Bruuukkk

Yaa, Luhan terlalu fokus dengan sepatu yang tengah ia gunakan –walau sebenarnya, bukan sepatu bermerek miliknyalah yang tengah ia pikirkan- hingga ia tak melihat orang - orang yang berjalan di sekitarnya dan menabrak seorang wanita yang menurut Luhan sudah memasukki usia tiga puluh tahun ke atas. Pasti wanita ini akan menyemprot Luhan dengan segala macam umpatannya dengan melihat cara berdandannya yang seperti ahjuma - ahjuma cerewet.

"Maaf ahjuma. Saya tak sengaja."

"Semudah itu kau bilang maaf? Kau lihat ini lututku! Kau pikir ini tak sakit hah?" Bentaknya sembari mengarahkan telunjuknya pada lutut sebelah kanannya yang berhiaskan beberapa luka lecet yang tak terlalu parah.

Cihh... manja! Umpat Luhan dalam hatinya.

"Luka seperti ini akan membuat bekas hitam di lutuku. Kau tahu? Aku mengahabiskan banyak uang dan waktu untuk merawat tubuhku. Tapi dengan seenak jidatmu kau membuat luka di lututku." Luhan meringis kesal karena dirinya dan wanita cerewet ini menjadi pusat perhatian di tengah tengah keramaian kota Seoul. Apakah hidup Luhan harus sesial ini?

"Ohhh... ayolah ahjuma. Itu hanya lecet sedikit. Dalam beberapa minggu bekasnya juga hilang. Kau kan banyak uang, luka lecet seperti ini pasti bukan masalah yang besar untukmu. Lagi pula siapa suruh kau berjalan dengan sepatu hak tinggi seperti itu."

"Dasar bocah ingusan! Bukannya memita maaf kau malah mengataiku."

"Aku tidak mengataimu ahjuma. Aku hanya memberi tahu jika tak baik menggunakan sepatu setinggi itu. Dan hey! Aku sudah meminta maaf padamu tadi. Apa kau lupa merawat telingamu?"

"Kau ini!"

"Sudahlah ahjuma. Aku benar benar lelah seharian ini. Kau juga pasti lelah kan? Aku minta maaf, oke? Aku sungguh tak ingin berdebat denganmu. Suara nyaringmu itu membuat telingaku berdengung. Bye ahjuma."

"Ya! Bocah tak tahu diri! Kemari kaaauuu!" Luhan tetap melangkahkan kakinya menuju gedung apartemennya tanpa memperdulikan wanita itu yang kembali terjatuh karena berusaha mengejar dirinya. Siapa suruh memakai sepatu hak tinggi seperti itu?

.

.

.

.

Author : Oh Zhiyu Lu

Light : Chaptered

Genre : Incest, Drama, HurtComfort

Rate : Mature

Cast : Oh Sehun, Luhan

Other Cast : Baekhyun, Chanyeol, Kris.

Disclaimer : Seluruh cerita, karakter, dan alur merupakan karangan saya sendiri. Kecuali nama tokoh.

WARNING!

JIKA TAK SUKA, MAKA JANGAN DI BACA, JIKA INGIN MENGKRITIK, GUNAKAN BAHASA YANG SOPAN DAN TAK MENYINDIR. JUJUR SAYA ADALAH ORANG YANG SANGAT PERASA DAN PEKA. JIKA REVIEW KAMU HANYA BERISI SINDIRAN DAN HUJATAN, LEBIH BAIK UNTUK TIDAK MEINGGALKAN REVIEW APAPUN!

~~HunHan~~

Oh Zhiyu Lu

Present

Let's Stop It!

.

.

.

.

Chapter 4

.

.

.

.

Krrrriiiiingggg, Kriiiiiingggg,

Luhan mendengus kesal ketika benda berbentuk bundar yang terletak di atas nakas sebelah tempat tidurnya berdering nyaring. Tanpa memperdulikan jam weakernya, Luhan mengubah posisi tidurnya menjadi telungkup sambil menutup kedua telinganya dengan boneka rusa miliknya.

Krrrriiiiingggg, Kriiiiiingggg,

"Arrggghh!" Kali ini Luhan menyerah. Ia menendang selimut merah bergambar Manchester United miliknya dengan kasar hingga terjatuh di samping ranjangnya dan beranjak duduk. Ia mengacak rambut bagian belakangnya dengan kesal karena tidurnya terganggu akan kegiatan yang begitu memuakkan.

Sekolah. Yah, ini hari selasa dan masih terlalu lama untuk memikirkan akhir pekan yang begitu damai dan tenang. Dengan kesadaran yang masih di awang – awang, Luhan beranjak dari kasurnya yang begitu nyaman dan empuk menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Semalas apapun Luhan untuk berangkat sekolah, ia harus tetap pergi ke tempat yang memuakkan itu. Jika tidak, mungkin reputasinya sebagai murid berprestasi akan menurun.

~~ HunHan ~~

Sepanjang perjalanan menuju sekolahnya Luhan terus termenung memikirkan beberapa hal yang terasa begitu aneh baginya. Ini sudah sebulan semenjak Kai datang menemuinya dan mengatakan padanya akan ada hal buruk yang menghampiri dirinya.

Tapi, sejauh ini Luhan tak mengalami hal aneh apapun dalam hidupnya. Semuanya berjalan normal. Bahkan terkesan damai tanpa ada gangguan dari siapapun. Contohnya seperti hari ini. Ia masuk ke dalam kelasnya, bertemu Xiumin sahabat karibnya, mengikti proses pembelajaran sebagaimana mestinya, mendapat sedikit kesialan dari penggemarnya, lalu mengikuti latihan sepak bola di sekolahnya.

