.
The Thrill of Chase
.
By Lynda Chance
.
~.~
.
CHANBAEK – HUNHAN – KAISOO
GS for Uke
.
.
Ini BUKAN karya Cactus93, Cactus93 hanya me-remake dan berbagi cerita yang Cactus93 sukai. Cactus93 hanya mengganti nama pemeran, mungkin dialog yang sesuai dengan keadaan.
.
.
.
Summary
Baekhyun, Luhan, dan Kyungsoo adalah teman sekamar dan sahabat baik.
Mereka masing-masing bertemu dengan seorang pria yang sangat naksir padanya dan mati-matian mengejar mereka. Setiap bagian menceritakan secara detail masing-masing karakter dan bagaimana usaha sang Alpha male untuk mendapatkan mereka.
Kisah Chanyeol dan Baekhyun adalah awal yang bagus untuk mengawali cerita ini. Chanyeol yang tak kenal lelah mengejar Baekhyun, tapi makin dia menolak pendekatannya, makin membuat Chanyeol jadi gila. Saat Chanyeol tak dapat menahan dirinya lagi ia menyelesaikannya dengan caranya sendiri.
Kisah Luhan dan Sehun juga tak kalah menarik. Luhan berumur lebih muda dan Sehun lebih tua. Luhan sangat sulit pergi menjauh dari Baekhyun karena dia adalah sepupunya. Tapi, saat Sehun mendapat kesempatan untuk mengejar Luhan ia mengambil kesempatan itu tak peduli apapun yang orang lain pikirkan.
Jongin cowok macho pemadam kebakaran adalah kakak Baekhyun, yang secara diam-diam sudah ditaksir Kyungsoo sejak remaja, mereka bertemu lagi setelah dewasa dalam acara pernikahan Baekhyun, and...the sparks fly.
.
.
RATE M
.
.
Hope u will enjoy this remake^^
Happy reading
.
.
"Apakah Kau berharap aku menikahimu dulu?" Geraman frustrasi yang keluar dari bibir Park Chanyeol membuat Byun Baekhyun terkesima terlebih tangan maskulin dan keras kini mencengkeram lengan atasnya.
"T-Tidak. Itu akan menjadi suatu kegilaan." Baekhyun menjawab dengan suara gemetar.
Cengkeraman Chanyeol menjadi lebih erat. "Dengar Sayang. Malam di klub itu seharusnya menjadi suatu tanda kita mempunyai hubungan, tapi kau menolakku. Kencan ketiga, keempat, kelima, kau tetap menolakku. Sudah empat minggu dan aku bahkan sudah lupa untuk menghitung sudah berapa kali kita pergi berkencan. Kau salah satu dari wanita-wanita gila yang berpikir menunda-nunda akan menghasilkan sebuah lamaran pernikahan? Atau apa?"
Kemarahan dan frustasi di suara Chanyeol membuat Baekhyun kehilangan kesabaran. Tidak, Baekhyun bukan satu dari wanita-wanita gila itu dan Baekhyun sama sekali tidak ingin lamaran pernikahan. Yang sebenarnya adalah, Baekhyun takut untuk bercinta dengan Chanyeol karena Chanyeol benar-benar membuatnya ketakutan. Jika saja Baekhyun tidak sedikit mabuk saat dia bertemu dengan Chanyeol di klub dansa malam itu maka Baekhyun tak akan pernah membiarkan Chanyeol mengajaknya sarapan pada jam 2 pagi. Untungnya, Baekhyun tersadar setelah meminum kopinya pada gelas kedua.
Kencan kedua dan ketiga kalinya dengan Chanyeol memberikan kemarahan ringan. Kenapa Baekhyun terus membiarkan dirinya melakukan hal ini? Sudah selama empat minggu mereka berkencan.
Empat minggu tanpa henti Chanyeol berusaha untuk mengajak Baekhyun keatas tempat tidur. Baekhyun harus mengakhiri ini semua.
Chanyeol benar-benar tak terjangkau dan di atas kelasnya, baik secara fisik atau intelegensi. Chanyeol memiliki wajah yang sempurna, tubuh keras sempurna yang terjalin dari otot-otot dengan mekanisme yang membuat tubuhnya menjadi terlihat wow. Sementara Baekhyun tidak. Baekhyun cantik tapi Baekhyun tidak memiliki tinggi dan pendidikan yang sepadan dengan Chanyeol. Chanyeol memiliki banyak faktor lebih yang tidak dimiliki oleh Baekhyun.
Tidak, hal ini tidak akan berhasil dan Baekhyun juga tak mau hanya menjadi catatan lain di tiang ranjang Chanyeol. Chanyeol menarik dan Baekhyun tergoda tapi kenapa Baekhyun mempermainkan dirinya sendiri?
Pertama kalinya Chanyeol mendapatinya telanjang, Baekhyun akan benar-benar jatuh cinta dan perburuan Chanyeol akan menyurut. Ini sangat alami. Sebuah Sensasi pengejaran.
Baekhyun tidak mau disakiti, oleh karena itu Baekhyun tak ingin tertangkap.
