p.s : Baca baik-baik ya jadi gak salah paham sama akhir cerita (Keterangan baru)


SUNRISES


Hyunsik adalah sebuah pelarian. Mungkin memang benar, ia menyukai pria itu. Bukan cinta, hanya rasa ketertarikan satu sama lain saja. Hubungan mereka berjalan baik-baik saja, tetapi itu hanya berlangsung sekitar empat bulan sebelum akhirnya Kyungsoo mengetahui bagaimana sikap Hyunsik kepadanya. Pria itu berubah, dari sebelumnya nampak seperti pria yang penuh perhatian menjadi pria yang penuh penuntutan. Kyungsoo salah, pilihannya untuk mencari seorang pelarian bagi hidupnya telah menjadi kesalahannya sendiri. Ia tidak tahu cara mengakhiri hubungan—rahasia—ini karena Hyunsik adalah pria yang akan melakukan apapun agar keinginannya terwujud. Termasuk memiliki Kyungsoo seutuhnya.

Pembicaraan kakeknya tentang rencana perjodohan yang telah Kyungsoo ketahui bertahun-tahun yang lalu bagaikan penyelamat hidupnya. Setidaknya dengan perjodohan ini ia dapat terbebas dari ikatan bodoh yang sebelumnya ia buat sendiri secara main-main; tentunya dengan Hyunsik.

Namun bukan itu saja kelegaan akan terbebasnya hubungannya dengan Hyunsik yang Kyungsoo rasakan. Melainkan perasaan membuncah yang entah sejak kapan telah dinantinya selama ini.

Ini bukan kali pertama ia terkejut dengan kabar perjodohannya.

Bukan kali pertama juga ia menolak rencana perjodohannya.

Tetapi bukan kali pertama juga perasaannya selalu berdesir setiap kali kakeknya membicarakan; siapa pria yang akan menjadi masa depannya kelak.

Kembali saat Kyungsoo masih berada di masa-masa awal karirnya. Umumrnya masih dua puluh tahun ketika namanya telah diagung-agungkan menjadi seorang idol muda yang layak disandingkan bersama idol papan atas lainnya. Ia masih muda, dianugrahi paras yang cantik dengan suara indah layaknya malaikat. Salah satu yang tidak akan terlepas dari perangainya adalah keramah tamahan sikapnya kepada setiap orang yang selalu berada di sekitarnya. Tak jarang ia dikagumi oleh sebagaian besar kalangan bintang, fans hingga media. Ia selalu menjadi pusat perhatian. Ditambah ia adalah cucu dari seorang pemimpin agensi besar yaitu DSH entertaiment.

Hampir seluruh kabar yang berkaitan tentang Kyungsoo adalah hal positif. Tetapi ada satu hari dimana sebuah berita muncul kepermukaan.

Kyungsoo, bintang muda yang tidak akan pernah memilih cintanya.

Benarkah Kyungsoo telah terikat pertunangan?

Hubungan keluarga atau hubungan bisnis dalam pertunangan Kyungsoo?

Kyungsoo bisa saja memaki siapapun yang telah membocorkan berita ini. Ia tidak dapat melakukan apa-apa. Bicara adalah hal yang menakutkan di tengah kabar yang sedang memanas. Ia juga tidak bisa menyangkal karena semua pemberitaan itu memang benar.

Kyungsoo, bintang muda yang tidak akan pernah memilih cintanya? Ya, tidak akan pernah. Ia bisa menjalaninya tapi ia tidak yakin dapat menunjukkannya; apalagi di hadapan keluarganya.

Benarkah Kyungsoo telah terikat pertunangan? Itu benar, meskipun Kyungsoo sendiri belum tahu siapa calon tunangannya itu. Yang ia tahu, ayahnya telah mengatakan saat ia baru menginjak umur empat belas tahun bahwa; "Mungkin suatu hari nanti kau akan kecewa dengan sikap keluargamu. Tetapi percayalah, apa yang kami pilihkan untukmu adalah salah satu cara agar membuatmu bahagia. Kau akan bertemu pria itu pada waktunya." Sudah sangat menjelaskan bahwa ia telah diikatkan sejak lama sekali bukan?

Hubungan keluarga atau hubungan bisnis pertunangan Kyungsoo? Untuk yang satu ini Kyungsoo tidak tahu. Kembali lagi, ia tidak tahu apa-apa tentang siapa dan dimana calon tunanngannya itu.

Tetapi dari semua ketiadak tahuan itu, ada satu kemungkinan yang sebenarnya Kyungsoo rahasiakan.

Masa depannya—masa lalunya.


Kyungsoo hanya bisa terduduk dengan lututnya yang tertekuk seraya memeluk boneka bayi mainan yang diberikan Kai kepadanya. Entah untuk keberapa kalinya ia menangis mengingat apa saja yang telah terjadi beberapa waktu yang lalu kepadanya. Semuanya karena salahnya.

Andai saja ia tidak menjalin hubungan dengan Hyunsik.

Andai saja ia berani mencampakkan Hyunsik sejak lama.

Andai saja ia tidak mendengarkan ancaman Hyunsik kepadanya sehingga ia tidak mungkin menemui pria itu. Dan rasanya sangat sakit ketika Kyungsoo kembali mengingat apa yang hampir saja Hyunsik lakukan kepadanya.

Jika Kai tidak ada disana, mungkin Kyungsoo telah hancur saat itu. Kyungsoo tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Hyunsik hingga ia berani mengancam dirinya—bahkan kepada Kai dengan hal-hal yang menurut Kyungsoo sendiri konyol. Saking konyolnya karena ancaman itu berawal dari ulah Kyungsoo sendiri.

Pagi itu, tepat dimana ia seharusnya mencari Wedding Organizer untuk pernikahannya dengan Kai. Hyunsik mengirimnya sebuah e-mail yang berisi nada ancaman dimana ia harus bertemu sekali saja dengan pria itu, meminta penjelasan atas berakhirnya hubungan mereka. Kyungsoo memang ingin mencampakannya tapi pesan lain yang ia baca membuat ia seakan tercekik saat dimana pria itu akan membeberkan hubungan rahasia mereka dan mengancam Kai karena telah menjadi penyebab utama pemberitaan yang nanti keluar.