Semuanya berjalan normal selama sebulan belakangan ini. Tak ada musuh dari junior high school-nya yang muncul seperti dugaannya. Tak ada Baekhyun yang menceramahinya dengan berbagai hal, ataupun kesialan serius yang mengganggu hidupnya. Apa Kai berbohong padanya?

Dan ada satu hal yang bahkan Luhan sendiripun tak tahu harus bagaimana menyikapinya. Luhan sangat senang akan hal yang satu ini, tapi sedikit banyaknya, Luhan tak bisa berbohong jika dirinya mulai merasa khawatir. Ini tentang Sehun. Luhan tau jika Sehun menyewa seseorang untuk mengawasi apa saja yang ia lakukan selama ia jauh dari pengawasan Sehun. Tapi selama sebulan ini, ia tak pernah melihat pria itu lagi di sekitarnya. Apakah ia berhenti dari pekerjaannya, atau bisa jadi Sehun memecatnya? Apa mungkin Sehun sudah tak perduli dengan dirinya lagi.

Luhan langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat saat ada sebuah rasa kebas yang menggelenyar perih dalam hatinya saat sosok Sehun melintas dalam benaknya. Dan juga, Luhan benar - benar tak mau memikirkan hal bodoh itu. Membuang buang waktunya saja. Bukankah lebih baik jika pria itu tak mengurusi hidupnya? Bahkan akan lebih baik jika pria itu benar - benar menghilang dari hidupnya.

Ya… benar. Lebih baik sekarang Luhan berkonsentarsi pada kegiatannya saat ini dari pada memikirkan Sehun.

~~ HunHan ~~

Chanyeol berjalan dengan santai di sepanjang lorong gedung perusahaan Sehun, karena siapapun tahu jika Chanyeol terbilang cukup dekat pengan presdir mereka.

Saat Chanyeol melewati meja skertaris yang terletak di depan ruangan Sehun, salah satu sekertaris Sehun memanggil dirinya.

"Ya, ada apa?"

"Apakah Tuan Park mencari Tuan Oh?"

Chanyeol menganggukkan kepalanya, "Ya. Apakah Sehun di dalam?"

"Maaf Tuan Park, saat ini Tuan Oh tidak ada di ruangannya. Beliau sudah pulang karena merasa tak enak badan."

Chanyeol mengerutkan keningnya atas jawaban yang dilontarkan wanita tersebut. "Sejak kapan ia pulang?"

Wanita itu melihat jam tangannya sejenak, "Mungkin sudah tiga jam yang lalu." Chanyeol menganggukkan kepalanya dan segera berlalu menuju parkiran di mana mobil miliknya berada.

"Hyung?" Chanyeol menghidupkan mesin mobilnya dan langsung menginjak pedal gas mobilnya meninggalkan gedung perusaan milik Sehun. Membiarkan seseorang membalas panggilannya melalui handsfree yang tergantung dengan apik di telinga sebelah kanannya.

"Sepertinya aku perlu bantuanmu hyung." Matanya tetap terfokus pada jalanan di depannya.

"Hem. Aku rasa ia pergi ke sana lagi. "

"Kau benar Hyung, Sehun yang mabuk hingga tak sadarkan diri di klub malam bisa membawa banyak masalah. Aku takut ada jalang yang mengaku hamil anaknya."

"Arra." Chanyeol menganggukkan kepalanya sebelum seseorang di sebrang panggilan memutus telepon.

~~ HunHan ~~

Kris menyimpan ponsel miliknya dalam saku celana berbahan kainnya saat melihat mobil Chanyeol terparkir di samping mobilnya. Ia menunggu pria itu keluar dari mobil miliknya lalu berjalan bersama memasukki sebuah klub malam yang cukup ramai.

Suara dentuman musik yang kelewatan batas, aroma alkohol dan asap rokok yang berbaur menjadi satu memenuhi ruangan tersebut, ataupun hawa panas yang terasa begitu kentara yang dapat mereka rasakan adalah alasan di balik masamnya raut wajah mereka ketika memasukki klub malam ini. Di tambah lagi beberapa wanita penghibur yang berusaha menarik perhatian mereka dengan beberapa cara ekstrim yang membuat kedua pria penggila pisang ini bergidik jijik. Uhh, mereka tau saja mangsa empuk yang memiliki uang banyak.

Keduanya mengedarkan pandangan mereka kesetiap sudut klub malam tersebut. Dan seperti biasa, Sehun selalu ada di meja bartender. Dan tak lupa pula beberapa botol minuman keras yang berjejer di sekitarnya. Keduanya menghela napas sebelum melangkahkan kaki mereka mendekati Sehun yang terlihat sudah mabuk berat.

"Ya! Oh Sehun!"

"Hemm?"

"Kau masih sadarkan? Bangunlah! Ayo kita pulang. Badan kami sakit semua kalau harus membopong tubuhmu malam ini." Tapi Sehun seolah tak mendengarkan ucapan keduanya. Ia malah meraih salah satu botol vodka kosong yang bejejer di hadapannya dan menuangkannya ke lowball glass miliknya.

"Heii, berikan aku satu botol lagi!" Jerit Sehun pada salah satu bartender yang berjaga di sana.

"Isshh!" Chanyeol mengusak rambutnya kesal melihat sikap Sehun yang tak mau mendengarkannya.

