137darkpinku Present

.

A KYUMIN FANFICTION

.

MAGIC

.

Warning : Genderswitch , Typo(s) , kosa kata yang berantakan

Disclaimer : Remake Novel karya S. Wolf dengan judul 'Amulet'.

.

Don't Like? Just Don't Read ^^

.

.

enJOY it !

.

.

Kyuhyun menatap benda di tangannya, terpesona dengan benda berkilauan yang sedikit bercahaya di bawah permukaannya yang mengkilap dan halus berwarna hitam. Jantungnya masih berpacu atas peristiwa yang baru saja terjadi, dan napasnya akhirnya kembali teratur.

Beberapa menit sebelumnya, Kyuhyun memutuskan untuk berhenti di perpustakaan dalam perjalanan pulang dari sekolah.

Berdiri di pojok menunggu lampu berganti, pikirannya mengembara pada Jung Jessica. Jessica telah pindah ke kota ketika mereka masuk sekolah menengah atas, dan sejak itu Kyuhyun menyukainya. Cantik dan atletis, wanita itu segera bergabung dengan kelompok elit di sekolah, menjadi seorang cheerleader dan anggota tim renang. Dan meskipun ia telah berbagi banyak kelas dengan Jessica selama dua tahun terakhir, dia mungkin tak kenal sama sekali padanya.

Kyuhyun selalu berjuang untuk menjaga nilai-nilainya tetap tinggi di mata pelajaran yang mereka sama-sama ambil, dan tahu alasannya adalah karena dia menghabiskan setengah waktunya di kelas mendengarkan guru, dan setengah lainnya menatapnya.

Dia begitu asyik melamun tentang Jessica, Kyuhyun tidak melihat orang tua memakai topi melewatinya, masuk ke jalan. Tapi saat ia membayangkan bagaimana Jessica tampak seksi dengan rok cheerleader-nya, sesuatu telah mengganggu otaknya, menuntut perhatian.

Realitas akhirnya menang, dan ia menyadari apa yang dilihatnya: Seorang pria tua sedang menyebrangi jalan di depannya, sudah berada lebih dari setengah jalan. Dari kanan, ia bisa melihat sebuah truk pickup besar mendekat, datang dengan cepat dan tak menunjukkan tanda-tanda melambat.

Selama sepersekian detik, Kyuhyun tahu apa yang dia akan lihat, orang tua itu akan mati, dan dengan kondisi yang mengerikan. Tapi sebelum ia bisa berpikir lebih jauh, ia bergerak.

Tapi itu rasanya lambat baginya. Rasanya seperti sedang berjalan di pasir hisap, dan truk itu terlalu dekat pada orang tua itu, bisakah ia keluar dari jalan tepat waktu? Pria itu masih jauh, dan dia hampir bisa merasakan panas datang melalui bumper depan truk.

Tiba-tiba, semuanya menjadi bertambah cepat. Dia melompat ke arah orang itu, bertujuan untuk menubruk punggungnya, memeluknya dan berguling ke depan. Detik berikutnya mereka berdua tergeletak di trotoar, dan Kyuhyun bersumpah ia merasakan bumper truk menyerempet sepatu kanannya, membunyikan klakson dengan keras tapi tak pernah melambat.

Orang tua itu mengerang kesakitan, dan Kyuhyun menyadari bahwa ia berbaring diatasnya. Dia segera berlutut dan membungkuk memeriksa orang itu.

Kyuhyun bernapas keras, tapi masih mampu berkata sambil terengah, "Apakah anda baik-baik saja?" Sambil memegang bahu pria itu.

Sebuah erangan kecil adalah satu-satunya jawaban.

"Maaf jika aku menyakitimu," lanjut Kyuhyun, "tapi truk itu ... datang dengan cepat. Dan anda-"

Mata pria itu terbuka, dan ia menatap berkeliling, sedikit bingung tapi menunjukkan tanda-tanda mendapatkan kembali kesadarannya.

"Apa yang terjadi?" Katanya dengan suara lemah.

