halo, saya kembali dengan sebuah Sequel, sebelumnya saya mau minta maaf sebesar besarnya karena sudah membuat end yang gaje dan juga untuk keterlambatan Sequel ini, huhuhu maaf, akhir akhir ini saya kurang ngefeel sama exo jadi pas nulis aku sering tulis-hapus-tulis-hapus jadi karena keseringan telat deh, otakku juga sedang enggak ada ide jadi maaf jika Sequel ini kurang(sangat kurang) memuaskan.

aku terharu baca reviewnya readers yang enggak mau ff ini berakhir, makasih banget karena sudah mendukung fic alakadar ini dan juga karena kalian masih mau menunggu Sequelnya,. Btw ini lebih dari 6000 words loh, chap terpanjang yang pernah kubuat, semoga enggak bosan bacanya, hehehe.


SELAMAT MEMBACA

"Kita akan pulang bersama?" Pria yang mengendarai motor itu bertanya pada perempuan yang duduk dibelakang punggungnya.

"Em... aku ada urusan jadi tidak perlu" sang perempuan menolak.

"Urusan apa?"

"Ada sedikit yang perlu diluruskan"

"Biar kutemani"

"Tidak..tidak perlu, aku ingin berbicara berdua saja dengannya"

"Baiklah, tapi jika ada apa apa, kau harus menelfonku" itu perintah yang tegas.

"Tentu saja" sang perempuan langsung mengiyakan.

"Maaf membuat anda menunggu" Kyungsoo berbicara dan menatap datar pada pria yang duduk disalah satu kursi cafe itu. Kai- pria itu- reflect berdiri menyambut kedatangan Kyungsoo.

"Tidak mengapa, duduklah" dia mempersilahkan.

"Kyungsoo, aku ingin minta ma-"

"Aku datang kesini bukan untuk mendengar permintaan maaf Tapi untuk mendengar penjelasan anda" Kyungsoo berbicara dengan formal

"Kyung, kenapa kau berbicara seformal itu, aku akan menjelaskannya ta-"

"Anda harus mengingat ini baik baik, saya berada disini sebagai Do Kyungsoo, adik dari Yaejun eonni bukan Kyungsoo yang anda kenal, jadi jawab saja pertanyaan saya"

"Yang pertama, apakah anda mencintai Do Yaejun?"

"Kyung, kenap-"

"Jawab atau aku akan pulang" ancaman keluar dari bibir merah itu.

"Ya aku mencintainya tapi ak-"

"Yang kedua, apa anda serius dengannya?" Kyungsoo memotong ucapan yang sangat tidak ingin didengarnya.

"Ak.. aku" Kai terlihat ragu untuk menjawab.

"Ya aku serius dengannya"

Kyungsoo tersenyum singkat mendengar itu, lalu berdiri dari duduknya, Kai yang melihat Kyungsoo beranjak dengan cepat meraih lengan itu.

"Kyungsoo, aku benar benar minta maaf atas Semua yang kulakukan padamu, aku tidak berniat untuk itu" Kai berbicara cepat, dia ingin minta maaf.

"Anda laki lakikan?" Kyungsoo tidak membalikkan badannya.

"Lelaki sejati tidak akan pernah mengingkari janjinya jadi ayo lupakan semua yang pernah terjadi diantara kita, anggap kita tidak pernah saling kenal sebelumnya, dan tolong tepati perkataan anda tadi karena jika anda tidak menepatinya akan kupastikan anda menyesal Kim Jongin" Kyungsoo membalikkan badannya menghadap Kai, melepas pegangan Lelaki itu pada lengannya.

"Kyungsoo aku minta maaf"

"Tidak perlu, aku justru berterima kasih karena anda, aku mendapatkan pria yang kubutuhkan" setelah mengatakan itu Kyungsoo berjalan menjauh dari Kai.

Setelah keluar dari cafe, Kyungsoo mendapatkan sebuah terlfon yang membuat seulas senyum manis terpantri di wajah cantiknya.

"Halo?"

"Sudah selesai, baru saja, ada apa?"

"Baiklah, aku akan menunggumu" sambungan terputus, tak berselang lama sebuah motor terparkir tepat dihadapannya.

"Oppa?" Kyungsoo menatap kaget pria dihadapannya,

"Hei, jangan menatapku seperti itu, apa kau merindukanku?" Luhan turun dari atas motornya, pria bermata rusa itu tersenyum.

"Oppa kau dari mana saja, hampir sebulan ini kau tidak terlihat dikampus?"

"Aku mengurus kepindahanku, kenapa?, kau rindu padaku ya?" Luhan kembali menggoda Kyungsoo.

"Hyung hentikan itu, dia milikku" suara dari arah samping mereka terdengar datar.

"Wah wah... Oh Sehunku sudah mendapatkannya rupanya" Kyungsoo yang berdiri diantara dua pria itu mengerutkan kening,

"Hyung?, Sehunku?, kalian saling kenal?"Kyungsoo bertanya bingung.

"Tentu saja, si rusa ini hyungku,"

"Oh Sehun, kau ingin kulepari sepatu, sopan sedikit padaku, tembok" Luhan terlihat kesal dipanggil rusa, dasar diakan lebih tua kenapa Sehun memanggilnya seperti mereka anak seumuran.

"Kau juga tidak sopan, kau memanggilku tembok tadi"

"Itu kenyataannya, wajahmu memang datar seperti tembok" itu bukan Luhan tapi Kyungsoo, perempuan itu angkat bicara dan sukses membuat Sehun melotot kearahnya.

"Hahaha, Kyungsoo saja mengakuinya" luhan terbahak.

"Ngomong ngomong aku kesini ingin memberi tahu kalian kalau aku akan kembali kechina"

"Kenapa?" Hanya itu yang terlintas diotak Kyungsoo.

"Aku senang kau bertanya, itu karena aku akan melanjutkan pekerjaanku disana dan juga baba menyuruhku pulang"

"Yah, kenapa seperti itu" Kyungsoo terlihat sedih mendengar itu.

"Ah aku tau kau akan merindukanku ,tapi tenang saja kita akan bertemu lagi di altar"

"Altar?, Oppa ,kau mau menikah?" Kyungsoo tampak berbinar.

"Bukan aku tapi adikku, sudah ya aku harus pergi sekarang, Aku tidak mau ketinggalan pesawat, jaga dirimu baik baik tembok, dan jaga juga Kyungsoo" Luhan kembali menaiki motornya, meninggalkan Kyungsoo dan Sehun yang berdiri berdua disana, yang satu tampak memandang malas hyungnya.

"Tanpa kau suruh aku juga akan menjaganya, dasar rusa" Sehun menggerutu.

"Sehun-ah, Luhan oppa punya berapa adik?" Kyungsoo tiba tiba bertanya.

"Huh?, hanya aku, Lagipula kami juga cuma saudara tiri, ayahnya menikah dengan eommaku" Sehun menjelaskan

Mulut Kyungsoo terbuka sedikit, baru menyadari arti perkataan Luhan tadi, 'bukan aku tapi adikku', pipi Kyungsoo terasa menghangat saat tau makna kata kata itu.