"Tak usah berikan dia minuman lagi. Ia sudah mabuk berat." Ucap Kris pada bartender tersebut.

"Ya! Mana minumanku, huh?"

"Sudahlah Yeol! Lebih baik kita angkat saja dia. Sulit jika harus berbicara dengannya baik - baik." Chanyeol menganggukkan kepalanya pasrah lalu membantu Kris membawa Sehun pergi dari tempat terkutuk itu dengan meletakkan tangan Sehun pada sebelah bahu keduanya.

"Aisshhh, kenapa kalian membawaku pergi, huh? Aku masih ingin di sini. Tadi ada jalang yang mengajakku bercinta." Keduanya tak menanggapi ocehan Sehun. Mereka terus berkonsentrasi membawa Sehun keluar dari klub tersebut tanpa terjatuh karena disenggol pengunjung lain.

"Lebih baik kalian pulang saja. Tao dan Baekhyun pasti mencari kalian. Kalau aku 'kan tak perlu kalian jemput pulang. Tak ada yang mencariku."

"Malam ini sangat dingin Krisie, Yeolie. Sangat cocok jika kalian ingin bergumul panas dengan istri kalian."

"Shit!" Kris mengumpat kesal mendengar ucapan Sehun. Ia malah membayangkan bagaiamana Tao mendesah dengan panas di bawah kuasanya. Bahkan Chanyeol mulai merasakan penisnya ereksi. Uhhh, rasanya Chanyeol ingin sekali menampar wajah Sehun dengan pintu mobil miliknya saat pria itu tersenyum seperti orang idiot setelah mengatakan hal vulgar seperti itu.

Hueeekkkk…. Hoeekkk,

Tinggal selangkah lagi menuju mobil milik Chanyeol, Sehun malah memuntahkan isi perutnya. Chanyeol maupun Kris langsung melepas rangkulan mereka dan membiarkan Sehun memuntahkan isi perutnya sambil menumpukan tangannya pada atap mobil milik Chanyeol "Dasar menyusahkan!" Umpat Chanyeol sambil mengurut tengkuk Sehun dengan kasar. Terlihat jelas jika pria bertelinga lebar itu tengah menahan kesalnya pada Sehun.

Setelah beberapa menit mereka membiarkan Sehun memuntahkan isi perutnya, Kris membuka pintu penumpang dan membawa Sehun masuk ke dalamnya. Sedangkan ia duduk di sebelah Chanyeol yang telah duduk di kursi pengemudi.

Chanyeol kembali menginjak pedal gasnya dan melaju di tengah padatnya kota Gangnam menuju rumah Sehun. Semula suasana di dalam mobil tersebut terasa sangat sepi dan senyap. Namun suara Sehun membuat keduanya menolehkan pandangan mereka menuju kaca spion dalam yang menampilkan sosok Sehun yang tertidur dengan posisi duduk yang sangat teramat tidak nyaman.

"Apa menurut kalian aku salah?" Keduanya hanya terdiam munggu apa yang akan sehun katakana selanjutnya. "Aku sudah berusaha semampuku untuk melakukannya. Tapi semua terasa percuma. Aku akan selalu kembali pada diriku semula. Bukankah aku terlihat bodoh?"

Sehun tertawa getir dengan matanya yang masih terpejam damai. Dan yang tak terduga oleh keduanya, pria itu malah meteskan air matanya dalam tawanya yang terdengar sangat miris. Chanyeol maupun Kris hanya dapat mendesah lelah melihat kondisi Sehun yang terlihat sangat menyedihkan.

"Aku selalu mengharapkan kehadirannya kembali dalam hidupku yang bahkan dia sendiripun ingin aku lenyap dari hidupnya. Apakah menurut kalian kesalahanku begitu besar di matanya?" Sehun membuka kedua kelopak matanya dengan perlahan, menampilkan kepingan bening miliknya yang telah memerah. Pandangannya kosong menatap langit - langit mobil milik Chanyeol.

"Jika boleh jujur, aku sangat lelah dengan masalah ini. Bahkan sesekali aku berpikir gila untuk menabrak pagar pembatas tebing. Mungkin dia akan lebih tenang jika ia bertemu denganku yang dalam keadaan sudah tak bernyawa."

"Kau gila Oh Sehun! Dia akan gila jika yang dia temukan hanyalah mayatmu. Luhan sangat mencintaimu. Hanya saja Luhan masih terlalu kecil untuk menyadari perasaannya. Sikapnya yang masih labil membutnya bersikap egois. Kau hanya perlu menunggu."

Sehun tersenyum pahit mendengar ucapan Kris. "Berapa lama lagi Kris? Sampai aku menikah dengannya? Kalian terus mengatakan bahwa aku hanya perlu menunggunya, tapi hingga aku merasa putus asa 'pun ia tak kunjung kembali padaku. Aku mulai muak. Dan aku lelah untuk terus menunggu hal yang bahkan tak mungkin untuk terjadi."

"Tak ada yang tak mungkin Oh Sehun."

"Benar! Tak ada yang tak mungkin terjadi di dunia ini, kecuali bayi kecilku yang kembali seperti dulu. Itu tak akan pernah terjadi." Suara Sehun mulai meninggi membalas ucapan Chanyeol. Beberapa detik, keheningan mencengkram ketiganya dalam susana yang begitu tegang. Dan akhirnya Sehun kembali berbicara setelah mengehela napas beratnya.