"Ada sebuah truk datang mendekat," kata Kyuhyun, kata-kata mengalir keluar, "dan anda berada di tengah jalan, dan aku tak berpikir ... dan aku benar-benar minta maaf jika aku menyakitimu..."

Pria itu mencoba bangkit, tetapi Kyuhyun menahannya dengan kuat ke bahunya.

"Tolong Paman, tetaplah di sana, dan aku akan minta bantuan seseorang untuk memanggil ambulans." Sekelompok kecil penonton mulai berkumpul di sekitar mereka.

"Tidak," jawab orang itu, suaranya sedikit lebih kuat sekarang, "Aku akan baik-baik. Hanya sedikit sakit saja. Dimana topiku?"

Kyuhyun hampir tertawa, berpikir itu lucu bahwa orang ini lebih khawatir tentang topinya ketika dirinya sendiri terbaring di trotoar.

Kyuhyun melihat sekeliling, tapi tak bisa menemukannya. Dia akhirnya melihat di bawah orang itu, dan menariknya keluar. Topinya jadi pipih dan ia berusaha untuk mendorongnya kembali ke bentuk semula sebelum menyerahkannya kembali.

"Tolong bantu aku berdiri," kata pria itu, setelah menempatkan kembali topi yang sudah cacat itu pada kepalanya.

"Anda yakin?" Kyuhyun bertanya, ada kekhawatiran di wajahnya.

"Bantu aku ke bangku yang di sana. Aku hanya butuh mengatur napasku."

Setelah sedikit upaya dari keduanya, Kyuhyun akhirnya membantu orang itu duduk di bangku, dan kerumunan kecil yang menonton mereka mulai bubar.

"Duduklah di sini di sampingku, nak," kata pria itu, "Aku ingin mengucapkan terima kasih atas apa yang kau lakukan. Siapa namamu?"

"Kyuhyun. Cho Kyuhyun. Dan terima kasih kembali. Tapi aku tadi benar-benar tidak berpikir ketika melakukan itu, jadi..."

"Keberanian seperti itu tidak memerlukan pikiran," jawab orang itu, "mereka hanya melakukannya." Dia menambahkan, "Aku Kim Kangin."

"Senang bertemu anda Paman Kim," kata Kyuhyun, dan mengulurkan tangannya.

"Kangin saja," kata pria itu, mengambil tangan Kyuhyun dan menggenggamnya erat-erat. Mata Kangin terfokus pada remaja itu, dan menatapnya begitu intens, ia sepertinya menatap menembus dirinya.

"Ok, emm, Paman Kangin," kata Kyuhyun, sedikit bingung dengan cara pria itu menatapnya. Dia masih meremas tangannya, lebih lama dari jabat tangan yang seharusnya. Dan jauh lebih keras juga, terutama dari seorang tua yang baru saja roboh.

"Berapa umurmu nak?" Tanya Kangin.

Kyuhyun pikir ini jadi semakin aneh, tapi mejawab, "Baru delapan belas tahun."

Tatapan orang tua itu berlangsung sedikit lebih lama, dan ia tampaknya mengambil keputusan.

"Perbuatan besar dari keberanian pantas mendapat balasan yang besar, apakah kau setuju Cho Kyuhyun?"

Kyuhyun tampak merasa malu. "Aku tidak ingin uang."

"Bagus, karena aku juga tidak akan menawarkan uang."

"Maaf, aku tak bermaksud..."

"Uang bukanlah hadiah yang besar," lanjut Kangin, "tapi ini." Dia merogoh sakunya dan mengambil suatu benda. Dia memegang tangan Kyuhyun dalam genggamannya, menempatkan benda itu ke telapak tangannya, dan menutup jari-jari remaja itu hingga membentuk kepalan.

"Anda benar-benar tak harus memberiku..." Kyuhyun mulai.

"Tapi ingat nak," orang itu terus melanjutkan, seperti Kyuhyun tak sedang bicara, "kekuatan tanpa kebijaksanaan adalah kombinasi yang berbahaya."

Kyuhyun tak yakin apa yang orang tua itu sedang bicarakan, sehingga ia berkata "Terima kasih" dengan nada suara sedikit bertanya.

