Tittle : Mine
Disclaimer: BangtanBoys milik Bighit dan orang tua mereka. Jalan cerita terinspirasi dari beberapa cerita yang lain, tidak berniat memplagiat, hanya terinspirasi.
Couple: [YoonMin] [HopeMin]
chapter 3
ATTENTION: BUAT READERS YANG UDAH LUPA SAMA FF INI, KALIAN DIHARAPKAN MEMBACA ULANG DARI CHAP 1. GAK MAU JUGA GAK PAPA, AKU GAK MAKSA KOK.
Bacot bacot gak mutu
Aku ngerti ff ini udah basi. Well, kelanjutan ini hanya buat readers yg pengen membaca nya lagi. Kalo gak mau juga gak papa. Aku ngerti :'(
Maaf kalo cast makin nista. Kalian bebas mengutarakan pendapat kalian seperti watak ini kayaknya udah melenceng jauh. Akan aku usahain untuk menarik nya kembali ke jalan yg lurus dan diredhai *bercanda
Maaf juga kalo kelanjutannya tidak sesuai dengan imaginasi kalian. Dan maaf jika characternya terlalu kasar. Aku udah berusaha menonjolkan sisi romance Yoongi agar dia tidak dilihat terlalu kejam
Selamat Membaca
Setelah satu bogem mentah Yoongi hadiahkan kepada Hoseok, kini Yoongi menatap Hoseok dengan wajah marahnya, sorot mata Yoongi se-akan ingin membunuh Hoseok. Hoseok yang ditumbuk oleh Yoongi hanya berwajah datar. Member lain yang melihat Yoongi yang menumbuk rahang Hoseok hanya memandang Hoseok dan Yoongi bergantian, bersedia untuk meleraikan pergaduhan ini sekiranya ia menjadi lebih parah.
"KAU APAKAN JIMIN, HAH ?" Teriak Yoongi dengan menarik kerah baju Hoseok, sehingga membuat tubuh Hoseok sekarang condong kearah Yoongi, Namjoon yang melihat Yoongi langsung berusaha melepaskan tangan Yoongi yang memegang kerah Hoseok, khawatir kalau-kalau Yoongi akan menghadiahkan 'sesuatu' pada wajah Hoseok. Yoongi yang kesal langsung mendorong tubuh Hoseok hingga jatuh ke lantai.
"Memangnya apa yang ku perbuat ?" Tanya Hoseok kepada Yoongi dengan nada mengejek. Hoseok pun berusaha untuk bangun. Menatap Yoongi dengan tatapan yang sulit diartikan. Yoongi yang ditatap oleh Hoseok menjadi semakin kesal.
"KAU TIDAK PUNYA HAK UNTUK MENYENTUHNYA!"
Hoseok tertawa. Jungkook yang ketakutan melihat Hoseok yang berbeda dari biasanya memilih untuk bersembunyi di belakang Taehyung.
Hoseok berdiri kembali di hadapan Yoongi, menyentuh bahu kiri Yoongi menggunkan telunjuk kanan. Hoseok menunjal bahu Yoongi sambil berkata,
"jimin itu selamanya milik...ku"
"KAU BAJINGAN!" Yoongi hampir menerjang Hoseok lagi tetapi dihalang oleh Namjoon.
"Yoongi, kau masuk ke kamar dan menemani Jimin. Hoseok, malam nanti kau ke kamar Namjoon, tukaran sama Jungkook." Seokjin mulai bersuara.
"Tidak mau." Seokjin mengeram marah mendengar penolakkan Hoseok.
"Sebagai yang paling tua, kalian seharusnya mendengar perkataan ku. Atas dasar apa kau berharap untuk sekamar dengan Jimin setelah apa yang terjadi heoh! Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kelakuan bejat mu itu. Aku tidak mau tau, pokoknya kau harus tidur bersama Namjoon. Titik."
Hoseok langsung masuk ke kamar Joon-Kook dan menghempas pintu dengan kasar. Yoongi sendiri berlalu ke kamar Tae-Min-Hope.
oOo
"Jung Hoseok sialan." Gumam Yoongi.
