Disclaimer: BTS di bawah naungan BigHit Entertainment, seluruh karakter yang muncul di ff ini adalah milik Tuhan Yang Maha Esa dan orangtua masing-masing, saya hanya pinjam nama.

Wolf © EXO

Fullmoon © Kaizen Katsumoto

Warning: OOC, AU, BL, Typo, bad language.

.

Summary: Di bawah bulan purnama mereka dipertemukan. Serangan sekawanan serigala lapar. Sosok itu muncul begitu saja, helai perak di bawah sinar Bulan Biru.

.

.

.

Mohon periksa penerangan dan jaga jarak mata anda dari layar saat membaca fanfic ini. Bagi yang punya phobia homo bisa meninggalkan tempat ini.

Enjoy!

.

Bulan purnama menggantung di atas langit gelap. Awan kelabu bergerak pelan mengiringi angin malam. Udara dingin menerpa kulit, menusuk hingga ke dalam sumsum. Dedaunan lebat mengaburkan pandangan atas sekumpulan makhluk asing di atas tebing. Suara lolongan saling bersahutan menggetarkan bulu roma.

"Tenanglah... itu hanya sekawanan serigala. Kita akan tetap aman selama tak terpisah dari rombongan."

Jimin menganggukkan kepala. Dia dan teman-temannya sedang dalam ekspedisi menyelidiki spesies kumbang langka di sebuah hutan liar. Temannya, Taehyung sangat pandai bermain senjata. Selama bersamanya tidak ada yang perlu Jimin khawatirkan. Anggota rombongannya berjumlah lebih dari 20 orang. Semua mahir bersenjata api, termasuk dirinya.

Ya. Semua aman.

Hanya tinggal semalam.

.

Langit semakin gelap. Bulan purnama bersembunyi di balik awan gelap seolah malu-malu menampakkan keindahan sinarnya pada dunia. Jimin terbangun dari tidur. Samar mendengar suara letup tembakan keras dari luar tenda. Sontak rasa kantuknya lenyap.

"SERANGAN SERIGALA! SERANGAN SERIGALA! SERANG-ARGH!"

Jimin keluar dari tenda. Anggota kelompoknya sudah lari kocar-kacir ke segala penjuru. Segerombolan serigala lapar mencabik beberapa kawannya. Bau anyir darah menyengat hampir membuatnya muntah.

"LARI!"

Taehyung menyeret lengan Jimin menjauhi perkemahan mereka. Sambil ditarik, Jimin melihat ke belakang. Sekawanan serigala mengejar mereka. Di sisi lain dapat didengarnya suara raungan teman satu timnya yang meronta meminta pertolongan.

Taehyung menyuruhnya tuli tapi Jimin tidak bisa.

Seekor serigala berbulu abu-abu menerjangnya dari belakang, menyergap hingga membuatnya terjungkal. Taehyung menembakkan pelatuk.

Dor

Tidak kena.

Tapi cukup membantunya menyelamatkan jiwa Jimin.

"Bawa senjata ini. Larilah duluan. Cari tempat aman. PERGI!"

Jimin tidak diberi kesempatan, Taehyung sudah berdiri tegap membelakanginya. Sebilah pisau ia keluarkan dari balik jaket kulit. Kilatan tajam sewarna perak terpantul dalam manik onyx. Jimin mengangguk. Ia pergi. Pergi sambil membawa kepercayaan.

Ia dan Taehyung adalah teman sejak kecil. Keahlian pemuda itu tidak bisa dipandang remeh. Peringkat atas di tiap kompetisi dalam organisasi mereka. Membuahkan kepercayaan kuat bagi Jimin. Jika hanya sekawanan serigala, Taehyung pasti bisa mengalahkan mereka.

.

"Kau gila mengerahkan pasukan sebanyak itu? Apalagi mereka punya senjata! Kau ingin membunuh anak buahmu sendiri?"

Pemuda itu tidak menjawab protesan salah seorang temannya.

"Yoongi!"

Yoongi bergeming. Tidak mengalihkan pandangan dari perkemahan di bawah sana. Terpaan angin malam berhembus mengibarkan helai-helai peraknya gemulai. Wajah tenangnya tidak melakukan perubahan sedikit pun.

"Yoongi, satu orang kabur hampir ke pinggir hutan!" Salah seorang kawannya datang melapor.

Yoongi bangkit. Berdiri kokoh di atas tebing, membelakangi dua kawannya. Kulit pucatnya bersinar oleh guyuran cahaya bulan purnama. Manik obsidian memicing tajam membelah lebatnya pepohonan, lurus di satu arah. Di satu objek bergerak.

"Dia mangsaku."

Sosok itu langsung meloncat gesit menuruni tebing. Hilang dalam kegelapan. Bulan kembali bergelung dalam kumpulan awan kelabu malu-malu. Suara lolongan memancing kawanan serigala lain yang sedang berpesta ikut bersahutan.

"Namjoon?"

"Biarkan saja dia semaunya, aku bosan menasehati. Obati yang terluka, sisanya bisa kembali menikmati malam." Temannya mengangguk paham. "Ini akibatnya jika mereka berani memasuki wilayah kita."

.

Jimin kehabisan napas. Bersandar di batang pohon. Bahunya naik-turun seirama deru napas. Sejauh ini tidak ada serigala yang mengejarnya. Ia berdecak kagum pada Taehyung. Temannya pasti berhasil meloloskan diri. Dia sangat hebat.

