.

.

Seri 3 – Kesayangan PCY

.

.

.

Terrifying jealousy

.

.

.

...

.

Beberapa kali berdecak dan menggeram kesal dengan ponsel di genggamannya adalah hal yang dilakukan Baekhyun selama satu jam terakhir. Seharusnya, hari ini adalah jadwal kencan mereka. Chanyeol mengatakan padanya untuk menunggu di kafe dekat persimpangan rumahnya, namun lihat, satu jam berlalu pria itu tidak datang dan sialnya lagi ia tidak bisa di hubungi.

Sejak mendapatkan promosi di tempat kerjanya, pria itu menjadi semakin sibuk. Itu bagus untuk karirnya tapi sangat buruk untuk hubungan mereka.

Jika di ingat, sejak dua bulan lalu waktu temu mereka tidak lebih dari satu jam. Kencan mereka selalu berakhir di tengah jalan dengan Chanyeol yang memberhentikan taksi untuk Baekhyun pulang. Dan juga, selama dua bulan, jika dikumpulkan semua jam-jam yang mereka lalui bahkan tidak sampai satu hari. Terlalu singkat dan terlalu memuakan. Sebenarnya.

Baekhyun masih sibuk mengotak-atik ponselnya hingga satu pesan dengan pengirim yang sangat ia tunggu.

Chanyeolie

'Maaf, sepertinya kita harus membatalkan kencan kita hari ini. Ada rapat penting yang harus aku hadiri, setelah semuanya selesai aku akan kerumahmu. Aku mencintaimu.'

Baekhyun mendengus keras, meletakan ponselnya dengan kasar hingga menimbulkam bunyi yang begitu keras, bahkan orang lain menatap khawatir akan nasib ponsel itu. Sudah di pastikan layarnya pasti akan timbul beberapa garis retak.

"Hey, ponselmu baik-baik saja?" sapa seseorang, Baekhyun menatapnya tajam.

"Oh Baek, santailah sedikit. Chanyeol tidak datang?" tanya orang itu lagi, membuat Baekhyun semakin geram, menyedot kasar Ice Americano-nya.

"Sudah jelas bukan," jawab acuh Baekhyun dengan tatapan kesal. Itu Jungha, ia adalah salah satu pelayan di kafe ini dan mereka sudah cukup saling mengenal karena Baekhyun termasuk pelanggan tetap bersama Chanyeol.

"Ya, wajahmu menjelaskan semuanya." Ujar Jungha, lalu berjalan santai meninggalkan Baekhyun. Seolah ia hanya iseng untuk menambah rasa geram Baekhyun.

.

.

Baekhyun tidak berniat pulang sama sekali, yang ia lakukan saat ini adalah berjalan tak tentu arah sejak meninggalkan kafe. Hingga seseorang menahan bahunya dan membuat ia berhenti dengan tetiba.

"Baekhyun?" Suaranya terdengar seperti Chanyeol, tubuhnya tinggi, kulitnya agak gelap tapi tetap telihat seksi. Baekhyun terpesona. Itu gila rutuknya.

"Siapa?" Baekhyun mundur perlahan, merasa waspada dengan pria asing yang tampan.

"Benar, Byun Baekhyun?" tanya orang itu lagi, ia seperti bertanya pada dirinya sendiri, meyakinkan jika perkiraannya benar. Namun Baekhyun tidak dapat merespon, antisipasinya sangat keras. Tidak berbicara dengan orang asing adalah hal yang ia lakukan saat ini. Kepalan tangannya sudah terbentuk, ia siap melakukan tindak pembelaan diri jika orang itu macam-macam.

Pria itu menyadari bagaimana Baekhyun yang terlihat begitu waspada atas dirinya. Ia sedikit terkekeh lalu berdeham sebentar.

"Sepertinya aku benar, aku rasa kau lupa," ujar pria itu dengan kekehan beratnya. Berdeham sekali lalu menjulurkan tangannya, memperkenalkan diri.

"Choi Taejoon, sudah ingat? Ah kau biasa memanggilku dengan Joonie," jelas pria itu dengan senyuman yang terlalu lebar. Baekhyun mengangkat alisnya, mencoba mengingat, ia merasa tidak asing, tapi tidak dapat mengingat dengan jelas.

Taejoon kembali terkekeh, lalu menjauhkan tangannya dan bersikap seperti biasa.

"Terlalu lama, itu pasti bukan? Apa empat belas tahun? Atau dua belas tahun? Ahh itu terlalu lama, dan saat itu kita juga masih terlalu kecil." Ujar Taejoon dengan kekehan canggung, ia bahkan menggaruk belakang kepalanya dengan kaku.

Baekhyun menatapnya seolah ia adalah orang asing yang aneh. Lalu yang dilakukan pria mungil itu adalah berbalik berjalan menjauh, dan Taejoon tidak menghentikannya,ia hanya melihat punggung sempit itu perlahan melangkah menjauhinya. Helaan nafas terdengar, Taejoon menunduk, menertawakan kenangan masa lalunya. Dan ketika baru saja ingin berbalik berjalan kembali pada tujuannya, sesuatu melingkari pinggangnya.

"Terkejut?" Itu Baekhyun, berujar dengan kekehan angkuh. Seolah ia adalah pemeran utama terbaik.

"Oh kau harus liat bagaimana ekspresimu itu Joonie-ya," Baekhyun tertawa begitu nyaring, wajah yang sebelumnya tengah menahan kesal kini terlihat begitu berbeda, ia seperti baru saja mendapatkan hal baik dan sangat bahagia.

"Ku fikir kau tidak mengingatku, Boo," Oh Baekhyun merasa bersalah mendengar nada sedih dari Sahabat lamanya ini.

Ketika mereka saling berhadapan, hal yang mereka lakukan adalah saling berpelukan, melepaskan rasa rindu yang begitu lama.

Dulu, Baekhyun selalu menanyakan tentang Taejoon pada ibunya, namun sang ibu juga tidak tahu harus menghubungi siapa karena nomor yang ia tahu dari keluarga Choi sudah tidak bisa di hubungi.