Baekhyun menarik nafas dan bersiap-siap untuk mengakhiri ini semua sebelum hatinya menjadi hancur. "Aku tidak menunda apapun, Chanyeol." Baekhyun menghembuskan nafasnya.
"Dengar, kita akan menemui jalan buntu dan aku tak akan tidur denganmu, jadi kurasa-"
Kepala Chanyeol bergerak turun dan bibirnya mendarat di bibir Baekhyun dalam ciuman memaksa yang menghilangkan pikiran Baekhyun dari kepalanya dan oksigen dari paru-parunya. Chanyeol menekan punggung Baekhyun ke pintu depan apartemen Baekhyun dan mengurung Baekhyun dalam tubuhnya. Lidah Chanyeol menari dengan lidah Baekhyun dan satu tangannya tenggelam di dalam rambut Baekhyun sementara tangannya yang lain memeluk pinggang Baekhyun dan menggangkat tubuh Baekhyunke atas tubuhnya.
Tubuh Baekhyun dibanjiri oleh gairah seksual Chanyeol dan pikiran Baekhyun mati seketika. Saat Baekhyun berpikir semua sudah hilang, Chanyeol mengangkat kepalanya dan matanya terjerat pada mata Baekhyun.
"Jangan pernah berpikir itu, Sayang. Kau tak akan bisa menjauh dariku semudah itu. Kau ingin terus bermain seolah-olah kau sulit untuk didapatkan? Baik." Tangan Chanyeol meremas Baekhyun dengan sangat keras sehingga Baekhyun mengalami kesulitan untuk mendapatkan oksigen. "Aku ada presentasi besok malam, tapi aku akan menjemputmu jumat malam jam 7. Bersiap-siaplah."
Chanyeol mencium bibir Baekhyun sekali lagi untuk terakhir kalinya lalu berbalik dan meninggalkan Baekhyun berdiri di depan pintu.
.
ooOoo
.
Jumat malam, Baekhyun duduk di sebelah Chanyeol di belakang kursi dalam sebuah rentetan restoran yang berisik, meneguk segelas white Zinfandel dan mempertanyakan kewarasannya. Mereka sudah memesan dan perhatian Chanyeol terpusat padanya, sementara Birnya sama sekali tidak tersentuh.
Kencan kali ini menjadi berbeda dari kencan sebelumnya. Jenis Restoran hampir sama tapi sikap Chanyeol sudah berubah. Sikap bermain-mainnya seperti percakapan awal saat masa perkenalan dengan Baekhyun benar-benar hilang. Sekarang hanya ada fokus, tidak ada celah, dan intensitas kepribadian Chanyeol dominan dan lebih dari apa yang bisa diatasi oleh Baekhyun.
Tangan Kanan Chanyeol berada di belakang Baekhyun di belakang kursi dan tangan Chanyeol mempermainkan daun telinga Baekhyun sembari terus memandang Baekhyun. "Kau sangat cantik."
Nafas Baekhyun tersangkut di paru-parunya dan dia tetap diam.
"Malam saat kita bertemu kau membuatku tergila-gila. Aku sangat ingin menyentuhmu. Apakah kau tahu aku memandangmu hampir satu jam sebelum aku mengajakmu berdansa? Aku mengamatimu duduk di kursi bar itu dengan teman-temanmu, menolak beberapa pria, satu demi satu. Aku tak ingin menjadi pria yang ditolak. Menjadi salah satu pria yang kau buat gila. Kau sangat cantik dan semua hal yang bisa aku pikirkan hanya untuk mendapatkanmu. Lalu kau berdansa dengan bajingan itu. Aku hampir saja meledak, Sayang. Aku harus menjaga emosiku. Aku belum pernah merasa takut untuk mengajak seorang wanita berdansa sebelumnya."
"Kau tidak mengajakku untuk berdansa." Baekhyun berbisik.
"Aku tidak?" Chanyeol terdengar bingung.
"Kau mencengkeram tanganku dan menarikku dari kursiku." Baekhyun mengatakannya dengan lembut.
Jemari Chanyeol bergerak maju mundur dan kemudian naik ke rambutnya saat dia tersenyum dengan perkataan itu.
Tangan Chanyeol jatuh dari telinga Baekhyun dan mendarat di bahunya, tangan Chanyeol menyusup dan meraba tulang leher Baekhyun. Chanyeol menyapukan jemarinya maju mundur di atas kulit Baekhyun. Tangannya lalu kembali ke bahu Baekhyun lalu mencengkeram. "Aku sangat menginginkanmu, Baek."
Mata Baekhyun bertemu dengan mata Chanyeol dan perut Baekhyun bergetar dengan kenikmatan rahasia.
Mata Chanyeol menelan Baekhyun seutuhnya dan Baekhyun tak dapat memberikan jawaban.
"Kucing memakan lidahmu -kenapa kau tak mengatakan apapun-, Sayang?"
"T-Tidak." Baekhyun mengalihkan pandangannya dari Chanyeol.
