Narusasu Family © hedictator

.

Naruto © Masashi Kishimoto

.

Warning(s): AU, OOC (maybe Sasuke, a lil bit, or maybe… much), surrogacy, miss-typing, drama banget dan segala kekurangan lainnya.

.

NARUSASU

.

Rated: Sementara T, soon to be M (nggak janji) LOL

If you don't like it? So, don't force yourself to read it.


.

.

.

"Naruto?"

"Hm?" Naruto menyahut dengan pandangan mata yang masih terpaku pada TV di hadapannya, yang sedang menayangkan acara variety show kegemaran sasuke setiap hari minggu.

Setelahnya, Sasuke tidak bergeming, dia kembali diam. Menyamankan kepalanya yang sedari tadi ia tidurkan di paha Naruto.

Naruto kemudian menarik rambut sasuke, yang ditarik mengaduh pelan.

"Sialan, kenapa sih?" Sasuke tidak beranjak, ia hanya menggeser kepalanya, menatap wajah Naruto yang ada di atasnya.

"Habis kamu ngomongnya nggak dilanjutin, salah sendiri." Jawab Naruto enteng, lanjut memakan cemilan di baskom kecil yang ia peluk.

Sasuke menggusap kepalanya yang terasa sakit, kemudian kembali diam. Tidak lama, ia bersuara.

"Aku ingin punya anak."

Wait.

Naruto menghentikan tangannya yang hendak memasukkan makanan ke mulutnya di udara. Wait a second, did sasuke just say something crazy or maybe I get to sleepy to heard him wrong. Naruto melotot ke bawah, kepangkuannya, ke Sasuke. Sasuke sama sekali tidak melihat wajah Naruto saat mengatakan itu, ia memiringkannya dan memakukan pandangannya ke TV yang sebenarnya acaranya sudah tidak masuk ke otaknya lagi.

"Yasudah, kamu cari perempuan kalau begitu."

Naruto berusaha keras menutupi kekesalannya dengan omongan Sasuke yang kelewat tidak masuk akal. Mereka tidak akan bisa punya anak, kecuali kalau mereka ingin anak adopsi. Emangnya Sasuke mau mengadopsi anak? Sepupunya sendiri yang masih satu keluarga aja dia tidak mau menyentuhnya, apalagi anak itu tidak ada hubungan darah dengannya? Bisa-bisa hanya Naruto yang merawat anak itu seorang diri. Tunggu, emangnya Sasuke suka anak-anak?

Sasuke itu bebal, susah dibilangin, nggak doyan ribet, kok malah mau punya anak. Emang bisa ngurus? Itu-itu saja yang berputar di kepala Naruto.

Sasuke bangkit dari tidurannya, ia menatap Naruto dengan berang.

"Maksud kamu apa?" Naruto tau Sasuke sangat kesal sekarang. Yah apalagi dia, lebih-lebih malah.

"Seharusnya aku yang bilang begitu. Maksud kamu apa? Kamu mau punya anak? Dapat dari mana? Dari perempuan kan? Emangnya kamu mau adopsi anak?" Suara Naruto terdengar tenang, tapi Sasuke tau dia kesal.

Sebenarnya bukan itu maksud Sasuke. Ia menggigit bibirnya, sepertinya ia salah membuka percakapan.

"Kenapa diam? Kamu mau aku yang cari perempuan dan punya anak?"

Plak.

Tamparan yang tidak bisa di bilang pelan nemplok di pipi Naruto. Pedih bukan main. Nyut-nyutan.

"Sudahlah. Lupakan." Sasuke berbisik pelan dan angkat kaki dari ruang tamu, pergi menuju kamar.

Naruto mematikan TV, mengerang kuat, sebal dengan Sasuke yang suka tidak jelas begini. Ia jamin, ini masalah sebenarnya nggak se-dramatis ini, tapi Sasuke emang paling susah menyampaikan apa yang ada di isi hati dan kepalanya dengan benar. Ini bukan pertama kali Naruto mengalaminya, dia sudah terbiasa. Mau tak mau yah harus dirinya yang mengalah. Membujuk Sasuke untuk bicara dengan baik-baik dan menyampaikan pendapatnya dengan baik-baik pula.

