A Werewolf Boy (Meanie Ver.)

Cast: Kim Mingyu dan Jeon Wonwoo

Other Cast: Find By Your Self

Author: Gyupire

Genre: Romance, Fantasi

Rate: T

Warning: EYD tidak sesuai, Typo dimana-mana

Chapter 5 Update

~000000000000~

Kembali ke masa kini

Rumah yang dulu ditempati Wonwoo dan ibunya awalnya merupakan rumah yang dibeli oleh Seokmin. Setelah perusahaan ayah Seokmin bangkrut rumah tersebut diwariskan kepada ibu Wonwoo. Setelah ibu Wonwoo meninggal rumah tersebut kemudian diwariskan kepada Wonwoo. Ternyata di daerah tersebut akan dibangun sebuah kompleks perumahan untuk para pensiunan. Jadi nenek Jeon disarankan untuk menjual rumah tersebut.

Nenek Jeon belum bisa memutuskan apakah ia akan menjual rumah tersebut atau tidak. Namun malam itu ia memutuskan untuk bermalam di rumah tersebut bersama Jungkook. Jungkook memperlihatkan foto kekasihnya kepada nenek Jeon.

"Apakah ia punya banyak uang?"

"Sepertinya tidak, kenapa?"

"Kalau begitu jangan bergaul dengannya."

"Ckk.. tapi ia sangat baik nek." Bela Jungkook.

"Perlakukan dia dengan baik. Semua pria senang pujian. Jika kau telah dewasa, kau dapat melihat apa yang tidak terlihat sebelumnya. Mengetahui banyak hal itu bagus, tapi itu membuatmu menjadi pengecut. Hanya ada satu kesempatan dalam hidup kita. Waktu.. tidak akan pernah kembali." Gumam nenek Jeon.

Jungkook tidak terlalu mendengarkan ucapan nenek Jeon. Tiba-tiba kekasihnya menelepon. Jungkook minta izin kepada nenek Jeon untuk keluar sebentar mengangkat telepon. Di luar Jungkook merasa ada sesuatu yang mencurigakan. Ia langsung menyudahi percakapannya dan langsung mengambil alat penyetrum yang ada di dalam mobil. Jungkook kembali ke dalam rumah.

"Benda apa yang kau bawa?" tanya nenek Jeon penasaran.

"Ini adalah alat penyetrum yang diberikan ayah. Kalau ada penyusup yang masuk aku akan menggunakannya nek." Jawab Jungkook.

Jungkook sudah tertidur lelap. Namun disampingnya, nenek Jeon tidak bisa tidur, ia bergerak dengan gelisah. Padahal jam sudah menunjukkan tengah malam. Kemudian nenek Jeon pindah dan duduk di sofa. Ia tak sengaja menemukan sesuatu di bawah bantalan sofa.

Ternyata benda tersebut adalah sebuah permen karamel. Permen tersebut mirip dengan permen yang biasa ia berikan untuk Mingyu. Setelah diperhatikan permen tersebut tidak nampak rusak sama sekali. Sepertinya belum lama di letakkan di sana.

Nenek Jeon ke luar rumah. Ia berjalan menuju ke gudang kosong. Saat tiba disana nenek Jeon melihat pintu tersebut sedikit terbuka. Padahal saat dia datang tadi pintu gudang tersebut dalam keadaan digembok.

Perlahan nenek Jeon melangkahkan kakinya menuju ke pintu tersebut. Setelahnya ia mendorong pintu gudang itu. Nenek Jeon terkejut mendapati di dalam gudang tersebut berjajar berbagai macam tanaman di dalam pot. Terlihat seperti rumah hijau.

Nenek Jeon melihat ada setitik cahaya lampu yang keluar dari kamar di ujung gudang. Ia melangkahkan kakinya ke arah pintu tersebut. Sejenak ia tampak ragu untuk membuka pintu tersebut. Tapi nenek Jeon tahu betul siapa yang ada di balik pintu itu. Nenek Jeon sedikit merapikan rambutnya kemudian perlahan memegang knop pintu.

Tiba-tiba nenek Jeon menarik kembali tangannya. Ia membalikkan badan dan berjalan menjauhi pintu. Tetapi rasa penasaran membuatnya kembali lalu langsung membuka pintu tersebut. Ia terpaku melihat sosok yang sedang duduk di tepi ranjang. sama seperti saat ia menunggu kedatangannya. Sosok tersebut adalah Mingyu.

