COKLAT.

Sequel "Angkot"

By: akuma

Pair : Sasuhina

Punya OM MK

Warning!

- Dijamin GEJE, OOC, pen muntah, pingsan.

- Dan bagi yang tidak suka SasuHina harap tekan tombol BACK!.

.

.

.

DON'T LIKE, DON'T READ.

Tiba Saatnya dimana keluarga Sasuke melamar Hinata, sekarang Sasuke sudah lulus dari SMA dan kuliah mengambil jurusan bisnis, untuk meneruskan perusahan turun temurun keluarganya. Awalnya Sasuke menolak mati-matian melanjutkan kuliahnya di jurusan bisnis, tapi karena mengalami ancaman jitu dari Sang ayah, akhirnya secara tidak rela dirinya meneruskan kuliahnya mengambil jurusan bisnis.

Flashback on

Saat makan malam usai, semua keluarga Uchiha berkumpul di ruangan, menonton acara tv kesukaan mamah Mikoto, selaku satu-satunya wanita di dalam keluarga Uchiha.

"Sasuke, kau akan melanjutkan sekolah di jurusan apa?" Tanya Itachi pada sang adik yang hanya diam.

"Dokter." Jawabnya acuh.

"Wah, sama donk dengan Hinata-chan!." Ujar Mikoto dengan mata berbinar-binar, menyebutkan nama calon menantunya tersebut.

"Hn." Gunam Sasuke menahan mati-matian senyuman bahagianya.

"Papah tidak izinkan!." Protes Fugaku tiba-tiba, dengan nada suara serius.

Dan sukses membuat semua mata tertuju padanya, dasar caper *cari perhatian

"Kenapa?" Tanya sang Istri heran, mewakili suara kedua putranya, yang masih memandangi sang ayah dengan wajah sangar. *keluarga aneh

"Sasuke, harus masuk kuliah jurusan Bisnis." Jawab Fugaku mendelik ke arah sang anak.

"Tidak mau, aku mau masuk dokter, dengan Hinata!." Protes Sasuke tidak terima.

"Kalau kau menentang papah, papah akan batalkan lamaranmu." Acam Fugaku tidak kalah sadis.

Bagaikan tersambar petir disiang bolong, tubuh Sasuke langsung diam membeku, dari pada dirinya tidak jadi menikah dengan Hinata-nya, mendingan dirinya mengalah, toh tidak ada ruginya juga, masuk jurusan bisnis, dan dirinya bisa menikahi Hinata dengan cepat, pikirnya memasang seringai kemenangan, walau pun dengan wajah datarnya.

Sasuke menghentikan seringainya, "Baiklah, tapi aku mau menikahi Hinata secepatnya, bila perluh besok!." Ujar Sasuke memberikan syarat tidak masuk akal dengan tampang garang, kembali mendelik ke arah sang ayah.

"Baik." Jawab fugaku menyetujui.

Dan langsung di balas dengan seringai puas dari Sasuke, Mikoto pun tertawa sambil memeluk suaminya erat, sedangkan Itachi hanya bisa mendesah hendak protes, tapi ia urunkan niatnya, dan menerima semuanya pasrah.

Flashback off

Sasuke berjalan angkuh di ikuti keluarganya menuju pintu rumah Hinata, Lalu tangannya terjulur untuk mengetuknya.

Tok

Tok

Tok

Suara pintu terdengar nyaring, seorang di dalam rumah merasa terusik dan bergegas membuka pintu dengan gerakan cepat.

CEKLEK.

Terlihat sosok perempuan berparas cantik, mengenakan piama tidur bergambar kelinci besar di depannya, menatap kaget ke arah sang tamu yang tidak di undang. *jaelangkung*

"Malam Hime." Sapa Sasuke tersenyum lebar melihat penampilan pujahan hatinya yang sungguh mengemaskan dimatanya.

Sedangkan Hinata masih menatap horor wajah Sasuke yang menatapnya dengan wajah datar dan pandangan mesum yang di tunjukan ke arahnya.

"Wah Hinata-chan, manisnya." Ujar Itachi memecah keheningan yang berlangsung, dan sukses dihadiahi deathglare gratis dari sang adik yang merasa tidak suka.