"Ini yang terakhir. Dan aku tak akan membuat diriku terlihat bodoh lagi. Aku akan berusaha melakukannya sekalipun aku mati terbakar karena merindukannya."

Kris maupun Chanyeol sudah muak mendengar Sehun yang mengatakan ia akan menyerah mengaharapkan kembalinya Luhan seperti dulu. Karena setiap ia mengatakan hal itu, Sehun akan berakhir menangis dalam diam di dalam kamar Luhan beberapa hari kemudian. Sambil berbisik lirih ia akan tetap menunggu bayi kecilnya kembali.

Yaa... awalnya memang seperti itu, tapi keduanya tak yakin hal itu akan kembali terjadi jika melihat kilat mata Sehun yang begitu mengerikan. Dengan kata lain, kali ini Sehun akan bersungguh sungguh dengan ucapannya.

Yahhh, semoga saja. Karena sejujurnya mereka mulai membenci sikap Luhan yang terlalu kekanak - kanakkan. Dulu saat Sehun berusaha mencari wanita atau seorang pria untuk ia per-istri, Luhan selalu membuat calonnya itu kapok untuk mendekati Sehun. Dan dengan bibir kecilnya itu, ia selalu mengatakan 'Daddy hanya milik Lulu!', 'Daddy hanya boleh mencintai Lulu.' atau 'Tak ada yang boleh bersama daddy selain Lulu.' sebagai alasannya ketika mereka menanyakan sikap jahil Luhan.

"Dan ketika semuanya normal, aku akan kembali membawanya pulang sebagai anakku."

Yahh, semoga saja.

~~ HunHan ~~

Beberapa jam yang lalu, Luhan memang mengatakan jika memikirkan Sehun adalah hal yang konyol. Membuang buang waktunya yang berharga. Namun seberapa banyak anak itu berucap demikian, otaknya akan selalu dipenuhi oleh hal - hal yang berkaitan dengan Sehun. Seperti, kemana perginya detektif itu ataupun pesan singkat yang tak pernah lagi Sehun kirimkan melalui ponsel miliknya. Yahh, mungkin saja Sehun lelah karena Luhan tak pernah memiliki niat sedikitpun untuk membalasnya balik walaupun hanya berisi umpatan kotor ataupun makian.

Apakah benar Sehun menyerah padanya?

Bukankah itu bagus? Inilah hal yang paling ia tunggu - tunggu. Tapi mengapa jantungnya berdenyut perih? Napasnya sesak jika memikirkan pria berkepala tiga itu sudah tak mencintainya lagi.

Luhan mulai menyerengitkan dahinya saat ia merasa sedikit aneh dengan jalanan yang ia lewati. Pasalnya jalanan menuju apartemennya terbilang cukup ramai dengan orang - orang yang berlalu - lalang. Sedangkan jalanan yang tengah ia lewati saat ini terlihat sangat sepi. Bahkan hanya ia satu - satunya orang yang berjalan di trotoar ini.

"Shit!"

Luhan mengumpat kesal ketika ia menyadari bahwa ia berada di sebuah kawasan elit di daerah gangnam. Tidak, Luhan bukan tersesat. Bahkan lebih parah dari itu. Masalahnya adalah, ia tanpa sadar telah melangkahkan kakinya menuju rumah Sehun. Bahkan dari sinipun Luhan sudah melihat rumah Sehun yang tertutupi oleh beberapa rumah di sampingnya.

Memang benar kata orang, mulutmu bisa berbohong, tapi tidak dengan tubuhmu. Mulut Luhan memang selalu mengatakan bahwa ia sangat membenci Sehun. Tapi, tanpa ia sadari kaki - kaki jenjangnya membawanya menuju Sehun tanpa ia sadari.

Tak ingin berlama - lama, Luhan langsung membalik arah tubuhnya menjauhi rumah Sehun. Ia takut jika pria itu melihatnya berada di sekitar kediamannya.

Namun sebelum ia mengambil langkah pertamanya, sebuah mobil sedan berwarna hitam metal berhenti di samping tubuhnya. Ia tak mengenal mobil siapa itu. Itu bukan mobil Sehun, Chanyeol, Kris maupun Baekhyun. Atau siapapun yang ia kenali. Intinya ia tak pernah melihat plat mobil itu dimanapun.

Luhan lansung membuang pikiran negatifnya saat seorang pria paruh baya keluar dari mobil tersebut. Menurut pendapat Luhan, pria itu mungkin sudah memasukki umurnya yang ke-empatpuluhan. Tubuhnya dibalut jas formal yang terlihat begitu mahal dengan raut wajahnya yang terlihat ramah. Terbesit di pikirannya jika wajah pria itu terasa familiar baginya. Tapi siapa?

"Bisakah aku bertanya sesuatu padamu anak muda?" Tanya pria itu membuyarkan pemikiran Luhan tentangnya. Pria itu terkekeh lembut melihat reaksi Luhan yang begitu menggemaskan.

Merasa tingkahnya sedikit tak sopan, Luhan membungkukkan tubuhnya sejenak. "Maafkan saya menghiraukan anda. Bisakah anda mengulang pertanyaan anda?"

Pria itu tersenyum lembut melihat prilaku Luhan yang begitu sopan. Dalam hati ia memberikan point plus untuk anak lelaki di hadapannya ini. Sudah tampan, sopan pula sikapnya. Bukankah jaman sekarang, anak muda banyak sekali yang memiliki sikap buruk?

"Bolehkah aku bertanya padamu?"