Yoongi pun berjalan kearah kasur yang ditempati Jimin. Yoongi melihat Jimin sedang terbaring dengan selimut menutupi tubuhnya sampai leher. Yoongi yang melihat Jimin tersenyum.
"Aigoo…Jimin,kau benar-benar lucu kalau matamu terpejam seperti ini.." Yoongi duduk di sebelah Jimin. Memerhati setiap lekuk yang ada di wajah manis kekasihnya. Jemari Yoongi merambat ke pipi Jimin. Ia mendekatnya wajahnya ke wajah Jimin.
Bibir mereka bertemu. Yoongi menciumnya dengan lembut. Saat Yoongi membuka mata, Ia melihat mata Jimin juga sudah terbuka. Jimin terlihat bingung.
"Hyung.." Jimin berusaha untuk duduk tetapi bahunya ditekan hingga dia berbaring kembali.
Yoongi menyibak poni yang menutupi mata Jimin, kedua mata itu bertemu satu sama lain.
"Saranghae Park Jimin."
Belum sempat Jimin membalas ucapan Yoongi, Yoongi langsung menekan bibir Jimin dan menciumnya dengan lembut. Melumat dan menghisap bibir Jimin dengan lembut.
Yoongi menyudahi ciumannya ketika Jimin mulai merasa sesak dan memukul dada Yoongi pelan. Mata Jimin dipandang dalam-dalam. Entah ada setan apa yang menguasai pikiran Yoongi, kilatan cemburu dan marah pun terpancar dimatanya, tanpa basa-basi Yoongi meraup bibir Jimin dengan ganasnya.
Jimin yang merasakan Yoongi bermain kasar menjadi takut. Jimin menutup bibirnya dengan kuat, Yoongi yang merasa Jimin tidak mengizinkan, mengigit bibir Jimin di sela-sela ciuman, kini darah segar mengalir yang sudah di pastikan berasal dari bibir merah milik sang uke akibat ulah Yoongi.
"Enghhh.. Hyungggg..hajima..."
Yoongi yang kemasukan setan cemburu, tidak mendengar kan ucapan Jimin, Yoongi menulikan telingannya. Yang ada di pikiran Yoongi kini hanya menikmati tubuh Jimin.
Yoongi pun menanggal paksa kaos yang dipakai Jimin, melihat tubuh atas Jimin yang terekspos jelas membuat Yoongi menatap lapar Jimin. Jimin hanya bisa menyilangkan kedua tangannya di dada membentuk tanda pangkah, menangis dan memanggil nama kekasihnya berharap agar ia sadar bahwa apa yang mau ia lakukan itu salah.
Yoongi menyeringai sambil matanya menjelajah tubuh Jimin. Yoongi kemudiannya mendengus marah pabila melihat bercak merah di leher Jimin akibat ulah Jung Hoseok.
Jimin merinding ketika Yoongi tersenyum manis. Dengan telaten, Yoongi mengusap bibir mungil Jimin lalu disentuhnya pipi gembul dengan lembut seolah-olah itu adalah barang yang begitu berharga dan kini tangan kiri Yoongi berada di belakang kepala Jimin, mengusap sayang setiap helaian rambut itu.
Tiba-tiba, tanpa rasa kasihan sedikit pun, Yoongi menjambak rambut merah Jimin. Pria berstatus seme itu menarik Jimin turun dari katil.
Yoongi tidak bersuara dan terus menyeret Jimin menuju ke kamar mandi. Dia hanya menulikan indra pendengarannya saat Jimin terus mengaduh kesakitan dan berusaha untuk melepaskan jambakan Yoongi.
"Hy...hyun.. Gulp gulp"
Jimin tidak dapat meneruskan ucapannya sebaik sahaja Yoongi menolaknya masuk kedalam bathub yang penuh dengan air. Jimin yang tertiarap di dalam bathub memberontak, meronta-ronta mencari oksigen disaat Yoongi menahan kepala Jimin, mencegah Jimin untuk bangun.
