Before we meet again, I want to grow and improve
So that I can hold my head high when we stand on the same court
Until the day we meet again

Kuroko ft. Kise – Tsugi Au Hi Made


Aku tidak tahu kenapa aku bisa terpisah dari Kagami-kun setelah memasuki departemen pakaian dalam wanita. Kedua telingaku sempat berdengung karena teriakan para wanita di sana. Lalu... tanpa sadar aku sudah berada di luar gedung Nanbu Department Store. Dari lantai lima kemudian turun lagi sampai lantai dasar...

Wah... Rasanya aku ingin menyerah saja membantu Kagami-kun membeli sepatu basket baru. Namun ada sesuatu yang ingin kupastikan. Tentang ganti rugi yang Kagami-kun bicarakan tadi. Entah kenapa aku merasa ada yang aneh.

Seperti, aku melupakan sesuatu.

Tapi apa?

Dari dalam tenda (tempatku bersembunyi), aku melihat siluit Kagami-kun. Aku pun memanggilnya dari dalam tenda, tanpa membuka resleting terlebih dahulu. "Kagami-kun."

"Hah?"

"Kagami-kun, di dalam."

"Apa? Eh? Dimana kau!?"

"Di sini," kataku sambil membuka resleting tenda dan menyembulkan kepalaku.

"Di dalam tenda!?" pekiknya tidak percaya.

"Seharusnya kita aman di sini. Ayo masuk lalu memikirkan rencana lain."

"Mau bagaimana lagi." Tubuh besar Kagami-kun menginvasi hampir seluruh tenda berukuran medium. Aku hanya bisa menghela napas lelah. "Hei, bukannya di sini panas?" tanyanya yang secara tidak langsung terdengar sebagai keluhan.

"Itu karena kau kebesaran, Kagami-kun. Mohon bersabar."

"Sial. Jadi, apa yang akan kita lakukan?"

"Ssshh. Mereka datang."

Selama di dalam tenda, tangan kiriku berfungsi untuk menghalangi suara berat Kagami-kun agar tidak keluar. Arah pandanganku terus tertuju pada dua siluit yang kuyakini adalah Kise-kun dan Kasamatsu-san. Tanpa sadar jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya karena terbawa atmosfer dari sosok di sebelahku. Aku merasa Kagami-kun sudah panas-dingin.

"Ini sangat aneh. Instingku bilang kalau mereka mungkin ada di sekitar sini-ssu..." Terdengar suara Kise-kun di luar tenda. Ugh, instingnya memang tajam.

"Insting macam apa itu?"

"Ini buruk! Mereka akan menemukan kita! Mereka akan menyuruhku membayar lima puluh ribu yen!" bisik Kagami-kun dengan nada panik.

"Tenanglah! Mereka tak bisa melihat kita dari luar."

"Tapi—"

Tangan kiriku kembali membekap mulut Kagami-kun. Secara tidak langsung menyuruhnya berhenti bicara. Aku mempertajam indera pendengaranku untuk bisa mendengar lebih jelas pembicaraan mereka di antara ramainya lalu lalang pengunjung Nanbu Department Store.

"Kurokocchi dan Kagamicchi kejam sekali..."

Kejam? Tunggu, aku benar-benar merasa ada yang aneh sekarang.

"Bukannya sudah cukup? Mereka pasti membencimu."

"Jangan bicara sembarangan gitu, dong! Itu menyakitkan-ssu!"

"Tunggu, bukannya kau mengatakan sesuatu pada mereka sebelumnya?"

"Eh? Hmm... Apa yang kukatakan...? Oh, benar! Aku bilang, 'kau tidak lupa tentang apa yang kita bicarakan waktu itu, kan?'"

"Aku tidak tahu kenapa, tapi setelah kau bilang begitu, muka Kagami jadi pucat dan mereka pergi."

Untuk sesaat, aku dan Kagami-kun saling pandang.

"Benarkah?"

"Apa maksudmu mengatakan hal itu?"

"Aku tidak akan pernah lupa untuk membalas kekalahanku-ssu!"

Bibirku terkatup rapat lalu memandang sosok Kagami-kun yang tampak membeku di tempatnya. Ternyata benar kalau kami—bukan, tapi hanya Kagami-kun yang salah sangka. Tapi... aku masih melupakan apa yang sejak tadi ingin kuingat.

"Oh...! Mungkinkah..."

"Eh?"

"Itu, loh. Saat latih tanding, Pelatih emosi dan bilang pada mereka untuk mengganti ring yang rusak, kan?"

"Iya."

"Mungkin saja 'kan Kagami salah paham tentang apa yang kau katakan."

"Eh!? Jadi, karena itu!?"