Orang tua itu menganggap ini lucu, dan tertawa lepas. Dia memang tampaknya telah pulih dari penderitaannya.

"Oh, kau memang akan berterima kasih padaku," kata Kangin, masih tersenyum, dan setelah jeda menambahkan, "nanti". Ini membuatnya tertawa lagi.

Dengan ini, ia bangkit dari bangku, jauh lebih bugar dari seorang tua yang baru saja dijatuhkan ke trotoar beton.

"Aku harus pergi sekarang," katanya, membetulkan topinya yang rusak, "tapi terima kasih sekali lagi atas tindakanmu yang berani."

"Sama-sama," jawab Kyuhyun, berdiri juga, "Dan terima kasih atas ... eh... hadiahnya. "Dia melambaikan tangannya yang tertutup dan tersenyum.

"Senang bertemu denganmu Kyuhyun," kata Kangin, dan berbalik untuk pergi. Lalu ia berbalik dan berkata, "Oh, satu hal yang sangat penting. Pertama kali kau menggunakannya, kau harus berada dalam kamarmu, sendirian" Dia memberi Kyuhyun satu senyum misterius terakhir, dan berbalik dan berjalan menjauh, tak melihat ke belakang.

Kyuhyun melihat dia pergi, dan ketika orang itu berbelok, ia kembali duduk di bangku dan membuka tangan terkepalnya, melihat hadiah yang diterimanya. Ini adalah semacam kalung. Melekat pada rantai perak tipis adalah sebuah batu berbentuk titik air mata berwarna hitam, berukuran panjang sekitar dua inci dan satu inci lebarnya.

Dia memegang di antara jari-jarinya dan mengusap, merasakan permukaan licin ketika di sentuh. Ini mengingatkannya pada batu-batu yang dipoles yang bisa dibeli di salah satu stan suvenir kaki lima. Tapi ini jauh lebih bagus, dan dia bersumpah ia bisa merasakan sedikit getaran saat ia memegangnya.

Ah, ini pasti hanya imajinasinya. Dia mungkin masih gelisah karena kejadian barusan yang hampir membuat dirinya terbunuh.

Dia ingin memakainya, dan menemukan pengaitnya, membukanya, dan hendak meletakkannya di lehernya ketika ia ingat peringatan orang tua itu yang mana harus sendirian ketika memakainya. Ia mempertimbangkan untuk tetap memakainya, tapi teringat sorot mata orang tua itu, dan memutuskan lebih baik ia menunggu saja.

Sambil menggenggam kalung itu erat-erat di tangannya, ia pulang ke rumah, perpustakaan dan buku yang ia cari benar-benar terlupakan.

.

.

.

Lima belas menit kemudian Kyuhyun duduk di tempat tidur dengan pintu kamar terkunci, meskipun orang tua dan adik perempuannya keluar ke suatu tempat. Dia membolak-balik batu di tangannya berulang-ulang, saat jemarinya menyentuh permukaannya, mengamati pusaran warna yang ada di bagian dalamnya.

Jari-jarinya sedikit gemetar ketika ia menemukan dua ujung dari pengaitnya, dan menaruh di lehernya. Dia tak yakin mengapa dia merasa gugup. Itu hanya hadiah konyol dari seorang pria tua konyol, yang mungkin pikun, atau paling tidak bingung akibat terhempas ke tanah. Tak ada yang terjadi ketika ia memakainya.

Kedua pengait bertemu, dan ketika ia menguncinya, ia merasakan sensasi kesemutan yang hampir tak terlihat mengalir melalui tubuhnya. Dia duduk dan menunggu, untuk menunggu sesuatu yang dia sendiri juga tak yakin. Dia tak merasa perbedaan apapun. Dia mengambil napas dalam-dalam. Tidak, tak ada apa-apa.

Dia tersenyum. Oh yah, dia juga tak menginginkan hadiah dari orang tua itu. Dan orang tua tampak menikmati memberikannya padanya, sehingga paling tidak ada sesuatu yang baik dari itu. Plus, ini adalah perhiasan yang indah, dan akan terlihat bagus di lehernya. Mungkin Jessica akan memperhatikan dia sekarang.

