yang membuat mereka berdua mendesah mencari udara.

Jongin menunduk dan mencium Kyungsoo dengan lembut lalu menggerakkan mulutnya ke telinga Kyungsoo. "Kau sudah tahu kan, Kyungsoo?" Jongin menarik ke luar dan mendorong ke dalam. "Kau tahu aku mencintaimu, kan? Kau tahu aku mencintaimu dan selalu mencintaimu?"

Dengan kalimat pengakuan lembut itu, Kyungsoo bergelimang orgasme dalam pelukan Jongin dalam aliran gairah dan kenikmatan. Kyungsoo memeluk Jongin dengan erat dan orgasme Kyungsoo pelan-pelan mereda sementara Jongin terus memompa ke dalam Kyungsoo dengan pandangan nafsu posesif di wajahnya. Jongin begitu tampan. Jongin persis seperti apa yang Kyungsoo inginkan.

Kyungsoo menyapukan tangannya ke atas dan ke bawah bisep Jongin saat pinggul Jongin terus menusuk ke dalam dirinya berkali-kali. Jongin membuka matanya dan Kyungsoo memandang ke dalam jiwa Jongin.

"Aku juga mencintaimu." Kyungsoo mengangkat tangannya ke wajah Jongin. "Dan aku akan selalu mencintaimu."

Jongin menggeram, getaran dalam muncul dari dalam dadanya dan melayang melewati batas, aman di lengan Kyungsoo.

.

oOo

.

EPILOG

Byun Kyungsoo membawa keranjang buah ke halaman belakang dan meletakkannya di atas meja piknik. Kyungsoo memandang ke sekeliling halaman dengan kebahagiaan. Semua sudah siap untuk second Saturday –hari Sabtu kedua setiap bulannya, hari libur dimana orang tidak perlu bekerja yang biasa digunakan untuk berpesta.-

Ia, Baekhyun dan Luhan mulai merayakan second Saturday enam tahun lalu, satu bulan setelah Kyungsoo dan Jongin pulang dari bulan madu mereka.

Awalnya hanya enam dari mereka yang hadir, tapi hal itu hanya berlangsung beberapa bulan saja sebelum Luhan melahirkan bayi perempuannya. Anak perempuan yang mengagetkan semua orang, tapi tidak diragukan membuat Luhan bahagia dan membuat Sehun merasa luar biasa. Luhan pergi berkerja pada hari Senin setelah second saturday dan bulan depannya, mereka sudah membawa bayi perempuan bersama mereka. Oh Ziyu merupakan pecapaian besar dan dicintai oleh semua bibi dan pamannya.

Tiga wanita ini sudah lama memutuskan bahwa semua orang dewasa akan menjadi bibi dan paman, walaupun secara teknis hanya anak Baekhyun dan Kyungsoo yang merupakan sepupu. Cukup membingungkan untuk sepupu kedua, atau sebutan sepupu pertama sudah dihilangkan atau apapun nama hubungan diantara mereka, untuk mengetahui siapa bibi atau paman atau siapa sepupu tertua.

Dan sejak hari itu Luhan dan Sehun sudah memperkenalkan Bayi Ziyu ke keluarga tambahannya, keluarga tambahan yang telah berkembang.

Baekhyun hamil dalam bulan madunya dan Chanyeol merasa sangat bahagia untuk kembali menjadi pemenangsaat Baekhyun melahirkan bayi kembar Sembilan bulan kemudian.

Sehun tidak kalah untuk waktu cukup lama. Sehun dengan segera bicara dengan Luhan untuk kembali mencoba dan tidak lama kemudian, mereka mendapat bayi laki-laki yang mereka pikir akan mereka dapatkan pada kehamilan pertama Luhan.

Sejak itu, kedua pasangan ini sudah memiliki tiga bayi. Jadi Kyungsoo dan Jongin sekarang adalah bibi dan paman dari enam anak. Enam anak yang mereka kagumi tanpa perbedaan.