Kyungsoo tentu tidak terima alhasil ia menyetujui pertemuannya dengan Hyunsik meskipun ia sendiri ragu apakah yang dilakukannya saat ini adalah benar atau tidak. Tidak ingin nampak mencurigakan, Kyungsoo akhirnya membohongi managernya termasuk juga Kai dengan alasan yang berbeda-beda. Ini adalah urusannya dan ia tidak ingin melibatkan siapapun ke dalam masalahnya, hanya itu yang dipikirkan Kyungsoo saat ia akhirnya pergi menemui Hyunsik di hotel yang telah mereka setujui.

Sesaat setelah ia sampai di lantai—untuk mencari kamar yang telah mereka sepakati untuk menjadi tempat pertemuan mereka. Kyungsoo mulai merasakan keraguannya. Ada sesuatu yang membuat hatinya terdorong untuk tidak menemui Hyunsik, ada sesuatu yang menjanggalnya, entah apa itu; karena ia tidak semestinya melakukan ini atau karena ia telah membohongi Kai—tiba-tiba saja ia teringat dengan pria itu dan perasaan takut mulai merayapi seluruh tubuhnya. Mencoba melupakan segala kekhawatiran itu, demi menyelesaikan masalahnya akhirnya Kyungsoo memberanikan dirinya memasuki kamar itu.

Ia dapat melihat bagaimana Hyunsik menyambutnya dengan sebuah tatapan yang begitu sangat mencekam. Kyungsoo tidak tahu kapan terakhir kali Hyunsik menatapnya dengan cara seperti itu yang jelas ia tahu bahwa dari tatapannya, tidak ada kalimat baik-baik saja bagi dirinya saat ini.

"Akhirnya aku bisa bertemu lagi denganmu, sayang."

Kyungsoo hanya bisa membatu ketika Hyunsik mulai berdiri dan melangkahkan kakinya mendekati posisi Kyungsoo saat ini. Tangannya beralih merengkuh pundak Kyungsoo, hendak memberikan sebuah kecupan selamat datang tetapi dengan cepat Kyungsoo segera berpaling. Menghindar sejauh mungkin dari segala sentuhan yang Hyunsik berikan kepadanya.

Hyunsik mendengus dan tentu ia merasa tersinggung atas sikap yang Kyungsoo tunjukkan saat ini. Lantas ia menarik dagu Kyungsoo untuk menatapnya dan balik menatap Kyungsoo, mencoba selembut mungkin.

"Bahkan sekarang kau tidak ingin melihatku?"

"Bukankah hubungan kita sudah berakhir, tidak ada lagi yang harus kita masalahkan. Aku ingin melihatmu atau tidak, itu adalah urusanku." Balas Kyungsoo santai.

"Telah berakhir katamu?" bisik Hyunsik begitu lirih. Ia melepaskan genggamannya pada dagu Kyungsoo lantas berjalan memunggungi Kyungsoo yang masih menatapnya dengan tatapan dingin. "Karena pria itu kan? Karena pria itu kau mencampakkanku, begitu?"

"Bukan, aku hanya tidak mencintaimu." Ucap Kyungsoo berani, dan kata-kata itu berhasil menarik perhatian Hyunsik untuk kembali menatapnya. Kini dengan tatapan terkejut.

"Hanya tidak mencintaiku katamu?" Tekannya. Ia terkekeh singkat seolah apa yang dikatakan Kyungsoo adalah sebuah lelucon. "Kau bercanda kan?"

"Apa kau bisa melihat aku sedang bercanda saat ini?" Hyunsik bungkam ketika Kyungsoo melemparkan tatapan jauh lebih dingin dari sebelumnya, ia benar-benar serius dan ia hanya ingin Hyunsik berhenti mengganggunya. "Aku tidak mencintaimu, kau dengar. Hanya itu alasan yang ingin aku sampaikan saat ini."

"Ini gila!"

Kyungsoo mengernyit melihat Hyunsik yang mulai mengumpat kepadanya dan ia terhenyak ketika tiba-tiba saja Hyunsik menderap melangkah mendekatinya dan menarik tangan Kyungsoo dengan kasar. Kyungsoo mencoba melepaskan diri dari cengkraman Hyunsik sayangnya hal itu malah membuat lengannya semakin sakit.

"Apa yang kau lakukan?! Lepaskkan aku!" Teriak Kyungsoo di tengah ringisannya kali ini.

"Aku mencintaimu Kyungsoo! Kau dengar itu aku tidak ingin kehilanganmu. Kau hanya milikku!"

"Dan aku tidak mencintaimu, semuanya sudah berakhir! Lepaskan aku!"

"Bagaimana bisa kau melupakanku begitu saja huh?!"

"Karena sejak awal aku memang tidak mencintaimu!"

Kalimat terakhir yang Kyungsoo ucapkan mampu membuat Hyunsik membeku seketika. Keterdiaman itu tidak berlangsung lama hingga akhirnya sebuah geraman membuat Kyungsoo bergidik, sadar bahwa ia tengah dalam posisi yang paling membahyakan saat ini. Ia tahu bagaimana sifat Hyunsik, dan ia tahu apa saja yang mungkin bisa Hyunsik lakukan terhadapnya.

Seolah tidak ingin menerima pernyataan itu, Hyunsik lantas menampar pipi Kyungsoo dengan keras seolah melimpahkan amarah yang ia rasakan sejak awal kepada gadis yang ia cintai. Kyungsoo meringis dan air matanya tiba-tiba menetes akan rasa sakit yang ia alami. Kyungsoo terhuyung mundur mencoba menghindar tapi sayangnya Hyunsik telah lebih cepat mencengkram tangannya jauh lebih kuat dari sebelumnya.

"Ini bohong! Pasti karena pria sialan itu kan? Apa yang pria itu lakukan kepadamu huh?!"

"Berhenti..," lirih Kyungsoo ketika Hyunsik kembali menamparnya—sama kerasnya seperti tamparan pertama.

"Kau bilang itu semua karena perjodohan bukan? Bagaimana mungkin kau bertunangan padahal selama ini kau adalah kekasihku? Katakan kepadaku, apa yang pria itu lakukan kepadamu?!"