Mengingat tugas sekolahnya, ia melihat jam. Dia masih punya waktu untuk pergi ke perpustakaan sebelum tutup. Dia ingin melihat seperti apa kalung itu di lehernya, sehingga ia bangkit dan berjalan ke cermin meja rias. Pada awalnya, apa yang dia lihat tak masuk di otaknya.

Bingung, ia tahu ia melihat sesuatu yang aneh, tapi terlalu luar biasa untuk diproses. Dia menatap tercengang pada bayangan dicerminnya, atau lebih tepatnya, ketiadaan bayangannya. Karena, meskipun pakaiannya ada di sana, bergerak seolah-olah ada efek khusus aneh seperti di film, dirinya sama sekali tak terlihat.

Itu terlalu banyak untuk dipahami. Tertegun, ia mundur dari cermin hingga bagian belakang kakinya menabrak tempat tidur, dan dia duduk. Apakah ia tadi hanya lamunan apa yang telah dilihatnya? Dia yakin begitu. Karena apa yang telah dilihatnya itu tak mungkin terjadi.

Dia mengangkat tangannya di depan wajahnya. Yang dilihatnya adalah manset kemeja yang terbuka, tampak seolah-olah sesuatu berada di dalamnya, tapi tak ada di sana. Pikirannya melayang lagi, dan dia memejamkan mata. Tapi bukannya kegelapan, ia terus melihat lengan bajunya melambai di depan wajahnya. Pada beberapa titik yang hampir tak dipahami, itu masuk akal.

Panik, dia meraih pengaitnya, meraba-raba sejenak, dan dengan cepat melepas kalung itu, melemparkannya ke atas tempat tidur. Dia menutup matanya lagi, dan kali ini kegelapan datang. Ia menutupi wajah dengan tangannya, dan ia menahannya di sana sampai napasnya tenang, dan detak jantungnya berhenti berdebar keras di dadanya.

Pikirannya akhirnya bisa memproses apa yang telah dilihatnya.

Menghilang! Kalung itu membuatnya tak terlihat. Tapi bagaimana mungkin? Itu tak mungkin. Walaupun ia mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri, dia juga tahu apa yang telah dilihatnya.

Setelah guncangan itu mereda, ia perlahan mulai menyadari bahwa hal ini bukanlah sesuatu yang buruk.

Dia mengambil kalung itu lagi, dan kali ini jari-jarinya benar-benar gemetar. Dia kembali ke cermin, dan ia senang melihat bayangannya menatap ke arahnya. Memegang kalung pada kunci penjepitnya, ia sekali lagi memakainya di sekitar lehernya, menonton dirinya secara dekat di cermin.

Pada saat penjepit terhubung, tubuhnya menghilang dari pandangan.

Satu detik masih ada, dan detik berikutnya sudah menghilang.

Perasaan bingung datang kembali, tapi kali ini agak berkurang. Dan setelah menatap cermin untuk beberapa saat, ia bahkan berhasil tersenyum. Lalu senyumnya berubah menjadi seringai lebar.

Dia menghabiskan satu jam berikutnya di kamarnya bereksperimen dengan kemampuan barunya. Efeknya lebih mengejutkan ketika dia melepas semua pakaiannya, dan tak ada apapun ketika ia melihat ke cermin. Ia tertawa keras ketika ia mengangkat bola bisbol dari atas meja, dan menyaksikannya mengapung di sekitar ruangan, seolah-olah itu terikat tali.

Ia menemukan bungkusan setengah kosong cemilan di laci teratas, dan bereksperimen dengan makanan. Ia takut ia akan melihat makanan dikunyah meluncur ke tenggorokannya, tapi yang membuatnya lega, begitu dia meletakkan sekeping makanan itu dalam mulutnya dan menutup bibirnya, itu menghilang.

Dia masih sibuk memainkannya ketika ia mendengar ibunya pulang di lantai bawah rumahnya.

Dia membeku, tak yakin harus berbuat apa. Tapi dia menyadari hal ini akan menjadi ujian sempurna. Jika, untuk beberapa alasan, kalung itu hanya membuatnya berpikir bahwa ia tak terlihat, dan ternyata ibunya melihat dia, dia hanya akan melihat dia berdiri telanjang di kamarnya. Agak aneh, tapi tak terlalu buruk.