Kyungsoo mengalihkan pandangannya dari atas meja saat mendengar pintu belakang terbuka. Jongin berjalan ke luar dengan keranjang daging yang siap untuk dipanggang di satu tangan dan seorang anak perempuan balita menggantung di pinggulnya. "Sayang, bisakah kau ambil gumpalan ini? tangannya lengket."

Kyungsoo tersenyum dan menjulurkan tangannya. Anak perempuan balita itu mengelurkan suara dan meraih Kyungsoo. Kyungsoo mencium dahi anak perempuan itu dan memandang ke suaminya. "Apakah seseorang sudah datang?"

"Belum, hanya kau dan aku dan putri kecil ini." Jongin tersenyum kepada istrinya, menempatkan keranjang ke atas meja dan memeluk Kyungsoo serta anak perempuan mereka bersama. "Kau pikir kita membuat keputusan yang tepat?"

Kyungsoo bersandar kepada Jongin. "Tentang menunggu beberapa tahun lagi untuk menambah bayi?"

"Ya."

"Tentu, kurasa kita membuat keputusan yang tepat."

Jongin memandang Kyungsoo seperti Jongin tidak sepenuhnya yakin.

Kyungsoo menggelengkan kepalanya dan tersenyum.

"Apa?" Jongin bertanya kepada Kyungsoo.

"Kita mungkin sudah membuat keputusan yang tepat, tapi itu tidak berarti kita butuh memiliki pilihan dalam urusan ini." Wajah Kyungsoo bersinar.

Pandangan mereka bertemu dan Kyungsoo bisa mengetahui Jongin berusaha untuk memikirkan arti dari perkataannya. Jongin terlihat sedikit bingung.

Mereka saling memandang saat pintu belakang rumah terbuka dan enam anak kecil liar meluncur keluar dari pintu berteriak "Soo-ya", yang merupakan panggilan mereka untuk sepupu mereka yang berumur satu tahun.

Luhan dan Sehun dan Chanyeol dan Baekhyun tidak jauh di belakang mereka, membawa pendingin dan mainan.

Dalam tiga puluh detik halaman belakang akan menjadi berantakan.

Kyungsoo memandang kepada Jongin dan memutuskan untuk sedikit berbelas kasihan padanya. "Ya sayang, kita akan mendapat bayi lagi."

Mata Jongin berubah menjadi senyuman, bibirnya mendarat di atas bibir Kyungsoo dan pesta pun dimulai.

.

OooOooO

.

THE END

.

OooOooO

.

Thanks to:

ieznha. asmaulhaq - phinow. bubblepaie -Rly. C. JaeKyu -RufEXO - BabyByunie -HunHanCherry1220 - TKsit - Lily levia (makasih^^) - fuckyeahSeKaiYeol -Baeks06 - Kekasih Gelapnya Kai (iya, sampai 6^^) - Chanbaekhunlove - Rly. C. JaeKyu - Rly. C. JaeKyu - HunhanCode520 - Asmaul - Soocy-Nim - Guest - Lucky8894 -mrsbunnybyun - mrsbunnybyun - chenma - daebaektaeluv

.

.

a/n:

TERIMA KASIH untuk semua yang review, yang follow, dan yang favorite^^ untuk project selanjutnya, sesuai rencana

Come Away With Me (HunHan) 81k+ DONE

Under The Mistletoe With Me (SuLay) 18k+ DONE

Fight With Me (ChanBaek) 81k+ Tonight

Play with Me (KrisTao) 72k+

Rock with me (KaiSoo) 71k+

.

Curcol: (╥_╥)

Untuk ff ku sendiri, sebenarnya aku dah bikin sequel Independent Man, tapi mampet pas adegan enaena LOL apalagi lanjutin ff yang butler yang anu #ngumpet malah aku buat ff baru SD vs SMA #pundungdipojokan. Aku usahain minggu besok bisa diapdet semua sebelum puasa kkk. Mohon doa kelancarannya #bow -/\-)

Sampai jumpa nanti malem -yang mau baca ff Chanbaek- semuanya^o^)/