"Dia Hinata-ku, jangan coba mengodanya baka!" Desis Sasuke tidak terima, segera menarik tangan Hinata kearahnya, sehinga tubuh Hinata langsung menabrak dada bidang Sasuke dengan keras, dan tangan kanan Sasuke melingkari pinggang ramping sang gadis yang sekarang sedang di peluknya dengan erat dan posesif.

Itachi hanya bisa melogo tidak percaya mendengar penuturan adik kesayangannya. ' Menggoda' ujarnya dalam hati bingung.

Sedangkan fugaku dan Mikoto hanya terdiam acuh, tanpa berniat membela anak sulungnya, yang sedang di tindas oleh anak bungsunya.

"Hinata-chan, mana ayahmu?" Tanya Mikoto, tidak sabar.

Kedua tangan Hinata, langsung mendorong dada bidang Sasuke, dengan cepat. "E-eh, ada tan_ eh... Mah," Jawabnya tergagap, menahan malu, karena tingkahlaku Sasuke yang seenak jidatnya, maen peluk-peluk aja. "S-silakan masuk." Imbuhnya mempersilakan keluarga Sasuke memasuki rumahnya.

Semua keluarga Uchiha pun masuk, termasuk Itachi yang mengekor di belakang orang tuanya, tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya.

"S-silakan duduk." Ujar Hinata mempersilakan semua keluarga Uchiha untuk duduk di atas sofa ruang tamu.

Saat Hinata hendak pergi tiba-tiba tanganya di tarik Sasuke, "mau kemana?" Bisiknya lembut.

"M-memanggil ayah." Jawab Hinata singkat, melepaskan genggaman tangan Sasuke yang mencengkram erat tangannya.

.

.

.

Seorang lelaki paru baya (tua) berjalan mendekat ke arah ruang tamu, dengan di iringi oleh Neji, Hanabi, dan Hinata, yang mengerkor tepat di belakangnya.

Setelah keluarga Hyuga sampai di ruang tamu, langsung di sambut keluarga uchiha yang segera berdiri dari duduknya, membungkuk memberi hormat, dan dibalas oleh keluarga Hyuga dengan hormat juga.

"Fugaku, Mikoto?" Sapa Hiashi memastikan tidak salah mengenali orang.

"Wah, kau masih mengenalku ya Hiashi-san." Ujar Mikoto membenarkan panggilan Hiashi padanya.

"Hn." Gunam Hiashi lalu segera mempersilakan keluarga Uchiha untuk kembali duduk, dan dirinya pun bergegas duduk diikuti Neji, Hanabi dan Hinata.

"Hn, ada keperluan apa kau datang kerumahku?" Tanyanya tegas tanpa basa-basi.

"Ah, kami mau melamar anakmu, Hinata." Jawab Mikoto to the point, dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya.

"Untuk siapa?" Tanya Hiashi menyeringit heran.

"Untuk anakku Sasuke." Jawabnya dengan suara riang, dan tersenyum lebar.

Hiashi semakin aneh, 'Sasuke' gunamnya dalam hati berfikir. 'Siapa Sasuke?'

Karena Hiashi tidak kunjung menjawab akhirnya Mikoto kembali berbicara. "Sasuke, ayo perkenalkan dirimu nak." Perintah Mikoto lembut.

"Hn, paman, aku Sasuke." Ujar Sasuke memperkenalkan diri, dengan singkat padat dan tidak jelas.

Hiashi mendelik ke asal suara. 'Ohw Anak SMA itu, ternyata dia benar-benar serius ingin bermain-main denganku ya.' ujar Hiashi dalam hati dengan nada sinis.

"Hn, aku akan menerimamu, tapi dengan satu syarat." Ujar Hiashi tegas.

"Apa paman?" tanya Sasuke tidak sabar.

"Aku tidak mau di tinggalkan putriku, jadi Kau harus mau tinggal bersamaku, dan aku berharap kau tidak menyetuh putriku ataupun membuatnya hamil dalam waktu dekat ini, sebelum kalian resmi menikah." Suara Hiashi bernada sinis dan tegas menyampaikan semua keinginannya.

Keluarga Uchiha tentu saja langsung panik dengan syarat yang di ajukan calon besannya yang tidak masuk akal, sebab seingat mereka Sasuke sudah melakukan hal 'itu' pada Hinata.

"Hiashi-san bengini bukankah tidak baik melarang sepasang kekasih melakukan 'itu' dengan pasanganya, jadi alangkah baiknya bila kita tidak usah ikut campur dengan urusan mereka iy_" penjelasan Mikoto langsung di potong oleh Sasuke.