Setelah beberapa ketika, baru Yoongi melepasnya. Jimin langsung berdiri walau agak sulit lalu keluar dari bathub dan berakhir dengan dirinya tersungkur. Kedua kakinya terasa seperti jeli hingga Jimin harus merelakan pipinya mencium lantai kamar mandi yang dingin.
Lelehan bening menggenangi pelupuk mata beserta napas Jimin yang naik-turun. Tidak dapat dipastikan apa itu air mata atau hanya air biasa namun wajah Jimin terlihat shock.
Belum sempat Jimin mengumpul seluruh nyawa yang hampir melayang tadi, Yoongi membalik tubuh Jimin dan menindihnya. Yoongi terus mencumbu leher Jimin. Dia memberi kissmark ditempat yang sama. Dia ingin kissmark Hoseok hilang dan digantikan dengan kissmark buatannya. Saat ini, rintihan Jimin bagaikan melodi yang indah di telinga Yoongi.
"Aku tak suka ia menyentuhmu…," kata Yoongi.
"A… aku tahu hyung, i…ia bukan siapa-siapa," kata Jimin terbata-bata.
"Tapi.. Kau membiarkan ia menyentuh tubuh ini." kata Yoongi lagi. "Bahkan, kau membiarkan ia menandaimu.." Jari telunjuk Yoongi bergerak melakukan pola berputar pada salah satu kissmark buatan Hoseok.
"M..mian…," Jimin memandang Yoongi ketakutan.
"Kau adalah milikku Jimin" kata Yoongi sambil menyeringai. Jimin mengangguk cepat.
"Katakan padaku, kau milik siapa hmm?" bisik Yoongi. Jimin bergetar, merasakan bagaimana hembusan napas Yoongi mengelitik telinganya.
"Aku milikmu." jawab Jimin pelan.
"Ulangi, milik siapa?" tanya Yoongi lagi. Ia bermain dengan daun telinga Jimin, menambah getaran di tubuh Jimin.
"Aku… milik Min Yoong.. Arghhh.." Jimin tidak dapat menahan rasa sakit saat satu jari Yoongi menekan kulit bahu Jimin hingga mengelupas. Yoongi menarik kulit Jimin yang terbuka, membuat rasa sakit yang kian menjadi menyerang kepala Jimin. Tangan Jimin berusaha meraih sesuatu demi melampiaskan kesakitannya.
"Ulangi Jimin, ulangi. Kau harus mengingatnya seumur hidupmu." katanya lagi.
"Park..Jimin.. hanya milik Min Yoongi."
"Selamanya, Jimin. Selamanya…" Yoongi mengecup luka di bahu Jimin dengan penuh sayang.
"Kau adalah milikku Jimin. Hatimu, tubuhmu, pikiranmu… semuanya adalah milkku." kata Yoongi sambil menyeringai.
"Kau harus menuruti segala perintahku, mengerti?" Jimin mengangguk, seperti budak yang diperintah majikannya.
"Anak baik…" puji Yoongi.
oOo
Yoongi mengusap rambut basah Jimin yang kini duduk di pinggir ranjang. Sentuhan Yoongi dikepalanya membuat Jimin begitu nyaman, ditambah dengan harum Yoongi yang menyeruak dalam hidungnya. Menyambut indra penciumannya, mengantarkan perasaan nyaman dalam hatinya, meski tidak dapat dipungkiri bahawa Yoongi terkadang menjadi sosok yang menakutkan.
"Hyung?" Jimin dan Yoongi dibuat kaget ketika mendengar suara maknae,Jungkook seberang pintu kamarku. "Seokjin hyung mengajak kalian untuk makan." ujar Jungkook lagi.
"Nde. Kami akan datang." balas Yoongi.
oOo
"Yak Maknae, kenapa Yoongi hyung dan Jimin hyung tidak keluar dari kamar?Kau benaran sudah memanggil mereka, kan? Aku sudah lapar..!" keluh Taehyung "Atau apa perlu ku panggilkan mereka lagi?"
"Sstt! Tidak perlu! Kalau kau lapar, kau bisa makan duluan!"
"Tapi kan…"
"Sudahlah, Tae. Kau makan saja duluan." kata Seokjin dengan lembut-nya "Kau kan sudah lapar."
