Title : Three Side Two Body

Main Cast : |Luhan| |Oh Sehun|

Other Cast : EXO Member

Genre : Romace, Drama, Hurt/Comfort

Rating : T

Warning : FF Yaoi, Out of Character, jadi ada sedikit keretbalikan sifat Luhan dengan Sehun disini. But, Sehun tetep jadi Top/Seme/Dominant dan Luhan tetep Bottom/Uke/Submissive. Don't forget RnR.

© 2016 DwiPurnama

Happy Reading

'Semua yang penting akan aku selamatkan bagaimana pun caranya, tapi jika tidak, akan aku lenyapkan bagaimanapun caranya'

Kring~ kring~ kring~
Kubuka mataku dengan malasnya, mengingat hari ini adalah tahun ajaran baru dan aku baru saja diterima di Universitas ternama. Tapi, aku sendiri tak mengerti dengan diriku sendiri, sempat aku berpikir bahwa bodohnya dan malasnya diriku. Kalian tau, aku sangat benci beranjak dari tempatku saat ini menuju ke tempat yang sangat diidam idamkan semua orang di Seoul, tapi untukku 'TIDAK' sama sekali, aku juga bingung kenapa, tapi yang berinisiatif untuk sekolah disana adalah aku sendiri. Bukankan itu aneh. Aku benci sekolah yang kupilih.

"Kenapa harus sekarang, kenapa tidak besok, ah kenapa tidak minggu depan saja, aku belum siap bahkan liburanku baru kurasakan tadi malam" cerca Sehun pada dirinya sendiri yang saat ini sedang menggosok giginya dengan kasar. "Ya Tuhan, kenapa sudah jam 9 padahal aku berniat untuk santai dan berniat tak menguras tenaga, tapi.. aarrgg, sudahlah aku harus buru-buru sekarang" diambilnya dengan kasar tas yang tadinya masih bergantung rapi ditempatnya.

Di sisi lain, sekelompok lelaki tengah berjalan dengan anggun dan santainya bak model yang tengah berjalan di catwalk. Tak hanya tingkah lakunya saja yang anggun, tapi wajahnya pun tak kalah anggunnya. Perlu kalian ingat mereka itu adalah laki laki, ya, dua diantaranya lebih cantik dari perempuan,dan sisanya sangatlah tampan bahkan gadis-gadis pun memuja mereka, bahkan tak ada niat di benak mereka untuk menjauhi para lekali itu barang 1 mm pun, yang mereka lakukan saat ini adalah mengerumuni laki-laki itu layaknya semut yang tertarik akan kemanisan dari gula.
Sehun hanya menatap malas ke arah kerumunan yang dianggapnya tak jelas itu, ia pun hendak berjalan melewati kerumunan yang dianggapnya tak penting itu. Namun, pergerakannya harus terhenti ketika, seorang yeoja yang ada di kerumunan itu menabrak seorang Oh Sehun yang mengakibatkan ia terjatuh dan pantatnya yang sexy harus menghantam lantai dengan tidak elitnya. " Ya! apa kalian pikir ini jalan orang tua kalian, apa hak kalian berkumpul di tengah jalan seperti ini, kalian tau ini mengganggu lalu lintas dan ketertiban umum, apa kalian bisa minggir sekarang, kalian tau aku sedang buru-buru. Sial, hanya karna sekarang semester baru aku sudah menguras banyak tenaga. Tunggu apa lagi minggir kalian semua". - Baiklah dimana Sehun yang irit bicara berada? - Semua kalimat itu ia lontarkan dengan kasar dan dibubuhi dengan nada sedikit dingin. - Sehun kini bukan Sehun yang irit bicara, malah Sehun sekarang seperti ibu-ibu di pasar yang sedang menawar barang yang sampai harga serendah mungkin ia dapatkan – dan benar saja semua mendadak membisu, tak terkecuali para lelaki yang tadi. Tapi, seper sekian detik kemudian salah satu pria itu menyeringai tipis, sangat tipis sampai-sampai tak terlihat oleh siapapun. 'menarik' batin lelaki itu.