Mingyu mengulurkan sebuah kertas yang dipegangnya kepada nenek Jeon. Nenek Jeon mengambil kertas tersebut. Kemudian ia langsung membukanya. Surat tersebut merupakan surat yang ia tinggalkan saat ia pergi 47 tahun yang lalu. Setelah membaca surat tersebut nenek Jeon menangis.

Kemudian Mingyu mengulurkan gitar Wonwoo yang sudah ia perbaiki.

"Mingyu, kau menungguku?" tanya nenek Jeon.

Mingyu menatap nenek Jeon kemudian ia mengangguk. Mingyu menundukkan kepalanya, berharap nenek Jeon akan mengelusnya. Namun nenek Jeon hanya diam saja.

Melihat nenek Jeon yang hanya diam, Mingyu meletakkan gitarnya di tempat tidur kemudian kembali menunduk penuh harap. Nenek Jeon terharu, ia kemudian mengulurkan tangannya dan perlahan membelai surai Mingyu dengan lembut.

"Kemarilah Mingyu." Kata nenek Jeon

Mingyu berjalan kearah nenek Jeon. Nenek Jeon langsung memeluk Mingyu. Ia kemudian menangis karena begitu merindukan Mingyu. Sedangkan Mingyu hanya terdiam, ia merasa nyaman dan juga damai berada di pelukan nenek Jeon.

Tidak lama kemudian nenek Jeon melepaskan pelukannya. Ia menatap Mingyu yang juga menatapnya dengan pandangan yang tidak berubah. Masih sama seperti dulu.

"Aku sudah menjadi lelaki tua sekarang." Kata nenek Jeon.

"Rambutku sudah menjadi putih."

"Kau tetap sama Wonwoo." Ucap Mingyu.

Nenek Jeon terpanah mendengar Mingyu yang sudah lancar berbicara. Kemudian ia kembali menangis karena terharu.

"Tangan, mulut, mata. Kau masih manis. Sangat manis Wonwoo. Aku sangat merindukanmu." Tambah Mingyu.

Perlahan Mingyu mendekat ke arah nenek Jeon. Ia langsung memeluk nenek Jeon lagi. Nenek Jeon kembali menangis lagi, entah sudah berapa kali ia mengeluarkan air matanya hari ini.

"Aku juga sangat merindukanmu Mingyu."

"Mingyu, dulu aku sudah pernah meniggalkanmu. Bisakah sekarang kau membawaku bersamamu? Aku mencoba untuk hidup lebih baik saat kau tidak ada. Aku belajar mencintai orang lain namun akhirnya aku menyerah." Ucap Nenek Jeon dengan mata berkaca-kaca.

"Tidak Wonwoo, tempatmu bukan di sisiku. Aku.. bisa saja menyakitimu saat insting serigalaku kembali. Kau juga akan terluka dan mati di sisiku." Ucap Mingyu.

"Lalu jadikan aku sama sepertimu Mingyu." Ucap nenek Jeon mantap.

Perlahan Mingyu mengulurkan tangannya. Ia mengelus pipi nenek Jeon. Mingyu terus menatap mata nenek Jeon dalam. Bibir Mingyu bergerak namun tidak mengeluarkan suara. Entah kekuatan dari mana perlahan tubuh nenek Jeon kembali muda. Nenek Jeon berubah menjadi Wonwoo kembali.

~000~

Mingyu berlari membelah udara. Wonwoo yang berada di dalam gendongannya sontak mengeratkan pelukannya di leher Mingyu. Langkah Mingyu begitu besar, cepat dan kokoh bahkan tak terlihat seperti angin berlalu. Sesekali Wonwoo memilih memejamkan matanya, ia merasa begitu takut. Pergerakan Mingyu seolah siap membuat mereka menabrak semak bahkan pepohonan. Namun Mingyu begitu lincah untuk menghindarinya.

Merasa tujuannya sudah di depan mata, perlahan Mingyu memperlambat lajunya. Di depan mereka terdapat sebuah gua yang terlihat mencekam. Dan juga tidak terlalu besar. Mulut gua itu menganga dan sejauh yang ditangkap mata Wonwoo hanyalah kegelapan yang ada di dalamnya. Mingyu masih menggendong Wonwoo, langkah kakinya mulai bergerak memasuki gua itu. Wonwoo kembali mengeratkan pelukannya, ia merasa sedikit takut dengan suasana kegelapan yang yang menyapa matanya.

Setelah sampai di dalam gua perasaan mencekam yang Wonwoo rasakan perlahan menghilang. Ternyata di dalam gua tidak segelap yang Wonwoo kira. Ada sebuah lubang sebesar setengah meter di atap gua yang membuat gua tersebut lebih terang. Lalu ada beberapa tanaman di dalam pot. Bahkan ada beberapa gambar yang merupakan karya Mingyu tergantung di dinding gua. Keadaan gua juga sangat bersih dan sepertinya Wonwoo akan nyaman berada di sana.