"Kenapa?, oh, wajahmu memerah, apa kau sakit?" Ucap Sehun sesaat setelah memandang wajah Kyungsoo. Kyungsoo membalas dengan gelengan.

Mereka sudah lebih dekat(sangat dekat) setelah kejadian Sehun menyatakan perasaannya pada Kyungsoo, walaupun Kyungsoo belum menjawab apa apa, perempuan itu masih sedikit trauma tapi kali ini berbeda karena Kyungsoo sangat tau jika Sehun tak mempunyai pacar ataupun tunangan buktinya pernah suatu waktu Sehun melupakan ponselnya dirumah Kyungsoo, dan dengan tidak sopannya Kyungsoo mengotak atik isi ponsel itu, untung saja Sehun tak memberikan password, entahlah dia hanya ingin tau apakah pria yang telah merebut first kissnya telah memiliki kekasih atau mungkin sudah miliki tunangan, tapi dirinya tak mendapati sama sekali nomor ponsel perempuan selain nomor yang bertulisan eomma dan namanya, selebihnya dipenuhi nomor ponsel laki laki, mengetauhi itu dada Kyungsoo terasa lega dan senang(?), dia juga tidak tau mengapa hanya saja dia merasa senang dengan fakta itu.

"Bagaimana tadi lancar?" sahutan terdengar disebelah Kyungsoo.

"Hem, lancar, kami sepakat untuk melupakan hal itu"

"Kyung"

"Hm"

"Boleh aku memanggilmu soo"

"Apa?"

"Boleh aku memanggilmu dengan nama soo"

"Kenapa kau harus bertanya biasanya kau akan langsung memanggilku dengan nama aneh yang kau buat sendiri tanpa persetujuanku"

"Tidak apa apa hanya ingin saja, apa boleh?"

"Terserah kau saja"

Sehun dengan tiba tiba tersenyum memandang wajah Kyungsoo yang terfokus pada buku yang dipengangnya.

"Kau ingat pertama kali kita bertemu?" Sehun bertanya. Matanya kini memandang keluar jendela, menerawang.

"Ya, kau sangat menyebalkan waktu itu"

"Kenapa aku?"

"Memang kau, kau tidak ingat ya?, kau yang menendang bola sampai mengenai kepalaku dan lebih menyebalkannya kau tidak minta maaf malah cuma mengambil bola yang tergeletak didekatku, rasanya benar benar ingin menendangmu juga saat itu kalau saja kepalaku tidak berdenyut"

"Hahaha, kau masih ingat ternyata"

"Mana mungkin aku lupa, tapi kita sudah impas"

"Impas?"

"Hem, aku sudah menendang kakimu jika kau ingat sebanyak 2 kali"

"Oh jadi karena dendam kau menendangku keras sekali"

"dendam tentu saja iya, tapi waktu aku menendangmu itu murni karena aku kesal saat itu padamu"

"Aku tidak tau jika kau pendendam ternyata"

"Memang, siapa suruh tidak minta maaf jika saja kau minta maaf aku mungkin sudah melupakan hal itu"

"Padahal itu sudah lama sekali" Sehun terLihat menerawang masa masa dimana dia bertemu Kyungsoo.

"Ya sudah lama dan kau juga sudah bertambah tua" Kyungsoo berkata jahil.

"Kau pikir kau tidak"

"Jika kau ingat aku lebih muda setahun dari mu Oh"

"Kau ini tidak bisa sopan sedikit padaku ya, menyebut nyebut margaku terlalu sering, aku lebih tua setahun jadi kau harus memanggilku setidaknya Oppa"

"Oppa?, tidak mau, kau tidak cocok dengan panggilan itu"

"Lalu apa?"

"Mungkin Flat atau poker face"

"Apa apaan itu, lama lama kau terlihat seperti Luhan hyung." Sehun protes sambil menjitak kecil kepala Kyungsoo.

"Issh...itu benar adanya" Kyungsoo menjawab sedikit cemberut.

Drrtt...

Kyungsoo merogoh saku rok yang dipakainya saat terasa getaran yang berasal dari ponselnya.

Oppa calling..

"Wae Oppa?"

"..."

"Sedang diperpustakaan bersamanya"

"Sekarang?, tapi aku masih ada kelas"

"Oh Baiklah"

"Ne, aku akan hati hati"

Pip...

Kyungsoo meletakkan ponselnya diatas buku yang ditaruhnya tadi diatas meja, lalu mulai membereskan barang barangnya.

"Kau mau pulang?, kita masih ada kelas" Sehun berbicara.

"Ya aku tau, tapi Oppa menyuruhku untuk pulang sekarang juga katanya ada hal penting" Kyungsoo terlihat menggindikkan bahunya.

"Biar aku antar"

"Tid-"

"Aku tidak menerima penolakan Nona"

"Akhirnya kalian sampai juga" Kris berseru senang, sedangkan Kyungsoo dan Sehun hanya saling bertatapan bingung, ada apa dengan orang ini.

"Oppa kau baik baik saja?" Kyungsoo mengajukan pertanyaan, dia merasa aneh dengan perilaku kakaknya ini.

"Aku?, tentu, kenapa memangnya?"

"Justrunya aku yang bertanya kenapa kau menyuruhku pulang dan membolos mata kuliah"

"Kalau itu karena ada hal penting"

"Hal penting apa?"

"Oppa akan kembali ke kanada besok"

"Kenapa mendadak?"

"Pekerjaan disana sudah menumpuk dan alasan kenapa aku pulang juga sudah terselesaikan"

"Tapikan...Oppa bisa menyuruh secretaries untuk meghendelnya"

"Kyungsoo, oppa disana itu sebagai CEO, oppa punya banyak hal yang perlu oppa urus dan oppa tidak bisa membiarkan sembarangan orang mencampuri pekerjaan yang seharusnya oppa kerjakan" Kris mencoba menjelaskan.

"Terserah saja tapi kalau Oppa pergi besok jangan harap aku akan mengangkat atau membalas pesan oppa nanti" Kyungsoo merajut dan berlalu melewati Kris.

"Ah~anak itu selalu saja" Kris nampak frustasi, pria itu memijit pangkal hidungnya pelan. Lalu menatap Sehun yang sedari tadi diabaikan.

"Kau lihatkan, dia akan merajut seperti itu saat aku akan pulang ke kanada" Kris curhat secara tidak langsung pada Sehun yang nampak kikuk disana, bingung ingin membalas apa.

"Dan kalau sudah seperti itu sangat susah membujuknya" Kris melanjutkan.

"Biar aku yang membujuknya" Sehun menawarkan diri. Kris menampakkan wajah ragu tapi menyutujui juga.

Tok tok tok

Sehun mengetuk pelan pintu kamar Kyungsoo dan terdengar seruan didalam kamar

"Aku tidak mau bicara padamu, pergi saja sana ke kanada" oh Kyungsoo benar benar merajut rupanya.