"Ah~ maafkan kami, apa kami mengganggu perjalanan indah anda? Jika iya, kami akan segera minggir. Oh ya perkenalkan namaku Luhan"

"Cih, aku tak butuh namamu, apa untungnya bagiku tau namamu, dasar sialan. Aa~ satu lagi, ternyata kau tau apa salahmu, maka dari itu cepat minggir dari hadapanku" umpat Sehun yang sekarang kemarahannya sudah mencapai ubun-ubun. – Seperti bukan Sehun -

"Sial." Satu umpatan 'lagi' lolos dari bibir tipis namja putih itu.
"SEHUNNAAA~". Seseorang yang memanggil nama Sehun membuat sang pemilik nama pun harus mencari sumber suara yang baginya sangatlah merusak pendengaran.
"Ada apa kau teriak seperti itu, Kkamjong, kau tau kau sangat menyita perharian orang lain dan merusak telingaku, kau tau kita sekarang sedang di kantin sekolah. Aku malu". Ya, jika dipikir pikir memang benar, teriakan seorang namja berkulit tan yang tak lain adalah sahabat Sehun itu bagai berteriak di sebuah hutan belantara yang tak ada seorang pun yang hidup di sana, sangat menggelegar sampai-sampai semua orang yang beberapa detik lalu masih bergutat pada makanan mereka masing-masing sekarang harus mengabaikannya karena harus melihat ke sumber suara yang sangat menggelegar itu. Wajar saja sekarang Sehun sangat malu, karena berpuluh pasang mata kini telah memperhatikannya, ah dan ingat sedikit, Sehun akan cerewet jika hanya berada di dekat sahabatnya satu satunya ini. Kai. Jika dilihat lebih rinci lagi, di dalamnya ada sepasang mata yang melihatnya dengan tatapan berbeda dari orang lain, tapi bukanlah tatapan benci atau membunuh ataupun sejenisnya.
"Yak, apa kau gila, kenapa kau menjitakku, sakit tau" Jong In atau akrab dipanggil Kai pun masih mengelus kepalanya yang terasa berdenyut karena dijitak sangat keras oleh teman yang sangat ia sayangi.

"Kau yang memintaku melakukannya, kau sendiri yang salah, berteriak seperti kita sudah lama tak bertemu."

"Maaf maaf, aku hanya sangat merindukanmu, sudah 3 tahun kita tak bertemu dan sekarang aku benar-benar takjub melihatmu, kau tambah tampan saja albino jelek"

"Ya ya aku tau itu, aku memang tampan, bahkan para dewa memujaku, dan hei, kau tadi memujiku dan kemudian mengejekku, apa maumu hah?!" Begitu bangganya Sehun mengatakan semua itu dan nyaris membuat Kai mual karnanya.

"Ya ya, itu memang kenyataannya, kau tampan dan juga jelek dasar albino. Sudahlah aku tarik ucapanku tadi mengenai mengatakan kau tampan."

"Ya ya, terserah kau saja Kkamjong."

Memilih tak lagi menggubris temannya itu, Sehun pun mengembalikan fokus yang tadi sempat tertunda pada makanannya.

Tak mereka sadari, sedari tadi sudah ada sepasang mata yang telah memperhatikan mereka dan sebuah senyuman pun terukir di bibir tipis berwarna peach alami itu, yang tak lain adalah sang yang telah memperhatikan mereka. Luhan. Senyuman, tapi bukan senyuman yang manis.

"Hei!". Sebuah tepukan mendarat mulus di pundak Luhan yang berhasil membangunkannya dari lamunannya.