"Kita sudah membicarakannya dengan Kepala Sekolah mereka dan menyelesaikan semuanya. Dari awal, kita memaksakan untuk tetap pakai yang lama. Nyatanya, kita harus berterimakasih karena dia sudah merusaknya sebelum terjadi kecelakaan fatal. Mungkin Pelatih mereka tidak bilang tentang apa yang terjadi."

Aa, benar. Aku lupa, aku pernah mendengar obrolan Pelatih dengan Takeda-sensei tentang ganti rugi ring di gym Kaijou. Pelatih menanyakan soal itu dan Takeda-sensei bilang kalau Seirin tidak perlu menggantinya karena ring-nya memang sudah berkarat.

"Bohong~! Jadi itu alasannya mereka kabur dariku-ssu!?"

Sekarang siapa yang harus disalahkan?

Hembusan napas penuh rasa lega menarik perhatianku. Aku pun menengok sepenuhnya pada pelaku yang sudah mengambil kesimpulan sendiri dan main kabur begitu saja. "Ternyata itu yang terjadi... Tunggu, kenapa kau melihatku begitu, Kuroko?"

"Bukan apa-apa," jawabku datar tanpa mengalihkan pandanganku dari Kagami-kun.

"Jangan melihatku seperti itu! Ini menjelaskan semuanya, kan?"

"...bukan apa-apa."

"Ya, lain kali kalau kita ketemu lagi, kita bisa jelaskan apa yang terjadi. Tapi yang lebih penting lagi, kalau kita tidak buru-buru—" Ucapan Kasamatsu-san terputus akibat suara musik dari loudspeaker yang menandakan akan ada pengumuman penting dari pihak manajemen Nanbu Department Store.

"Kami punya pengumuman untuk pelanggan kami. Sekedar informasi, sepatu limited edition di departemen olahraga lantai tujuh sudah habis terjual dan sekarang sudah berakhir."

Eh? Ternyata benar ada diskon sepatu olahraga.

"Kiiiiseeeee—!"

Aku dan Kagami-kun terkesiap mendengar geraman Kasamatsu-san.

"Uh…ya?"

"Kita kehilangan kesempatan beli sepatu diskon dan ini semua salahmu! Makan ini! Tendangan maut!"

"Gaaaah!"

Belum sempat otakku menyerap apa yang terjadi, tubuhku sudah terdorong ke belakang. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh akibat punggungku membentur alas tenda (yang sama saja dengan membentur lantai). Sebelum benturan itu terjadi, mataku tertutup rapat. Ketika aku membuka mata, rambut merah dan atap tenda tidak berbentuk yang terlihat. Namun deru napas seseorang di sekitar leherku sukses menyadarkanku tentang tubuh Kagami-kun yang menindih tubuhku.

"Minggir!" seruku cepat sambil mendorong tubuh Kagami-kun.

"Ittai!"

"Ouch!"

Akibat doronganku barusan, sepertinya terjadi benturan lagi. Kagami-kun langsung menelungkup dan mengusap kepala bagian belakang. A-aa... Benturan kepala? Dengan...

"Aaaah! Kepalaku sakiiiit!" Ringisan suara Kise-kun terdengar kemudian. "Ada apa sih, dengan tenda ini!? Aku merasa punggungku sempat mengenai punggung orang lain, terus barusan kepalaku terbentur sesuatu!"

"Ow... Apa yang kau lakukan!? Sakit, sialan!" marah Kagami-kun padaku.

"Kau menindih tubuhku, Kagami-kun!" kesalku dengan nada berbisik.

"Huh!? 'Kan tidak sengaja!"

Suara resleting yang terbuka mengintrupsi perdebatan kami. Disusul pekikan Kise-kun karena kaget melihatku dan Kagami-kun menjadi korban tendangan Kasamatsu-san secara tidak langsung.

"Kurokocchi dan Kagamicchi?!"

"Jadi, di situ kalian bersembunyi?"

Dengan terburu-buru, aku keluar dari tenda tanpa bicara sepatah kata pun. Punggung dan pantatku masih terasa sakit. Aku hanya bisa meringis lalu mengusap punggungku, walau agaknya sia-sia karena tanganku tidak mengenai daerah yang sakit tersebut.

Kagami-kun juga masih mengusap kepala belakangnya tapi langsung berhenti setelah menyadari eksistensi dua anggota tim Kaijou yang sedang menatap kami. "Aa... J-jangan bilang seolah kami bersembunyi dari kalian. Dengar, Kise! Kita tidak melarikan diri, mengerti? Kami hanya berpikir sepatu basketnya akan habis kalau kami tidak cepat-cepat ke sana," jelas Kagami-kun yang tentunya penuh kebohongan.