"Tentu saja ahjussi." Pia itu mengambil sebuah kertas dari dalam saku jas mahalnya dan menunjukkannya pada Luhan.

"Apakah aku berada di kawasan yang benar dengan alamat ini? Jika ia, bisakah kau mengantarkan aku ke rumah yang ada di alamat ini?" Luhan terdiam membaca tiap karakter yang tertulis di atas kertas tersebut.

Luhan tau alamat itu. Bahkan ia pernah tinggal di rumah itu. Ya, alamat yang tertera di atas kertas itu adalah alamat rumah Sehun.

"Apakah kau tau anak muda?" Pria itu kembali bertanya saat ia kembali mendapati anak itu termenung.

Luhan menganggukkan kepalanya hingga membuat pria itu ternyum lega. "Bisakah kau mengantarkan aku pada alamat ini?" Luhan ingin sekali menolak permintaan pria itu. Menunjukkan rumah Sehun yang berada di balik belokkan sebelah kananya dan meminta pria itu untuk pergi sendiri. Tapi Luhan tak tega, pria itu sebelumnya terlihat sangat kelelahan. Mungkin ia kebingungan mencari rumah Sehun. Maka dari itu ia pun menganggukkan kepalanya. Dalam pemikiran, ia hanya akan mengantarkan pria itu sampai di depan gerbang Sehun dan ia akan segera berpamitan untuk pulang ke rumahnya dengan alasan jika orang tuanya sudah menunggunya di rumah. Yah, begitu saja.

Namun sialnya, rencana yang telah ia susun itu hanyalah sekedar rencana belaka. Karena semuanya berjalan tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Setelah ia mengantarkan pria itu ke depan rumah Sehun dengan berjalan kaki –Luhan yang memintanya karena ia takut terjadi hal yang tidak - tidak di dalam mobilnya- ia bertemu dengan Chanyeol dan Kris sebelum ia sempat berpamitan untuk pergi.

"Apakah benar ini kediaman Oh Sehun?" Tanya pria itu ketika Chanyeol dan Kris berdiri di hadapan keduanya.

"Apakah saya bisa bertemu dengan beliau?" Tanyanya kembali saat Kris membenarkan pertanyaan pria itu.

"Saat ini Oh Sehun sedang dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk bertemu dengan anda. Apakah bisa besok saja?" Luhan bertanya tanya apa maksud Kris berkata seperti itu. Namun Luhan berusaha untuk tak ambil pusing. Lagi pula itu bukan urusannya. Ya, benar! Bukan urusannya. Benarkan?

"Maaf tindakkan saya tidak sopan karena mengunjungi tuan Oh di saat larut seperti ini. Tapi kondisi yang tak memungkinkan membuat saya baru sempat menemui beliau saat ini. Dan juga besok pun saya sudah harus pergi. Bisakah anda membantu saya? Yang akan saya bicarakan dengan beliau sangat penting."

"Bagaimana jika anda berbiara dengan kami berdua saja. Kami adalah sahabat baik Sehun. Dan nanti kami akan menyampaikannya pada Sehun. Karena saat ini Sehun sedang tak sadarkan diri di kamarnya." Luhan membelakkan matanya dengan lebar mendengar hal terakhir yang di ucapkan oleh Kris. Namun ketiga pria itu tak ada yang menyadarinya karena Luhan sedang menundukkan kepalanya.

"Baiklah. Maaf sudah merepotkan kalian."

Chanyeol tersenyum maklum. "Tak masalah. Dan kau!"

Luhan cukup terkejut saat Chanyeol menunjuk dirinya. "Kau juga harus ikut masuk ke dalam. Ada hal yang sangat penting yang harus kami jelaskan padamu. Dan aku harap kali ini kau tak bersikap keras kepala seperti biasanya."

Luhan dapat merasakan tubuhnya yang bergetar lirih ketika ia memasukki kediaman Sehun yang sudah sangat lama tak ia kunjungi. Semuanya masih sama seperti terakhir kali ia meninggalkan rumah ini. Dan bayang - bayang kenangan masa lalunya yang begitu indah bersama Sehun terputar bagaikan kaset rusak yang berdengung ngilu dalam pikirannya.

Chanyeol dan Kris membawa pria itu dan Luhan untuk duduk di ruang tamu yang berada di rumah Sehun. Diam - diam Chanyeol tersenyum remeh saat melihat Luhan mengintip pintu kamar Sehun melalui sudat matanya. Apa ia bilang? Luhan itu masih mencintai Sehun. Hanya saja anak itu sangat egois dan terlalu menjaga harga dirinya.

"Langsung saja. Apa yang ingin anda bicarakan dengan Sehun?" Ucap Kris setelah ia kembali dari dapur dengan membawa dua buah gelas berisi teh herbal hangat untuk pria itu dan Luhan. Sebenci – bencinya Kris dengan Luhan, anak laki - laki itu tetaplah anak Sehun 'kan?

"Seingat saya, anda berkata jika kalian adalah sahabat dekat dari Oh Sehun, jika begitu apakah anda kenal dengan Im Yoona?"

Kali ini Kris dan Chanyeol yang membelakkan mata mereka mendengar pertanyaan pria itu.

"Dari mana anda mengenal mendiang istri Sehun?" Luhan yang tak tau apa - apa hanya mengerutkan keningnya menyimpak percakapan ketiga pria itu.

Pria itu menunduk sejenak sebelum menjawab pertanyaan Chanyeol. "Sebenarnya anak yang saat ini bersma Sehun bukanlah anaknya bersama mendiang istrinya. Tapi anak kandungku bersama Yoona."