"Tidak ada yang Kai lakukan kepadaku, kumohon berhenti..," Kyungsoo mulai terisak karena rasa sakit yang ia alami. Ia mulai merasakan perih di sudut bibirnya dan ia tidak tahu apakah itu darah, entahlah karena ini adalah kali pertama ia diperlakukan sangat kasar seperti ini.

Hyunsik seperti telah buta dengan semuanya. Ia lantas mendorong tubuh Kyungsoo hingga gadis itu terjelembab jatuh ke atas ranjang yang ada di dalam kamar itu. Kyungsoo beringsut mundur. Ia mulai ketakutan. Ia mencengkra kuat-kuat tas tangan yang masih ia genggam. Ia sengaja menyimpan tas itu di depan tubuhnya, seolah menjadi perisai bagi tubuhnya dari serangan Hyunsik. Tetapi hal selanjutnya yang ia dapatkan mampu membuat Kyungsoo menjerit semakin ketakutan. Hyunsik langsung mendorong tubuh Kyungsoo terlentang lantas menarik paksa wajah gadis itu untuk menatapnya.

"Apakah pria itu telah melakukan hal ini kepadamu huh? Kau menjual tubuhmu kepadanya bukan?"

"Tidak..," bisik Kyungsoo terisak. Suaranya tertelan oleh isakannya sendiri bahkan ia tidak bisa mengungkapkan rasa sakitnya atas ucapan Hyunsik yang begitu sangat kasar selain dengan cara menangis.

"Baik, aku akan melakukan apa yang pria itu lakukan kepadamu! Aku akan kujadikan kau milikku, hanya milikku!"

Dan hal yang selanjutnya terjadi benar-benar membuat Kyungsoo sadar bahwa keputusannya untuk bertemu dengan Hyunsik adalah salah besar. Tidak ada kesan baik-baik saja seperti sejak awal ia bertemu dengan pria itu di kamar ini. Hyunsik menciumnya dengan paksa dan Kyungsoo masih berusaha keras, meronta untuk bisa terlepas dari kungkungan Hyunsik saat ini.

Kyungsoo bahkan semakin takut ketika Hyunsik secara paksa mulai mencoba membuka pakaiannya. Sekuat tenaga Kyungsoo mendorong tubuh itu untuk menjauh, tetapi sebisa ia berusaha mendorong Hyunsik menjauh, ia sama sekali tidak diberi sedikit pun kesempatan untuk melarikan diri. Ia terus berteriak memohon, meminta pertolongan, siapapun itu Kyungsoo berharap orang diluar sana bisa mendengar teriakannya.

Ponselnya berdering. Kyungsoo menoleh mencoba mencari letak tasnya yang tak jauh berada di samping tubuhnya. Dengan keras Kyungsoo mendorong tubuh Hyunsik menjauh dan melayangkan sebuah pukulan yang cukup keras pada rahang pria itu. Kyungsoo segera mengambil ponselnya dengan cepat dan nama Kai tertulis jelas disana. Tanpa pikir panjang ia lantas mengangkatnya, ia butuh bantuan saat ini, ia membutuhkan Kai.

"Halo.. Kai.. aku.. Akhhh!"

Bahkan Kyungsoo belum sempat melanjutkan ucapannya ketika ponselnya ditarik paksa oleh Hyunsik lantas dibuangnya begitu saja. Kyungsoo semakin beringsut mundur ketika lagi-lagi Hyunsik melemparinya tatapan menakutkan. Keadaan semakin mencekam ketika Hyunsik mulai melemparkan beberapa barang seolah ia tengah menumpahkan segala amarahnya akan perbuatan Kyungsoo.

"Beraninya, kau!"

"Jangan.. kumohon.. jangan..," Kyungsoo semakin tidak tahu apa yang harus ia lakukan selain menangis. Ia ingin lari tetapi pada saat yang bersamaan kakinya begitu terasa sangat kaku untuk begrerak. Ia sangat ketakutan dan Hyunsik tidak memberinya kesempatan sedikit pun agar ia bisa lepas. Pria itu kembali mencengkram lengan Kyungsoo kuat-kuat dan melakukan hal-hal yang menurut Kyungsoo sendiri menjijikan.

Yang ada dipikirannya saat ini hanya Kai. Ia berharap pria itu datang. Kyungsoo berharap Kai datang menolongnya. Demi Tuhan, ia sangat ketakutan saat ini. Kyungsoo bahkan hampir tak sadarkan diri saking takutnya, jika bukan karena suara keributan yang terjadi selanjutnya dan usapan lembut di pipinya, lantas ia membuka matanya dan perasaannya melega seketika saat sosok Kai telah berada di hadapannya. Dengan tatapann lembutnya dan perhatiannya. Ia tidak dapat melakukan apapun selain memeluk Kai dan melimpahkan semua ketakutannya pada pria yang selama ini paling dibutuhkannya saat ini.

Pria itu selalu melindunginya.

"Kyungsoo!" Kyungsoo mendongak ketika ia mendengar suara ketukan dari pintu kamarnya dilanjutkan dengan suara panggilan yang memanggil namanya. Ia mengusap jejak basah dari air matanya lantas bersuara untuk membalas panggilan itu.

"Ya, aku akan keluar sekarang."

Kyungsoo langsung meloncat dari tempat tidurnya. Ia berdiri dan sekilas memerhatikan penampilannya melalui cermin. Merapikan sedikit penampilannya termasuk wajahnya yang terlihat pucat karena terlalu sering menangis. Ia tidak mungkin menunjukkan ekspresi menyedihkan saat ini. Ia harus menunjukkan kebahagiannya. Tidak ada lagi tangisan, seharusnya ia mulai tersenyum saat ini. Menganggap hari ini adalah awal yang baru bagi masa depannya.