"Ini aku" Sehun agak membesarkan suaranya agar Kyungsoo mendengar didalam sana.

Cklek

Pintu itu terbuka, menampakkan wujud perempuan mungil.

"Mian, aku melupakanmu"

"Tidak apa apa, bisa kita bicara sebentar?"
Kyungsoo nampak sedikit ragu tapi dia membiarkan Sehun melewatinya yang memiringkan tubuh untuk memberi cela masuk. Satu hal yang ada dipikiran Sehun saat memasuki kamar Kyungsoo.

Manly

Ini bukan pertama kalinya Sehun memasuki kamar ini tapi baru sekarang dia memperhatikan perabotan yang berada dikamar Kyungsoo, semua barang yang ada disana didominasi warna hitam dan putih, tidak ada sama sekali yang berwarna feminim. Temboknya saja yang dicat putih dengan sedikit motif dadu, dipadukan warna hitam, benar benar seperti kamar anak laki laki.

"Kau suka warna hitam?" Sehun mengajukan pertanyaan, dijawab anggukan oleh Kyungsoo.

"Kau yang mendekor kamar ini?"

"Iya, kenapa?"

"Apa kau tidak punya barang yang berwarna pink atau yang warna feminim?"

"Pink?, kau pikir aku apa memakai warna pink, aku sama sekali tidak cocok dengan warna itu"

"Tapi kau perempuan dan warna pink itu kesukaan sebagian besar perempuan"

"Sebagian besarkan?, dan aku tidak termaksud didalamnya, oke"

"Pe-"

"Kau ini kenapa sih?, kenapa terus memberikan komentar tentang kamarku?, aku suka warna hitam dan putih dan aku tidak suka warna pink, kau mengerti?" Kyungsoo menekan perkataannya

"Ya aku mengerti, maaf karena telah berkomentar" Sehun menyudahi acara mari mengintrogasi Kyungsoo, saat melihat perempuan itu mulai kesal.

"Jadi, apa yang mau kau bicarakan?" Kyungsoo mengembalikan tema awal setelah dirinya dan Sehun duduk diatas sofa yang berada didalam kamarnya.

"Biarkan aku menyelesaikan ucapanku oke, dan jangan menyelanya" Sehun memperingatinya dari awal dan Kyungsoo hanya mengiyakan.

"Apa kau marah pada Oppa mu?" Kening Kyungsoo tampak berkerut.

"Jika kau datang kesini untuk membujukku lebih baik ka-"

"Kyungsoo jawab saja"

"Iya, aku marah padanya" Kyungsoo berkata kesal.

"Kenapa?"

"Kenapa?, hei tuan Oh aku tau kau tidak akur dengan Luhan oppa tapi apa kau tidak merindukan kakakmu jika dia pergi keluar negeri dan sangat jarang meluangkan waktu untuk pulang?,Jangankan pulang untuk berkomunikasih saja susah, dia baru pulang beberapa hari yang lalu dan sekarang dia ingin pergi lagi, apa dia tidak merindukan rumah?, dia selalu mementingkan pekerjaannya, apa dia tidak tau aku kesepian disini, eomma dan appa selalu pulang malam dan eonnie juga dia selalu menginap dirumah temannya jika sudah pulang ke Seoul, ak-"

"Kalau kau kesepian kau bisa menghubungiku, aku akan datang jika kau memintaku" Sehun memotong perkataan Kyungsoo saat tau inti dari marahnya Kyungsoo. Gadis ini kesepian dan dia cukup tau rasanya.

"Aku baru mengenal Kris hyung tapi aku cukup tau jika dia sangat menyayangimu, kau lihat dia rela melakukan penerbangan dari kanada ke seoul hanya karena kau memutuskan sambungan telfon secara sepihak waktu itu, dia khawatir padamu Kyungsoo, apa kau tidak lihat perhatian itu?, dia seorang kakak yang baik, dia rela meninggalkan pekerjaan secara mendadak hanya karena itu, dia menyayangimu tapi dia juga punya tanggung jawab yang besar disana, dia pasti juga masih ingin bersamamu disini jika saja pekerjaan tidak menuntutnya untuk bekerja, rasanya pasti berat saat ini untuk meninggalkanmu yang marah padanya, dia terlihat serba salah Kyung," Kyungsoo memalingkan wajahnya.

"Besok dia akan berangkat sekitar jam 8 pagi, saranku kau bisa memanfaatkan waktumu saat ini untuk melepas rindu padanya sebelum dia pulang ke kanada" Sehun beranjak dari sofa saat melihat Kyungsoo tetap diam, dia melangkah menuju pintu, membukanya dan saat ingin melangkah keluar telinganya sempat menangkap suara halus.

"Gomawo" suara itu seperti hembusan angin tapi tetap bisa Sehun dengar. Pria itu tersenyum tipis lantas menutup pintu kamar Kyungsoo dari luar.

"Oppa, aku ingin keluar bersamamu malam ini" Kyungsoo meminta sambil merunduk, Kris yang pada saat itu sedang duduk disofa dengan beberapa file kantor yang berceceran diatas meja ruang tamu mendongak, terlihat terkejut saat Kyungsoo mau berbicara padanya karena setahunya jika Kyungsoo marah setidaknya adik kecilnya itu akan kembali berbicara padanya setelah beberapa minggu mencueki telfon darinya.

Kemudian dia mengingat Sehun yang memberikan acungan ibu jari sebelum pria itu pulang ke apartmentnya.

'Berhasil rupanya'

"Tentu, mau kemana?" Semangat Kris yang sempat surut itu kembali naik level.

"Terserah yang penting berdua saja dengan oppa"

"Baiklah, tapi tunggu sebentar aku akan mengganti bajuku dulu" Kris bergegas menaiki tangga takut Kyungsoo akan berubah fikiran jika dirinya terlalu lama.

Diam diam Kyungsoo tersenyum kecil melihat Kris yang hampir tersandung anak tangga, kakaknya terlihat terburu buru menaiki anak tangga.

"Dia punya banyak pekerjaan" Suara lirih Kyungsoo terdengar, perempuan itu menjatuhkan perhatian pada tumpukan kertas yang entah berisi apa yang berada diatas meja.

"Biarkan aku egois sebelum kau pulang kesana Oppa" dia melanjutkan ucapnya sambil membereskan kertas kertas itu, menyusunnya dengan hati hati, takut selembar saja hilang

"Kyungsoo, apa yang kau lakukan?" Suara Kris terdengar dari arah belakang.

"Kau membuat ruang tamu kotor dengan kertas kertas ini" Kyungsoo berbicara datar.

"Ah maaf, biar nanti aku bereskan" Kris berniat menghentikan Kyungsoo yang terus merapikan kertas kertas.

"Tidak perlu ini sudah hampir selesai" bertepatan dengan itu Kyungsoo meletakkan tumpukan kertas itu disudut meja. Kyungsoo berbalik menghadap Kris yang sudah rapi, Kris mengenakan baju rajut berwarna abu abu tua dengan celana jeans putih, seperti biasa terlihat keren.