"Sedang apa Lu? Kau terlihat senang"

"Haha~ bukan apa apa Baek, permainan akan segera dimulai, kau tunggu saja". Temannya yang mendengar kata-kata itu benar-benar bingung dan sama sekali tak mengerti apa yang sahabatnya itu katakan.
Mereka memang sahabat. Luhan dan Baekhyun sudah sejak kecil berteman, di manapun Luhan di sanalah Baekhyun berada, jika dilihat mereka seperti orang kembar, mereka benar benar mirib, tapi sayangnya tidak. Baekhyun dan Luhan tidak memiliki hubungan darah sama sekali, namun orang tua mereka benar-benar dekat. Tapi, semenjak Luhan kira-kira berusia 13 tahun dan ditinggalkan entah kemana oleh ibunya, seketika Luhan yang selalu periang dan mudah bersosialisasi pun menutup dirinya, tapi untunglah tidak untuk Baekhyun sang sahabat yang selalu ada untuk menghibur Luhan.

- Bruk -
"Hei, bisa tidak kalau jalan itu dipakai matanya dengan benar". Oke Sehun kembali ke mode cerewetnya yang entah sejak kapan seperti menjadi kebiasaan barunya, mungkin semenjak insiden pagi tadi. Sehun melontarkan kata-kata kesalnya kepada entah siapa itu. "Maaf, tapi kurasa anda salah, bukankah manusia selalu memakai matanya, bahkan mereka tak pernah mencopotnya sekali pun ketika tidur pun mereka memakainya, begitu juga denganku, aku selalu menggunakannya dengan baik dan benar tuan. Ah sekarang aku ingat, sepertinya kau yang tadi pagi juga memberi siraman rohani kepada para gadis-gadis itu. Apa kau juga mengingatku?" Luhan benar-benar sukses membuat Sehun diam seribu bahasa untuk sesaat, tapi tak lama Sehun pun menjawab dengan sinisnya "Maaf tuan, aku sama sekali tak mengetahui siapa dirimu sebenarnya dan aku rasa kita tidak pernah bertemu sebelumnya. Satu lagi, lain kali tolong perhatikan jalanmu!". Memang benar apa yang dikatakan Sehun, dia sama sekali tak mengingat siapa lelaki itu, hanya buang waktu dan menambah tampungan memori otak saja pikirnya. Ya setidaknya itulah yang ia akui kepada temannya dan kepada Luhan.
"Sehunna, tunggu aku" Kai yang kini berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Sehun pun kembali membuka pembicaraan.

"Hei, bukankah tadi Luhan dan apa kau mengenal Luhan? Atau jangan-jangan kau benar-benar tak tau siapa Luhan?"

"Siapa dia, apa pentingnya bagiku, toh jika aku lulus bukan karena dia." Sehun memang tipe orang yang masa bodo dengan lingkungannya, yang dia pikirkan hanyalah 'akuadalah diriku, aku sukses bukan karna orang lain melainkan karna usahaku sendiri, jadi yang tak penting aku buang dan yang penting baru akan aku selamatkan, itu pun jika sangat penting bagiku'. "Sehun, yak Oh Sehun?!" sekali lagi, Kai berteriak tepat di samping telinga Sehun dan sukses membuat telinga Sehun berdengung sakit dan tersadar dari pemikirannya barusan. "Lagi?!" kemarahan itu hanya dibalas dengan cengiran kecil yang menghiasi bibir Kai. "Kai, sekali lagi kau mengatakan sesuatu tepat di samping telingaku dan membuat telingaku sakit kau tak akan kuanggap sebagai teman lagi. Dasar Kkamjong idiot!". Itulah kata kata maut yang dilontarkan seorang pria tampan bersurai hitam legam dengan kulit putih mulus tanpa cela bak porselen, ditambah dengan aksen mata bak mata elang yang siap menerkam mangsanya kapan saja jika ia dibuat marah. Sama seperti sekarang, bukan hanya kata-kata mautnya saja yang mampu menutup mulut seorang Kim Jong In, namun tatapan elangnya itu pun ikut andil yang mengakibatkan diamnya seorang Kai.

"Baiklah tuan Oh yang tampan bak albino, tak akan ku ulangi lagi, kau yang salah barusan kenapa kau melamun, jangan-jangan kau melamunkan Luhan?"