Setelah menenangkan dirinya sendiri dan merasa pipinya sudah tidak sakit lagi, akhirnya Naruto beranjak, meletakkan baskom cemilannya di meja dan menyusul Sasuke ke kamar.

Di tempat tidur, Sasuke tidur dengan memunggunginya. Naruto melangkah pelan dan duduk di sisinya. Tangannya dengan pelan menyentuh pundak Sasuke yang di balas dengan penolakan.

Apa boleh buat, Naruto beranjak naik dan memeluk Sasuke dengan paksa dari belakang.

"Apaan, sih. Lepasin." Sasuke meronta di dalam pelukan Naruto. Tapi tenaga Naruto cukup kuat untuk membuat Sasuke tak bisa lepas dari pelukannya.

"Gitu aja kok ngambek, yaudah maafin aku. Yuk kita bicarain lagi, kali ini yang jelas." Naruto merenggangkan pelukannya saat dirasanya tubuh Sasuke sudah rileks dan tidak berusaha menolak, ia memindahkan tangannya ke perut Sasuke, mengusapnya pelan.

"Seminggu lalu, aku bertemu Sakura di café Kakashi." Sasuke mulai berbicara, Naruto diam mendengarkan.

"Aku cerita padanya, soal ingin punya anak. Yah tentu saja bukan adopsi, jadi aku tanya apa ada pil yang bisa membuat laki-laki mengandung." Suaranya memelan di bagian akhir. Naruto syok bukan main, mau memotong, tapi ia urungkan, biarlah Sasuke menyelesaikannya dahulu.

"Sakura hanya tertawa, jelas aku kesal. Aku sudah kepalang malu bertanya hal itu, dia malah tertawa. Tapi…" Sasuke berhenti, ia memutar tubuhnya, matanya sekarang tertuju tepat ke mata Naruto, sangat dalam.

"Iya menjelaskan sesuatu tentang Surrogate Mother. Ibu titipan. Kita bisa memberikan sperma kita dan akan ada wanita yang mendonorkan rahimnya untuk di buahi. Tentu saja, no sex needed. Just sperm and ovum."

Naruto mengedipkan matanya. Ini Sasuke mabuk atau dia mabuk, atau dia bermimpi, atau gimana yah? Seriusan aja ada surrogate mother? Sumpah dia baru pertama kali mendengar tetang penemuan baru itu. Sepertinya wawasan-nya belum seluas Sasuke dan Sakura. Ia sempat kesal di poin itu.

Mata Sasuke sedikit berbinar saat ia menceritakannya ke Naruto. Naruto tidak tega menolaknya. Tapi ia juga tidak bisa ambil keputusan cepat begitu saja. Ia harus bertemu Sakura untuk menanyakan hal ini lebih lanjut, tapi pertama, ia akan menenangkan Sasuke.

"Sebelum aku jawab, aku mau nanya dulu nih, kenapa tiba-tiba kamu ingin punya anak?" Suara Naruto sangat lembut, membuat jantung Sasuke berdesir. Bahkan tangan Naruto tak hanya diam, ia mengusap rambut Sasuke pelan dan menyingkirkan anak-anak rambut yang menghalangi dahi Sasuke untuk ia cium.

Sasuke belum menjawab. Naruto menyambung.

"Kamu kesepian yah?" Sasuke mengalihkan pandangannya, sepertinya jawaban Naruto benar. Iya sih, Naruto seorang arsitek muda yang sedang menanjak karirnya, jobnya sedang banyak, janji untuk jumpa klien seminggu bisa lebih dari dua kali dan hanya punya sedikit waktu di rumah untuk Sasuke.

Sasuke sendiri adalah seorang penulis, kebanyakan waktunya ia habiskan menulis skrip novel miliknya, mencari refrensi di rumah, perpustakaan atupun di café Kakashi. Sebenarnya itu bisa mengalihkan Sasuke dari kesendirianya.

Tapi, mungkin saja karena Sasuke yang lebih sering di tinggal di rumah sendiri, merasa sedikit kesepian, daripada Naruto yang banyak menghabiskan waktu di luar.