"Jadi kemana kita?, apa makan dulu lalu jalan jalan?" Kris bertanya disamping kursi penumpang,

"Aku lapar, makan dulu saja" ucap Kyungsoo.

"Baiklah adik kecilku" Kyungsoo memutar bola matanya malas, ayolah dia sudah bukan anak kecil lagi Tapi Kris tetap memanggilnya seperti anak berumur 7 tahun.

"Aku sudah besar"

"Aku tau, tapi kau tetap adik kecil kesayanganku" Kris tersenyum mendengar Kyungsoo berdesis kesal disampingnya.

"Oppa, kau tidak bawa topi atau masker?" Kyungsoo bertanya tiba tiba.

"Tidak, untuk apa memang?"

"Aku tidak mau ada pengganggu, jadi pinggirkan mobilmu,"

"Kau mau kemana?" Kris bertanya bingung saat Kyungsoo langsung turun dari mobil setelah dirinya meminggirkan mobilnya.

"Tunggu disitu,jangan kemana mana, aku akan segera kembali" Kyungsoo berlari kearah toko aksesoris yang kebetulan terletak tidak jauh dari sana.

Sekitar 5 menit Kris menunggu Kyungsoo didalam mobil, tangannya gatal ingin membuka pintu dan pergi menyusul adiknya tapi Kris tidak mau membuat Kyungsoo marah karena mengabaikan perintah perempuan itu, jadi dengan tidak tenangnya dia duduk manis didalam mobil sesekali melirik kaca spion. Setelah penantian yang membuat pantatnya panas , Kyungsoo akhirnya datang juga dengan sebuah paper bag kecil ditangannya.

"Kenapa lama?, dan apa yang kau beli itu?"

"Lama karena aku memilih dulu memangnya oppa mau aku belikan masker warna hijau menyala" Kyungsoo berbicara, tangannya merogoh isi paper bag itu, mengeluarkan benda kecil berwarna coklat, kemudian memberikannya pada Kris.

"Masker?, untuk apa?"

"nanti Oppa juga tau kenapa"

Tak ada lagi percakapan setelah itu, selama keheningan Kyungsoo mencoba mengalihkan kebosanannya dengan bermain game di ponselnya.

"Bagaimana hubunganmu?" Kyungsoo mendongakkan kepalanya tiba tiba

"hubungan apa?" Keningnya berkerut samar.

"Kau dan Sehun"

"Aku dan Sehun, me...memangnya kenapa dengan kami?" Kyungsoo berbicara agak tergagap, wajah perempuan itu terlihat manis dengan rona merah dikedua pipinya.

"Kalian terlihat sangat dekat akhir akhir ini jadi kupikir kalian sudah berpacaran tapi benarkan kalian sudah menjalin hubungan"

"Ti..tidak, kami hanya teman tidak lebih,"

"Teman?, apa anak itu belum bilang suka padamu?" Kris bingung. Kyungsoo dan Sehun sudah terlihat sangat cocok apalagi dia mengetauhi fakta bahwa Sehun menyukai adiknya lalu apa albino itu belum menyatakan perasaannya?.

"Oppa tau dari mana Sehun menyukaiku?"

"Dia sendiri yang bilang, apa dia memang belum menyatakan perasaannya?"

"..." Kyungsoo tidak menjawab, gadis itu hanya menatap Kris kaget. Jadi Sehun memberi tahu kris jika dia menyukainya, berani sekali anak itu, Kyungsoo cukup salut dengan tekatnya.

"Kyungsoo, jawab pertanyaan oppa" Kris mulai mendesak.

"Sudah" Kyungsoo mencicit,

"Lalu kau jawab apa?"

"Kenapa oppa mau tau sekali?"

"Karena aku oppa mu" Kris menekan kata oppa.

"Ishh.. aku tidak bilang apa apa"

"Apa?, kenapa?,apa kau tidak menyukai Sehun?" Kris berseru.

"Bukan tapi Karena aku tidak mau berpacaran" Kyungsoo menjawab dengan tegas.

"Lalu kau mau langsung menikah, begitu?"

"Iya, aku tidak mau membuang buang waktuku hanya untuk berpacaran yang belum tentu akan membawaku kehubungan yang serius"

"Wah adikku sudah dewasa rupanya, jadi apa perlu aku menyuruh tuan Oh tercintamu itu melamarmu?" Kris berniat menggoda Kyungsoo dengan candaannya yang mungkin akan benar benar di lakukan. Kyungsoo tampak panas mendengar itu.

"Apa yang kau bicarakan?,jangan berkata apapun padannya" Kyungsoo berbicara datar setelah mampu mengontrol ekspresi wajahnya.

"Ka-"

"Oppa kita makan disana saja" Kyungsoo memotong ucapan Kris dengan menjadikan sebuah tempat makan sebagai alasannya,

"Disana?, apa makanannya enak?" Kris langsung melupakan apa yang baru ingin dia katakan.

"Tidak tau, tapi kita coba saja dulu" Kris menepikan mobilnya, saat akan membuka pintu mobil Kyungsoo memengang lengannya.

"Kenapa?" Dia berbalik menatap Kyungsoo.

"Pakai ini dulu" Kyungsoo mengambil masker dan memakaikannya pada Kris.

"Kenapa aku harus memakai ini?, sulit bernafas,Kyungsoo" Kris mengeluh setelah mereka sampai di restaurant kecil itu.

"Oppa, diamlah" Kyungsoo memutar bola matanya malas.

"Tapi Kyungsoo ini pengap dan aku tidak bisa makan jika seperti ini" oh god, Kyungsoo cengong sendiri melihat untuk pertama kali seorang Do Yifan atau Kris merajut padanya dan apa apaan tadi itu, nada bicara terdengar begitu menjijikan ketika merengek.

"Hentikan rengekanmu, aku geli mendengarnya" Kyungsoo berbicara ketus.

"Siapa yang merengek?"Kris tentu tidak terima jika dirinya dikatai merengek, demi apapun dia itu cowok manly dan maskulin sangat atau bahkan tidak mungkin dia merengek, Kris rasa dirinya tadi hanya protes,(ya itu perasaanmu Yifan)

"Ya ya terserah kau" Kyungsoo memilih mengalah, sungguh dia datang kesini itu untuk makan bukan berdebat.

"Kita duduk dipojok sana saja" Kyungsoo menunjuk meja yang ada dipojok, kemudian menarik Kris kesana, dan tak lama setelah mereka duduk datanglah seorang pelayan wanita yang -ugh.., Kyungsoo sebal sendiri melihatnya- terus menatap Kris dengan pandangan nakal.

'Padahal sudah pakai masker tapi kenapa masih ada saja' Kyungsoo menggerutu dalam hati.