Chanyeol memutar tubuhnya sampai dia benar-benar menghadap ke arah Baekhyun dan tangan bebas Chanyeol mendarat di paha Baekhyun. "Aku ingin mengajakmu ke atas tempat tidur. Penantian ini benar-benar konyol, Sayang. Menurutmu apa yang akan terjadi? Menurutmu aku akan kehilangan kesabaran dan tak akan menelponmu lagi?"
"Aku t-tidak tahu," Baekhyun menjawab Chanyeol dengan jujur.
"Itu tidak akan terjadi, Baekhyunnie. Kau membuat aku begitu keras untukmu, hal ini tidak akan berakhir dengan cepat."
Restoran ini berisik dan gelap dan tidak satu orangpun yang memperhatikan mereka. Chanyeol memegang tangan Baekhyun dan meletakkannya di atas pahanya dan secara perlahan menggerakkannya naik sampai menangkup bagian panas dari tubuh Chanyeol, mengosok di atas resletingnya. Chanyeol memegang tangan Baekhyun dengan erat.
Baekhyun memandang Chanyeol dan jantungnya berdetak tiga kali lebih kencang. Mata Coklat Indah Chanyeol melahap Baekhyun.
"Rasakan apa yang telah kau lakukan padaku, Sayang." Tangan Chanyeol mempermainkan rambut Baekhyun dan mengepal pada kulit kepala Baekhyun. "Itu untukmu. Tidak untuk siapapun. Ini bukan soal aku yang mau berhubungan seks. Aku bisa mendapat teman tidur kapanpun." Mata Chanyeol jatuh ke bibir Baekhyun dan perlahan kembali ke mata Baekhyun. "Ini soal kau… Baekhyunnie, hanya kau."
Bagaimana Baekhyun bisa menolak Chanyeol? Hati Baekhyun tertumbuk saat dia menyadari Chanyeol benar-benar serius untuk menggodanya malam ini. Chanyeol yang easy-going sudah menghilang. Sekarang yang ada Chanyeol yang perayu.
Baekhyun akan terperangkap. Baekhyun tahu dia akan terperangkap.
Baekhyun hanya seorang manusia biasa pada akhirnya. Dan Baekhyun juga sangat menginginkan Chanyeol, Sangat ingin.
Baekhyun terselamatkan dari pemikiran itu saat pelayan datang mengantarkan makanan mereka ke atas meja. Intensitas Chanyeol sedikit berkurang saat dia mengangkat garpu dan mulai menyantap makanan. Selera makan Baekhyun sudah hilang sejak tadi. Emosi Baekhyun berantakan dan otaknya, tubuhnya mengalami pertempuran internal yang begitu berisik, Baekhyun terpesona karena Chanyeol tidak dapat merasakannya.
Baekhyun mengambil makanannya dan dengan hati-hati meneguk wine-nya.
Baekhyun merasa lebih dari hanya sekedar melihat Chanyeol terpaku di sebelahnya dan Baekhyun melihat ke atas untuk melihat seorang seorang wanita pirang yang tinggi dan cantik berjalan ke arah mereka, tatapan tajam wanita itu mengarah pada Chanyeol.
Wanita pirang itu berhenti di depan meja dan memandang Chanyeol, tatapan kebencian muncul dari matanya.
Baekhyun memandang mulut wanita pirang ini terbuka dan Baekhyun terpaku saat kata-kata pedas mulai keluar. "Kau benar-benar bajingan brengsek, Chanyeol. Sampah yang tak berharga." Wanita pirang ini memandang Baekhyun. "Jangan sampai tertipu oleh dia. Karena semua darinya hanya itu. Sampah."
Wanita pirang itu berbalik dan pergi secepat kedatangannya.
Keheningan hadir diantara mereka saat Baekhyun menjatuhkan garpu dari tangannya. Suara nyaring garpu menghantam piring. Tangan Baekhyun gemetar saat dia meneguk wine yang sangat ia butuhkan.
Pelayan lalu datang dan sebelum Chanyeol dapat bicara, Baekhyun melirik ke arah Chanyeol. "Tolong, Bisakah kami m-mendapatkan tagihannya?"
Suara Baekhyun terdengar kaget dan kecewa bahkan bagi telinganya sendiri. Udara ketegangan yang tebal hadir di atas meja mereka.
Pelayan memandang mereka berdua dan tanpa mengucapkan apapun berbalik pergi untuk mengambil tagihan makan mereka.
Chanyeol tegang disamping Baekhyun dan insting bertahannya berubah menjadi peringatan berwarna merah. "Demi Tuhan, Baekhyun, berikan aku kesempatan untuk menje—"
Baekhyun memotong kata-kata Chanyeol. "Aku ingin pulang."
"Tidak, Sayang. Kau harus mendengarkan aku-"
"Tidak aku tidak mau." Suara Baekhyun dingin.
"Wanita itu bukan siapa-siapa Baekhyun. Benar-benar bukan siapa-siapa. Lupakan yang tadi terjadi."
Chanyeol tahu kalimat kedua yang keluar dari mulutnya merupakan suatu kesalahan. Baekhyun membuang pandangannya dari Chanyeol, tapi sebelum wajah Baekhyun menjadi pucat dan matanya dipenuhi air mata.
Dasar bajingan!