"Eh? Jadi, itu alasannya-ssu?" Lagi. Kise-kun percaya begitu saja...

"Bukan itu. Kagami-kun mengira kalian menyuruhnya mengganti ring yang rusak. Makanya kami melarikan diri dari kalian," jelasku yang sukses mendapat death glare dari pemuda berambut merah gelap itu.

"Kuroko, sialan kau!" gerutunya.

"Benarkah? Tapi mana mungkin aku bicara soal itu-ssu!" Mata Kise-kun terlihat berkaca-kaca. Bibirnya juga ikut maju beberapa mili meter. "A-aku hampir nangis karena kupikir kalian membenciku! Dan sekarang aku nangis lagi karena lega-ssu..."

Aaa... Nangis juga akhirnya...

"Heh... Dasar aneh."

Mataku melirik ke arah Kagami-kun. "Maafkan aku, Kise-kun. Aku hanya ikut dibawa kabur," balasku.

"Itu bohong, dan kau tahu itu! Kau terlalu serius, kan? Maksudku, kau terus menghilang saat kami hampir menangkapmu," tuduh Kise-kun, masih dengan air mata buayanya.

"Karena itu keahlian spesialnya." Kali ini Kagami-kun yang menyahut.

"Benar sekali. Gara-gara itu kami jadi kewalahan selama di pertandingan," ucap Kasamatsu-san.

"Terima kasih," kataku seraya membungkukkan badan sedikit.

Kise-kun bergeser mendekatiku. "Hei, Kurokocchi."

"Ada apa?" tanyaku sambil mendongak.

"Aku akan melakukannya-ssu."

"Melakukan apa?"

"Basket, tentu saja."

Kedua alisku mengkerut. Antara paham dan tidak paham. "Ha...h."

"Kekalahan kami sebelumnya membuatku sadar-ssu. Sampai sekarang, aku bisa menang tanpa harus mengeluarkan semua kemampuanku. Aku tidak pernah kalah sebelumnya," cerita Kise-kun seraya menunjukkan senyum optimis. "Selama itu tentang basket, aku tak ingin kalah lagi dari siapapun. Jadi, aku akan berlatih lebih keras lagi dan membalasmu, Kurokocchi."

"Bagaimana denganku?" tanya Kagami-kun dengan jari telunjuk menunjuk hidungnya.

"Aku tak bisa meminta lebih dari ini, Kise-kun," kataku lalu tersenyum pada teman sekaligus rivalku.

"Aku mengerti!" Kise-kun menyengir seperti anak kecil umur lima tahun.

"Yaaa, kita berhasil menyelesaikan kesalahpahaman ini. Jadi, kupikir ini berakhir dengan baik. Walau tak ada satu pun di antara kita yang bisa membeli sepatu basket," timbrung Kasamatsu-san pasrah.

"Sumimasen..." sesal Kise-kun yang dibalas tepukan pelan di puncak kepalanya oleh senior Kaijou.

"Karena kita sudah di sini, kenapa kita tidak makan ramen bareng atau apa gitu?" saran Kasamatsu-san.

"Oh! Aku setuju!" jawab positif dari Kagami-kun.

Mm, mereka melupakan sesuatu...

"Hehehe~ Ayo pergi, Kurokocchi!"

Lenganku ditarik oleh Kise-kun, namun tubuhku bergeming di tempat. "Aku ingin ikut, tapi..." Arah pandangku tertuju pada tenda ukuran medium yang kini sudah tidak terlihat lagi bentuknya. "Lihat. Gara-gara tabrakan tadi, tendanya jadi..."

"A-ah..." Kise-kun terlihat menggigit bibir bawahnya.

"Benar-benar rusak." Kagami-kun malah mengusap daerah tengkuk leher.

Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara peluit khas penjaga keamanan. Oke, kami berempat dalam masalah besar sekarang. Haha... "Dan ada penjaga keamanan jalan ke sini," gumamku pasrah.

"Aaaaaaaaah!"

"Jangan bilang soal..."

"...membayar kerusakannya!?"

"Jadi, aku masih belum lepas!? Aku bilang 'kan kalau aku tidak punya uang!"

"Oh nooo~!"

.

Setelah hampir setengah jam berurusan dengan satpam dan manajer bagian penjualan alat-alat traveling, mereka bilang kalau kami berempat tidak perlu mengganti rugi secara material. Kami disuruh menjadi SPG untuk mempromosikan diskon di departemen pakaian wanita sekaligus membagi-bagikan tisu gratis pada pejalan kaki. Tentunya kami diawasi oleh salah satu satpam supaya kami tidak kabur begitu saja.