"Mau pesan apa?" Pelayan itu bertanya sok lembut-menurut Kyungsoo- pada Kris, oh dan lihat dia memberikan senyumnya, Kyungsoo rasanya ingin muntah, karena sumpah dia sangat tau senyum apa itu. Tidak ingin terus melihat hal memuakkan itu Kyungsoo dengan kasar mengambil menu yang terletak tidak jauh darinya, membukanya dengan kasar

"Kyung, pelan pelan" Kris memperingatinya saat semakin lama Kyungsoo semakin membuka halaman menu itu dengan kasar.

"Aku lapar" Kyungsoo menekan dua kata itu sambil menatap tajam oppanya. Setelah menyebutkan pesanan masing masing, pelayan wanita itu pergi

"Adikku kenapa?" Kris berbicara lembut

"Aku tidak suka wajahmu" Kyungsoo menjawab ketus dan mampu membuat Kris bengong plus kaget.

"Kenapa?, apa aku kurang tampan?,kenapa dengan wajahku?"

"Wajahmu mengganggunku" Kris semakin menganga.

"Wajahmu terlalu banyak menarik perhatian dan aku risih" oh... sekarang otak Kris baru mengerti. Jadi karena itu Kyungsoo membelikannya masker.

"Ya ampun, adikku ini cemburu" Kris menggoda Kyungsoo lagi dengan menaik turunkan alisnya.

"Risih, bedakan risih dengan cemburu" Kyungsoo membalas dengan menekan setiap pekataannya.

"He-"

Drrrtt...

Ucapan Kris terhenti saat melihat Kyungsoo merogo saku jaket yang dipakai perempuan itu. Kris penasaran siapa yang menelfon Kyungsoo, dan bertambah penasaran lagi saat wajah Kyungsoo tiba tiba berseri melihat layar ponselnya.

"Halo, Kyungsoo" Kris bisa mendengar itu suara namja.

"Ne oppa, apa kau sudah sampai?" Kyungsoo bertanya dengan wajah senang.

"Ya, sampai dengan selamat untungnya,"

"Baguslah"

"Hei kau sedang apa?"

"Sedang makan malam,"

"Ah~ coba saja aku masih dikorea aku akan makan bersamamu malam ini"

"Kalau begitu kembali saja ke korea"

"Aku bahkan baru sampai 20 menit yang lalu dan kau menyuruhku kembali lagi kesana,jangan bercanda"

"Kau baru sampai?,kenapa ?,bukankah kau berangkat tadi siang?"

"Ya, itu karena jadwal penerbangan diundur hampir 4 jam lebih, aku hampir mati bosan di bandara"

"Aigoo itu lama sekali"

"Kyungsoo itu siapa?" Kris tiba tiba berbicara, dia penasaran dengan orang yang menelfon adiknya, apalagi tadi Kyungsoo memanggilnya Oppa, namun sayang Kyungsoo mengabaikan pertanyaan Kris itu dan malah asik tertawa kecil dengan orang diseberang sana.

'Sial, dikacangin' Kris menekuk alisnya, dia sudah tidak mau lagi bertanya jadi Kris menyibukkan diri dengan membaca buku menu dihadapannya, satu hal lagi yang menyebalkan dia lupa membawa ponselnya.

"Oppa kau harus menghubungiku jika sudah tiba di kanada, jangan makan sembarangan disana nanti kau sakit, ingat jaga kesehatanmu" Kyungsoo terus mengoceh saat dirinya dan Sehun mengantar Kris ke bandara,hanya mereka berdua yang mengantar sebab Yaejun sibuk mengurus kepindahannya diseoul sedangkan kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan.

"Iya iya," tak lama setelah mereka sampai dibandara, panggilan penerbangan ke kanada terdengar diseluruh bandara, dan Kyungsoo langsung memeluk kakaknya.

"Hei Jangan menangis, kita kan sudah menghabiskan waktu semalaman berdua" Kris tersenyum kecil melihat adiknya, tangannya terangkat mengelus pelan surai panjang itu. Kris berusaha melepaskan pelukan erat Kyungsoo tapi bukannya merenggang malah bertambah kuat, Kyungsoo sendiri merasa berat untuk melepaskan pelukan itu, mereka memang sudah menghabiskan waktu semalaman suntuk berdua tapi Kyungsoo rasa itu tidak cukup, dia masih ingin kakaknya tinggal disini.

"Kyungie, aku akan ketinggalan pesawat" Kris bersuara diatas surai Kyungsoo. Mendengar itu dengan enggan Kyungsoo melepas pelukannya.

"Aku akan memberi kabar jika sudah tiba, jangan khawatir" Kris mencoba menenangkan Kyungsoo yang merenggut. Setelah melihat Kyungsoo mengangguk, Kris beralih menatap Sehun yang berdiri disamping Kyungsoo.

"Apa kau masih ingat pesanku dulu?" Kyungsoo mendongak menatap Kris dan Sehun yang terlihat serius.

"Ya" jawaban singkat dari Sehun.

"Bagus, aku hanya ingin menegaskan sekali lagi perkataanku yang dulu-" sebelum melanjutkan ucapannya, Kris menepuk dada Sehun sedikit keras.

"Bahagiakan dia"

"Tentu" Sehun merespon dengan sebuah senyum kecil, Kris menghela nafas lega kemudian menampilkan senyumnya, menatap secara bergantian Kyungsoo dan Sehun,

"Baiklah, Kyungsoo jaga dirimu baik baik oke, kau jaga dirimu juga dan tolong segera laksanakan perkataanku"

Kyungsoo melambaikan tangannya melihat Kris yang semakin tidak terlihat sementara itu Sehun menatap kepergian Kris dengan senyumnya, dia masih sangat ingat apa yang dikatakan Kris waktu ditaman dulu, dan pria itu kembali menegaskan kata kata itu sekarang tentu saja Sehun akan melakukannya tanpa diminta. Sehun manatap Kyungsoo disebelahnya, perempuan cantik itu terlihat sedih, tangan Sehun terayun untuk menggenggam tangan mungil perempuan itu dan membuat Kyungsoo mendongak menatapnya.

"Ayo pulang" Sehun berbalik sambil menarik tangan Kyungsoo, perempuan itu hanya menurut,

Kini mereka duduk berdua dibawah naungan pohon besar ditaman itu, Kyungsoo menatap lurus kedepan, Sehun terus menatap Kyungsoo yang tidak menyadarinya, diotak Sehun saat ini hanya ada berbagai cara dan strategi yang ditujukannya pada Kyungsoo, dan Sehun mencoba salah satu strategi itu yaitu dengan...

"Huaaaa, aku mengantuk" Sehun dengan tiba tiba menidurkan kepalanya pada paha Kyungsoo, sontak perempuan itu tersentak kaget saat kepala Sehun mendarat dipahanya

"Yak!,Se-"

"Biarkan aku tidur sebentar, Soo " Sehun berucap sambil memejamkan matanya, lelaki itu tau jika Kyungsoo akan menolak jadi dia sudah menyiapkan sedikit argumen tapi ternyata perempuan itu tidak lagi mengajukan protes malah sekarang Sehun merasa ada sesuatu yang mengelus surai miliknya, Sehun sangat ingin membuka matanya tapi dia takut elusan disurainya akan berhenti ,jadi dia membiarkan tangan Kyungsoo mengelus rambutnya, nyaman. Rasanya Sehun akan benar benar tertidur jika seperti ini. Elusan itu terus berlanjut dalam jangka waktu yang cukup lama.