"Benar, ya? Baiklah. Aku makan!" Taehyung mulai mengambil semangkuk kimchi jigae dan mulai memakannya. Member lain yang melihat cara Taehyung makan hanya dapat menghela nafas. 'Kenapa dia terlihat seperti orang yang belum makan lima hari?'
CKLEK
Suara pintu terbuka. Semua member yang ada di ruang makan, kecuali Taehyung, langsung menoleh ke asal suara. Mereka dapat melihat Yoongi dan Jimin yang berjalan kearah ruang makan.
"Mianhae, hyungdeul, Taehyungie, Kookie. Kami terlambat," kata Jimin "Yoongi hyung, ayo duduk."
Yoongi menganggukan kepalanya. Para member yang melihatnya langsung tersenyum senang. Mereka senang Yoongi karna mood Yoongi terlihat baik.
"Nah, lengkap, sudah! Ayo makan! Dan..Tae! Berhenti makan seperti orang kelaparan begitu, tolong!"
Para member pun memulai makan malam mereka dengan khidmat, namun baru beberapa saat suasana terasa begitu hening saat Yoongi mulai mengambil peralatan makan Jimin. Dengan penuh perhatian dan kasih sayang, pria berambut hitam itu menyuapi sang kekasih.
"Buka mulutmu chagi~ Aku akan menyuapimu aaaa~," ucap Yoongi dengan manis. Kontan saja hal tersebut membuat Namjoon sweatdropped. Taehyung dan Jungkook yang melihat peristiwa itu bahkan mulutnya menganga lebar, tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Mereka agak kaget melihat Yoongi kini secara terang-terangan bermesra dengan Jimin.
Lain bagi Hoseok yang seperti nya tersulut api cemburu. Hoseok mula bersuara dengan nada mengejek,
"Munafik!"
Sontak semua mata memandang Hoseok sedangkan yang dipandang memasang wajah tidak bersalah. Hoseok berdiri dengan pantas sehingga menimbulkan bunyi gesekan yang keras.
"Kau mahu memulakan perang heoh ?!" tantang Hoseok.
Yoongi tersenyum, melanjutkan kegiatannya, berpura-pura seperti Hoseok tidak wujud.
"Chagi, kau harus makan yang banyak~ Nanti kau bi..."
"YAK ! AKU BERBICARA DENGAN KAU!" Hoseok memukul meja dengan kuat, mengagetkan semua member yang berusaha untuk tenang.
Belum sempat Yoongi membalas ucapan Hoseok, terdengar satu suara yang mana nadanya tidak bisa dibantah.
"Habiskan sarapan kalian di ruang tamu.."
Hoseok dan Yoongi terdiam.
".. Dan aku menyuruh kalian dengan kuasa ku sebagai seorang leader."
oOo
Hening menyeliputi ruang tamu. Yoongi dan Hoseok masing-masing duduk di sofa yang berhadapan. Yoongi menyeringai.
"Kau itu memang bodoh atau gimana ya..." Yoongi mulai terkekeh.
"Apa maksudmu?!"
"Kau tidak layak untuk memiliki permata yang begitu indah dan semua orang tahu akan hal itu."
Hoseok berdecak marah lalu membalas, "Tidak layak ? Lalu siapa yang layak? Kau? Heh, yang benar saja... Kau dan aku sama ! Kalau aku tidak layak, kau juga tidak layak untuknya !"
Yoongi bangun lalu mendekati Hoseok yang masih duduk. Yoongi melihat Hoseok tanpa merubah posisinya dan Hoseok sendiri harus mendongak memandang lawan bicaranya.
"Well, ku akui kita sama. Sama-sama gila bahkan. Tapi..."
Yoongi sedikit membungkuk untuk mensejajarkan pandangannya dengan mata Hoseok. Menggali dalam-dalam mata itu seolah ingin melihat kehidupan yang ada disebaliknya.
".. Kau membiarkan mereka tahu akan kegilaanmu. Sedang kan aku tidak... Itu yang membedakan antara kau dan aku..."
Tbc