"Hari ini persidangan atas kasus penembakkan di kantor pemberitaan Tvn News telah selesai dilaksanakan. Keputusan jaksa menjatuhkan hukuman seumur hidup kepada pelaku atas kepemilikan senjata ilegal dan menghilangkan nyawa orang lain. Seperti yang sebelumnya telah diketahui. Pelaku berinisial HS melakukan peembakkan brutal pada hari selasa di kantor pemberitaan Tvn News. Ada kemungkinan bahwa pelaku telah merencanakan penembakaan ini sebelumnya. Kepolisian masih—"

Kyungsoo segera memalingkan wajahnya ketika sang manager mematikan penayangan berita tentang Hyunsik. Wanita itu sadar dengan apa yang tengah menjadi perhatian Kyungsoo saat ini, dan ia tidak ingin membuat Kyungsoo terpuruk akan kasus itu dan lebih memilih mematikan tv yang ada di dalam mobil dibandingkan harus melihat Kyungsoo terus terdiam dengan tatapan sedih.

"Itu sudah berlalu jangan terus kau pikirkan."

Tentu, banyak sekali yang dipikirkannya. Bahkan Kyungsoo bisa membaca narasi apa yang akan dibawakan pembawa berita itu. Kepolisian masih mencari saksi atas kasus ini. Seharusnya ia menjadi salah satu saksi itu karena dia lah yang ada disana, dia lah yang memannggil pihak kepolisian atas penyerangan yang terjadi di kantor Tvn News hari itu, dia lah penyebab utama dari penembakkan brutal yang terjadi selasa lalu. Beruntung aksi penembakkan itu dapat dihentikan. Sesaat sebelum sempat Hyunsik menembakkan senjata apinya kepada Kai, kepolisian telah lebih dulu melumpuhkannya dengan tembakkan pada kaki dan bahunya.

Ia tahu sejak awal, hari itu ia menelpon Kai bukan hanya sekedar menghubunginya, ia ingin memastikan bawa Kai baik-baik saja karena ia sudah tahu sejak awal. Dialah orang pertama yang Hyunsik kabari bahwa pria itu akan membunuh Kai agar Kyungsoo tidak dimiliki siapapun selain dirinya.

Orang gila mana yang berani melakukan hal senekad itu? Hanya Hyunsik yang berani dan Kyungsoo adalah penyebab utama yang terjadi anatara Hyunsik dan Jongin.

"Aku masih merasa bersalah, semua ini terjadi karenaku," balas Kyungsoo bisiknya lirih. Tatapannya lurus menatap keluar mobil. "Kuharap ini tidak terjadi lagi kepadaku." Lanjutnya.

"Tidak akan. Percayaah, pria brengsek itu telah masuk penjara dan ia tidak akan kembali mengganggumu."

Kyungsoo mengangguk lantas menoleh dan tersenyum menatap manager yang dengan senang hati mencoba menghiburnya meski ia tahu, wanita itu juga berusaha keras untuk menyembunyikan keterlibatannya akan kasus yang dialami Hyunsik kali ini. Karena ulahnya, semua orang yang berada di sekitarnya terlibat masalah. Termasuk Kai.

Kai.

Ia kembali teringat dengan pria itu. Sudah sangat lama ia tidak bertemu dengan pria itu dan ia tidak dapat menampik bahwa ia mulai merindukannya.

"Kenapa hari ini jalanan macet sekali." Desah Kyungsoo pelan.

Suara kekehan membuat Kyungsoo mengernyit lantas melarikan tatapannya kepada sang manager yang tengah terkikik dengan tatapan yang begitu menggelikan baginya.

"Sabarlah, kita akan segera sampai."

"Memangnya kau tau apa yang aku pikirkan?"

"Aku bukan setahun, dua tahun mengurusmu Kyungsoo. Aku tahu apa yang ada dipikiranmu. Sebentar lagi kita akan sampai." Godanya membuat Kyungsoo kini tidak bisa lagi menyembunyikan senyumannya. wanita ini selalu tahu cara membuatnya tersenyum. Moodnya kembali membaik dan ia besyukur bahwa ia memiliki seseorang yang dapat menghiburnya saat ia masih merasakan kesedihan saat ini.

Tidak memutuhkan waktu sepeuluh menit hingga Kyungsoo sampai di tempat yang ia datangi. Ia lantas turun dari mobil dan cepat-cepat memasuki sebuah gedung berasitektur klasik. Sebuah butik yang cukup sering ia kunjungi. Seorang wanita yang hampir berusia empat puluh tahunan tersenyum menyambutnya dengan ramah. Ia menanyakan kondisi Kyungsoo dan berkomentar bahwa semakin hari Kyungsoo terlihat nampak kurus. Ya mungkin, banyak sekali yang dipikirkannya saat ini bahkan selera makannya ikut menghilang karena apa saja yang telah terjadi kepadanya.

"Gaunmu sudah sangat siap digunakan tetapi yah.. sepertinya aku harus kembali mengecilkannya lagi. Tubuhmu semakin kurus saja." Keluhnya dengan ekpresi wajah sedih.

Kyungsoo mencoba tersenyum. "Beruntunglah bahwa aku menjadi kurus, bagaimana jika berat badanku naik, kau yang akan kerepotan mencari bahan baru utuk gaunku dan mengomel sepanjang hari mengeluh karena tubuhku yang gemuk."

"Kau masih pintar membalas yah." Desahnya dengen gelengan kepala. Kyungsoo hanya tertawa lantas mengikuti langkah wanita itu ketempat dimana gaunnya telah berhasil dibuat.

Wanita itu; Nyonya Song menunjukkan gaun putih yang tengah tergantung indah di almari kaca. Sebuah gaun pengantin. Ini bukan kali pertama ia melihat gaun itu tetapi selalu saja ia terpesona setiap kali ia melihat gaun itu secara langsung, apalagi saat ia memakainya. Itu terasa menakjubkan.

"Sungguh menyedihkan, aku akan mencoba gaun ini tetapi calon suamiku sendiri tidak ada." Keluh Kyungsoo seraya menatap nanar gaun yang akan ia kenakan nanti.

"Apa yang kau maksud tidak ada?"

Kyungsoo terkejut lantas menoleh, ia berbalik dan seketika terpukau melihat siapa yang kini berdiri di hadapannya.

Tunangannya, calon suaminya, Kai.