Dia bergerak sepelan mungkin, dan membuka pintu kamar tidurnya. Dia berpikir untuk duduk di tempat tidur, tapi menyadari berat badannya akan menciptakan lekukan aneh dalam kasur yang ibunya akan melihat. Jadi dia hanya berdiri di depan cermin, menunggu.

"Kyuhyun!" Teriak ibunya dari lantai bawah. "Apa kau dirumah?"

Dia tetap diam.

Ibunya datang naik ke lantai dua, dan tahu Ibunya akan memeriksa kamarnya untuk melihat apakah ia berada di sini dengan headphone terpasang.

Benar saja, beberapa detik kemudian kepalanya muncul melongok ke dalam kamar.

"Kyu-" ia mulai, tapi ketika dia melihat ruangan yang kosong, dia berhenti.

"Hah, aku berani bersumpah aku mendengar suara di sekitar sini. Oh yah, aku pasti sudah pikun." Kata ibunya saat ia berjalan ke kamar tidurnya sendiri.

Kyuhyun tersenyum lebar. Berhasil! Ibunya menatap kearahnya tapi tak melihatnya.

Setelah beberapa saat, ia mendengar shower di kamar mandi orangtuanya, dan mengambil kesempatan untuk berpakaian dan pergi ke luar, terlebih dulu memastikan untuk melepas kalungnya dan mengantongi di sakunya.

Dia tak bisa menahan senyumnya saat ia berjalan melalui komplek rumahnya. Menghilang! Semua orang pasti pernah bermimpi untuk bisa melakukan ini, kan? Pikirannya berpacu dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi.

.

.

.

Kyuhyun kembali ke rumah setengah jam kemudian, dan sedang berjalan di trotoar ketika ia mendengar seseorang memanggil namanya. Ternyata tetangganya Lee Sungmin, berdiri di pagar antara halaman rumah mereka, melambai padanya.

Sedikit kesal, ia mendekat untuk bicara dengannya. Sungmin, adalah gadis sebelah rumah. Mereka tinggal bertetangga seumur hidup mereka, dan telah bermain bersama saat balita. Tapi ketika dia menjadi sedikit lebih besar dan telah mencapai umur tertentu dan menganggap bermain dengan anak perempuan adalah 'menjengkelkan', Sungmin ia anggap jadi menyebalkan yang terus menerus akan mengganggu dia dan teman-temannya.

Sungmin selalu ingin bermain dengan mereka, dan akan mengikuti mereka di mana-mana.

Karena itu, mereka memperlakukannya dengan buruk, dan Kyuhyun bergabung dengan ikut menyakiti Sungmin juga. Tapi saat mereka bertambah besar dan masuk sekolah menengah atas, mereka menjadi teman lagi, meskipun ia masih menganggap dia sedikit mengganggu. Sungmin selalu berusaha untuk bicara dengannya, sama seperti yang dia lakukan sekarang.

Saat ia berjalan mendekat dan mendapat pandangan yang lebih baik dari dirinya, ia mengingatkan bahwa, seperti dirinya, Sungmin juga telah berubah selama beberapa tahun terakhir. Beberapa tahun yang lalu dia bertubuh kurus dan canggung, dengan rambut tebal yang sulit diatur pada tubuh kurusnya

Tapi sekarang tubuhnya sudah berisi, pinggul muncul yang mana dulu tak ada, diikuti dengan banyak lekuk feminin lain di tempat yang pas. Kyuhyun mengintip payudaranya yang terdorong keluar dari kemeja flanel saat ia membungkuk di pagar, ia yakin sudah lebih besar dari yang terakhir kali ia lihat. Tidak terlalu besar, tapi bulat indah.

"Hei, Sungmin," katanya saat tiba di pagar. "Sedang apa?"

"Tidak banyak, Kyuhyun," katanya tersenyum, "Hanya menyelesaikan beberapa pekerjaan di halaman sebelum orangtuaku pulang. Sedang sibuk apa sekarang?"