"Turunkan aku Mingyu."

Mingyu mendudukkan Wonwoo pada sebuah batu granit yang lumayan besar. Setelah itu ia bersimpuh di hadapan Wonwoo. Meletakkan kepalanya pada lutut lelaki manis itu dengan manja.

"Mingyu, jadikan aku sepertimu." Seru Wonwoo memecahkan keheninga.

Mingyu menggelengkan kepalanya tanda ketidak setujuannya. Pembicaraan ini sudah terjadi berulang kali. Tetapi Wonwoo tetap tidak ingin menyerah meski Mingyu juga menolaknya berulang kali. Wonwoo tetap bersikeras pada pendiriannya.

"Aku ingin selalu bersamamu. Aku tidak ingin berpisah lagi darimu. Ku mohon Mingyu."

"Tidak, Wonwoo."

Wonwoo kesal mendengar jawaban Mingyu. Mingyu menolak bukan tanpa alasan. Merubah manusia steril seperti Wonwoo menjadi makhluk serigala sepertinya bukanlah perkara mudah. Banyak kemungkinan yang akan terjadi. Lagipula ia tidak ingin Wonwoo menjadi sepertinya. Ia takut melukai Wonwoo. Ia takut Wonwoo tidak mampu menahan perubahan yang akan terjadi nanti.

"Ubah aku atau aku akan bunuh diri!" teriak Wonwoo. Mingyu menatap Wonwoo nanar. Ia menggeleng berulang kali.

"Kau tidak mengerti. Aku sungguh ingin terus bersamamu dan sangat mencintaimu. Aku manusia dan aku memiliki batas untuk hidup. Aku akan kembali menua dan akan segera mati. Tapi kau? Kau berbeda dan aku membenci perbedaan ini." Mingyu terdiam melihat Wonwoo menangis. Ia menjadi ragu.

"Ubah aku, kumohon." Isakan Wonwoo semakin terdengar memilukan. Mingyu tidak sanggup melihat orang terkasihnya meneteskan air mata.

Mingyu melompat ke arah dinding. Ia membenturkan tinjunya pada bebatuan yang menculas berulang kali. Lalu ia menggenggam sebuah batu. Di dekatinya Wonwoo yang mengikuti gerakannya dengan pipi yang basah dan dahi berkerut. Ia tidak mengerti.

Mingyu mendekatkan bongkahan batu yang terlihat tajam ke arah nadinya. Kemudian ia menggoreskannya dengan kuat. Darah segar mengalir deras bahkan menetes ke lantai. Wonwoo berteriak histeris dan meraih tangan Mingyu.

"Apa yang kau lakukan. Bodoh kau menyakiti dirimu sendiri!" Wonwoo kelabakan, terburu-buru ia merobek kemeja yang dipakainya namun tangan Mingyu yang lain menahannya.

"Minum Wonwoo." Mingyu menyodorkan tangannya yang masih mengalirkan darah segar ke arah Wonwoo. Awalnya Wonwoo heran dan tidak mengerti. Namun beberapa detik kemudian ia mengangguk antusias dengan perasaan senang.

Tanpa ragu Wonwoo langsung menghisap darah dari pergelangan tangan Mingyu. Ia menghisapnya seolah itu adalah minuman penambah energi. Wonwoo bahkan tidak merasa jijik sama sekali. Mingyu sedikit mendesis saat dirasanya hisapan Wonwoo semakin kuat.

Mulut Wonwoo penuh dengan darah bahkan di sekitar bibirnya juga berlumuran darah. Tiba-tiba Wonwoo mengerang kuat. Tubuhnya mulai terasa panas seperti terbakar. Seketika tubuh Wonwoo ambruk ke lantai. Wonwoo meringkuk menahan sakit yang teramat di sekujut tubuhnya.

Perlahan tubuhnya mulai menunjukkan perubahan. Tulangnya gemerutuk seperti membentuk sebuah pertahan baru yang lebih kuat dan kokoh. Pupil matanya membesar dengan lensa matanya yang menunjukkan warna merah menyala. Hal aneh lainnya juga terjadi, gigi taring Wonwoo mulai memanjang meski tidak sepanjang taring Mingyu. Begitu juga dengan kuku-kukunya . rambut-rambut halus Wonwoo yang sebelumnya tidak terlihat mulai sedikit memanjang beberapa senti.