Senyumnya tergantikan oleh garis kurva melengkung ke bawah. Melihat sosok itu berdiri kokoh di ujung kegelapan. Minimnya cahaya tidak membuat Jimin buta kalau yang dilihatnya saat itu adalah seekor serigala. Dengan bulu-bulu perak tebal dan mata obsidian berkilat tajam.

"Tak mungkin... Taehyung..." Jimin melangkah mundur. Kedua tangan terjulur mencengkeram kuat revolver. Membidik makhluk mengerikan dari tempatnya berdiri. "Kau membunuh Taehyung! Beraninya makhluk seperti kalian merusak misi kami!"

Pelatuk di tarik. Suara tembakan mengudara, membelah kesunyian. Satu. Dua. Tiga.

Jimin semakin mundur. Tangan bergetar hebat. Bagaimana bisa semua tembakannya meleset? Dia penembak terbaik setelah Taehyung di organisasi. Seolah binatang itu mampu membaca seluruh arah tembakan Jimin.

Peluru keempat dilepaskan. Jimin terjungkal ke belakang. Makhluk berbulu lebat itu menyergapnya, menindih dari atas. Sangat beringas, mencakar pakaian serta menggores tubuh dengan kuku-kuku setajam pisau. Perih. Bau darah menyengat. Lengan, dada, serta perutnya robek terkoyak. Jimin berusaha memberontak, sebelah tangannya menembakkan peluru kelima—peluru terakhir Jimin.

Dor

Mengenai kepala binatang buas itu. Tapi tidak cukup kuat untuk melumpuhkannya ketika yang ditembak bukanlah titik vital-nya. Meleset beberapa senti dari target awal Jimin. Ia tidak bisa menembak dengan baik saat kepalanya sendiri dihadapkan dengan taring runcing yang siap mengoyak otaknya apabila ia sampai lengah.

"ARGH!"

Jimin mengerang keras. Gigi-gigi tajam itu berhasil menembus kulit, mencabik bahu kirinya. Geraman kuat di dekat telinga menarik ketakutan dari dasar terdalam. Nyeri. Perih. Panas. Jimin kembali memberontak. Semakin lemah. Senjata pemberian Taehyung jatuh tergeletak di sampingnya. Kedua tangan menggapai tubuh binatang itu. Mendorongnya agar dapat melepaskan diri. Tapi sangat sulit bagi Jimin saat kedua matanya mulai memberat. Gerakannya melambat seakan mati rasa. Fase awal disaat seseorang kehilangan banyak darah. Jimin merasa semuanya adalah delusi. Berputar-putar dan dan berbayang. Mengingatkannya pada rasa pening sehabis naik roller coaster.

Jimin pikir ia akan mati saat itu juga. Ia tidak bisa menggerakkan sekujur tubuhnya. Sejauh ini dia selalu penasaran bagaimana rasanya di ambang kematian, kali ini akhirnya ia diberi kesempatan merasakannya. Manusia adalah makhluk yang paling rapuh. Sangat mudah membunuh mereka, baik dari luar maupun dari dalam.

Kalau boleh memilih Jimin tidak ingin dilahirkan sebagai manusia yang lemah. Ia ingin bisa hidup jauh lebih kuat, lebih lama dan panjang. Keabadian. Bagaimana rasanya keabadian? Jimin selalu penasaran akan rasanya. Jimin selalu penasaran pada apapun hal baru dan yang tidak bisa dijangkau oleh batasan-nya.

Sunyi senyap, Jimin tak dapat mendengar apapun, lolongan serigala yang memekakkan telinga seakan lenyap dari muka bumi. Kedua manik onyxnya melihat angkasa luas di atas. Awan bergerak lembut, membuka tirai bagi Sang Bulan Biru untuk kembali menunjukkan eksistensinya. Sangat berat. Matanya. Jimin melihatnya. Sosok asing itu dengan helai-helai perak, keping obsidian, serta kulit seputih kapur. Gigi-gigi taring tajam berselimut merah darah segar. Kepalanya berlumuran warna serupa.

Tes

Tes

Tes

Merah pekat itu jatuh mengenai kelopak mata Jimin.

"S...siapa... siapa ka...u..."

Samar Jimin merasakan asam besi merembes melewati bibirnya. Orang asing itu melekatkan kedua bibir mereka hingga bersentuhan. Pandangan Jimin semakin mengabur. Semua menyisakan kegelapan. Jimin benci kegelapan tapi kali ini Jimin merasa tidak terlalu benci kegelapan karena rasa panas dan hangat sangat nyaman membungkus tubuh dinginnya.

.

.

.

Fin?

.

.

.

A/N: Saya masih dalam keadaan WB! Argh! Keputusan salah waktu dengerin lagu EXO Wolf! (mengaum seperti serigala) Spesial untuk IoriNara yang sudah susah payah merequest YoonMin—ini project yang saya janjikan, bagaimana? Semoga tidak terlalu mengecewakan karena pendek banget (pose peace, damai), juga untuk kalian para YoonMin Shipper. Hidup Yoongi Seme! Hehe. Apa ceritanya terlalu aneh dan pasaran? Yah, karena ini terinspirasi ketika saya mendengarkan lagu laknat sialan itu. Ahh, sudahlah (mojok). Terima kasih yang sudah membaca sampai sini, annyeong~