Pria itu telah mengenakan setelan berwarna senada dengan gaun pengantin yang akan Kyungsoo kenakan. Ia berdiri terlihat acuh mengancingkan jas, merapikan dasinya seraya menatap pantulan dirinya pada cermin yang tak jauh berada di sisi tubuh Kyungsoo. Nyonya Song pamit pergi begitu saja dengan senyuman menggoda dan Kyungsoo tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya sendiri bahwa Kai telah lebih dulu berada disini.

"Hei.. kau menghalangi cerminnya." Keluh Kai kini menatap Kyungsoo yang malah mendengus mendapati keluhan Kai saat ini.

"Katanya sibuk dan kau malah datang kesini, tidak memberitahuku juga.. jahat sekali."

"Aku tidak ada pilihan lain." Kai selesai merapikan penampilannya lantas menatap Kyungsoo dan memberikan sebuah senyuman yang begitu sangat menenangkan. Sangat menggemaskan ketika melihat Kyungsoo tengah kesal seperti ini.

Kai berjalan mendekati Kyungsoo dan berdiri berhadapaan dengannya. Masih dengan wajah kesal yang membuat Kai mulai merasa bersalah. "Aku mendengar kau terus menangis sepanjang hari."

"Aku tidak menangis."

"Aku tahu itu."

"Kau tidak tahu bahkan aku tidak menangis saat ini."

"Tapi matamu tidak bisa bebohong," jawab Jongin lirih." Matamu sangat merah, kapan terakhir kali kau tidur hum?"

Kai mengusap lembut pipi Kyungsoo dan seketika Kyungsoo mulai merasa lemah berdiri di hadapan Kai. Ia tidak dapat lagi menyembunyikan kerinduannya sekaligus semua rasa kekhawatirannya yang selama berhari-hari ini menggelayuti hatinya. Kyungsoo jatuh memeluk Kai dengan erat lantas mulai menangis, menumpahkan segala keresahan yang dialaminya selama ini.

"Aku tidak tahu tapi aku sangat merindukanmu, bagaimana kau bisa begitu sibuk dan melupakanku?"

"Aku tidak melupakanmu, aku berusaha keras untukmu saat ini. Tentang pria itu—"

"Jangan bahas dia, aku tidak ingin mendengarnya lagi." Kyungsoo mendongak tanpa melepaskan pelukannya dari Kai. "Dan bisakah kau berhenti, kumohon.. jangan libatkan dirimu lebih jauh lagi dengan dia."

"Kasus itu sudah selesai. Aku sudah selesai bersaksi."

"Semuanya?" tanya Kyungsoo tak yakin.

Kai mengulurkan tangannya beralih mengusap kedua pipi Kyunsoo dengan lembut. "Semuanya, aku sudah berusaha melakukan sebaik mungkin untukmu. Dan jangan lagi melakukan tindakan bodoh, semuanya sudah berakhir."

Kyungsoo akhirnya mengangguk dan Kai tersenyum kembali mencoba menenangkan kerisauan yang masih melanda hati Kyungsoo saat ini. Selama berhari-hari ini, ia idak memiliki kesempatan untuk bisa terus bersama Kyungsoo dan menemaninya. Ia bersaksi untuk kasus kejahatan yang dilakukan Hyunsik. Kai berusaha menyembunyikan keterlibatan Kyungsoo, meskipun tidak sepenuhnya. Setidaknya berita ini tidak cukup sampai terdengardi media. Jika itu sampai terjadi, ia berjanji ia akan bertarung kembali melawan siapapun yang berani menyakiti Kyungsoo. Ia akan melindunginya.

"Sebenarnya aku masih takut." Bisik Kyungsoo.

Jongin memeluk Kyungsoo dengan erat mencoba menenangkan gadis itu. "Apa yang kau takutkan? Tidak ada lagi yang harus kau takutkan."

"Ini tentang keadaanmu Kai, kau sama sekali tidak beristirahat. Hari itu, bahkan kau meninggalkan rumah sakit begitu saja. Aku tidak ingin kau sakit."

"Kyungsoo, aku baik-baik saja."

"Tetapi kai—"

"Aku sangat sehat sungguh, luka ini sangat kecil bahkan itu sama sekali bukan masalah. Setidaknya kau baik-baik saja dan aku akan selalu sehat untukmu."

Kyungsoo balas semakin erat memeluk tubuh Kai. Aroma tubunya, dekapannya, ucapannya, semua itu mampu membuat menangakan hatinya. Selama ini yang ia butuhkan adalah Kai. Orang selama ini ia cari, orang yang selama ini ia cintai.

Ya, Kyungsoo mencintai Kai.

Perasaan itu tidak datang tiba-tiba. Itu datang sudah sangat lama sekali. Bahkan sebelum mereka bertemu. Dahulu, bahkan sebelum takdir mempertemukan kembali mereka berdua.


Mungkin konyol tetapi Kyungsoo telah merasakan sesuatu yang berbeda dalam hidupnya sejak rencana pertunangan itu ia dengarkan langsung dari ucapan sang ayah. Sebelumnya ia telah mengalami beberapa mimpi aneh yang terus menghantui tidurnya.

Bibi yang selalu menjaga di rumahnya selalu mengatakan bahwa mungkin Kyungsoo terlalu banyak pikiran atau kecapean karena harus terus berlatih sepanjang hari. Bibi itu juga melanjutkan bahwa yang Kyungsoo butuhkan hanya beristirahat. Tetapi semakin lama ia tidur, mimpi itu juga semakin sering muncul dalam tidurnya.

Darah itu.

Jeritan itu.

Pekikan kesakitan itu.

Tangisan itu.

Apakah itu nampak biasa-biasa saja bagi seorang remaja yang selalu mengalami mimpi-mimpi menakutkan setiap kali ia tidur. Tidak setiap malam tetapi kadang-kadang ketika ia merasa lelah dengan hidupnya sendiri. Mimpi itu bagaikan teror sekaligus pengingat.

Mimpi adalah bunga tidur biasa tetapi bagaimana bila mimpi itu kenyataannya adala mesin waktu?