Mereka mengenal sudah cukup lama, dulu mereka adalah tetangga, teman sepermainan. Hingga saat kelulusan sekolah dasar keluarga Choi pindah dan kabar tentang mereka tidak lagi di ketahui.

.

.

Kini mereka sedang berbincang di salah satu restoran. Obrolan mereka tidak lepas dari saling mengejek tentang masa lalu. Baekhyun yang selalu menangis hanya karena satu ekor serangga, dan Taejoon yang pernah mengompol karena takut ketinggian. Mereka juga menanyakan keadaan orang tua masing-masing, menceritakan masa sekolah mereka dan hal-hal lain.

Hingga tak terasa, langit sudah berubah menjadi gelap. Dering ponsel Baekhyun yang membuat obrolan mereka terhenti.

Chanyeolie is calling

Baekhyun sedikit menghela nafas, namun ia meminta ijin pada Taejoon untuk mengangkat telpon sebentar.

Chanyeol menanyakan keberadaannya dan memohon maaf atas pembatalan sepihak kencan mereka. Baekhyun hanya merespon seadanya. Pria itu juga mengatakan jika ia akan kerumahnya setelah jam kerja selesai. Lalu setelah itu panggilan berakhir dengan Baekhyun yang memutusnya lebih dulu. Entah mengapa sikap Chanyeol hari ini membuatnya sangat muak.

Baekhyun kembali. Tersenyum singkat pada Taejoon sebagai permintaan maaf, lalu melanjutkan obrolan mereka.

.

.

Taejoon mengantarnya hingga rumah, tadinya ia pikir ia bisa bertemu Bibi Byun namun tidak bisa karena beliau tengah di luar kota menemani adiknya yang tengah sakit.

Seharian penuh mengobrol tidak membuat mereka bosan, seolah perpisahan mereka belasan tahun lalu tidak bisa terbalas hanya dalam satu hari mengobrol.

"Rasanya menyenangkan bertemu dengan kawan lama, kau harus tahu betapa aku selalu merengek pada ibu jika aku ingin bertemu denganmu," Baekhyun berujar dengan pout-an di bibir, membuat Taejoon terkekeh dan menarik hidung bangir Baekhyun gemas. Dan entah mengapa Baekhyun merasa kaku, karena hal itu adalah hal yang selalu di lakukan kekasihnya. Chanyeol seperti maniak hidungnya sejak dulu.

"Ada hari esok, jika kau rindu, kau bisa menghubungiku Boo," ujar Taejoon penuh perhatian, sikap itu adalah sikap yang selalu membuat Baekhyun merasa nyama dengan kehadiran Taejoon di sampingnya. Ingat, Baekhyun suka bermanja dan dimanja.

"Okidoki," jawab Baekhyun dengan cengiran khasnya, lalu ia melambaikan tangannya dan meminta Taejoon untuk berhati-hati dalam perjalanan sebelum ia melangkah masuk kedalam kediamannya.

.

.

.

"Iya bu, aku baru sampai rumah," ujar Baekhyun dengan ponsel di telinganya. Ibu menghubunginya tak lama setelah ia sampai. Ia baru saja akan beranjak membersihkan dirinya jika ibu tidak menghubunginya.

"Tidak bu, tadi Chanyeol membatalkan kencan kita lagi, wah pria itu benar-benar memancing amarahku," ujar Baekhyun lagi raut wajahnya kembali pada mode kesal, kini tangannya yang lain sibuk mengambil minum.

"Ah, Ibu pasti akan mengingatnya, hari ini aku bertemu dengan Joonie," ujar Baekhyun semangat, ibu hanya terdiam untuk beberapa saat hingga ia akhirnya mengingat siapa yang di maksud dengan nama yang di sebut putranya.

"Tidak bu, ia disini sendiri. Paman dan Bibi Choi berada di jerman, mereka menetap disana. Joon di sini karena ada projek gabungan," jelas Baekhyun, pada ibunya hingga obrolan mereka hanya tentang cerita Baekhyun yang bertemu dengan Taejoon, bagaimana mereka bertemu, dan bagaimana Baekhyun menjahili pria itu.

Sambungan pun terputus, Baekhyun memilih kembali berjalan ke kamarnya, kembali pada rencana awal sebelum ibu menelpon, mandi.

.

Sepuluh menit ia habiskan untuk membersihkan tubuhnya yang seharian berada di luar. Ia selalu membawa pakaian ke kamar mandi, jadi ketika keluar kamar mandi ia sudah berpakaian dengan pantas. Ada dua alasan yang membuat ia melakukan itu, pertama ibu yang selalu tetiba berada di kamarnya dan membuatnya malu, kedua kekasihnya, si tiang dan birahinya sangat menyebalkan jika tetiba ia sudah berada di ranjangnya.

Oh seperti saat ini, tiang itu tengah duduk disana, masih dengan pakaian kerjanya, wajah tampannya terlihat begitu lelah, dan tangannya yang sibuk bermain dengan ponsel.

Tunggu. Itu ponselku. Batin Baekhyun.

Baekhyun berjalan mendekati kekasihnya lalu mengusak surai Chanyeol.

"Aku marah padamu, bagiamana kau bisa membatalkan-"

"Siapa Joonie?" Ucapan Baekhyun terpotong oleh pertanyaan Chanyeol.

"Ah, dia sahabat kecilku. Taejoon, Choi Taejoon." Jawab Baekhyun lalu duduk di samping Chanyeol.

"Kau bersamanya hari ini?" tanya Chanyeol, masih sibuk bermain dengan ponsel Baekhyun.

"Ya. Setidaknya ia tidak membuatku berteman bersama amarahku, bertemu dengannya adalah salah satu hal penyelamatmu, Park." Jelas Baekhyun dengan nada ketus.

