Kelas telah usai , Sakura keluar kelas dengan santai. Beberapa murid masih ada yang mengobrol dengannya walau tidak semua. "Sakura-san. Aku duluan ya." matsuri tersenyum pada Sakura sembari melambaikan tangan padanya siapa sangka Matsuri yang ia benci malah sekarang berteman dekat dengannya.

Berjalan keluar gedung sekolah, setelah sebelumnya bertemu Naruto untuk pamit pulang . pria itu terlihat sangat panic dan khawatir tingkahnya itu yang justru membuat Sakura menahan tawanya, setelah meyakinkan si pria kuning iru Sakura berlalu .

"Sakura."

Seseorang memanggil namanya, Sakura menoleh mendengar seseorang menyebut namanya. Kedua bola mata seindah batu emerald itu membola dengan jelas setelah melihat seseorang di hadapannya.

"Hi-hidan-kun.."

Bisiknya dengan sangat pelan, ia bisa melihat laki-laki yang pernah menjabat menjadia kekasihnya kini berdiri di sana , di hadapannya.

"Teryata benar kamu, … bisa kita bicara."

.

.

.

.

.

Naruto memijat kepalanya sedikit mendengarkan rapat yang sedang berlangsung. Entah karena rapat yang terasa lambat atau bagaima, tapi memang kondisi tubuhnya sedang tidak baik. Kelelahan mungkin penyebabnya mengingat ia kerja pagi dan malam, namun ia tidak pernah mengutarakan yang ia rasakan , ia selalu diam saja .

Kaulau ia bilang tidak enak badan, bisa-bisa orang rumah akan memarahinya habis-habisan.

"Nauto-sensei, kau baik-baik saja?"

Asuma menegurnya, tersentak dengan panggilan Asuma . pria bersurai kuning itu menoleh dan tersenyum "Aku taka pa, hanya merasa pusing saja. Mungkin karena telat makan."patna

"Kalau tidak sehat , sebaiknya pulang saja, Aku akan memberitahu hasil rapat padamu. Wajahmu agak pucat. Lebih baik pulang dan istirahat."

"Nant saja, lagi pula sebentar lagi juga rapatnya selesai."

"seterah padamu saja."

.

.

.

.

.

"Apa yang ingin kau bicarakan?"

Sakura bersandar pada dinding pada gang sempit dekat sekolah, jujur saja ia saat ini tak ingin bertemu dengan Hidan lagi. Mengingat laki-laki itu telah menghianatinya.

"Aku merindukanmu. Kau menghilang. Aku mencarimu kemana-"

"KAUBOHONG! AKU TAHU KAU BOHONG!"

Hidan menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan. Sekarang emosi gadis musim semi itu meluap-luap , "Kau… kau.. berselingkuh di belakangku! Aku melihatmu .. hiks.. mencium gadis.."

Entah mengapa tangis Sakura malah jadi pecah , jujur ia sangat mencintai Hidan tapi apa yang ia dapat?!

Set

Cup

Hidan menciumnya lalu melepaskan, ciumannya. "Kau ingin aku menciummu bukan?! Akan aku lakukan.. sudah lama kita tak bermain bukan.." tatapan nakal Hidan membuat Sakura takut bukan main.

"J-jangan mendekat.."

"Kau sadar, kau itu hanya mainanku. Bodohnya kau. Haha.."

Mainan? Jadi tubuhnya uangnya ? semua itu ?

"BRENGSEK!"

Melepar Hidan dengan sepatunya, namun meleset . dengan cepat pemuda itu menarik kaki Sakura membuat gadis itu terseret maju. Berusaha menendang agar pemuda itu tak mendekat . tenaganya lenyap entah kemana.

"Men-menjauh … "

.

.

.

.

"Hooweaak"

"Howeaak."

Selepas rapat , Naruto segera kekamar mandi ia memuntahkan semua makanannya disana. Asuma mengingikutinya. Ia mengurut punggung Naruto dengan pelan.