Perjalanan pulang menuju apartemen Baekhyun benar-benar penuh dengan keheningan. Chanyeol benar-benar marah pada wanita sialan bernama Jessica itu dan Chanyeol marah pada Baekhyun karena percaya pada kebohongan yang sudah diucapkan oleh Jessica. Tapi Chanyeol paling marah pada dirinya sendiri untuk caranya yang sangat buruk dalam menghadapi hal ini. Kau akan berpikir Chanyeol tidak memiliki sel otak di dalam kepala sialannya.
Mereka merapat ke bagian depan gedung apartemen Baekhyun dan Baekhyun membuat gerakan menyentak untuk membuka pintu mobil.
Chanyeol menghentikan Baekhyun dengan meletakkan tangannya di lengan Baekhyun. "Berhenti. Aku akan membukakan pintu seperti yang selalu aku lakukan." Suara Chanyeol kasar. Chanyeol marah.
Baekhyun tetap duduk dan menunggu sementara Chanyeol berjalan memutar ke depan mobil dan membukakan pintu.
"Kau tak perlu mengantarkanku ke atas." Suara Baekhyun menandakan perpisahan.
"Aku akan mengantarkanmu ke atas. Aku selalu mengantarkanmu sampai atas, iya kan?"
Baekhyun berpaling dan berjalan menuju tangga saat Baekhyun merogoh ke dalam tasnya untuk mencari kunci.
Baekhyun memasukkan anak kunci ke dalam. "Good bye." Kata perpisahan itu final dan mutlak. Tangan Baekhyun meraba-raba kunci dan tersentak saat tangan Chanyeol mendarat di tangannya dan memutar tubuh Baekhyun untuk menghadapnya.
"Good Bye, apanya!" tangan Chanyeol meraih rambut Baekhyun dan menarik kepala Baekhyun ke arahnya. Mata Chanyeol berkilau ke dalam mata Baekhyun.
Baekhyun menggelengkan kepalanya dan mencoba untuk bicara sebelum mulut Chanyeol mendarat di atas mulutnya. "Ini berakhir, Chan-"
Lidah Chanyeol masuk lebih dalam, lengan Chanyeol mengunci lengan Baekhyun dan mengangkat Baekhyun ke atas tubuh Chanyeol. Cengkeraman Chanyeol erat, intensitasnya kasar.
Kepala Chanyeol terangkat. "Kau milikku Baekhyun. Sebaiknya kau membiasakan diri dengan itu." Chanyeol yang perayu hilang; sekarang hanya ada Chanyeol yang Sangat kasar.
Baekhyun menggelengkan kepalanya, membantah Chanyeol. "Tidak aku bukan, Aku s-selesai Chanyeol. Aku tak pernah merasa nyaman bersamamu."
Baekhyun melepaskan lengan Chanyeol dan memutar kunci di pintu.
Chanyeol mencengkeram lengan Baekhyun dan membalikkan badannya menghadap Chanyeol, "Kau yakin kau ingin melakukan ini, Sayang? Ada wanita lain di dunia ini, kau tahu itu, kan? Jangan melakukan kesalahan dengan berpikir kau bisa mengendalikanku dengan sebuah tali." Kemarahan dan frustasi mengalir dari Chanyeol dan membuat Chanyeol mengatakan hal-hal yang tidak bermaksud untuk dia katakan. "Aku tak akan peduli dengan sikapmu-"
"Baik. Jangan peduli dengan sikapku. Good Bye Chanyeol." Baekhyun membentak kata itu pada Chanyeol lalu membanting pintu di depan
mukanya.
.
ooOoo
.
Baekhyun menghabiskan akhir pekannya dan minggu berikutnya dengan menangis dan menolak untuk memikirkan tentang Chanyeol.
Baekhyun berangkat kerja dan langsung pulang ke rumah untuk menonton TV meringkuk dengan erat dan hampir tidak memakan apapun.
Kamis malam, teman seapartemennya, Kyungsoo dan Luhan, merasa benar-benar terganggu dengan Baekhyun yang terus mengurung diri di dalam kamarnya. "Kau akan pergi dengan kita ke luar besok malam.
Kita tidak menerima jawaban tidak."
Kyungsoo adalah sahabat Baekhyun. Mereka sudah saling mengenal sejak mereka berumur sepuluh tahun. Mereka sudah bersahabat selama lima belas tahun.
Luhan adalah adik sepupu Baekhyun. Baekhyun selalu bersifat protektif kepada Luhan, seperti Baekhyun akan bersikap kepada adik perempuannya.
Mereka bertiga sudah tinggal di apartemen yang sama selama tiga tahun, sejak Luhan lulus dari SMA. Ketiga wanita ini teman yang sangat dekat. Mereka mengetahui diri mereka masing-masing luar dan dalam.
Baekhyun tahu dia akan kalah dalam argumen tentang pergi ke luar dengan mereka. Kedua wanita ini sangat mengenal Baekhyun; mereka tahu tombol mana yang harus ditekan. Jika mereka memutuskan untuk bersama-sama menarik Baekhyun keluar malam, mungkin itu akan terjadi.