"Seharian kau bersamanya?" tanya Chanyeol lagi, Baekhyun hanya bergumam membenarkan lalu berjalan menuju lemari mencari baju ganti untuk Chanyeol.

"Saat aku mencoba menghubungimu kau tengah bersamanya?" tanya Chanyeol lagi, kini Baekhyun mengerti maksud itu semua. Ia sudah mengendus tanda tidak baik disini.

"Berhenti berpikiran buruk tentangnya, lebih baik kau mandi, kau terlihat buruk dengan wajah lelahmu," Baekhyun berujar dengan senyuman pengertian, mengambil ponsel di tangan Chanyeol lalu melepaskan dasi pria itu.

Chanyeol menangkup wajah Baekhyun, menghilangkan jarak di antara mereka. Kecupan singkat adalah awalnya, hingga kecupan itu menjadi sebuah ciuman dengan lumatan yang terasa menuntut. Baekhyun pun tidak menolak, ia balas menyesap bibir kekasihnya. Membiarkan lidah Chanyeol bermain bersama lidahnya. Terus seperti itu, hingga Baekhyun yang memutusnya terlebih dahulu, meminta kekasihnya itu untuk mandi dan dia akan menyiapkan makan malam.

.

.

.

Hubungan mereka terjalin cukup lama, ya itu benar. Dulu mereka selalu kekanakan tentang banyak hal, bertengkar hanya karena hal kecil. Jika mengingat bagaimana hubungan mereka saat masa kuliah, terkadang membuat Baekhyun menggelengkan kepalanya sendiri. Tingkahnya benar-benar kekanakan. Tapi, jika di ingat lagi, sampai sekarang pun ia masih bersikap seperti itu.

Setelah wisuda. Chanyeol melamarnya, belum pada tahap pernikahan, hanya pertunangan. Chanyeol selalu mengatakan jika ia perlu menyiapkan segalanya secara matang untuk sebuah pernikahan, namun karena sikap over-nya itu ia mengambil jalan pertunangan terlebih dahulu untuk memborgol Baekhyun. Terdengar menyebalkan, namun selalu membuat Baekhyun merona ketika memikirkannya.

Saat berada di semester akhir, Chanyeol sudah lebih dulu magang di perusahaan keluarganya, hingga ketika ia lulus ia berhasil mendapatnya posisi General Manager. Dan sekitar tiga bulan lalu ia mendapatkan promosi sebagai Direktur. Kang Miwoo selaku kakak iparnya, suami Yoora yang menjadi CEO utama menggantikan ayahnya itu yang mempromosikannya sebagai Direktur.

Sedangkan Baekhyun, ia seorang penulis lagu. Ia tidak suka di tekan oleh orang lain, karena itu ia hanya bekerja dirumah, ia hanya memberikan lagu-lagu pada agensi-agensi kecil sebagai awal perjalanannya. Chanyeol juga mendapat peran penting dalam pekerjaannya, karena dulu Chanyeol juga mengambil kelas musik oleh sebab itu Baekhyun selalu meminta Chanyeol untuk memeriksa hasil tulisannya dan membuat nada dengan bantuan petikan gitar Chanyeol. Namun, setelah sibuk bersama jabatannya yang baru. Chanyeol menjadi sulit di dekati. Ia selalu mengatakan sibuk dan tidak bisa bertemu. Dan itu membuat Baekhyun bekerja sendiri, ia hanya menulis lagu dengan alat-alatnya dan juga keyboard hadiah dari Chanyeol.

Kesibukan Chanyeol membuat Baekhyun selalu merindukan pria itu. Baekhyun hanya rindu bermanja dan dimanja oleh kekasihnya. Mereka jarang terlibat pertengkaran, karena Baekhyun selalu mencoba untuk memahami pekerjaan Chanyeol yang melelahkan.

Masing-masing dari mereka selalu mencoba yang terbaik, agar hubungan mereka tetap terjalin dengan baik. Satu-satunya alat komunikasi mereka hanya ponsel. Chanyeol tidak pernah lupa menelpon atau mengirim pesan untuknya. Satu-satunya hal yang mengingatkan Baekhyun jika ia mempunyai seorang kekasih yang sudah menjadi tunangannya.

Ironis. Tapi memang seperti itu.

.

.

Sudah sejak lama, mengingat kapan terakhir kali mereka melakukan hal ini. Menghabiskan malam bersama, memuaskan rasa rindu mereka dengan sebuah percintaan. Mungkin empat atau lima bulan lalu. Mereka hanya berakhir pada tahap lumatan setiap bertemu, tidak pernah ada bergulum panas di atas ranjang.

"Kau ingat kapan terakhir kali kau menyentuhku?" tanya Baekhyun di dalam dekapan Chanyeol. Jemarinya dengan asal bermain di dada Chanyeol, membuat pola abstrak disana. Sedangkan pria itu hanya mendekapnya, membaui aroma Baekhyun di dalam dekapannya.

"Semuanya menjadi sulit akhir-akhir ini, bukan?" tanya Baekhyun lagi, Chanyeol masih diam entah apa yang pria itu pikirkan.

"Chanyeol, aku mengerti dengan pekerjaanmu, tapi tidakkah kau mengerti dengan perasaanku?" lagi, sekali lagi Baekhyun bertanya kepada keterdiaman Chanyeol.

"Maaf," hanya itu yang keluar dari mulut Chanyeol. Satu kata maaf yang membuat Baekhyun mendorong pelan tubuh Chanyeol dan menatap wajah pria itu.

"Jika aku boleh berkomentar, kata maaf lebih dominan di antara kita," ujar Baekhyun. "Tidakkah kau sadar, kau lebih sering mengucapkan itu dibandingkan mengatakan kau mencintaku, hmm?" lanjutnya dengan jemari yang ia bawa mengelus wajah Chanyeol yang sedari tadi menatapnya dalam diam.

"Aku hanya mengingatkanmu jika aku berada disini, aku mencintaimu dan membutuhkan kehadiranmu," Ujar Baekhyun lagi, menatap Chanyeol dengan penuh tuntutan.