"Baiklah paman, tapi aku mengajukan syarat juga." Potong Sasuke mantap, dan langsung di hadiahi pelototan dari sang mamah tercinta, yang menatapnya tidak percaya.

"Apa?" Tanya Hiashi berdehem tidak suka.

"Aku ingin menikah dengan Hinata secepatnya, dan paman tidak boleh menolaknya." Tantang Sasuke tidak kalah sinis, dan tidak menerima penolakan dari sang mertua.

Hiashi langsung tergagah oleh penuturan calon mantunya, 'Dasar anak kurang ajar.' Makinya dalam hati kesal.

"Hn." Hiashi hanya menjawabnya dengan Guman tidak jelas, sebenarnya dia mau menolak, tapikan gengsi.

"Baiklah pernikahan Hinata dan Sasuke akan di adakan secepatnya, dalam 1 minggu ini." Ujar fugaku mengakiri perbicangan keduanya.

Sasuke yang mendengar penuturan ayahnya menyeringai nakal kearah calon istrinya, yang menundukan kepala dalam, tanpa berusaha membalas tatapan Sasuke padanya.

.

.

.

SJ

.

.

.

1 minggu berlalu, pernikahan Sasuke dan Hinata berlangsung lancar dan tanpa kendala apapun, Sasuke menuruti janjinya untuk tinggal di kediaman Hyuga dengan mertuanya, kakak ipar dan adik iparnya yang memandangnya dengan muka suram, Tapi tidak dengan sang istri yang menatapnya dengan wajah merona dan senyum malu-malu yang tersungging di wajah cantiknya.

Malam pertama Hinata dan Sasuke pun berlangsung usai upacara pernikahan berakhir, dan semua itu membuat Hiashi resah setegah mati, membayangkan sebentar lagi putrinya akan jatuh di pelukan serigala kelaparan yang tepat di hadapanya, mata Sasuke dari tadi terus memandang putrinya dengan penuh minat, dan seringai yang menurutnya menyebalkan.

Rasa gelisa masih menghinggapi Hiashi, matanya terus memandang Sinis menantunya, begitupun Neji dan Hanabi yang terus memandangi Sasuke dengan buas, tapi yang di pandang hanya diam tidak perdulih, atau lebih tepatnya tidak mau memperdulihkan.

Malam semaki larut, Sasuke yang menyadari malam ini adalah malam pertamanya dengan sang istri langsung mengajak istrinya masuk ke dalam kamar, meninggalkan mertua, kakak iparnya dan adik ipar.

Setelah mereka sampai di dalam kamar Sasuke hanya menyeringai mesum menatap tubuh istrinya yang masih terbalut gaun pengantin panjang.

"Hime, apa boleh aku menyentuhmu sekarang?" Ujar Sasuke meminta persetujuan sang istri.

Hinata hanya menjawab dengan angkukan dan wajah yang merona.

Sasuke yang mendapat respon dari sang istri kembali menyeringai nakal, tangannya terjulur menyentuh pundak mungil Hinata, dan menuntun tubuh Hinata untuk duduk di tepi ranjang, tangan Sasuke melepaskan aksesoris yang masih menghiasi rambut pajang Hinata, membukanya perlahan dan penuh hati-hati agar tidak melukai istrinya.

.

.

.

Di luar kamar.

Hiashi masih panik, sejujurnya ia ingin sekali melihat keadaan putrinya di kamar sana, tapi ia urunkan niatnya, dirinya hanya bisa memantau dari depan pintu kamar putrinya, takut bila terjadi apa-apa dengan putrinya.

"Ah, Sasuke-kun sakit..." Rintih seorang perempuan di dalam, mengeluh kesakitan dengan suara berteriak.

"Tahan Hime." Ujar sang lelaki menenangkan, dengan suara sedikit mengeram.

"Ah, tapi sakit, hiks...hiks...hiks..." Keluh Hinata, terisak.

"Ya mau bagaimana lagi, memang seperti ini kan." Ujar Sasuke ketus.

"Hiks...hiks...hiks..."

"Tahan sayang, jangan menangis lagi ya, inikan sudah malam, nanti ayah kamu bangun." Sasuke kembali menenangkan Hinata.