Kulihat Kagami-kun tidak bersemangat melakukannya. "Silakan tisunya..."

"Kami dari Nanbu Department Store! Silakan tisunya! Hei, kenapa aku datang ke Shibuya hanya untuk bagi-bagi tisu ini, Dungu!?" gerutu Kasamatsu-san yang berdiri tak jauh dari Kagami-kun.

"Bukannya ini karena kau menendang Kise?" sahut teman setimku itu tanpa keigo.

"Kenapa jadi salahku!?" balas si senior tidak terima.

"Lain kali perhatikan dimana kau melakukannya! ...Senpai." Kagami-kun melotot padaku karena aku sengaja menginjak kaki kanannya. Aku bermaksud untuk mengingatkan kalau Kasamatsu-san itu lebih tua dari kami, jadi harus bersikap lebih sopan dan hormat padanya.

"Apaan itu?" bingung Kasamatsu-san seraya menengok ke arah Kise-kun. "Dan lagi, anak itu ternyata bisa juga."

"Kami adakan diskon di departemen pakaian wanita! Ini, silakan tisunya!"

Haha... Pesona Kise-kun memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyak pejalan kaki (khususnya para wanita) yang berhenti dan mendekatinya. Berbeda sekali denganku. Sedari tadi tak ada yang menyadari keberadaanku. Pejalan kaki yang melewatiku sempat berhenti namun mereka melangkah pergi begitu saja. Efek hawaku yang tipis... Haaaah...

"Permisi tisunya. Silakan tisunya. Ugh, tak ada yang menyadari keberadaanku," gumamku lelah.

"Bagaimana bisa kau setidakberguna itu, sih!?" hardik Kagami-kun.

Pipiku menggembung sebentar. "Aku sudah berusaha."

"Kita tidak bisa pulang sebelum menyelesaikan ini!"

"Aku bisa pulang dari tadi. Ini tidak akan terjadi kalau Kagami-kun tidak salah paham."

"Ugh, jangan bilang soal itu! Jangan ingatkan aku—!"

"Kurokocchi! Sepertinya aku yang akan menang kali ini-ssu!"

Teriakan Kise-kun buat mood-ku makin down. Lagi-lagi soal balas dendam! Geez!

"Di saat begini, masih saja balas dendam!" seru Kasamatsu-san, menyuarakan isi hatiku.

Kise-kun terlihat tidak peduli. "Silakan tisunya! Terima kasih! Oh, kau kembali lagi, Nona? Terima kasih~! Silakan tisunya!"

Yaaa pada akhirnya tisu bagian Kise-kun habis duluan. Bahkan ia sempat membantu membagikan tisu bagianku dan Kasamatsu-san. Berhubung Kagami-kun terlalu gengsi untuk menerima bantuan Kise-kun, jadilah bagian Kagami-kun yang tidak habis. Tapi manajer departemen peralatan traveling tidak mempermasalahkannya. Meski bisa disebut kami mengganti kerugian satu tenda yang rusak, namun kami diberikan kupon gratis satu mangkok ramen. Rencana awal untuk makan ramen bareng terwujud.

Rasa lelah akibat main kejar-kejaran sedikit banyak terhapus dengan segarnya kuah ramen!

Sepertinya aku takkan menyesali apa yang terjadi hari ini. Gochisousama deshita!


Dari lantai lima turun sampai lantai dasar. Aku bersembunyi di dalam tenda dan mengajak Kagami-kun bersembunyi juga setelah sempat terpisah (lagi). Nah, Kise-kun dan Kasamatsu-san pun datang. Akhirnya kami tahu kalau ini semua adalah salah paham. Kise-kun hanya mengingatkan tentang balas dendamnya, bukan tentang ring yang rusak. Namun kami mendapat masalah karena merusak satu tenda dan sempat menjadi SPG hari ini.

~ Tetsuya's 50th Paper End ~


Ganba desu. Terima kasih sudah mengikuti, mereview dan meluangkan waktu untuk membaca fanfic ZPS sampai sekarang! Terima kasih untuk review-nya di chap kemarin, Shinju Hatsune-san dan Aoi Haruka-hime-san! #bow :)

Yip, yip. XD Mereka kejar-kejaran padahal si duo Seirin yang salah paham. Kise juga ngomongnya ambigu, gak to the point sih. ._. Acara AkaKuro-nya gak mungkin lupa. Kalau lupa pasti diingetin sama Sei. (plak)

Untuk chapter 51, saya gak janji bisa update minggu depan atau gak. Kalaupun gak bisa, saya usahakan dua chapter sekaligus di-update tapi dua minggu kemudian. ^^ Maafkan saya yang moody-an ini. #bow

Oke, see you next paper!

CHAU!