"Apa karena pria itu?" Tanya Chanyeol, yang mana hal itu membuat Baekhyun menyerngit tidak mengerti.

"P-pria? Apa maksud- Oh astaga! Kau masih memikirkan tentang Taejoon?! Ya Tuhan Park Chanyeol, aku membicarakan hubungan kita dan kau masih bersama rasa cemburumu?!" Ujar Baekhyun tidak percaya. Ia mencoba untuk serius dengan hubungan mereka, dengan masalah waktu yang tercipta di antara mereka dan lihat bagaimana Chanyeol yang hanya terpaku pada rasa cemburunya dengan Taejoon. Ya Tuhan.

"Tidakkah itu pantas dibicarakan saat ini, Baekhyun?" tanya Chanyeol dan Baekhyun semakin menatapnya tidak percaya. Ia bangun dari posisi berbaringnya, kini ia terduduk dengan tatapan frustasi.

"Chanyeol, bukankah kau yang harusnya mengerti keadaan ini sekarang?" tanya Baekhyun.

"Kau benar, aku sibuk dengan pekerjaanku, dan aku melakukan semampuku untuk mengingatkanmu jika aku berada di sampingmu, kau memilikiku dan aku milikmu. Aku sadar akan semua waktu yang mulai berkurang untuk hubungan kita," Chanyeol terlalu santai berujar, ia berbaring terlentang, menatap langit-langit kamar dengan tatapan menerawang.

"Dan aku sadar, dimana ada saat kau juga mulai merasa lelah dengan pekerjaanku dan berakhir berjalan pergi meninggalkanku," lagi, ia mengatakan itu dengan nada suara yang terdengar datar. Baekhyun hanya diam, menatap.

"Aku melakukan yang terbaik untuk semuanya, aku ingin menikahimu dengan cepat, aku hanya ingin mengikatmu secara hukum dan memberikan semua yang terbaik untukmu," Helaan nafas berat terdengar, "namun ternyata tak semudah itu, aku harus mengerjakan banyak hal untuk mendapatkan yang aku mau secara cepat." Lanjutnya.

"Lalu ada saat dimana aku...aku merasa sedikit takut," Kini tatapan Chanyeol sepenuhnya mengarah pada Baekhyun.

"Bukan aku yang tidak mempercayaimu, hanya saja aku yang tidak mempercayai diriku sendiri," Chanyeol menatap Baekhyun dengan tenang, sedangkan pria mungil itu tak bisa bertemu pandang dengan mata bulat kekasihnya.

Lalu ketika Chanyeol ingin melanjutkan kalimatnya, yang di lakukan Baekhyun adalah beranjak, meninggalkan kamarnya dalam diam.

Chanyeol hanya memandang bagaimana punggung sempit itu menghilang di balik pintu.

.

.

.

Setelah obrolan penuh emosi mereka semalam, Baekhyun lebih memilih tidur di kamar orang tuanya. Tertidur dengan air mata yang mengering. Kepalanya terasa pusing, karena semalam ia habiskan untuk menangis.

Setelah membasuh wajahnya secara asal, ia berjalan keluar, menatap sekitar seolah takut bertemu pandang dengan seseorang.

Langkahnya ia bawa menuju dapur dan tempat itu terlalu tenang. Keadaannya sedikit berubah, semalam seingatnya ia tidak sempat membersihkan piring kotor bekas makan malam bersama Chanyeol, namun kini dapur sudah menjadi rapi, pria itu pasti membersihkannya.

Baekhyun berjalan menuju kamarnya, membuka pintu dengan begitu pelan, mengintip sebentar saat pintu itu sedikit terbuka sebelum masuk karena tidak menemukan seorang pun disana.

Kamarnya terlalu rapi mengingat semalam mereka melakukan 'itu. Lalu, sejenak Baekhyun terdiam, kapan Chanyeol pergi?

Tak ada tanda-tanda pria itu sedikit pun. Baju kotor bekas pria itu pun tak terlihat, pakaian kerjanya dan pakaian yang ia gunakan semalam. Seolah pria itu tidak pernah berada disini semalam.

Baekhyun terkejut dengan bunyi dentingan ponselnya. Dengan cepat ia meraih ponselnya dan membuka satu pesan yang masuk, raut wajahnya terlihat kecewa mengetahui itu bukanlah dari Chanyeol.

Joonie

'Aku mempunyai waktu luang siang nanti, jika kau bisa, mari bertemu dan makan siang bersama, Boo'

Baekhyun segera mengeluarkan aplikasi pesan itu dan beralih mendial nomor kekasihnya.

Nada tunggu yang cukup lama membuat Baekhyun harap-harap cemas, dan ketika suara operator yang berakhir terdengar membuatnya menggeram tanpa sadar.

Tak menyerah ia kembali mendial nomor lain,

"Halo, Sejeong," ujar Baekhyun cepat sesaat penggilannya diterima.

'Ya, Baek, ada apa?'

"Chanyeol ada di kantor?"

'Ah, dia ada urusan bisnis bersama Kang Sajangnim di luar kota,'

"Sejak kapan?"

'Kemarin, setelah rapat adalah jadwal mereka ke sana,'

"Kemarin?" Baekhyun menyerngit bingung, kemarin, jelas Chanyeol bersamanya.

'Ada apa? Chanyeol tidak mengabarimu?'

"Ah, ti-tidak, ya sudah, maaf sudah mengganggu Sejeong-ah," Baekhyun dengan segera memutus panggilan itu dan berjongkok mencengkram rambutnya.

Chanyeol dan rasa cemburunya mempunyai level yang ekstrim, begitu Baekhyun selalu menyebutnya. Di tambah dengan obrolan mereka yang menggantung begitu saja, karena Baekhyun yang tidak tahan dengan atmosphir di antara mereka.

Di saat seperti ini, ponselnya berdering. Sebuah panggilan masuk. Dan lagi-lagi Baekhyun mendengus. Bukan Chanyeol melainkan Taejoon.