"Sehun, apa kau tertidur?" Kyungsoo berbicara sambil terus mengusap pelan rambut pria yang berada dipangkuannya, ditatapnya wajah itu dari jarak yang cukup dekat, wajah pria ini kenapa terlihat polos kalau tertidur?, tapi jika dalam keadaan sadar kenapa sangat menyebalkan, tangan Kyungsoo yang bebas terayun tanpa disuruh untuk menyentuh hidung mancung Sehun, menyentuhnya dengan sangat hati hati, berhenti pada pucuk hidung itu,

"Aku senang kau ada untukku" Kyungsoo berucap lirih disertai dengan sebuah senyum manis diwajahnya,

"Hunnie~" Kyungsoo berbicara lebih pelan dari sebelumnya,

"Boleh kupanggil kau dengan itu?" Perempuan itu menatap wajah yang berada dipangkuannya, memandang wajah itu dalam dalam.

"Kau bilang mencintaiku tapi aku masih belum bisa pe-"

"Apa yang perlu kulakukan untuk membuatmu percaya?" Seketika mata sipit itu terbuka perlahan, sedari tadi Sehun memang tidak tertidur, dia hanya memejamkan matanya dan Sehun mendengar semua perkataan Kyungsoo, Sebenarnya Sehun sudah tidak tahan untuk membuka matanya saat ujung hidungnya tersentuh dengan pelan apalagi saat mendengar Kyungsoo memanggilnya 'Hunnie'.

"K...kau tidak tidur " Kyungsoo terlihat gelagapan, perempuan mungil itu menggigit bibir bagian bawahnya cemas, oh wajahnya terasa panas sekarang Sedari tadi dirinya berceloteh dan Sehun mendengar semuanya, oh Kyungsoo sungguh malu. Melihat Kyungsoo yang memerah Sehun tersenyum lalu bangkit dari pangkuan Kyungsoo, menegakkan punggungnya menghadap Kyungsoo.

"Soo, kapan orang tuamu ada dirumah?" Sehun bertanya, matanya terus menatap Kyungsoo yang menghindari tatapannya.

"Eoh?, mungkin malam hari, kenapa?" Kyungsoo sedikit bingung, kenapa arah pembicaraan ini jadi aneh. Sehun tak menjawab pria itu hanya tersenyum manis kemudian berdiri dan mengajak Kyungsoo pulang, Kyungsoo yang bingung hanya menatap Sehun yang sudah berjalan duluan.

'Dia yang aneh atau apa?'

Beberapa hari ini Kyungsoo dan Sehun jarang bertemu, jujur Kyungsoo merasa sedikit khawatir, Sehun tak pernah absen seharipun dari kelas dan sekarang pria itu tidak masuk lagi setelah beberapa hari kemarin absen, Kyungsoo bisa saja pergi mengunjungi Sehun di apartmentnya tapi dia juga ragu untuk kesana, Sehun juga sudah tidak pernah lagi mengiriminya pesan ataupun menelfonnya. Apa lagi absennya Sehun itu tidak berketerangan, tidak ada yang tau sebab absennya Sehun, Kyungsoo sempat berfikir untuk menelfonnya tapi...ugh, dia malu,

'Apa kutanyakan saja pada Luhan Oppa?' Dia bermonolog saat kelas sudah bubar. Mungkin itu pemikiran yang bagus jadi dengan segera Kyungsoo menekan nomor ponsel Luhan.

'Maaf sisa pul-', sial, dia lupa membeli pulsa rupanya. Kyungsoo rasa ingin membanting ponselnya, kenapa disaat seperti ini pulsanya tidak bisa diajak kompromi, dia perlu menghubungi Luhan tapi malah suara operator yang terdengar.

"Kyungsoo-sshi, ada perempuan yang mencarimu didepan kelas" Seorang pria bertubuh tinggi menepuk pundak Kyungsoo pelan kemudian menunjuk arah depan kelas.

"Ah~ siapa?"

"Aku juga tidak tau tapi dia bilang dia eonni mu" eonni?, kenapa dia ada disini?, kening Kyungsoo berkerut samar lalu berdiri dari duduknya, Kyungsoo sedikit membungkukkan badannya pada pria tinggi itu

"Terimakasih untuk informasinya," pria itu tersenyum lebar, memperlihatkan giginya yang rapi.

"Tentu" Kyungsoo bergegas pergi dari kelas setelah itu. Dan benar Yaejun memang sedang berdiri disamping pintu kelas,

"Eonni, apa yang kau lakukan disini?" Kyungsoo menatap Yaejun curiga,

"Kenapa?, aku cuma ingin mengunjungi adikku, ayo kau harus ikut denganku" Yaejun menjawab enteng lalu menari lengan Kyungsoo.

"Kau mau membawaku kemana?" Yaejun mengabaikan pertanyaan Kyungsoo, perempuan cantik itu hanya terusa berjalan dan menggandeng lengan adiknya.

Kyungsoo menatap Yaejun kesal,

'Jadi orang ini datang kekampus hanya untuk menyuruhku menemaninya berbelanja?' Oke Kyungsoo benar benar dongkol sendiri dengan eonninya. Dia masih punya banya urusan yang lebih penting dari pada menemani perempuan itu berbelanja, ingat, Kyungsoo harus segera menelfon luhan untuk mengetahui kabar Sehun tapi dia harus mengisi pulsanya terlebih dahulu.

"Kyungie kenapa wajahmu jadi begitu?, ayo sini, lihat apa ini bagus?" Yaejun memperlihatkan dress selutut berwarna ungu muda itu pada Kyungsoo yang menatapnya malas.

"Ya ya"Kyungsoo menjawab malas.

"Ishh... kau ini, aku bertanya baik baik kenapa kau seperti itu?" Yaejun terlihat kesal.

"Aku tidak tau fashion eonni, jadi jangan tanyakan padaku"

"Tapi setidaknya berikan tanggapan"

Kyungsoo menghela nafas panjang " iya itu bagus, bahkan jika kau memakai baju robekpun bagus bagus saja"

"Kau menghina atau memuji ?, kau pikir aku apa memakai baju sobek, ayo kesini" Yaejun melotot pada Kyungsoo yang terlihat santai. Kyungsoo kembali menghela nafas lalu bangkit dari duduknya, berjalan malas kearah Yaejun.

"Apa lagi?" Yaejun tidak menjawab tapi perempuan itu mendekatkan dress ungu itu pada tubuh Kyungsoo, lalu terlihat menilai. Kyungsoo menghela nafas kesal, jadi dia dijadikan patung percobaan begitu?,

"Baiklah aku ambil ini" Yaejun menyerahkan dress itu pada pelayan yang sedari tadi berada disana. Yaejun kembali menyeret Kyungsoo kearah lemari kaca yang dipenuhi berbagai model jenis sepatu. Kening Kyungsoo berkerut agak dalam,

'Mau apalagi dia?'