"Sudah aku bilang bukan seharusnya kau segera pulang."

Drttt

Drrt

"Aku tidak-tidak papa.."

Drrttt

"Moshi-moshi Sa-"

" gang sekolah.. hiks.."

"HARUNO-SAN, APA YANG TERJADI .. OIII!"

Naruto segera pamit pada Asuma dan berlari mengambil tasnya , menuruni tangga dengan cepat kearah yang yang Sakura beri tahu. Wajahnya benar-benar panic bukan main. Rasa pusing yang ia rasakan tadi saja lenyap entah kemana.

.

.

.

.

"ahn…"

Hidan mengecup leher Sakura, tangannya bergerak melepas kancing baju gadis itu. Ponsel yang tadi gadis itu pakai dilempar sembarang.

"Lepakan ! jangan!"

Rontaan Sakura tiada arti sama sekali. Hidan meremas payudaranya membuat empunya kesakitan disela tangisnya.

'Naruto.. tolong aku…'

Kaki Sakura dipaksa mengangkang lebar membuat gadis itu membelalak bukan main. Ia meronta dengan keras namun kukungan Hidan sangatlah kuat bahkan suara Sakura tak bisa keluar hanya isakan saja yang keluar da mulutnya.

TAK

"BRENGSEK, KAU APAKAN MURIDKU!'

'DUAKH!'

Sekali tendangan membuat Hidan terpental ke tembok.

"Sakura-san… kau taka pa?"

Hinata menghampiri Sakura yang terbaring di tanah, wanita itu tadi tengah menunggu sang suami menjemputnya namun kedatangan Naruto dengan wajah panic bertanya dimana gang sekolah membuat Hinata kebingungan.

Wanita itu menunjukan tempatnya sembari mengikuti pria itu, betapa terkejutnya ia saat melihat Sakura yang hampir di perkosa.

"BAJINGAN! MATI KAU!"

DUAKH!

BUAKH!

"SIAPA KAU BERANI MENGGANGGUKU!"

"NARUTO-KUN!"

Hinata berteriak panic saat rekannya terkena pukulan oleh pemuda yang menyerang muridnya. Sedangkan Sakura gadis itu masih terdiam dalam dekapan Hinata dengan air mata yang terus mengalir.

"BRENGSEK KAU!"

Mengukung tangan hidan lalu menindihnya membuat pemuda itu mengaduh kesakitan.

"Moshi-moshi.. Shikamaru ,. Aku butuh bantuan mu! Datang ke sekolah tempat aku mengajar. Gang di sebelahnya."

.

.

.

.

.

"Mendokusai.. akan aku urus dia. Bagaimana dengan kau?"

"Aku tak apa ."

"Sasuke akan mengamuk nantinya."

"Biarkan saja."

Naruto melirik Sakura di dalam mobil Hinata yang kini tengah menangis tersedu-sedu , mungkin gadis itu baru menyadari hal yang terjadi padanya ketika Hinata mengguncangnya tadi. Gadis itu kaget bukan main saat melihat polisi datang menyeret Hidan , Naruto berdiri di hadapannya dengan wajah penuh luka serta Hinata dan suaminya yang baru tiba menatapnya dengan cemas.

"Maaf merepotkan. "

Shikamaru menguap, dia teman semasa kuliah Naruto dulu. Yang kini menjadi kepala polisi di Konoha. Pemuda berkuncir bagai nanas itu membalikan badan lalu memasuki mobil . "Kalau ada apa-apa jangan pernah sungkan. Anak ini akan aku urus. Aku pergi."

Naruto mengangguk dan melirik sekilas pada Hidan yang kini menunduk.

Mobil polisi itu melaju, meninggalkan area sekolah.

"Akan kami antar pulang."

Toneri berucap, Naruto memandang pria itu .

"Aku akan menunjukan alamatnya. Aku bawa motor. Ikuti saja aku."

.

.

TBC