Pria itu sukses membuat Luhan, Kris dan Chanyeol terbelak kaget mendengar pernyataan pria itu. Terutama Luhan. Ia sunggu sangat terkejut mendengar hal yang baru saja ia dengar. Apakah memang benar jika dirinya selama ini bukanlah anak kandung seorang Oh Sehun?

"Jadi, anak itu bukanlah anak kandung Sehun?" Ia menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Kris dengan wajah yang penuh dengan penyesalan.

~~ HunHan ~~

Terhitung sudah tiga jam lebih Sehun mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi di meja bertender sebuah klub malam yang cukup terkenal di daerah Gangnam. Sudah menjadi kebiasaannya jika ia sedang mengalami masalah yang berat, ia akan menghabiskan waktunya di klub malam langganannya dan meminum beberapa minuman keras hingga mabuk untuk menghilangkan pikiranny yang kacau.

Biasanya Sehun akan dengan mudah mencari solusi untuk menyelesaikan masalahnya yang rumit. Namun kali ini tidak. Sekeras apapun Sehun mencari solusianya, semuanya akan berakhir sama.

Sehun merupakan murid terpintar di sekolahnya. Ia selalu mendapat ranking umum setiap ujian semester diadakan. Dan juga ia sering mengikuti beberapa kejuaraan olimpiade di bidang pelajaran eksak dan berakhir membawa nama sekolahnya menjadi pemenang pertama. Hal itu membuatnya mendapatkan beasiswa penuh untuk berkuliah di Universitas Oxford tanpa syarat apapun.

Dan sialnya Nyonya Oh dan Tuan Oh berusaha menjodohkan Sehun dengan seorang gadis yang merupakan kolega keluarga Oh yang paling berpengaruh dengan kelangsungan Oh Coopration, perusahaan yang dibangun oleh kakek Sehun. Dan untuk memperlancar kerjasama perusahaan yang mempu menghasilkan bermiliyar - miliyaran won itu, kedua belah pihak setuju untuk menikahkan anak mereka yang seminggu lagi baru akan lulus dari junior high school-nya.

Awalanya Sehun masih bisa bernapas lega karena gadis itu –yang ia ketahui bernama Yoona- menolak perjodohan itu karena ia berkata ia telah memiliki kekasih yang sangat ia cintai. Itu tandanya ia masih memiliki peluang untuk membatalkan perjodohan itu. Kalian mungkin berpendapat jika Sehun masih bisa mengambil beasiswanya setelah menikah bukan?

Jawabnnya tidak. Karena ayah Sehun telah memutuskan untuk langsung memperkerjakan Sehun untuk menjadi presdir di perusahaan miliknya dan milik keluarga Yoona setelah ia menikah. Karena umurnya dan istrinya yang sudah berkepala lima membuatnya tak mampu menangani perusahaan tersebut. Dan juga ibu Yoona yang sudah tua tak sanggup lagi menjalankan perusahaan itu sendiri sebab suaminya telah meningal sepuluh tahun yang lalu karena penyakit jantung.

Namun tiba - tiba saja gadis itu berubah pikiran. Saat pertemuan keluarga, gadis itu mengangguk dengan semangat menyetujui pernikahan mereka yang akan diadakan seminggu setelah kelulusan mereka. Bahkan gadis itu semakin menempel padanya. Jelas hal itu membuat Sehun frustasi. Tak ada lagi alasannya untuk membatalkan perjodohan itu. Sedangkan menuntut ilmu di Oxford adalah cita - cita terbesarnya.

Maka dari itulah Sehun berada di sini dengan berbotol - botol vodka yang telah kosong di hadapannya. Berharap cairan keras itu membuatnya melupakan masalah hidupnya sejenak. Namun Sehun salah. Suatu masalah jika disikapi dengan pelarian seperti itu akan membawa masalah baru yang mungkin akan lebih rumit.

Seorang gadis bergaun gading menghampiri Sehun dengan seorang pria yang juga berdiri di sampingnya. Pria itu membopong tubuh Sehun menuju lantai dua yang mana tersedia beberapa kamar untuk melakukan kegiatan one night stand.

Setibanya di salah satu kamar, pria itu membaringkan tubuh Sehun di atas ranjang lalu melecuti pakaian pria berkulit pucat itu hingga tersisa bokser hitamnya.

"Maafkan aku Hae-ya." Sesal gadis itu ketika sang pria berjalan mendekatinya yang berdiri di samping jendela.

Pria itu tersenyum lembut pada gadisnya. Tangannya ia ulurkan untuk mengelus perut sang gadis dengan penuh kehati – hatian. "Ini semua demi anak kita. Aku tak mau jika nanti ia tak dianggap oleh neneknya. Berjanjilah jika kau hanya untukku Yoona."

Yoona berusaha tersenyum di tengah tengah laju air mantanya. "Aku berjanji jika aku, Im Yoona hanya untuk Lee Donghae. Lagi pula Sehun itu seorang gay. Ia tak akan mungkin menyentuhku. Maka dari itu aku memilih dia."

Donghae menganggukkan kepalanya berusaha meyakinkan hatinya untuk melepaskan gadis tercintanya demi kehidupan yang mereka damba - dambakan. "Saat aku sudah berhasil nanti, aku akan menjemputmu dan anak kita. Aku yakin saat itu orang tuamu tak akan lagi merendahkanku. Berjanjilah kau tak akan mencintai pria manapun selain aku! Jaga hatimu agar selalu untukku!"