"Nah Sekarang pilihlah" Yaejun

Kyungsoo menatap Yaejun bingung, untuk apa aku yang memilih?, kira kira begitulah pesan tak tersirat yang Kyungsoo sampaikan dengan tatapannya.

"Pilih saja, ingat jangan pilih yang model tomboy" Yaejun mendorong Kyungsoo kearah lemari kaca itu lebih dekat. Telinganya sempat menangkat desisan dari Kyungsoo.

"Ingat jangan warna hitam atau putih lalu pilih yanh sesuai dengan baju yang tadi" Yaejun berbicara dari arah belakang, sekedar mengingatkan.

"Iya iya," Kyungsoo mejawab kesal, matanya mulai menelusuri lemari kaca itu, setelah sekian lama waktu yang diperlukan, Kyungsoo menghembuskan nafas , matanya kini menatap pelayan yang berdiri tidak jauh darinya.

"Saya ingin yang itu" Kyungsoo menunjuk salah satu sepatu yang terletak di rak teratas.

Pukul 07:20 Kyungsoo terganggu lagi oleh ketukan brutal Yaejun dan eommanya, ya ampun apa mereka tidak bisa pelan pelan sedikit?, Kyungsoo beranjak malas dari ranjangnya menuju pintu, lalu memutar kunci, sudah menjadi kebiasaan Kyungsoo mengunci pintunya saat ingin tidur.

"Kenapa?" Kyungsoo bertanya dengan wajah bantalnya.

"Kyungie kau belum mandi!, ya ampun cepat mandi sana dan ini pakai ini, kami tunggu diruang tamu oke, ingin kau punya waktu cuma 30 menit untuk bersiap siap, cepat " Yaejun terus saja nyerocos sambil memberikan paper bag yang seingat Kyungsoo isinya pakaian yang tadi mereka beli, Kyungsoo sangat ingin bertanya ada apa tapi badannya sudah diseret kedalam kamar mandi dan kini dirinya ditinggalkan begitu saja oleh eonninya.

' sudahlah nanti biar kutanyakan setelah ini.'

Hanya butuh waktu 18 menit bagi Kyungsoo untuk selesai bersiap siap, Kyungsoo menatap dirinya dari pantulan cermin, dress ini cocok untuk tubuhnya, bahkan sangat cocok hanya saja Kyungsoo merasa agak risih sebab dress itu memperlihatkan lengan dan sedikit bahunya yang sangat jarang atau bahkan tidak pernah dia pamerkan. Kyungsoo mengambil sepatu yang dibelinya tadi lalu memasangkannya dikaki jenjangnya, dia suka warna sepatu ini, warnanya tidak mencolok melainkan sangat lembut, Kyungsoo sengaja memilih warna pastel, sepatu itu terlihat sederhana namun terlihat begitu manis dikakinya. Setelah merasa semuanya telah cukup, Kyungsoo berjalan keluar dari kamarnya, sambil berjalan sesekali Kyungsoo menyisir surainya yang agak basah itu dengan jemarinya.

Dia sampai di anak tangga paling bawah, satu kata yang terlintas dibenaknya.

Ramai

Beberapa maid yang biasanya tidak ada kini berlalu lalanh dihadapannya, sesekali maid itu membungkukkan badannya pada Kyungsoo yang diam mematung disana.

"Apa akan ada pesta?" Kyungsoo bertanya pada dirinya sendiri, jika pesta ulang tahun seperti bukan sebab dari keluarganya tak ada yang berulang tahun di bulan ini,karena didorong oleh rasa penasaran Kyungsoo berusaha mencari batang hidung salah satu keluarganya dan dirinya menemukan Yaejun yang sedang menata fas bunga diatas meja ruang tamu.

"Eonni, ada apa ini?" Tanya Kyungsoo tepat dihadapan Yaejun yang masih terfokus dengan fasnya.

"Oh, hai Kyungie, ada sedikit acara sambutan" jawab Yaejun tanpa melihat Kyungsoo yang kini mengerutkan keningnya

"Acara sambutan untuk apa?"

"Lihat saja nanti, lebih baik kau bantu aku menata buah buahan ini" Kyungsoo tidak mendapat jawabannya tapi malah disuruh menata buah buahan.

Tepat pukul 08:00 Kyungsoo mendengar suara tekanan bel rumahnya, Kyungsoo saat ini sedang berada didalam kamar untuk mengambil ponselnya,

"Apa itu tamunya?" Dia bermonolog. Dengan cepat Kyungsoo meninggalkan kamarnya, saat tiba, pemandangan yang dilihatnya membuat Kyungsoo tercekat sebab ternyata orang yang selama beberapa hari ini menghilang tanpa kabar itu kini berdiri disana dengan sepasang suami istri, Tunggu apa itu orang tua Sehun?, tapi kenapa mereka ada disini?,.Kyungsoo mulai menerka nerka saking sibuknya dengan fikirannya Kyungsoo tidak menyadari bahwa kini dirinya menjadi pusat perhatian.

"Kyungsoo, kenapa berdiri disana, ayo kemari" suara tuan Do terdengar memerintahkan, Kyungsoo berjalan mendekat, matanya hanya focus pada pria berjas abu abu itu, sedang pria Berjas abu abu itu juga menatapnya, Sehun cukup terpesona dengan penampilan Kyungsoo, setahunya Kyungsoo sangat jarang memakai baju selain berwarna hitam atau putih dan sekarang perempuan ini memakai dress berwarna ungu yang terlihat anggun ditubuhnya.

"Mari kita makan malam" tuan Do mempersilahkan keluarga itu menuju ruang makan, Kyungsoo masih terfocus pada Sehun, Kyungsoo menatap tajam pria itu, pria ini baik baik saja lalu kenapa dia tidak pernah memberikan kabar padanya?.

Makan malam itu berlangsung dengan tenang sesekali terdengar sahut sahutan disana, Kyungsoo hanya menyantap makanannya dengan tenang hingga suara Tuan Xi terdengar.

"Jadi niat kami datang kesini untuk melamar anak bungsu anda untuk anak kami Sehun" DEG!, dada Kyungsoo bergemuru keras mendengarnya, sontak dia mendongak menatap Sehun yang ada disebelah kanan tempat duduknya, pria itu tersenyum kecil sebagai balasannya,

"Sebagai seorang ayah aku sangat senang dengan pinangan ini akan tetapi aku tidak dapat menerima ataupun menolaknya jadi kita serahkan jawabannya pada Kyungsoo" Tuan Do berbicara tegas, jantung Kyungsoo rasanya ingin keluar dari tempatnya, semua mata kembali tertuju padanya, Kyungsoo menelan ludahnya pelan,

'Apa yang harus kujawab?' Kyungsoo kebingungan sendiri.

"Kyungie" Yaejun mencoba menyadarkannya.