Oh sialan. Entah kenapa, Baekhyun ingin mencekik pria itu saat ini juga. Brengsek.

.

.

.

Satu hal yang Baekhyun lakukan adalah mendatangi kediaman kakak perempuan Chanyeol, karena saat ia mendatangi kediaman keluarga Park, di sana hanya ada para pelayan rumah.

Ia di sambut dengan hangat oleh Yoora, membuat Baekhyun dengan yakin Chanyeol tidak berada disana dan Yoora tidak tahu tentang masalah hubungan mereka.

"Hey, tumben sekali, ada apa Baek?" tanya Yoora dengan senyum ramahnya. "Oh, masuklah, aku akan membuatkanmu minum," Yoora mempersilahkannya masuk, namun yang Baekhyun lakukan hanya diam, tertunduk.

"Noona, apa Chanyeol kemari?" tanya Baekhyun.

"Chanyeol? Tidakkah kau bersamanya? Ia membatalkan perjalanan bisnis dengan Miwoo, dan membuat suamiku pergi sendiri bersama sekertarisnya," Yoora kini menyerngit bingung, ia ingat saat suaminya menghubunginya semalam, mengatakan jika tetiba Chanyeol membatalkan jadwal perjalanan bisnis mereka secara sepihak. Dan Yoora fikir itu karena Baekhyun.

Sebagai Kakak, Yoora juga merasa Chanyeol terlalu memporsir tubuh dan waktunya untuk perusahaan, jadi ia pasti membutuhkam waktu berkualitas bersama tunangannya.

"Ya, semalam kami bersama, dan..."

"Kalian bertengkar," itu Yoora, ia yang melanjutkan perkataan Baekhyun.

"Aku hanya khawatir, ia tidak di kantor ataupun di rumah, aku juga tidak bisa menghubunginya," Ujar Baekhyun terlihat panik.

"Kalau begitu, berikan ia waktu, mendesaknya juga bukan hal baik, Baek, kau tahu bagaimana Chanyeol bukan?" Yoora mencoba untuk menenangkan Baekhyun.

"Karena aku tahu, aku jadi khawatir sekarang, Noona," terlihat sekali jika Baekhyun terserang panik akan rasa khawatirnya.

"Hey, tenanglah, jika kau seperti ini kau tidak bisa memikirkan apapun selain keadaannya. Setidaknya kau harus tenang, memikirkan tentang kemungkinan dimana dia berada sekarang," Yoora merangkulnya, membawanya masuk kedalam rumahnya, memberikan minum untuk Baekhyun dan menenangkannya kembali.

.

.

Matanya tak bisa terpejam sejak semalam. Hal yang ia lakukan hanya melihat jemarinya, melihat, menatap, merenung, terus seperti itu dari semalam.

Setelah memastikan Baekhyun tertidur di kamar orang tua kekasihnya itu, Chanyeol segera bergegas meninggalkan kediaman kekasihnya.

Sejak di perjalanan fokusnya menjadi tidak baik, ia terus melihat pada tangan kirinya, tepat pada jemari tengah yang terpasang cincin pertunangannya. Beruntung jalanan sepi dan ia sampai dengan selamat.

Ia memasuki sebuah kawasan yang begitu gelap, tak ada lampu jalan hingga terlihat sebuah rumah sederhana berada disana. Penerangan di rumah itu berlawanan dengan pintu masuk sebelumnya.

.

.

Botol ke tiga dengan kaleng yang kesekian. Beberapa botol whiskey yang terlihat kosong itu sudah tergeletak dengan asal di atas meja makan, dan juga beberapa kaleng bir kosong yang sudah penyok berada di bawah, mengotori lantai ruang makan itu.

Ia fikir alkohol akan membuatnya terlelap, tapi ternyata tidak, bahkan ia bisa merasakan sinar matahari yang mengintip di balik gorden yang tertutup. Itu menunjukan ia bahkan tidak tidur hingga langit sudah kembali terang.

Langkahnya terlihat berantakan, beberapa kali ia hampir terjatuh karena keseimbangannya yang buruk akibat alkohol. Hingga ia sampai di ruang utama, menekan beberapa tombol karena ia tidak bisa mendapatkan fokusnya hingga satu tombol berhasil ia tekan dan berhasil membuka gorden besar itu. Memasukan sinar matahari yang cerah kedalam ruang utama.

Rambutnya yang tidak tertata rapi, kemeja kantor yang ia pakai dengan asal itu menjadi pemandangan yang terlihat begitu jelas ketika sebelumnya hanya gelap yang bisa di lihat.

Lagi. Untuk kesekian kalinya ia berdiri dengan tergopoh, berusaha mencari keseimbangannya, lalu mengangkat tangan kirinya, memperlihatkan kelima jarinya yang besar, juga cincin itu, lagi.

Tatapannya terlihat datar, namun bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman kosong.

"Lepaskan, tidak, lepaskan, tidak, lepaskan, tidak," gumamnya berat. Kini kedua tangannya ia bawa untuk mencengkram rambutnya dengan kasar. Tubuhnya jatuh tepat di atas sofa besar.

"Arghhhh, sial kenapa kepalaku sakit sekali," keluhnya dengan tangan yang masih mencengkram surainya sendiri.

Si bodoh itu hanya terlalu mabuk.

.

.

.

Baekhyun menggeram. Itu sudah panggilan yang keberpuluh-puluh kali. Tapi hasilnya terus seperti itu. Hanya suara operator yang mengatakan jika nomor yang di hubungi berada di luar jangkauan. Baekhyun rasanya ingin mengutuk, mengumpat, dan mencekik. Tangannya sudah terlalu gatal untuk mencekik sesuatu.

Dan sesuatu yang paling ingin ia cekik adalah orang dari pemilik suara menyebalkan yang mengatakan kekasihnya berada di luar jangkauan.

Sialan.

Dan si sialan itu adalah, tiang menyebalkan yang membuatnya terserang panik dengan kadar yang berlebihan karena level cemburunya yang ekstrim itu.