Karena Sasuke dari tadi terus diam, Naruto akhirnya mengalah.

"Yasudah, nanti kita bertemu Sakura. Kita bicarakan lagi. Tapi kamu sudah yakin Sasuke? Mengurus anak itu susah loh. Aku sendiri hanya punya waktu luang weekend. Kamu sendiri, apa kamu sanggup? Kerjaan menulismu kan juga ribet."

"Tidak apa-apa. Aku bisa. Aku hanya ingin ada bagian dari dirimu di rumah ini yang menemaniku selama kamu tidak di rumah." Sasuke malu sendiri mengucapkannya dan menenggelamkan wajahnya di dada Naruto. Jarang-jarang loh Sasuke bersikap dan berkata manis seperti itu pada Naruto. Naruto sebenarnya ingin menggoda Sasuke yang sedang bersikap manis, tapi ia tidak ingin menghancurkan momen yang sedang enak-enaknya. Jadi Naruto hanya terkekeh sambil mendekap tubuh Sasuke erat-erat.

"Bagaimana sebelum kita bertemu Sakura besok, Kita coba dulu hari ini, siapa tau kamu bisa hamil." Naruto tersenyum jahil, tangannya sudah turun ke bokong Sasuke.

"Jangan bicara omong kosong. Kita sudah sering melakukannya dan aku tetap tidak hamil." Sasuke mencubit tangan Naruto yang sudah meraba entah kemana. Suaminya ini emang suka jahil.

"Atau…"

Sasuke menggeser tubuh Naruto dan mengubah posisinya menjadi di atas Naruto. Ia mengurung Sasuke dengan tubuh dan kedua lengannya yang berada disisi kepala Naruto.

"…bagaimana jika aku yang melakukan penetrasi, mungkin saja kamu bisa hamil, Naruto."

Lah, si Sasuke makin ngelantur atau sisi jahilnya sedang kumat.

Naruto mengerutkan dahi, tidak suka dengan ide itu, kemudian membalikkan keadaan. Dirinya sekarang yang mengurung Sasuke dengan tubuhnya.

"Atau…" tatapannya berubah intens dan menatap Sasuke tanpa berkedip, tangannya mulai turun kebawah, membuat Sasuke bergerak tidak nyaman.

"…mungkin saja aku belum cukup banyak memenuhi tubuhmu dengan benihku." Naruto mendekatkan wajahnya, senyumannya berubah iblis dan Sasuke mencium bau tanda bahaya.

"…ngh…angh," Sasuke tidak bisa menolak saat Naruto mulai menginvasi lehernya. Sialan, sepertinya hari ini ia akan kerja keras lagi memuaskan Naruto. Suaminya ini punya stamina seperti kuda kalau sudah di ranjang. Tapi bukan berarti dia tidak suka. Dasar Sasuke, tidak mau jujur. Padahal ia sama saja seperti Naruto, kuat nafsu. LOL. LMAO.

Sepertinya Sasuke tidak yakin bisa bertemu Sakura dengan kondisi badan yang fit besok.

.

.

.

End of chapter one.


Author's note: Halo semua, sedang dalam mood untuk ngetik cerita dan ini terinspirasi setelah baca doujinshi/manga panel AOKISE FAMILY by FUFU. Ucul banget ceritanya, jadi terinspirasi buat satu, dengan Narusasu sebagai pair utama. Sebenarnya terinspirasinya untuk bikin cerita family yang unyu-unyu seperti cerita FUFU (semoga unyu-nyu. Amin. Walau banyak drama, LOL) So, ini cerita chapter-an, sekali chapter langsung end, kayak oneshot-an gitu. Nggak ada tbc-tbc-an. Unless, I write it to long and then split it into two or more chapters. So please kindly enough, leave some love a.k.a review(s).

And please, please, please, please, don't ask me to write sasunaru story, it's not like I don't like to write one, idk if I want to write one in the future, but I want to help make narusasu pair growing in this fandom. Kan sasunaru udah banyak banget tuh, jadi aku buat cerita narusasu aja yah, biar adil (ah bacot lu).