"Yang benar saja, kenapa aku harus, kenal saja aku tidak, dan juga kami tak pernah bertemu"

"Benarkah itu, tapi dia bilang tadi pernah bertemu denganmu dan dia memperkenalkan namanya padamu, apa kau tau, Luhan sangat jarang berbicara dengan seseorang, bahkan sekedar menyapa saja nyaris tak pernah, yang dia lakukan hanya bersama Baekhyun saja menempel bagaikan mereka berdua sudah dipoles lem perekat, tapi sekarang dia memperkenalkan dirinya padamu dan sudah berapa insiden yang sudah kalian-". Kata-kata Kai terputus karena Sehun tak ingin mendengar ocehan sahabatnya itu lagi. "Sudah ku katakan, aku tak pernah bertemu, dia hanya mengada-ada saja"

"Aku tau kau berbohong Oh Sehun." Seketika Sehun tersentak mendengar ucapan seseorang yang sangat dekat dengannya.

"Oke oke aku jujur sekarang, aku dan emm siapa, aku lupa dengan namanya"

"Luhan"

"Ah benar, Luhan. Aku dan dia memang sempat bertemu tapi pertemuan itu sama sekali tak ada yang spesial dan tak penting bagiku, jadi untuk apa aku mengingatnya, sudahlah lupakan saja yang dia katakan tadi Kai, aku tak suka dengannya, sifatnya aneh, benar-benar aneh."

"Ternyata dugaanku benar tuan Oh, kau hanya pura-pura tak mengingatnya" Kai pun tersenyum menang karena dia sudah tau bagaimana sahabatnya itu, bagaimana seorang Oh Sehun, dia tau hanya dalam sekali menatap gerak gerik ataupun sekedar menatap mata elang Sehun.

"Terserah kau saja, aku pergi"

"Hei tunggu aku albino, kita satu kelas bukan?" Pertanyaan Kai sama sekali tak digubris oleh Sehun, ia tetap berjalan meninggalkan sahabatnya itu yang kini berteriak dan berlari kecil ingin mengejarnya. Ya inilah Sehun yang masabodo dengan keadaan.

"Kau ternyata tak lupa denganku err tampan." Luhan tersenyum puas, ya dia memang mendengar semua percakapan antara Sehun dengan sahabatnya itu. Entah apa yang Luhan tengah rencanakan sekarang, raut wajahnya tak menampakkan sedikit pun kemanisan yang selama ini ia perlihatkan kepada semua orang, tapi sebaliknya.

Apa yang akan Luhan rencanakan sekarang, bahkaan sahabatnya sendiripun, Baekhyun tak mengetahuinya, ada apa dengan Luhan saat ini. Semenjak pertemuannya atau bisa dikatakan insiden yang tak mengenakkan antara dirinya dan Sehun , Luhan menjadi sangat berbeda, dia sekarang lebih sering mendengarkan percakapan orang atau lebih tepatnya menguping dan kebiasaannya pun bertambah satu lagi yaitu pergi ke kantin. Luhan memang seseorang yang jarang pergi ke tempat keramaian, bahkan jika dia bersama Baekhyun, Chanyeol dan Kyungsoo pun dia memilih untuk berdiam diri dikelasnya, tak bersuara, nyaris ditelan kesunyian. Luhan benar benar berbeda dengan Baekhyun yang periang. Ya jika lebih dipikir lagi mereka tidak cocok, tapi Luhan sangatlah betah bersama Baekhyun entah mengapa. Hanya mereka berdua yang tau.

Saat ini Luhan sedang duduk atau dapat dikatakan tidur di kursi kelasnya, karena posisinya saat ini adalah kepalanya tengah tenggelam di kedua dekapan tangannya, tapi jika dikatakan tidur dia tak sepenuhnya tidur, dia tengah memikirkan rencana yang akan dilakukannya kepada Sehun.