Mingyu memperhatikan proses perubahan itu dengan gamang. Ketakutanlah yang mendominasi pikirannya. Ia takut Wonwoonya tidak mampu bertahan dengan perubahan takut ini tidak berhasil dan berakhir dengan Wonwoo yang terluka atau bahkan yang lebih buruk lagi, Wonwoo meninggal. Ia melihat Wonwoo tampak kesakitan, namuntidak ada yang bisa ia lakukan selain pasrah.

Sekitar sepuluh menit kemudian, Wonwoo semakin membaik. Tubuhnya berhenti meronta dan tidak terasa panas lagi. Tubuhnya yang tadi berubah kini sudah kembali normal lagi. Wonwoo terlihat lebih mempesona, lebih kuat dan lebih hangat.

"Wonwoo kembali." Mingyu tersenyum dan mengulurkan tangannya menyentuh kepala kepala Wonwoo, mengelus surai lembut itu dengan penuh kasih. Lalu Wonwoo langsung berhamburan dalam pelukan Mingyu. Ia begitu bahagia.

"Mingyu terima kasih. Aku mencintaimu."

"Aku lebih mencintaimu Wonwoo."

"Setelah ini kau harus menikahiku ya."

"Lalu haruskah aku memanggilmu nyonya kim mulai sekarang?" Jawab Mingyu sambil terkekeh. Wonwoo juga ikut terkekeh. Mereka melepaskan pelukan dan saling menatap dalam. Perlahan Mingyu mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir kekasihnya perlahan. Wonwoo ikut memejamkan matanya. Inilah kebahagiannya, hidup bersama Mingyu dan menghabiskan sisa waktunya di sisi lelaki tampan itu.

THE END

Omake

Jungkook melajukan mobilnya. Ia kembali ke Seoul seorang diri. Namun tidak ada raut kekhawatiran yang terlihat diwajahnya. Tiba-tiba ponselnya berdering.

"Apa kalian sudah pulang ke Seoul?"

"Iya ibu, aku sedang diperjalanan."

"Apa nenek baik-baik saja?"

"Dia sangat bahagia sekarang."

"Baiklah, jaga nenekmu baik-baik."

Telepon terputus, Jungkook belum memberitahu ibunya bahwa neneknya menghilang. Tetapi tidak sepenuhnya menghilang. Jungkook teringat percakapannya dengan neneknya tadi malam.

"Lalu kapan orang tersebut akan menjemputmu nek?" tanya Jungkook penasaran.

"Sebentar lagi.. Jungkook jika aku tiba-tiba menghilang, maka jangan mencariku."

"Apa nenek akan meninggalkan kami demi orang itu?"

"Aku sudah bersama kalian selama ini. Maka sudah saatnya aku mencari kebahagiaanku sendiri. Dan dia adalah tidak ingin berpisah lagi dengannya. Aku memang menyayangi kalian semua, tetapi aku juga sangat mencintainya."

~000~

Akhirnya FF ini bisa saya selesaikan juga setelah beberapa hari mager. Mungkin rada bingung ya di awalnya saya tulis nenek Jeon karena memang sudah kembali ke masa kini. Tetapi Mingyu teteap manggil Wonwoo dengan sebutan Wonwoo bukan nenek Jeon.

Scene Wonwoo yang Wonwoo berubah jadi serigala pada awalnya menjadi perdebatan para author di 17 Foster. Memang saya minta ke mereka untuk memberikan beberapa masukan biar Wonwoo bisa berubah jadi serigala. Tapi apa daya kalo membernya semuanya pada somplak. Ada yang nyaranin mereka ciuman sampe berdarah terus ada juga yg nyaranin mereka buat naena ada juga yg nyuruh operasi. Yg paling masuk akal ya itu tadi Wonwoo minum darah Mingyu.

Terima kasih yang sebesarnya saya ucapkan untuk kanik a.k.a Nichan_jung. Dia yang bantuin bikin narasi untuk scene terakhir. Saya hanya mengedit dan menambahkan beberapa kalimat.

Terima kasih juga buat reader yang sudah mau review. Dan untuk part terakhir ini jangan lupa juga buat review ya. Sampai jumpa di FF selanjutnya.

p.s/ saya akan berusaha lebih baik lagi dalam penulisan narasi. Mungkin dibeberapa FF sebelumnya bahkan termasuk FF ini penulisan saya masih kurang mendetail dan terkesan datar. Jadi jangan bosan-bosan ya baca karya dari saya )

Palembang, 15 Mei 2016

SALAM MEANIE!