"Aku berjanji jika kau juga berjanji kau akan menjemputku nanti."

"Hahaha, aku berjanji." Donghae pun menyatukan kedua belah bibir mereka hingga menciptakan sebuah ciuman perpisahan sesaat yang begitu hangat dan nyaman. Hingga beberapa detik kemudian Donghae melepas tautan keduanya lalu memeluk tubuh kekasihnya.

"Saranghae. Jongmal saranghaeyo."

"Nado saranghaeyo Lee Donghae."

Pria itu pun segera beranjak dari ruangan tersebut meninggalkan Yoona yang tengah membuka seluruh pakaian yang menempel di tubuhnya dan segera masuk ke dalam selimut bersama Sehun yang terlelap dalam tidurnya.

"Hahh, aku tahu kau itu orang yang baik Oh Sehun. Tapi maafkan aku. Aku harus mengorbankanmu demi keinginanku dan Donghae. Memang terdengar egois, tapi aku yakin kau juga akan melakukan ini jika kau berada di posisi kami. Sekali lagi maafkan aku Oh Sehun."

Yoona mengambil blush on miliknya dan membuat pola bulat samar di beberapa bagian tubuh atasnya. Setelah merasa cukup ia pun meletakkan benda tersebut dalam tansnya lalu mengacak rambutnya hingga kusut masai. Selanjutnya ia mengucek kedua matanya dengan cukup kasar hingga terlihat memerah. Dan hal terakhir yang ia lakukan adalah menggigiti bibirnya hingga membengkak.

Kalian mau tahu apa yang mereka rencanakan?

Yoona merupakan seorang gadis cantik yang memiliki harta melimpah. Namun hal itu tak membuatnya menjadi sosok yang angkuh dan berperangai buruk. Malah sebaliknya. Dan hal itu membuat seorang Lee Donghae yang merupakan perantauan dari Mokpow jatuh hati pada sosok berparas cantik itu. Awalnya hubungan mereka berjalan lancar.

Namun semuanya mulai berubah saat ibu Yoona mencium tindakkan anaknya yang menjalin kasih dengan seorang anak nelayan. Langsung saja wanita itu menyetujui tawaran keluarga Oh untuk menikahkan kedua anak mereka setelah mereka lulus dari senior high school mereka.

Mendengar berita itu, keduanya memutuskan untuk bertemu dan sesuatu tak terduga terjadi. Mereka melakukan sesuatu yang seharusnya tak terjadi hingga membuat Yoona mengandung anaknya.

Donghae ingin sekali membawa Yoona kabur dan menikahi gadis itu dengan ataupun tanpa restu dari ibu sang gadis tercinta. Tapi Donghae tak mau egois. Hidup mereka akan sulit jika mereka menikah tanpa restu dari orang tua mereka. Maka dari itu, mereka menjebak Sehun seolah - olah Sehun meniduri Yoona hingga membuat gadis itu mengandung anaknya.

Semuanya telah mereka rencanakan dengan matang. Hari ini Sehun akan pergi ke klub malam langganannya. Sedangkan Yoona datang ke rumah Sehun untuk mengunjungi pria itu. Dan seperti rencannya, ibu Sehun mengijinkannya untuk menjemput Sehun di klub malam yang sering ia kunjungi. Dan jika keduanya tak kunjung pulang, Tuan Oh dan Nyonya Oh akan menjemput mereka. Takut hal yang tidak – tidak akan terjadi.

Drrrrtttt…. Drrtttt….

"Bagaimana?"

"Mereka sudah di parkiran? Baiklah. Gumawo. Saranghae." Yoona pun memutuskan sambungan telepon dan langsung menyimpan ponsel miliknya di dalam tas. Secepat kilat ia menetesi obat tetes mata pada kedua matanya dengan jumlah banyak hingga mengalir menuju pipinya.

"Hiksss, hiksss…" Yoona beakting menangis setelah ia menyimpan obat tersebut di tempat yang aman.

"Hikss, maafkan aku ibu…"

Braakkkk

Yoona berpura pura terkejut saat pintu di kamar tersebut dibuka secara paksa oleh tuan Oh diikuti oleh Nyonya Oh di belakangnya.

"Oh Tuhaaaannnn!" Nyonya Oh menjerit histeris melihat hal mengerikan di depan matanya. Sedangkan tuan Oh memasang wajah geramnya saat ia mengira anak tunggalnya sudah meniduri Yoona.

Nyonya Oh langsung berlari memeluk Yoona yang tangisannya langsung pecah dalam pelukkan wanita itu. Bersikap seolah - olah ia baru saja mendapatkan pelecehan seksual dari seorang Oh Sehun. Lain lagi dengan tuan Oh. Pria itu langsung menghampiri Sehun yang masih terlelap dalam tidur nyenyakkanya. Seolah tak terganggu dengan suara - suara ribut di sekitanya.

"BANGUN KAU OH SEHUN!" Sehun yang seolah mati membuat tuan Oh menggeram marah. Ia pun membuka sabuk celananya dan melecutkan tali berbahan kulit itu pada dada Sehun yang tak terbalut apapun. Membuat pria itu langsung tersentak bangun merasakan prihnya lecutan sabuk milik ayahnya di sekita dadanya.

"Ya! Kenapa appa tiba - tiba memukulku seperti itu?" Emosi Sehun saat ia tiba - tiba saja dipukul tanpa ia tahu apa kesalahannya. Bukankah orang tuanya memang sudah memaklumi jika ia sedang setres berat maka ia akan memabukkan dirinya di klub malam langganannya? Lalu apa masalahnya sekarang?