Walau begitu Baekhyun tetap mendebat mereka, hanya untuk bersenang-senang. "Kenapa kita harus pergi ke luar? Untuk apa? Mereka semua brengsek. Semua pria hidup itu brengsek."
Luhan memotong Baekhyun dengan menjatuhkan dirinya ke atas tempat tidur dan tersenyum dengan senyuman kecil yang nakal. "Ya. Tapi kita membutuhkan sperma mereka untuk perkembang-biakan spesies."
Baekhyun melihat Kyungsoo memberikan seringai kasih sayang kepada Luhan saat dia berkata, "Dia benar, lagipula, tidak semua pria brengsek."
Baekhyun memohon untuk menentang. "Sebutkan satu. Sebutkan satu pria yang tidak brengsek."
Kyungsoo membalas dengan segera. "Kakakmu tidak brengsek."
Baekhyun kaget saat dia memandang Kyungsoo dan melihat wajah sahabatnya itu berubah menjadi merah. Dari mana hal itu berasal?
Luhan juga memandang Kyungsoo, rahangnya terbuka.
"Ya, aku tahu kakakku tidak brengsek, tapi dia tak masuk hitungan Kyungsoo. Aku bicara soal pria yang tidak punya hubungan darah denganku."
Luhan menyeringai. "Atau dengan aku."
Kyungsoo bergumam , "Sebutkan saja."
Luhan menyilangkan tangannya dan menasehati mereka berdua. "Ini tidak menyelesaikan permasalahan. Kita akan keluar besok malam. Setuju?"
"Ya. Aku sangat setuju." Jawaban Kyungsoo pasti.
Baekhyun tahu mereka benar. Dia harus keluar dan melanjutkan hidupnya. Baekhyun menegangkan tulang belakangnya dan menarik nafas. "Baiklah jika kita memang harus." Baekhyun melirik ke mereka berdua. "Kemana?"
"Kita harus pergi ke Jason lagi. Kau harus naik ke atas kuda yang sama yang telah melemparkanmu." Luhan mengatakannya dengan keyakinan.
Panah ketidaknyamanan mengalir ke dalam diri Baekhyun memikirkan untuk pergi ke klub dimana dia bertemu dengan Chanyeol dulu. Apakah Chanyeol akan ada di sana? Baekhyun dan teman wanitanya mencintai klub itu, itu tempat favorit mereka untuk mengadakan pesta dan Baekhyun tak dapat berhenti untuk pergi bersama-sama ke sana. Baekhyun mungkin bisa mendapatkan kesempatan pertama kalinya untuk mencoba melalui ini semua. Baekhyun perlahan menyetujui dan melihat teman seapartemennya saling memandang dengan kelegaan.
Sekarang yang harus Baekhyun lakukan adalah merencanakan untuk memakai sesuatu yang spesial. Untuk berjaga-jaga...
.
ooOoo
.
Jumat malam, telepon Chanyeol berbunyi saat dia sedang mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Chanyeol mengangkat teleponnya dan mendengarkan sahabatnya Sehun.
"Hey man, cewek pirang yang tinggal dengan pacarmu itu baru saja mengirimkan sebuah pesan padaku."
Awan hitam menyelimuti Chanyeol. "Aku tak punya pacar." Kalimat yang dia paksakan keluar itu menyebabkan rasa sakit di dalam dirinya.
"Tidak? lalu kau menyebut dia apa? cewek yang kau tiduri?" Suara Sehun biasa-biasa saja.
Karena Chanyeol tak menceritakan pada Sehun bahwa mereka telah putus, Chanyeol tahu tak mungkin Sehun untuk mengetahuinya.
"Persetan kau, brengsek. Aku belum menidurinya dan dia bukan pacarku."
Sejenak hening sebelum Sehun bicara, Kesembronoan dalam suaranya hilang. "Kau belum menidurinya?"
"Sehun, aku bersumpah sebaiknya kau berhenti menggunakan kata itu," Chanyeol membentak.
"Astaga, apa yang sebenarnya terjadi padamu?" Sehun bertanya pada Chanyeol, ketidaksabaran terbersit pada suaranya.
"Tak ada." Kata tunggal itu keluar dari mulut Chanyeol.
Sejenak keheningan yang tak nyaman muncul sebelum Sehun berkata.
"Baik. Lanjutkan. Cewek pirang kecil itu bilang padaku bahwa mereka akan pergi ke Jason malam ini." Sehun berhenti sejenak.
"Baekhyun bukan pacarmu?" Nadanya bertanya, terdengar bingung.
"Itu sebabnya kenapa cewek pirang itu mengirim pesan padaku?"
Chanyeol tak menjawab dan suasana hatinya menjadi gelap saat dia berpikir Baekhyun akan pergi ke klub itu. Semua pria-pria sialan itu akan mencoba untuk mendapatkannya.
"Apa kita akan datang, teman?" Sehun memaksa jawaban dari Chanyeol.
"Ya, kita akan datang." Suara Chanyeol suram. "Kau tahu bahwa dia tertarik padamu, man?"
"Siapa?" Sehun bertanya.
"Cewek pirang itu, Luhan." Chanyeol menjelaskan.