"Oh kita bertemu lagi, haha aku tak mengerti kenapa kita selalu bertemu seperti ini, atau aku panggil Sehun. Oh Sehun". Seketika langkah Sehun yang tengah menuju perpustakaan pun terhenti, dengan sigapnya ia memutar tubuhnya sehingga membuat wajah mereka bertemu dan membuat jarak dia antara mereka tak terlalu jauh. "apa kita saling kenal?" kalimat dingin yang diluncurkan Sehun itu langsung memancing tawa Luhan, dan saat ini tawa Luhan lah yang tengah mendominasi lorong yang sangat panjang dan sepi, hanya ada mereka berdua disana. "Hah! Ada apa, kenapa kau tertawa, apa ada yang lucu sehingga kau bisa tertawa dengan sangat lepas?" Sehun kini tengah bersabar menghadapi tingkah Luhan yang terus mengganggunya. "ayolah, kau benar-benar membuatku tertawa Sehun, tatapan dan caramu berbicara yang terlalu dingin. Aku menyukaimu, dan jangan belagak lupa dihadapanku". Ada sedikit penekanan di akhir kalimat yang Luhan lontarkan, dan ekspresi di wajahnya pun seketika berubah, saat ini matanya benar benar dingin, mungkin orang lain akan takut menatapnya secara langsung, tapi tidak untuk seorang Oh Sehun yang juga sama sama memiliki tatapan mengintimidasi dan juga tatapan dingin sedingin es, yang ada di hadapannya saat ini.

"Oh ayolah, kita tak pernah berkenalan, jadi otomatis aku tak mengenalmu, dan kau, aku sama sekali tak pernah memberikan namaku padamu!"

"Baiklah baiklah, mari kita luruskan sekarang, kita mulai dari awal. Namaku Luhan, bolehkah aku mengenalmu?" Luhan meluncurkan kalimat manisnya dan wajahnya tak kalah manisnya dengan semua kalimat itu.

"Sehun"

Begitu singkatnya Sehun membalasnya dan itu membuat Luhan menampakkan smirknya. Dia sangatlah menyukai sikap dari namja itu. 'dia sangat penting bagiku, takkan ku biarkan dia menjadi milik orang lain' batin Luhan.

"Hei! Apa acara perkenalan yang aneh ini sudah selesai, jika sudah aku ingin pergi sekarang"

"Ah maaf, terima kasih emm, aku panggil kau siapa ya, ah aku panggil kau Hun-ie saja bagaimana?"

"Terserah kau saja, dasar orang aneh, satu lagi, aku benci dengan sifatmu. Aku akui kau memang tampan ah maksudku cantik tapi sifatmu aku tau, ini bukanlah dirimu"

"Sudah kuduga, kau sangat istimewa"

"Apa maksudmu? Aish aku hanya buang buang waktu saja bersamanya, berapa menit sudah hilang dengan sia sia. Aku permisi dulu". Sehun pun pergi meniggalkan Luhan yang masih berdiri di tempat yang tadi ia pijaki, masih berdiri dengan menatap punggu namja yang menurutnya sudah menjadi miliknya. "Selamat datang Oh Sehun." Luhan memperlihatkan senyum berbahayanya yang orang sama sekali tak pernah melihatnya karena selalu bisa ia tutupi dengan senyum yang sangat manis dengan mata seperti mata rusa yang selalu berbinar layaknya anak kecil yang ingin dibelikan permen.

"Tunggu dulu, tadi aku bersedia berkenalan dengannya!? Tidak tidak itu pasti mimpi buruk bagiku, firasatku mengatakan akan ada hal yang sangat berbahaya yang akan menimpaku". Ya, saat ini Sehun masih meratapi tindakannya tadi, dia rasa ini bukanlah dirinya. Baru saja ia ingin melupakan orang aneh itu dan sekarang mereka berdua sudah saling kenal. Dengan kesalnya Sehun menghantamkan tubuhnya ke benda yang sangat nyaman baginya, walau menghantamkaannya pun tak akan membuatnya terluka sama sekali. "Aish sudahlah, sebaiknya aku tidur saja, siapa tau dengan tidur semua ingatan itu menghilang. Ku harap."