Brengsek.

Lalu si brengsek yang lain adalah, Choi Taejoon. Pria yang menjadi akar kesalahpahaman yang menghubunginya berulang kali.

"Arghhhh, kepala ku rasanya ingin pecah!" teriak Baekhyun dengan tangan yang menjambak rambutnya sendiri.

Hah, si bodoh itu hanya terlalu khawatir.

.

.

.

Ini hari kedua, setelah menghilangnya bayi raksasa yang bersaudara dengan tiang listrik itu berhasil membuat Baekhyun menggila dengan ponselnya sendiri. Ia bahkan tidak bisa melaporkan Chanyeol sebagai orang hilang. Oh sialan.

Yoora juga masih mencoba menghubungi rekan-rekannya. Miwoo juga ikut membantu setelah pria itu pulang dari perjalanan bisnis.

Dan Ibu Baekhyun, yang mengurus bayi keras kepala. Menolak makan dan tidur. Jangan lupakan, Choi Taejoon. Pria biang kesalahpahaman itu juga membantu Ibu mengurus bayi keras kepalanya.

Taejoon berkata jika ia juga merasa bertanggung jawab setelah mendengar cerita dari Ibu Baekhyun tentang permasalahan putranya bersama sang tunangan.

Dan selanjutnya adalah, ketika Yoora menghubungi Baekhyun mengatakan jika Chanyeol berada di kantor. Adalah hal yang membuat Baekhyun berlari menuruni tangga dan membuat Ibu juga Taejoon menatapnya cemas melihat anak itu berlari layaknya orang kehilangan kewarasan.

Taejoon segera menarik tangannya, menahan untuk berhenti, diikuti ibu yang menatap khawatir pada putranya.

"Lepaskan sekarang!" perintah Baekhyun, Taejoon awalnya tertegun namun ia kembali menahan lengan itu.

"Apa yang terjadi?"

"Lepaskan ku bilang!"

"Sayang, kau harus tenang terlebih dahulu, dan katakan ada apa?" Ibu berujar pelan menggenggam tangan Baekhyun, lalu melepaskan cengkraman tangan Taejoon.

"Aku harus menemui tiang jelek menyebalkan itu, ibu, biarkan aku pergi," jelas Baekhyun, ia terdengar seperti mengumpat dalam perkataannya tapi matanya terlihat berkaca-kaca.

"Biarkan Taejoon mengantarmu," saran ibu yang mana membuat Baekhyun menatap tajam pada Taejoon.

"Aku tidak mungkin membawa biang masalah kehadapan tiang bodoh itu, ibu, aku akan menggunakan taksi, aku tidak akan mengemudi sendiri," ibu melepaskan genggamannya, membiarkan putranya berjalan pergi.

.

.

Satu hal yang Baekhyun yakini adalah berlari dengan kecepatan penuh, mengabaikan tatapan setiap orang dan protesan yang ia dengar atas kecerobahannya yang menabrak beberapa orang.

Lalu ketika ia sampai, Sejeong menatapnya cemas. Bagaimana tidak, teman prianya yang ia kenal sebagai tunangan dari Direkturnya itu berada di hadapannya dengan pakaian dan penampilan yang berantakan. Bahkan ia masih menggunakan sandal rumah yang sedikit robek dan memperlihatkan bagaimana jari-jari kakinya mengintip keluar.

"Baek, hey, tenanglah, kau seperti orang kerasukan," ujar Sejeong menahan tubuh Baekhyun yang basah oleh keringat. Melihat dia keluar dari pintu darurat sudah di pastikan ia menggunakan tangga untuk naik ke atas sini.

"Tenang oke, Chanyeol berada di dalam, ia sedang bersama dengan calon kakak iparmu dan juga Atasanku, jadi mari kita tunggu mereka keluar terlebih dahulu," Seharusnya Sejeong tidak mengatakan apapun, seharusnya Sejeong tidak pernah menahannya atau apa pun yang menghalangi tujuannya. Maka dengan berat hati, Baekhyun mendorong kasar Sejeong dan memasuki ruangan Chanyeol dengan dorongan yang cukup keras.

Tiga pasang mata disana menoleh terkejut, dua di antaranya menatapnya seolah mata mereka akan jatuh ke lantai.

Dan lagi,

Plak

Pukulan tepat di kepala yang di dapatkan Chanyeol, adalah bagaimana suara Yoora yang terdengar memekik, dan bagaimana Miwoo yang menelan ludahnya dengan susah payah.

Lalu setelah itu hanya ada adegan saling melempar tatapan, Baekhyun yang menatapnya marah, muak, kesal dan Chanyeol yang hanya menatapnya seolah tidak peduli.

Membuat dua orang penonton yang ikut tegang disana, berusaha bangkit dan berjalan keluar meninggalkan pasangan itu.

.

.

"Jadi sudah puas?" tanya Baekhyun dengan nafas yang tidak beraturan. Ia berlari dari lantai 1 sampai lantai 7 karena lift perusahaan ini membuatnya tidak sabar.

"Seperti kau tidak peduli bagaimana keadaanku yang menjadi tidak waras hanya karena mencemaskan tiang raksasa bodoh sepertimu!" Baekhyun kembali berujar, urat-urat di lehernya bahkan sampai terlihat karena ia meningkatkan nada bicaranya.

"Bagaimana bisa aku mencemaskan seseorang yang terlihat begitu santai dan baik-baik saja di hadapanku saat ini, WOW!" di akhiri dengan tepukan tangan memuakan dari Baekhyun. Ia melangkah mendekati sofa, duduk di sana tepat menatap Chanyeol yang sebelumnya mengalihkan tatapan darinya.

"Jadi bagaimana keputusannya setelah berhibernasi selama dua hari? Apa kau mendapatkan keputusan tentang sesuatu?" sarkas Baekhyun, kepalanya sudah sangat pusing karena tingkahnya yang menolak makan dan tidur lalu sekarang kelelahan karena berlari menaiki beratus-ratus anak tangga.