Hening. "Kau mendapatkan sinyal itu juga?"
"Hyung, Dia mengirim pesan singkat, benar?"
"Ya, tapi hanya untuk pesta _"
"Tidak. Bukan hanya untuk berpesta. Dia menginginkanmu. Hati-hati dengan Dia, man," Chanyeol mengingatkan temannya.
"Hati-hati? Apa-apaan maksudnya ini?" Sehun terdengar terganggu dan terhina.
"Hyung, dia naksir padamu_"
Sehun menyela. "Kau pikir begitu? Aku perlu mengajaknya keluar."
"Bisakah kau sekali saja berpikir yang lain selain berhubungan seks?" Chanyeol tahu dia terdengar marah.
"Hey. Aku tak bilang apapun soal berhubungan seks." Suara Sehun singkat.
"Ya. Kau memikirkannya."
"Kau tak tahu itu," Sehun membantah.
"Omong kosong. Ya Tuhan, man, bukankah itu yang selalu kau pikirkan? berhubungan seks?"
"Biasanya begitu. Tapi tidak selalu. berhubungan seks dan mendapatkan uang. Dengan urutan seperti itu. Tidak. Mungkin urutannya tidak begitu."
"Ya. Ada jutaan wanita di Korea selatan. Dia sepupu Baekhyun. Apakah kau tahu itu? Dia lebih muda dari Baekhyun dan Kyungsoo. Aku bertaruh cewek itu belum berumur dua puluh satu. Jangan menjadi baji_"
"Sejak kapan kau jadi begitu perduli?"
"Baekhyun akan kecewa jika kau mengecewakan sepupunya. Masih banyak vagina lain. Tinggalkan Luhan."
Chanyeol menunggu sebentar sementara Sehun diam tidak seperti biasanya. Akhirnya, sahabatnya itu berkata. "Apakah kau serius?"
Ada jeda dari kata-katanya. "Apakah kau serius mengatakan padaku agar aku mundur? Hyung, dia menarik. Sangat menarik. Apakah kau mengatakan padaku bahwa kita akan mendapat masalah jika aku ingin mendekatinya?"
Chanyeol mengenali nada ini dan mendengar keperdulian nyata di dalam nada suara Sehun. "Aku serius, jangan mengacaukan keadaan demi aku. Baekhyun — Baekhyun berarti sesuatu untukku, Hun. Aku sudah melalui minggu yang buruk. Dia sudah berpikir kau seorang player.
Kau membuat sepupunya kecewa maka dia akan mengaitkan hal itu denganku. Dia tak akan memberikan peluang lagi padaku. Aku minta tolong padamu, man, Cari wanita lain. Jangan membuat kekacauan dengan cewek itu."
Keheningan kembali terjadi sampai akhirnya Sehun berbicara dengan nada datar, semua antusiasme itu hilang dari suaranya.
"Baiklah. Kita akan naik mobil mu?"
"Ya."
"Sampai jumpa."
.
ooOoo
.
Chanyeol duduk di bar memegang birnya. Sehun sedang berada di lantai dansa bersama tiga wanita. Mata Chanyeol melintas dari tontonan itu sampai mendarat sekali lagi ke Baekhyun, duduk malu-malu dengan teman-teman wanitanya dan dikelilingi oleh empat pria berisik sialan.
Gigi Chanyeol menggertak dan tangannya mencengkeram botol coklat di hadapannya. Syukurlah Baekhyun kembali duduk di mejanya lagi.
Tadinya dia berdansa dengan seorang pria dan Chanyeol hampir saja datang untuk memisahkan. Satu-satunya hal yang membuat Chanyeol tetap berada di atas kursi barnya adalah dia tahu dirinya akan berakhir di penjara jika dia berdiri. Jika dia berakhir di penjara maka dia tak akan bisa berada di situ untuk menghentikan Baekhyun dari melakukan kesalahan yang lebih buruk.
Chanyeol diam dalam kemarahan dan menunggu lagu pelan itu berhenti.
Itu 3 menit paling buruk dalam hidupnya. Benar-benar terburuk.
Saat musik kembali berlanjut dengan lagu pelan lainnya, Chanyeol berpikir dia mungkin harus berdiri dan memotong. Dia tak bisa bertahan hidup untuk melewati lagu berikutnya. Tapi Chanyeol melihat Baekhyun menggelengkan kepalanya, menarik diri dari pria sialan itu dan berjalan kembali ke mejanya. Cengkeraman mematikan tangannya pada botol bir perlahan mengendur. Detak jantungnya perlahan membaik. Itu sangat dekat. Terlalu dekat dari kehilangan pikirannya. Sejak itu, Baekhyun tetap berada di mejanya. Syukurlah.
Mata Chanyeol jatuh ke arah Baekhyun, melihat rambut panjangnya sebatas pinggang yang mengikal di ujungnya. Kaki Baekhyun menyilang dan sepatu hak tingginya membungkus otot betisnya dan mengait sekeliling pergelangan kakinya. Roknya pendek dan kakinya mulus dan lembut dan sangat mengacaukan kepala Chanyeol.