Semuanya berangsur begitu perlahan. Kyungsoo awalnya hanya mersakan kegelapan luar biasa dengan suara-suara yang membuatnya takut. Tetapi lama kelamaan mimpi itu berubah menjadi nampak jelas. Bagaimana kegelapan yang sebelumnya menjadi latar mimpinya sedikit demi sedikit mulai bercahaya, meski kegelapan itu tidak hilang menjadi latarnya. Ia mulai bisa merasakan angin malam yang menerpa kulitnya. Begitu sangat dingin, semakin menakutkan ketika ia mendengar beberapa dentingan suara—entah apa itu yang membuatnya semakin meringkuk.

Ia hanya bisa memejamkan matanya. Mencoba membutakan pengelingatannya sekaligus memulihkan pendengarannya dari mimpinya sendiri. Sesuatu menyentuh lengannya, menggenggamnya begitu sangat erat. Kyungsoo bisa saja memekik karena terkejut tetapi sentuhan itu membuat jantungnya berdebar. Bukan karena ketekutan melainkan karena rasa yang tak biasa baginya. Sesuatu yang begitu sangat tak asing bagi dirinya hingga ia mencoba menajamkan telinganya kembali mendengar suara helaan napas yang terengah dengan kalimat-kalimat yang tidak dapat Kyungsoo pahami.

Kyungsoo ragu, ia tidak tahu apakah ia harus berlari atau tetap diam di tempat dengan tangan asing yang masih menggenggam erat lengannya. Herannya, tubuhnya hanya bisa diam mematung dengan kepala yang menoleh ke samping. Mencari tahu siapa yang telah menggenggamnya—seperti gerak tubuhnya yang berhasil menguasai dirinya dendiri.

Ketika ia berhasil menoleh, ia hanya bisa diam.

Ia tertegun.

Dan selanjutnya menangis.

Tangan itu, bahkan suara itu benar-benar tak asing baginya.

Satu hal selanjutnya yang benar-benar Kyungsoo ingat adalah ketika pria itu mengatakan; "Di kehidupan selanjutnya.. aku.. akan terus.. melihatmu. Aku, tidak akan.. menghindar.. lagi."

Dan satu kalimat lain yang terucap dari bibir Kyungsoo hanya nama itu. "Kim Jongin."

Sebelum akhirnya deretan masa lalu itu muncul kembali dalam ingatannya. Masa lalunya yang tidak pernah berakhir sebagai mana mestinya

Kyungsoo, remaja yang baru menginjak umur empat belas tahun telah hidup kembali sebagai seorang reinkarnasi. Untuk mencari cintanya, suaminya. Im Jongin. Cinta sejatinya.

Kyunsgoo telah mengingat semuanya dan ia menunggu hingga hari itu tiba. Bahkan ketika Kyungsoo telah beranjak dewasa hingga umurnya dua puluh tahun. Ia masih menunggu waktu dimana ia akan dipertemukan dengan pria itu.

Alasan lain kelegaannnya adalah; Siapa yang aka tahu bahwa calon suaminya adalah Kim Jongin masa lalunya. Ia akan memastikan itu secepatnya.

Hari itu datang, pertemuan pertama mereka direncanakan. Kakeknya mengatakan bahwa pria itu bernama Kai. Harapannya sempat pupus mengingat bahwa nama itu jauh berbeda dengan suaminya di masa lalu. Entah kenapa tiba-tiba ia teringat dengan pria tambun, bersetelan membosankan dengan kepala botak yang menyedihkan. Selera kakeknya selalu seperti itu dan ia bergidik sendiri hanya dengan membayangkan bahwa ia akan menikah dengan pria macam itu.

Tetapi hal selanjutnya ia bersyukur setelah akhirnya ia memutuskan untuk bertemu dengan pria bernama Kai bahwa pria itu benar-benar mirip sekali dnegan pria yang ada di dalam mimpinya. Bukan hanya mimpinya tetapi masa lalunya. Sejak pandangan pertama ia tahu bahwa Kai adalah Kim Jongin, suaminya. Meskipun menyedihkan bahwa pria itu sama sekali tidak mengingatnya.

Hari ke hari Kyungsoo mencoba mengorek lebih dalam sejauh mana pria itu mengingatnya. Apakah yang Kai ingat adalah Kyungsoo, istrinya di masa lalu atau hanya seorang idol Kyungsoo yang lahir di masa kini. Tetapi ia bersabar untuk menunggu waktu yang tepat. Lagipula masih banyak yang bisa mereka lakukan. Contohnya menghabiskan waktu bersama, entah itu Kai atau Jongin mereka berdua sangat sama, sangat perhatian dan Kyungsoo selalu merasa nyaman saat bersamanya.

Hal-hal lain yang membuat Kyungsoo berharap bahwa Kai mengingatnya sebagai Kyungsoo di masa lalu dimana ia selalu menceritakan kisah cinta seorang jaksa dan istrinya. Tidak sadarkah bahwa selama ini Kai selalu menceritakan kisah cintanya sendiri? Kyungsoo tidak berani mengatakannya secara langsung tetapi ia tetap milih diam dan hanya menunggu.

Hingga hari itu datang hari dimana kai tahu siapa dirinya sebenarnya. Kyungsoo tidak tahu darimana Kai bisa tahu siapa dirinya secepat itu. Bohong jika Kyungsoo tidak mendengar ucapan memohon dan tangisan yang Kai ucapkan pada malam itu. Ditengah kekalutan hatinya ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan selain memilih diam dan ikut menangis, mendengarkan betapa menyedihkannya ucapan memohon Jongin pada saat itu.

"Aku Kim Jonginmu, Kyungsoo.. Jonginmu.. dan aku, aku-mencintamu, aku berjanji akan melihatmu selamanya jadi bukalah pintumu dan biarkan aku menatapmu."

Perasaannya luluh dan saat itulah ia sadar bahwa Kim Jonginnya telah kembali.


"Besok adalah pernikahan kita."

Kyungsoo melirik dan menemukan Kai saat ini tengah menatapnya dengan tatapan yang begitu sangat sendu. Ada hal lain yang seperti tengah Kai sembunyikan saat ini tetapi Kyungsoo lebih memilih tersenyum mencoba mencarikan suasana.

"Aku tahu itu besok kita akan menikah. Apa kau tidak bahagia?" Balasnya dengan tawa kecil.

"Bukan itu masalahnya," Kyungsoo kembali menoleh dan kini ia sama Sali tidak bisa tersenyum. "Aku hanya merasa cemas?"