Seharusnya ia masih bersikap tidak peduli, menjalankan tujuannya dengan mengabaikan pria mungil itu jika saja ia tidak memperhatikan bagaimana pucat wajah kekasihnya itu dan jangan lupakan keringat sebesar biji jagung di wajahnya.

"Kau menolak menunggu lift hanya untuk menemuiku, kau sudah gila?!" pertanyaan sarkas kembali muncul, setelah Chanyeol menangkap keadaan Baekhyun dihadapannya.

"Oh, lihat siapa yang bicara," kekeh Baekhyun yang mana hal itu membuatnya tersedak ludah keringnya sendiri. Tenggorokannya perih karena dehidrasi.

Chanyeol bangkit, mengambil segelas air di mini bar ruangannya, lalu meminumkannya pada Baekhyun secara perlahan. Pria mungil itu hanya menurut seperti anak baik.

"Keadaan apa ini? Apa kau tidak makan?" tanya Chanyeol setelah meletakan gelas di meja lalu menangkup rahang Baekhyun dengan gerakan tangan lembut mengelusnya.

"Oh, si sialan ini kembali berbicara," Baekhyun balas menangkup rahang pria itu. "Apa aku harus menanyakan hal yang sama denganmu?" sarkas Baekhyun.

"Kau terlihat berantakan," Ujar Chanyeol yang mendapatkan decakan lemah dari Baekhyun.

"Lihat siapa yang berbicara," kembali, kalimat itu lagi.

"Sekarang yang harus kau tahu adalah, aku butuh makan, aku butuh minum, aku butuh tidur, dan sepertinya aku membutuhkan beberapa suntikan nutrisi, dan juga," kalimatnya terhenti, Chanyeol yang sedari tadi hanya terdiam mendengarkan kini di buat terkejut dengan Baekhyun yang tetiba terlihat lemah dan jatuh dalam pelukannya.

"Aku membutuhkanmu," dan setelah itu semua menjadi sangat gelap untuk Baekhyun, yang ia ingat adalah bagaimana Chanyeol memanggil namanya.

.

.

.

Dehidrasi. Itu sudah pasti penyebabnya. Kemudian, strees dan kelelahan yang akhirnya membuat Baekhyun tumbang dan berakhir bersama infus di tangannya.

Chanyeol mendapatkan petuah dari ibu Baekhyun, untuk tidak berbuat kekanakan dan menyebabkan hal seperti sebelumnya terjadi kembali. Taejoon juga berbicara pada Chanyeol tentang sebuah kesalahpahaman berlebih yang di dapat pria itu. Mereka hanya kawan lama yang berjumpa kembali, lagi pula Taejoon sudah berkeluarga, istrinya tengah mengandung saat ini.

Dan yang Chanyeol lakukan adalah menertawakan dirinya sendiri.

Level keposesifan dan kecemburuannya sangat ekstrim, seperti yang selalu di katakan Baekhyun. Menjadi kekasih Park Chanyeol harus setangguh itu untuk menanggung seberapa ekstrim rasa cemburunya.

Dan gilanya, respon atau reaksi Baekhyun bisa lebih ekstrim. Dilihat dari segi dimana ia terbaring lemah di bangsal rumah sakit dengan infus di tangannya.

Yang pada intinya. Mereka hanya terlalu saling mencintai. Hanya itu.

.

.

.

Satu hal yang Baekhyun lihat ketika membuka matanya adalah Chanyeol yang duduk di tepi bangsalnya. Dan dua hal yang membuat Baekhyun segera merubah posisinya menjadi duduk walaupun harus menahan pusing yang luar biasa adalah kembali memukul kepala pria tiang itu. Si bodoh Chanyeol harus di sadarkan dengan pukulan kepala berkali-kali agar sadar. Itu rutuk Baekhyun.

Namun yang terjadi adalah tangannya bahkan tidak sampai pada kepala Chanyeol, ia terlalu lemah bahkan untuk mengangkat lengannya.

Chanyeol menahannya di sana, merangkul bahu Baekhyun menahannya agar ia tidak tetiba jatuh terbaring yang akan membuatnya semakin sakit kepala. Bukan Baekhyun tapi dirinya.

"Kau si brengsek sialan," ujar Baekhyun lemah, bahkan perkataannya terdengar seperti racauan dengan suara paraunya itu.

"Aku mencintaimu," itu yang di ucapkan Chanyeol dan Baekhyun mendengus lemah. Bahkan pria mungil itu masih bisa berpikir untuk mendengus dengan lemah seperti itu.

"Kau puas?" sarkas Baekhyun yang mana membuat Chanyeol menghela nafas lelah dan Baekhyun yang memelototinya.

"Tidakkah kau lelah, kau dehidrasi parah. Istirahat dan aku disini, bersamamu." Chanyeol mencium hidung bangir Baekhyun, lalu setelah itu membantunya untuk kembali berbaring.

"Persetan." Itu bisikan penuh cinta Baekhyun setelah ia membantu membaringkan anak itu.

.

.

Baekhyun menjadi tak terkendali, anak itu menjadi sangat barbar dengan tingkah abstraknya. Ia menolak kehadiran Chanyeol. Ia hanya ingin di temani oleh Taejoon, bahkan ibunya sekali pun ia menolak. Hanya Taejoon.

Lalu ketika ia tidur, dan Chanyeol memasuki kamarnya, Baekhyun akan tetiba membuka mata dan berteriak mengusirnya. Seolah pria mungil itu sudah antisipasi akan hal itu.

Juga, ketika ia meminta Taejoon tidur di ranjang bersama dan memeluknya agar tidak ada hama yang mengganggu tidurnya adalah tingkah anarkis yang membuat Chanyeol menggeleng tidak percaya dengan si mungil kesayangannya.