Pada akhirnya bisa dikatakan sangat mengganggu pikiran.
Seorang wanita pirang yang mabuk melintas di hadapan Chanyeol dan mengatakan sesuatu di telinganya. Kalimat wanita itu tidak jelas terdengar oleh Chanyeol. Karena kemudian mata Baekhyun pada akhirnya memandang Chanyeol dan darah mulai memompa ke dalam pembuluh darahnya bahkan lebih cepat. Ini sudah menjadi minggu yang sialan.
Minggu dari neraka yang sialan.
Chanyeol mengenyahkan wanita pirang itu dan melanjutkan memandang Baekhyun yang masih memandang Chanyeol. Chanyeol menghabiskan birnya saat musik berubah dari keras menjadi pelan. Saat pembukaan musik pelan itu muncul pasangan pergi dari atas lantai dansa atau melanjutkan dengan gerakan pelan.
Chanyeol ingat lagu ini. Dia dan Baekhyun berdansa dengan lagu ini malam itu. Apakah Baekhyun ingat itu? Mata Baekhyun tetap pada Chanyeol dan pita gairah mengalir ke otaknya.
Kyungsoo berdiri dan menghalangi pandangan Baekhyun kepada Chanyeol.
Chanyeol berusaha untuk melihat Baekhyun saat Kyungsoo berjalan ke arah lantai dansa dengan salah satu pria yang mengitari meja mereka, apa yang bisa Chanyeol lihat adalah Luhan tetap duduk, memandang ke arah Sehun berada. Sehun sudah memilih salah satu diantara tiga wanita itu, memeluk pinggangnya dan menariknya ke dalam dansa yang pelan.
Chanyeol meneguk beberapa kali lagi dari botolnya dan akhirnya kerumunan itu mereda dan Chanyeol dapat melihat Baekhyun dengan jelas lagi. Chanyeol dapat melihat dengan jelas pria sialan yang mengambil tangan Baekhyun dan mencoba untuk mengajaknya pergi ke lantai dansa dengannya.
Pandangan Chanyeol berubah merah.
Kecemburuan dan kemarahan melanda Chanyeol. Kemudian menjadi sedikit mereda saat Chanyeol melihat Baekhyun menggelengkan kepalanya dan mengambil minumannya dan melirik ke arah Chanyeol. Chanyeol mengunci pandangan Baekhyun saat pria sialan itu tidak memahami isyarat yang diberikan oleh Baekhyun dan pria itu lalu mengambil helaian rambut Baekhyun, menyibakkannya. Menyentuh rambut Baekhyun!
Emosi Chanyeol terikat dengan kasar saat pria itu tidak berlalu. Pria sialan itu tidak mau berlalu.
Chanyeol berdiri, berjalan menuju Baekhyun dan berhenti di hadapan pria itu.
"Dia bilang tidak, teman." Suara Chanyeol rendah dan mengancam.
"Apa urusanmu, brengsek?"
Dari sudut matanya Chanyeol melihat muka Baekhyun berubah menjadi pucat. Mungkin Chanyeol sudah kelewatan tapi Chanyeol tidak perduli.
"Kau ingin berdansa dengannya, Baek?" melemparkan pertanyaan itu kepada Baekhyun, Chanyeol menyipitkan matanya ke pria sialan ini, mengitari bahunya untuk menunggu dan melihat apa yang akan kemudian terjadi.
Jantung Baekhyun berdetak sangat kencang, dia berpikir dia akan pingsan. Chanyeol terlihat nikmat untuk disantap dan dia serius bertanya pada dirinya dimana otaknya saat dia memutuskan Chanyeol. Chanyeol juga siap untuk membunuh seseorang.
Baekhyun perlahan menggelengkan kepalanya pertanda tidak.
Chanyeol meraih melintasi meja dan merenggut tangan Baekhyun dengan tangannya. Mengirimkan sinyal ke pria lain ini untuk mundur, Chanyeol menggenggamkan jemarinya ke jemari Baekhyun, menarik Baekhyun dan mulai berjalan menuju lantai dansa.
Hati Baekhyun tak karuan. Baekhyun tidak berdansa dengan Chanyeol sejak malam itu. Itu Sangat mengagumkan, malam yang luar biasa saat mereka bertemu dan Chanyeol sudah mengambil tangannya untuk berdansa seperti sekarang, tidak perlu bertanya, dan berjalan ke arah lantai dansa dan mendekapnya di lengannya, dari satu lagu ke lagu berikutnya.
Lengan Chanyeol memeluknya sekarang dan membungkusnya dengan dekapan. Aroma tubuh Chanyeol mengagumkan. Aroma Chanyeol selalu membuat Baekhyun gila. Itu satu hal yang paling seksi dari Chanyeol. Detak jantung Baekhyun mulai berdentuman dan tubuhnya gemetar.
Kepala Baekhyun berada di bawah dagu Chanyeol dan restleting celana Chanyeol menempel di perut Baekhyun. Hati Baekhyun berpacu. Chanyeol tidak seperti pria berbadan tinggi lain yang pernah berdansa dengannya yang selalu berusaha untuk bersandar pada Baekhyun. Tidak. Chanyeol berdiri tegap dan mendekap Baekhyun dengan dekapan erat saat mereka bergerak menari mengikuti musik.