"Cemas?" Kai mengangguk. "Apa yang kau cemaskan?"

"Semuanya," bisiknya lirih. "Termasuk dirimu."

"Hei.. sebenarnya ada apa?" Kyungsoo menarik wajah Kai untuk kembali menatapnya. Menyimpan telapak tangannya pada pipi Kai dengan halus.

Benar-benar ada sesuatu yang tengah Kai sembunyikan saat ini dan Kyungsoo bisa melihatnya dari bagaimana mata itu menatapnya dengan sendu.

"Kau.. kau mencintaiku kan?" Kyungsoo terdiam mendengar pertanyaan yang menurut Kyungsoo terdengar konyol. Sudah sangat jelas apa jawaban yang akan Kyungsoo berikan dan ia yakin Kai tahu apa jawabannya. Sebelum ia sempat menjawab pertanyaan Kai, pria itu kembali membuka suaranya. "Aku hanya tidak ingin kau menyesal.. kau tahu, sebenarnya aku sedikit khawatir tentang kita ke depannya, apa kita bisa—"

"Kita bisa." Potong Kyungsoo cepat. Ia tahu apa yang Kai khawatirkan saat ini, tentang kecemasannya bahwa hal yang terjadi pada masa lalu akan kembali terjadi kepada mereka. "Semua ini sudah selesai bukan? Tidak ada lagi masalah.. lagipula, aku tahu kau akan melindungiku dan kau tak perlu menanyakan bagaimana perasaanku kepadamu karena sudah sangat jelas bahwa aku sangat mencintaimu."

Barulah saat itu Kai mulai menunjukkan senyumannya kembali. Ia menarik tubuh Kyungsoo ke dalam dekapannya lantas merangkul bahunya dengan sangat erat. Kyungsoo begitu sangat nyaman dalam posisi ini, ia merasa benar-benar merasa dilindungi bagaimana punggungnya yang bersandar pada tubuh bagian depan Kai dengan tenang.

Kai menyimpan dagunya pada pucuk kepala Kyungsoo lantas memeluknya semakin erat. "Sebenarnya aku penasaran."

"Tentang apa?" Tanya Kyungsoo penasaran.

"Bagaimana kau mengenalku?"

"Bagaimana aku mengenalmu?" Tanya Kyungsoo kembali tidak mengerti atas pertanyaan yang Kai utarakan.

"Sebagai Kim Jongin." Tekannya pelan dan itu membuat Kyungsoo sedikit tersenyum. Banyak hal yang terjadi tetapi ia tidak ingin mengatakannya. Sadar dengan senyuman misterius yang Kyungsoo tunjukkan saat ini membuat Kai seketika mengernyit. "Kau tersenyum?"

"Banyak sekali yang terjadi." Hanya itu yang bisa Kyungsoo ucapkan saat ini. Ia lantas menegakkan tubuhnya dan memposisikan tubuhnya untuk menatap Kai. "Anggap saja itu hanya masa lalu kita, ada masa depan yang akan kita jalani dan aku tidak ingin menyesal untuk kedua kalinya. Bagaimana aku bisa mengenalmu, sudah sangat jauh hari aku tahu itu."

"Sejak jauh hari?" Kai menunjukkan wajah terkejut tetapi Kyungsoo hanya menanggapinya dengan sebuah senyuman sebelum akhirnya ia memeluk kembali Kai dengan erat. Begitupun dengan Kai yang membalasnya dengan lembut.

"Aku akan selalu melihatmu Kyungsoo, dan selamanya aku akan selalu mencintaimu." Bisik Kai dengan penuh perasaan.

Kata cinta yang Kai ucapkan saat ini begitu sangat menyentuh hati Kyungsoo. IA hampir meneteskan air matanya tetapi ia tahu, ini bukanlah saatnya ia menangis haru, ia harusnya tersenyum bahagia.

"Kau sudah menepati janjimu Kai, aku tahu itu. Aku mencintaimu," balas Kyungsoo. "Dan satu lagi, aku memiliki permohonan." Kuungsoo menatap Kai tanpa melepaskan pelukannya saat ini. Kai lantas mengangguk. "Bolehkah aku memanggilmu Jongin saat ini?"

Awalnya Kai terkejut, ia masih belum terbiasa dengan nama itu. Tetapi pada akhirnya ia tersenyum menjawab permintaan Kyungsoo. Entah Kai atau Jongin, ia tetap sama. Ia adalah pria yang akan selamanya mencintai dan melindungi Kyungsoo.

Kyungsoo tersenyum dan dia begitu sangat cantik sama seperti saat pertama kali ia jatuh cinta kepada gadis yang ada dihadapannya saat ini. Ia membelai lembut kedua pipi Kyungsoo lantas memberinya kecupan penuh kasih sayang pada kening Kyungsoo. Ini adalah bukti keseriusannya bahwa ia benar-benar akan berjanji untuk membahagiakan Kyungsoo.

Perjalanan yang sangat panjang bahkan mereka harus membutuhkan waktu yang sangat lama untuk kembali bertemu. Siapa yang akan melawan takdir. Mereka sudah ditakdirkan untuk bersama dan ini adalah bukti dimana Kyungsoo dan Jongin bisa kembali dipertemukan dalam sebuah kisah cinta yang pada akhirnya berakhir indah.

Tidak ada lagi kesedihan. Tidak ada tangisan. Ini adalah awal dari hidup mereka yang baru. Awal yang indah untuk memulai kebahagiaan. Matahari telah terbit.


Anggap saja itu hanya masa lalu kita, ada masa depan yang akan kita jalani dan aku tidak ingin menyesal untuk kedua kalinya. Bagaimana aku bisa mengenalmu, sudah sangat jauh hari aku tahu itu.

.

Juseon Era

.

Ruanagan itu begitu temaram, hanya di terangi oleh sebuah cahaya dari lampu pijar yang tersimpan di atas meja. Kyungsoo terduduk bersila dan hanya bisa diam memperhatikan sang putra yang kini tengah duduk, menggoreskan sedikit demi sedikit tinta hitam pada kertas yang ada di hadapannya.