"Tidak banyak juga," jawabnya, "Mengerjakan satu tugas yang harus dikumpulkan minggu depan." Kyuhyun jelas tak bisa bilang padanya apa yang sebenarnya ia lakukan.

"Ada rencana untuk akhir pekan?" Tanyanya, dan Sungmin menekan lebih dekat pada pagar, dan Kyuhyun tak bisa menahan untuk menatap ke bawah dan melihat dengan jarak dekat pada payudaranya.

"Eh ... tidak juga," kata Kyuhyun, sedikit malu saat ia menatap ke atas dan tahu Sungmin telah memergokinya memeriksa tubuhnya. Tapi dia sepertinya terlihat tak keberatan. Bahkan, dia tampak semakin senang. "Pergi berkumpul dengan beberapa teman," lanjutnya. Dia mungkin akan melakukan sesuatu dengan sahabatnya Donghae, tetapi dia belajar untuk tak menyebutkan nama Donghae padanya.

"Mungkin kita bisa berkumpul bersama dan berbicara tentang kabar masing-masing," katanya penuh harap.

"Berbicara?" Jawabnya.

"Kau tahu," katanya, "bicara tentang apa yang telah kita lakukan, dan bicara tentang hal-hal yang menyenangkan yang biasa kita lakukan."

Sebuah kenangan berkelebat dalam pikiran Kyuhyun. Suatu hari ia dan teman-temannya keluar naik sepeda, dan Sungmin mengikuti mereka ke mana-mana. Mereka mencoba agar dia ketinggalan, tapi Sungmin sama cepatnya dengan mereka.

Akhirnya, Kyuhyun berhenti, turun dari sepeda, berjalan ke arah Sungmin yang duduk di sepedanya, dan mendorongnya dengan kasar. Sepedanya ambruk, Sungmin jatuh bersama dengan sepedanya, dan ia mendarat keras di tanah. "Pulanglah!" Dia berteriak, "Kami tidak ingin kau bersama kami." Dia dan teman-temannya pergi, tertawa dan mengabaikan tangisnya.

"Hal menyenangkan yang biasa kita lakukan?" Kata Kyuhyun, merasa malu.

"Ya, seperti waktu kita pergi ke sungai di hutan, dan menangkap berudu?"

"Ya, aku ingat," kata Kyuhyun, berpikir keras. Itu sebelum Sungmin menjadi gangguan.

"Dan aku tak bisa menangkap satupun, jadi kau yang menangkapkannya untukku?"

Dia tersenyum. "Ya, kau takut pada berudu."

"Aku tidak takut," kata Kyuhyun, pura-pura marah. "Mereka menggeliat-geliat terus untuk bisa dipegang."

"Yah, ok. Terserah apa katamu." Katanya, masih tersenyum. "Lihat kan?" Katanya, "Inilah sebabnya mengapa kita harus berbicara. Jadi aku bisa menjernihkan kesalahpahaman seperti ini yang kau punya tentangku." Mata foxy-nya berkilauan saat ia tersenyum.

"Ok Sungmin, kita akan keluar bersama." Terpikir oleh Kyuhyun, ia mungkin menikmatinya lebih dari yang awalnya ia kira.

"Bagus. Sekarang aku harus menyelesaikan halaman ini dan mandi sebelum tidur."

"Ok." Kyuhyun tak tahan mengintip sekali lagi bagaimana payudaranya menekan kencang kancing bajunya sebelum mundur dari pagar. "Sampai nanti, Sungmin."

"Sampai nanti, Kyuhyun." Dia memberi lambaian selamat tinggal.

Kyuhyun berbalik kembali menuju rumahnya, dan saat ia berjalan, ia menemukan dirinya berpikir tentang kata-kata terakhir Sungmin. Gadis ini, yang telah jadi teman bermainnya, temannya, musuhnya, dan sekarang temannya lagi, belum pernah sekalipun menjadi subyek fantasi seksualnya.

Tapi sekarang, yang bisa ia pikirkan hanyalah bagaimana tubuh Sungmin terlihat ketika di kamar mandi, penuh sabun dan licin. Dia membayangkan tangan Sungmin meluncur di atas kulitnya, mencuci keringat dari tubuhnya sehabis membersihkan halaman.