"KAU MASIH SANGGUP BERTANYA APA SALAHMU OH SEHUN? DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI KAU! LIHAT APA YANG KAU LAKUKAN PADA IM YOONA!" Sehun mengerutkan keningnya sangat dalam karena tak mampu mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh sang ayah. Namun ia tak mampu menahan keterkejutannya saat ia melihat gadis yang akan dijodohkan dengannya itu hanya tertutupi selembar selimut sedang menangis histeris di dalam dekapan ibunya yang kini tengah memandangnya dengan tatapan kecewa yang begitu kentara.

"A-aku sungguh tak tau apapun! Aku berani bersumpah jika aku tak pernah menyentuh gadis ini seujung kukupun. Aku datang ke sini sendiri. Bukan bersamanya. Ia menjebakku appa, eomma. Percay-"

"-PLAAAKK!"

Sehun terdiam kaku merasakan tamparan ibunya yang begitu pedih di pipi kanannya. Seumur hidupnya, ibunya tak pernah memukuli Sehun apapun kesalahan yang telah ia lakukannya. Tapi Sehun sungguh kecewa, wanita yang paling ia sayangi itu baru saja menampar pipinya dengan sangat keras tanpa memberikan Sehun kesempatan untuk memberikan alasannya mengenai situasi yang sedang terjadi.

"Eomma kecewa padamu Oh Sehun. Kau sudah meniduri Yoona dan kau bersikap seolah - olah kau ingin lepas tangan akan apa yang telah kau perbuat. Eomma tak pernah mengajarimu untuk menjadi pria bajingan Oh Sehun!"

"Aku berani bersumpah aku tak pernah menyentuhnya apa lagi menidurinya eomma! Aku tak mungkin melakukan itu! Ku mohon percayalah padaku eomma. Aku anakmu." Tapi wanita berparas anggun itu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Berusaha menutupi wajah kecewanya akan apa yang ia saksikan kini.

"Ma-maafkan aku Oh Sehun." Kini Yoona yang buka suara di tengah - tengah senggukkannya yang begitu kentara. Membuat Sehun geram dengan tingkah kepura - puraan gadis itu. Ia yakin benar jika ia tak pernah meniduri gadis itu. Semabuk - mabuknya ia, ia masih mampu mengontrol dirinya untuk tak berbuat keji seperti hal itu.

"Ak-ku hanya hikss, berusaha membawamu pulang. Ta-hikss-tapi kau menyeretku ke ka-hiks...-kamar ini. Dan kau memaksaku. Ak-aku tak hikss berani melawanmu ka-kar-ena kau mabuk berat."

"Kau dengar apa yang dikatakannya?! Dan kau masih berani mengelak Oh Sehun?!"

"Shit!" Sehun mengumpat pelan saat menyadari jika ia tak mampu berkutik lagi.

"Pernikahan kalian dipercepat menjadi satu hari setelah kelulusan kalian. Dan aku tak ingin mendengar penolakkan apapun darimu Oh Sehun." Ucap tuan Oh saat Sehun akan mengutarakan penolakkannya

~~ HunHan ~~

"Sehari setelah kelulusan itu, mereka menikah dan Yoona dinyatakan hamil oleh dokter. Semuanya berjalan lancar dengan Sehun yang terus bersikap acuh tak acuh dengan Yoona. Begitu juga dengan Yoona." Pria itu kembali melanjutkan ucapannya yang tertunda. "Aku mendengar ibu Yoona meninggal di saat usia kandungannya yang ke empat bulan. Saat itu aku ingin sekali mengunjunginya, tapi aku malu. Saat itu aku benar - benar dalam kondisi terburukku hingga aku tak berani memunculkan diriku di hadapan Yoona."

Donghae menjeda ucapannya sejenak sambil memperhatikan ketiga pria yang terus menyimak ceritanya. "Akibat kerja kerasku, aku berhasil menjadi seorang direktur di sebuah perusahaan terkenal di Pulau Jeju. Saat aku mendengar Yoona akan melahirkan, aku segera terbang ke Seoul untuk melihat anakku. Namun… yang aku dapati hanyalah berita buruk. Yoona meninggal karena kandungannya terlalu lemah. Dan ia lebih memilih untuk menyelamatkan anaknya dari pada nyawanya. Hal itu benar - benar membuatku terpukul. Aku harus kehilangan Yoona-ku sebelum aku sempat berjumpa dengannya. Dan bodohnya aku malah mengambil keputusan jika kematian Yoona adalah sebab anak yang dilahirkannya. Dan karena itulah aku membenci anakku sendiri. Aku meninggalkan anak itu bersama Sehun yang terlihat sangat bahagia dengan kelahiran anak itu. Jadi aku pikir anak itu akan lebih baik jika ia bersama Sehun. Aku tak yakin jika aku tetap membawanya, ia akan mendapat kasih sayang dariku yang masih terpukul akan kepergian Yoona."

To Be Continue

Yosssshhhh!!!

Bagi yang mau melampiaskan kekesalannya akan kenyataan yang baru terungkap, silahkan ke kotak review.

Zhi sebelumnya minta maaf, telat satu hari up datenya. Lupa~~~

Zhi ucapi banyak terima kasih buat yang masih setia baca fanfic ini, apa lagi masih ada yang mau review. Sekali lagi teriama kasih banyaaaaaaakkkk teman teman.