Kyungsoo tersenyum menatap Taeoh yang meliriknya seolah meminta pendapat akan hasil pekerjaannya. Ia mengusap lembut surai hitam putranya dengan penuh kasih sayang dan merasa bangga karena di umurnya yang baru menginjak enam tahun ia telah mahir menulis.

Setelah selesai, lantas ia mengembalikan tulisan itu kepada sang ibu, meminta penilaian Kyungsoo akan hasil usahanya untuk belajar menulis pada malam itu. Kyungsoo menerimanya dengan senang hati dan lagi-lagi tersenyum bahagia.

"Ini sangat indah, kau memang putra ibu yang sangat pintar."

Taeoh tersenyum dan kembali mengambil kertasnya. "Apa tulisan ayah sebagus Taeoh?"

Kyungsoo bungkam, ia mengusap surai itu untuk kesekian kalinya. Bukan hanya tulisannya, semua yang ada pada putranya benar-benar mirip seperti ayahnya. Taeoh benar-benar mirip sekali seperti Jongin dalam segala hal.

"Ya, ayahmu memiliki tulisan tangan yang sangat indah. Kau akan bisa sepertinya suatu hari nanti."

Taeoh lantas mengambil posisi duduk di atas pangkuan Kyungsoo dan memeluk ibunya begitu sangat erat. Taeoh kini hanya tinggal dengan dirinya. Mereka hanya hidup berdua dengan sebuah kesederhanaan yang sangat jauh kontras dari kehidupan Kyungsoo sebelumnya. Sejak kematian Jongin, ia sengaja mengasingkan diri dan hidup di sebuah desa kecil agar ia dan putranya bisa hidup dengan tenang.

Ia benar-benar ingin terbebas dari segala belenggu akan kejadian yang beberapa tahun yang lalu selalu menghantuninya. Kyungsoo terkadang selalu menyesal tetapi tidak ada yang patut disesali pada masa lalu. Satu-satunya yang Kyungsoo bisa harapkan saat ini hanyalah putranya, darah dagingnya dengan Kim Jongin yaitu Taeoh. Satu-satunya keturunan keluarga Perdana Menteri Kim yang masih hidup saat ini. Kyungsoo ingin menjaga putranya dan membesarkannya dengan baik. Siapa yang akan menduga jika pemberontakkan itu kembali terjadi dan Taeoh akan menjadi sasaran utamanya. Tidak, ia tidak ingin Taeoh bernasib sama seperti Kim Jongin.

"Ayah seperti apa, ibu?"

Kyungsoo bungkam. Ia tidak tahu harus mengatakan apa. Banyak hal yang ingin ia utarakan tetapi semuanya tertahan di ujung tenggorokannya. Inilah satu hal yang paling ia takutkan, ketika Taeoh menanyakan tentang Jongin. Ia tidak tahu harus memulai dari mana karena seluruh kenangannya bersama Jongin begitu sangat singkat, dan tidak ada kata indah selain hal-hal yang begitu sangat menyakitkan. Entah bagi dirinya ataupun Jongin. Sejauh ini ia masih merahasiakan penyebab dari kematian Jongin dari Taeoh. Taeoh masih telalu kecil, putranya harus tumbuh dengan baik. Ia tidak ingin putranya hidup dalam sebuah kebencian dan rasa dendam.

"Ayahmu sangat baik, dia sangat menyayangi ibu dan kau." Kyungsoo terdiam untuk beberapa saat untuk mencoba mengatur perasaannya. Rasa-rasanya ia ingin menangis saat ini tetapi ia mencoba menahannya. "Suatu hari nanti, Taeoh akan tahu betapa besarnya kasih sayang ayah kepada ibu dan Taeoh. Dia pria yang sangat hebat dan Taeoh harus menjadi seperti ayah."

"Taeoh mau jadi seperti ayah!" Ucapnya semangat dan Kyungsoo hanya mengangguk lantas memeluk putranya erat-erat. Tanpa sadar air matanya menetes. Satu hal yang masih ia sesali hingga saat ini adalah, andai ia bisa melindungi Jongin sebagaimana cara Jongin melindunginya.

Sejak malam itu, Kyungsoo mulai menepati janjinya kepada Taeoh. Ia mulai menulis kisah-kisah yang dialaminya bersama Jongin. Setiap malam ketika Taeoh telah terlelap dalam tidurnya, Kyungsoo akan menghabiskan waktu semalaman untuk menulis di atas kertas yang sudah ia sediakan. Setiap lembarnya ia coba tulis dengan hati-hati, penuh perasaan dan penuh kenangan. Tak ayal ia sempat menangis setiap kali mengingat perhatian yang pernah Jongin lakukan kepadanya.

Cerita yang ia tulis bukan hanya ceirita untuk Taeoh.

Ini untuk dirinya sendiri. Kyungsoo ingin terus mengingat bagaimana kisah ini dikenang meskipun suatu hari nanti ia telah tiada. Kyungsoo ingin tahu, apakah setelah ia dilahirkan kembali apakah kisah ini akan tetap dikenang. Ia sangat berharap itu terjadi.

Suatu hari nanti ia akan bertemu kembali dengan Kim Jongin.

Bukan hanya kenangannya saja yang ia tulis tetapi semua perasaan cintanya akan terus ia kenang sepanjang hidupnya.


END


Sequel dari Sunrise's Died udah end. Horayyy~ Akhirnya setelah sekian lama membiarkan ff ini menggantung (Juga ff lainnya) bisa mulai update lagi dan mohon maaf jika tidak puas dengan akhir cerita ini. Sudah happy ending kan? Nggak ada lagi nangis-nangisan lagi.

Terima kasih buat semua teman-teman yang udah baca dan nunggu ff ini, entah dari Sunrise's Died sampe muncul sequel ini. Big lapyuuuu! Dari smeua saran dna kritiknya terima kasih, semoga ending ini tidak terlalu mengecewakan yah~ Maaf sudah dibuat menunggu lama^^

Dan terakhir tungg ending dari ff UP dan next.. semoga bisa update ff baru. Aamiin :D semoga waktu memungkinkan yah.

Makasih untuk semua yang udah fav/follow/review dan maaf gak bisa balas satu-satu pokoknya terimakasih banyaakkkkkk~

Salam blossom.