Di sisi lain Luhan yang kini tengah mampir ke rumah seorang pria bersurai ash grey, berkulit putih tapi tak sepucat kulit Oh Sehun dan memiliki tangan selentik tangan wanita. Baekhyun tengah mengamati tingkah laku sahabatnya itu yang tengah tersenyum layaknya orang yang baru saja menerima uang bertriliun triliun."Lu..Lu~" karna merasa panggilan manis darinya tak digubris oleh sang pemilik nama, Baekhyun pun mencoba sekali lagi "yak! LUHAN!" dan benar saja, Luhan pun langsung tersadar dari lamunannya. "cih~ kau mengganggu ku Baek" bila dilihat lihat saat ini Luhan sangatlah kesal dengan Baekhyun, tapi bagaimanapun kesalnya Luhan, dia tetap terlihat manis, dan sukses membuat Baekhyun harus mencubit pipinya gemas.

"yak! Baek hentikan, jika tidak, aku akan marah padamu. Hentikan Baek!"

"Tak akan ku hentika, kau sungguh menggemaskan, bagaimana bisa Lu, kau lebih tua dariku tapi kau seperti adikku hahaha". Luhan yang mendengar kata kata itu sekarang hanya bisa mempoutkan bibirnya yang manis.

"Apa yang kau pikirkan Lu, apa ada sesuatu, tapi akan ku tebak dulu, pasti kau melamunkan sesuatu yang seru"

"Ah aku tak ingin membicarakannya denganmu. Aku benci padamu"

"Oke oke aku minta maaf, tak akan ku ulangi lagi. Kurasa"

Kata terakhir yang Baekhyun katakan sangatlah pelan, bahkan sangat pelan dan nyaris tak terdengar oleh seekor semut pun.-berlebihan kurasa-

"Apa yang terakhir kau katakan?"

"Apa, apa yang tadi aku katakan? Sepertinya seingatku aku hanya mengatakan 'maaf' saja, jadi katakan sekarang kenapa kau tersenyum seperti itu"

"oke baiklah, aku hanya mengatakan sekali saja dan dengarkan baik baik, aku tak akan mengulanginya"

"baik, ayo katakan"

"emm..aku tertarik dengannya"

"Pfftt kau tertarik dengan seseorang? Kau yakin itu, sepertinya ada yang salah denganmu, akan aku antar kau kedokter sekarang juga Lu." Baekhyun yang seketika heran mendengar kata kata Luhan itu langsung menarik tangan Luhan dan seraya ingin membawa Luhan ke dokter, karna bagi Baekhyun ini semua bukanlah hal yang wajar terjadi pada Luhan, yang ada di benak Baekhyun saat ini adalah Luhan terserang penyakit, ya minimal deman dan mungkin juga lebih parah.

Pagi ini terasa sangat berat bagi lelaki berkulit pucat dan berwajah datar. Diusapnya matanya dengan lembutnya, ia pun mulai berjalan ke arah kamar mandi namun matanya masih tertutup rapat yang dibarengi dengan tangan yang meraba raba mencoba mencari jalan. "Semoga tak bertemu lagi dengannya, Tuhan selamatkanlah hambamu yang tampan ini". Sehun berjalan dengan lesunya menuju sekolah, sikapnya yang sekarang benar benar berbeda 180° dari hari kemarin.

Yosh! Chapter 1 dan sekaligus story pertama yang aku post di FFN ini, ini ff sebenernya udah pernah aku buat dan udah pernah aku post di suatu tempat tapi dengan cast yang berbeda. Sorry jika ada kesalahan kata dalam pengetikan ataupun yang lainnya. Oh ya perkenalkan aku author newbie disini hehe mohon bantuannya semua ^^

Mungkin ada yang masih gak ngerti sama ceritanya bisa ditanyakan lewat review J

Oke akhir kata aku ucapkan terimakasih dan jangan lupa RnR ya, kritik dan saran sangat diperlukan ^^