Baekhyun mendesah.
Ya Tuhan. Siapa yang mau dia bodohi? Lima minggu terakhir ini sudah menjadi minggu yang paling intens untuk dirinya. Baekhyun sudah jatuh cinta pada Chanyeol. Tak ada gunanya membohongi dirinya sendiri. Itulah kenapa Baekhyun menjadi begitu takut. Itulah kenapa dia tak mau bercinta dengan Chanyeol. Insting protektif Baekhyun sudah bermain dan membuat Baekhyun takut. Realisasi telah menyentakkannya dari Chanyeol dan Baekhyun memandang ke atas kepada Chanyeol.
Chanyeol menyadari rasa takut yang muncul pada wajah Baekhyun, pada saat yang sama Chanyeol sadar Baekhyun kembali berusaha untuk lari darinya. Itu tidak akan terjadi. Baekhyun merasa sempurna berada di pelukan Chanyeol dan Chanyeol berusaha untuk menenangkan rasa takut yang dirasakan oleh Baekhyun. Tangan Chanyeol bergeser ke sisi wajah Baekhyun dan menangkupnya. "Hey. Semua akan baik-baik saja." Chanyeol menarik Baekhyun ke tubuhnya dan memeluknya dengan kasar kembali memeluk Baekhyun.
Chanyeol menyapukan mulutnya ke bawah untuk mencium telinga Baekhyun.
"Apa yang harus aku lakukan, sayang?" Chanyeol menggerakkan tangannya ke bokong Baekhyun dan mempererat dekapannya. "Kau tinggal mengatakan apa pun yang kau inginkan."
Chanyeol merasakan Baekhyun gemetar, tapi Baekhyun tidak mencoba untuk menjawabnya.
"Aku begitu menginginkanmu. Aku ingin membawamu ke atas tempat tidur, memelukmu, mencintaimu, bangun tidur bersamamu dipagi hari. Sayang, aku begitu menginginkannya sampai aku tak bisa berkonsentrasi pada hal lainnya kecuali kamu." Lengan Chanyeol memeluk Baekhyun semakin erat dan Chanyeol bernafas dengan panas di telinga Baekhyun. "Tapi Baek, aku bisa menunggu jika aku harus. Tapi tolong jangan menolakku lagi. Tolong. Jangan lakukan hal itu lagi padaku, sayang."
Chanyeol menghembuskan nafas dengan dalam, lengannya menjepit Baekhyun dengan kencang dan Chanyeol gemetar. Baekhyun merasakan getaran melanda Chanyeol. Chanyeol mengangkat wajah Baekhyun kearahnya dan Chanyeol memandang ke mata Baekhyun dengan kolam cair derita yang panas. Mata mereka mengait dan terpaku saat Chanyeol kembali mengulangi kata-katanya. "Jangan biarkan aku melalui kekacauan itu lagi."
Baekhyun menarik nafas, menutup matanya dan bersandar ke arah Chanyeol saat kata-kata Chanyeol dan sentuhan menggoda Baekhyun. Tuhan, Baekhyun sangat menginginkan Chanyeol juga. Tak hanya menginginkan untuk pergi ke atas tempat tidur bersamanya, Baekhyun menginginkan Chanyeol lebih dari itu. Tapi Baekhyun pernah disakiti sebelumnya dan sedemikian buruk sehingga secara insting Baekhyun tahu jika kali ini dia terbakar lagi, maka dia tidak akan pernah bisa keluar dengan selamat lagi.
Tubuh Baekhyun gemetar yang disebabkan oleh takut dan gairah.
"Mari kita pergi ke suatu tempat dimana kita bisa bicara." Suara Chanyeol dalam.
Baekhyun ragu dan suara Chanyeol berubah jadi meyakinkan. "Aku tak akan menyakitimu, sayang. Tolonglah, Mari kita bicara soal ini."
Baekhyun mengangguk lembut setuju.
Musik berubah menjadi bernada cepat dan Chanyeol menarik Baekhyun ke meja dimana Baekhyun dan teman-temannya berada tadi. Baekhyun mengatakan pada Kyungsoo bahwa dia akan diantar pulang. Baekhyun memandang sekeliling untuk mencari Luhan, tapi tidak bisa menemukannya.
Kyungsoo melirik kepada Baekhyun dan Chanyeol, tapi Baekhyun bertingkah bagai robot, mengikuti perintah Chanyeol.
Chanyeol bicara kepada Kyungsoo, "Kalian akan diantar oleh Sehun, Ok?"
Mata Kyungsoo menjadi dingin dan dia memandang Chanyeol dengan tatapan menuduh. Kyungsoo menunggu sejenak kemudian menjawab
"Terserah."
.
.
.
Next or Delete?
.
.
.
I will delete it…
Jika, 60% review tidak suka aku me-remake novel ini
Jika, ada yang sudah me-remake cerita ini dengan tokoh yang sama
I wil post next chapter…
Jika, review tertarik dan mendukung