Hiashi yang mendengarkan putrinya menangis dan merintih kesakitan, hanya bisa diam dengan tubuh yang terus mondar-mandir di depan pintu kamar purtinya, tanpa berniat masuk. Tapi sejujurnya dia tidak tegah mendengar suara anaknya berteriak kesakitan, tapi apa mau di kata, malam pertamakan memang seperti ini menurutnya.

"Hiks...hiks...hiks..., sakit, aku mau langsung di cabut saja..."

"Tahan Hime, tunggu sampe pagi ya, nanti setelah pagi baru di cabut." Ujar Sasuke, menenangkan.

Hiashi yang mendengar penuturan sang menantu, merasa marah dirinya langsung mendobrag pintu kamar anaknya secara paksa.

BRAK.

Suara pintu terbuka dengan keras.

"DASAR BERENGSEK, kau mau membunuh putriku ya!." Ujar Hiashi beteriak murka mamaki menantunya.

Sasuke dan Hinata yang kaget, langsung menoleh ke sumber suara.

"A-ayah?" Ujar Hinata kaget.

Suasana menjadi hening.

"Ada apa ayah, malam-malam kemari?" Tanya Hinata memecah ke heningan yang ada.

"Tidak, ayah hanya khawatir ketika mendengar kamu kesakitan, jadi ayah langsung kemari." Elak Hiashi mencoba mencari alasan, ketika melihat penampilan putriya yang masih baik-baik saja, dan tidak kurang suatu apapun.

"Ah, iya ayah gigi ku benar-benar Sakit, tadi aku makan coklat terlalu banyak di pesta, ahw..." Jelas Hinata, memegangi pipinya yang sakit.

"Ohw." Hiashi hanya melongo tidak percaya, dengan muka cegonya.

Sedangkan Sasuke hanya menyeringai meremekan tingkah mertuanya, yang menurutnya berlebihan.

END.

Omake~

Malam ini setelah makan malam usai, semua keluarga Hyuga, berkumpul menonton tv.

Acara Nonton TV barlangsung dengan suasana mencekam, hari ini kediaman Hyuga berbeda dari biasanya, setelah kehadiaran calon anggota keluarga baru mereka, suasana yang dulu begitu hangat, sekarang bagaikan suasana Horor.

"Hinata, apa gigimu sudah di cabut?" Tanya Hiashi lembut kepada putrinya.

"Belum ayah, kata dokter ini tidak usah di cabut, tapi sakitnya sudah hilang kok." Jawab Hinata terseyum manis ke arah ayahnya.

Sedangkan sasuke hanya diam, tidak berkomentar, tangannya terus memegang tangan istrinya dengan erat, meski mereka duduk bersebelahan.

"Hime, ayo kita kekamar?" Ajak Sasuke, menarik lengan sang istri untuk mengikutinya, dan sukses membuat mata Hiashi melotot tidak suka, bila kulit mulus putrinya bersentuhan dengan kulit kasar sang menantu, yang menurutnya berengsek.

Hinata yang di ajak suaminya hanya bisa pasrah, dan mengikuti langkah suaminya, yang membawahnya ke kamar mereka, dia tidak mau mengecewakan Sasuke karena malam pertama mereka hancur berantakan karena ulahnya kemarin.

KREB.

Suara pintu kamar tertutup rapat, Sasuke langsung mengunci pintu kamar mereka, dan membaringkan tubuh Hinata di atas ranjang dan menindihnya, lalu...

STOP!

Hampir aja akuma keblabasan, hheheheh

Habis akuma lupa, kalau fic ini rate T sih, hahahahhahah

Untuk sementara di END dulu ya minna-san. *ditimpukin_reader

.

.

.

Hay minna-san, jumpa lagi bersama akuma, akuma seneng bangt bisa kembali berjumpa dengan minna-san, setelah lama Hiatus, tanpa pemberitahuan. hhehhehehehehhe

Ma'af ya minna-san, akhir-akhir ini otak akuma suka blank~ kagak jelas, kayak sekarang hahhahahhahah

Oya, mohon maaf kalau ceritanya garing bangt, bahkan enggak lucu sama sekali, harap di maklumi ya minna-san, karena akuma kan bukan pelawak, hhahahah

Salam sayang untuk semua reader yang sudah membaca fic akuma, akuma ucapin terima kasih sedalam-dalamnya dan segenap hati. #plak *mode lebay on*

Akhir kata.

Arigatou minna-san.

Ja-nee~

SJ : 08 - 08 -2016.