Ia yang cemburu, ia yang merasa di khianati, tapi lihat siapa yang bertingkah seperti korban. Chanyeol sadar jika itu hanya kesalahpahaman, tapi tidak bisakah si mungil itu memberinya tempat yang benar. Setidaknya, hargai perasaannya yang baru saja mengalamai kecemburuan yang bahkan hampir membuatnya mengambil keputusan paling buruk selama hidupnya. Ya, walaupun itu berakhir dengan kesalahpahaman.

Satu hari penuh, si mungil menghindarinya dengan kejam, tidak hanya dirinya tapi juga ibu dari kesayangannya.

Taejoon bahkan sebenarnya tak berguna didalam kamar itu, ia bahkan tidak boleh berbicara ataupun mengeluarkan sejenis suara yang mengganggu. Pria berkulit tan itu hanya di jadikan patung tameng untuk Chanyeol. Baekhyun hanya muak dengan wajah Chanyeol itu yang di katakan si mungil.

Chanyeol turut berduka atas Taejoon untuk itu.

Hingga ada saat dimana, Taejoon tetiba keluar dari kamar rawat itu lalu memanggilnya.

"Oh ini gila, ia mendadak mencekiku dan menendang bokongku, lalu menyuruhku memanggilmu," Keluh Taejoon, "sepertinya aku tak akan sanggup jika harus berurusan dengan kalian berdua lagi, aku pulang," Pria itu melambaikan tangannya malas lalu berjalan gontai menjauhi lorong rawat inap.

.

.

Baekhyun tengah duduk disana, anehnya ia memberikan tatapan layaknya anak anjing yang kedinginan, bibirnya terpout menggemaskan dengan mata sayu yang membuat Chanyeol bingung.

Tak ada tatapan tajam dan teriakan sarkas. Itu aneh. Tentu. Namun menjadi suata hal baik di saat yang bersamaan.

Kakinya ia bawa melangkah lebar. Dan ketika ia semakin mendekat si mungil kesayangannya itu merentangkan kedua tangannya.

Dan ketika bahkan Chanyeol belum sampai tepat di hadapannya, si mungil itu berjalan turun dari bangsalnya dan mendekap tubuh besar Chanyeol.

"Aku sudah mencekiknya, aku akhirnya mencekiknya," ujarnya begitu heboh, "sayangnya tidak sampai mati karena itu pasti akan membuatmu sedih, bukan karena dia yang terluka tapi karena aku yang harus mendekam di penjara karena membunuhnya," itu menggemaskan. Bagaimana Baekhyun seolah tengah mengadu pada ibunya karena berhasil sudah berbuat baik.

"Itu benar, membuatku sedih bukan hal baik," Chanyeol mengecup pucuk kepalanya.

"Jadi jangan marah dan mengira aku akan meninggalkanmu hanya untuk pria hitam seperti itu, setidaknya aku harus mempunyai kasta yang lebih baik ketika meninggalkanmu," ujar Baekhyun yang mana hal itu membuat Chanyeol melepaskan dekapannya lalu menatap si mungil –pura pura- sedih.

"Lalu, jika ada pria yang lebih baik dariku kau akan meninggalkanku?" tanya Chanyeol dan Baekhyun mengangguk untuk itu.

"Tapi sayangnya, menurutku Chanyeol adalah yang terbaik, tak ada yang lain," lanjut Baekhyun dan itu membuat Chanyeol terkekeh, mode merajuk kekanakan Baekhyun adalah kesukaannya.

Sudah lama ia tidak mendapatkan rajukan menggemaskan kesayangannya ini.

"Kau minta di cium, hmm?" goda Chanyeol yang mana hal itu membuat Baekhyun cemberut. Dan yang di lakukan si mungil adalah mengalungkan lengannya pada leher Chanyeol dan melompat untuk mendapat posisi kesukaannya.

"Tidak, tapi aku minta di setubuhi," jika Chanyeol selalu maniak akan hidungnya, maka Baekhyun juga bisa melakukannya.

Si mungil nakal itu menjilati hidung Chanyeol lalu melumat dan menggigitnya untuk sentuhan akhir. Membuat yang lebih besar sedikit terpekik menahan sakit. Dan ketika ia telah selesai melakukannya ia hanya bisa menatap Chanyeol yang balas menatapnya geli.

Chanyeol meremas bokong si mungil, posisi mereka membuat Chanyeol hilang kendali, bahkan beberapa kali Baekhyun seolah sengaja menggesakan miliknya pada adik kecil Chanyeol. Dan ketika salah satu tangan Baekhyun turun mendekati adik kecil itu, yang Chanyeol lakukan adalah terus meremas bokong kesayangannya karena hanya hal itu yang bisa ia lakukan dalam posisi Koala ini.

"Bagaimana jika menikah besok?" itu Chanyeol, ia mencoba tetap stabil, membawa si mungil mendekati bangsalnya. Dan Baekhyun, si mungil kesayangan Chanyeol itu masih asik dengan mainannya di bawah sana, wajahnya yang berseri dengan cengiran girangnya beserta anggukan semangat yang di berikan menjadi moment terakhir sebelum Chanyeol membaringkannya di atas bangsal dan menerkam si mungil.

Anak baik harus di beri hadiah sedangkan anak nakal harus mendapat hukuman.

Dan Baekhyun mendapatkan keduanya.

.

.

.

####END###

.

.

.

Drama sekali ini, tak manis, kecut, skip NC

#LOL #ㅋㅋㅋ #55555 #asdfghjkl

Plotnya di dapatkan setelah ngotak ngatik akun ff terus liat ff ini, baca lagi dan ttaaraa ide ini muncul.

Maklum ya plot muncul dadakan jadi yaaa gitulah kalo ancur mahhh..tipo juga pasti banyak tuh keknya, abis bingung mau minta betain ke siapa.

Btw disini cuma pengen ngasih buat yang minta "Chanyeol yang cemburu dong" HAHAHAHAHAH

Inilah hasil jika Chanyeol yang cemburu, level cemburu Baek sama Yeol itu beda kasta.ㅎㅎㅎㅎㅎㅎ