"A.. ak... aku.. um.." Kyungsoo mengutuk ucapannya yang tidak jelas.

"Jangan memaksakan diri, kami tidak memintamu menjawabnya sekarang" suara lembut dari ibu Sehun terdengar. Kyungsoo hanya mampu merundukkan kepalanya diam.

Setelahnya hanya ada beberapa percakapan singkat, entah itu mengenai bisnis atau apapun yang belum Kyungsoo mengerti. Disebelah tempatnya Sehun terus memperhatikan pergerakan Kyungsoo diam diam, Sehun tau ini sangat mendadak tapi mau bagaimana lagi, Sehun masih sangat ingat tengah malam itu Kris menelfonnya, Sehun bahkan baru ingin meluncur kealam mimpinya tapi ponselnya berdering begitu keras disisi ranjangnya, mau tak mau dia mengangkat panggilan itu tanpa melihat siapa yang menghubunginya, matanya masih setengah terpejam saat itu perlahan terbuka begitu mendengar suara Kris diujung telfon, dan Sehun rasa mata dan jantungnya akan benar benar keluar dari tempatnya begitu Kris mengatakan secara to the point apa alasan Kyungsoo belum membalas ucapan cintanya,

'Jika kau serius menyukai adikku hanya ada satu cara agar kau bisa mendapatkannya' begitu telfon terangkat Sehun mengkerutkan kening, berfikir arah pembicaraan itu dan sedetik kemudian dia mendudukkan dirinya.

'Apa itu, hyung?' Sehun bertanya penasaran

'Lamar dia' saat itu Sehun merasa jantungan mendengarnya, Sehun baru ingin bereaksi setelah lama terdiam tapi sayang sekali Kris memotong ucapannya untuk berpamitan karena dia sedang sibuk dan Kris juga memastikan bahwa Sehun harus memikirkankan hal itu matang matang.

Mulai saat itu Sehun selalu absen dari jadwalnya, dia ingin mengikuti saran Kris untuk berfikir, Sebenarnya Sehun sangat tidak masalah jika dirinya disuruh melamar Kyungsoo bahkan kalau bisa dia mau langsung menikahi perempuan tapi yang menjadi beban pikirannya adalah apakah Kyungsoo mau menerimanya, jikapun perempuan itu menerima Sehun masih ragu apakah dirinya bisa menjadi seorang pendamping sesuai yang di inginkan Kyungsoo. Dan puncak dari pikirannya adalah dia menekatkan harapan dan keberaniannya untuk datang kerumah Kyungsoo. Dan disinilah dia menunggu jawaban Kyungsoo, iya atau tidak, simple tapi sangat mendebarkan.

Tak terasa acara makan malam itu berakhir cepat dan tuan Do menyuruh agar keluarga Sehun tinggal sebentar untuk berbincang bincang, tentu saja tidak ada penolakan, Setelah ruang makan kosong, Kyungsoo dan Sehun baru beranjak dari sana.

"Kita perlu bicara tuan Oh" Suara Kyungsoo terdengar datar dan entah mengapa Sehun merasa itu bukan pertanda yang bagus dan benar saja tepat mereka sampai di taman belakang rumah Kyungsoo, perempuan dengan tidak berkepri-sehun-an langsung menginjak kaki Sehun dengan keras, Sehun hampir saja berteriak kesakitan jika saja dia tidak menutup rapat rapat bibirnya

"Kali ini apalagi salahku?" Sehun bertanya ditengah tengah ringisannya. Kyungsoo hanya menatap acuh.

"Kau pikir apa lagi, tidak datang kuliah, tidak memberi kabar kau kenapa, dan sekarang kau tanpa rasa dosa datang kesini melamarku, kau mau mempermainkanku?" Kyungsoo menumpahkan kekesalannya, oke dia merasa dipermainkan disini, katanya Sehun mencintainya tapi kenapa si Oh ini tidak memberikan kabar sama sekali Kyungsoo sampai khawatir dan sekarang pria ini datang kerumahnya dengan tanpa beban

"Aku tidak mempermainkanmu," Sehun membantah dengan tegas, dia tidak ada niat sama sekali untuk mempermainkan Kyungsoo, seorang yang dicintainya.

"Lalu kenapa kau tidak masuk kuliah beberapa hari tanpa keterangan pula, kau juga tidak memberikan kabar, aku khawatir, kupikir kau sakit atau terjadi hal buruk padamu, aku bahkan hampir mendatangi apartm-" Kyungsoo menghentikan ucapannya saat dia rasa dirinya telah membocorkan perasaannya, rasa hangat mulai menjalari wajahnya.

Sehun tertengung mendengar perkataan Kyungsoo, perempuan ini mengkhawatirkannya?, oh bolehkah Sehun merasa di atas awan?,

"Ak... maksudku bukan begitu..." Kyungsoo gelagapan sendiri saat Sehun memandangnya aneh, ekspresi pria itu antara kaget,bingung, tidak percaya dan senang, bisa dibayangkan bagaimana rupanya?. Entah mengapa kaki Sehun berjalan dengan sendiri mendekati Kyungsoo yang sedang merunduk guna menutupi raut merahnya. Dan lebih anehnya lagi tangannya seperti terayun sendiri untuk merengkuh tubuh mungil itu. Semua pergerakan yang dilakukannya bukan atas perintah otaknya tetapi hatinya.

"Terimakasih telah mengkhawatirkanku dan maaf telah membuatmu khawatir" Sehun berbicara diatas surai hitam Kyungsoo. Kyungsoo?, perempuan itu tidak tau harus melakukan apa, yang terjadi saat ini cukup membuat tubuhnya kaku tapi kakinya terasa lemas saat tangan Sehun menyentuh puncak kepalanya, tangan pria itu bergerak mengelus.

"absen itu karena otakku berfikir dengan keras untukmu, berfikir berbagai kemungkinan yang akan terjadi jika aku menjalankan perkataan Kris hyung, aku berfikir jauh untuk mengambil langkah kesini, dan aku telah mempertimbangkan semuanya" Sehun menghela nafas sebelum melanjutkan ucapannya.

"Jadi,Nona Do Kyungsoo maukah kau menikah dengan Tuan Oh yang menyebalkan ini?" Sehun merunduk untuk melihat tepat pada bola mata gadis itu. Kyungsoo terasa tenggelam begitu Sehun menatapnya sangat dalam, Kyungsoo tidak pandai membaca perasaan orang lain tapi dia juga tidak bodoh untuk tau jika jauh didalam mata itu terdapat ketulusan yang mendalam untuknya, untuk Kyungsoo seorang.

"Kau tau jawabanku" Kyungsoo berkata pelan matanya masih terpaku pada Sehun.

"Aku tidak tau apa jawabanmu, Kyungsoo, tolong jangan biarkan aku memikirkan kemungkinan terbur-"

"Ya Oh Sehun aku menerimamu"

End

Oke tolong jangan timpuk saya karena membuat End yang gaje lagi, maaf saya tidak tau bikin End. Hehehe, ini panjang banget sumpah.