Kyuhyun berharap dapat menonton Sungmin melakukan itu. Mengawasinya membersihkan tubuhnya yang telanjang, sekarang semua berlekuk dan menonjol di tempat yang tepat. Jadi sangat berbeda dengan apa yang dulu ia lihat. Dia berharap ia bisa melihatnya ...

Dia ingat kemampuan barunya. Tentu saja! Dia berbalik kembali ke arah Sungmin, yang telah melanjutkan pekerjaannya, dan mengawasinya.

Dia pikir dia mungkin bisa melihat lebih banyak dari tubuh Sungmin segera.

Dia bergegas masuk ke rumahnya, mengatakan halo kepada ibunya, dan mengatakan ia akan ke kamarnya untuk belajar. Ketika ia sampai di sana, ia menanggalkan semua pakaiannya, lalu memasang kalung itu di lehernya. Dia memeriksa cermin untuk memverifikasi apakah itu masih bekerja, dan senang bayangannya sudah tak ada.

Dia keluar dengan diam-diam ke lorong, menutup pintu, dan bergerak menuruni tangga. Ibunya sedang sibuk di dapur, dan ia mampu keluar dari pintu belakang tanpa diketahui.

Aneh rasanya berada di luar rumah dan telanjang, dan ia tak ingat kapan terakhir ia melakukannya.

Saat ia berjalan menuju pagar antara halaman belakang, ia bisa melihat bekas kakinya yang telanjang sedang membuat cekungan di rumput. Dia yakin jika seseorang ada sekitar situ, mereka akan mengetahuinya. Melompati pagar dengan mudah, ia berjalan ke pintu belakang rumah Sungmin. Saat ia sampai di sana, Sungmin muncul di sudut rumahnya, membawa sapu dan tempat sampah, dan menuju halaman belakang gudang rumahnya.

Ketika Sungmin menghilang ke gudang, Kyuhyun mengambil kesempatan untuk membuka pintu belakang dan menyelinap ke dalam, menutup dengan pelan-pelan di belakangnya. Ia sudah berada di rumah ini sering sekali ketika ia masih anak-anak, dan tahu semua ruangan di rumah itu. Kamar Sungmin ada di lantai atas di ujung lorong, dan ia berlari ke tangga dengan mengambil dua langkah sekaligus.

Kyuhyun baru saja mencapai kamarnya ketika ia mendengar Sungmin datang di lantai bawah. Dia segera mencari-cari tempat yang aman untuk berdiri, tempat di mana Sungmin tak akan bertubrukan dengannya secara tak sengaja. Di kaki tempat tidurnya ada meja rias dengan cermin, dan di samping itu adalah lampu lantai yang tinggi. Di antara kedua benda itu ada cukup ruang baginya untuk berdiri. Dia pindah ke tempat itu, dan mendengarkan suara yang datang dari bawah, hampir tenggelam oleh suara detak jantungnya berdentum keras di telinganya.

Dia mencoba menenangkan napasnya, berharap Sungmin jangan keburu masuk, karena ia yakin Sungmin akan mendengar dia. Lega, ia mendengarnya bergerak di dalam dapur, dan ia mampu mengambil napas panjang dan menyesuaikan dirinya sendiri sebelum ia mendengar langkah kaki Sungmin menaiki tangga.

Ketika Sungmin muncul di ambang pintu, jantungnya mulai berpacu lagi.

Sungmin masih seperti ketika dia ada di halaman, kecuali sekarang dia sedang memegang segelas jus jeruk. Dia meminumnya, dan meletakkannya di meja kecil di samping tempat tidurnya.

Dia tak yakin apa yang akan terjadi berikutnya, tapi Sungmin tak membuang-buang waktu sebelum mulai membuka pakaiannya.

Menginjak bagian belakang sepatu dengan kaki yang lain, dia menarik tumit keluar dan menendang sepatunya ke pojok, kemudian mengulangi tindakan serupa pada kaki yang lain. Kyuhyun senang dia tak memilih sudut itu untuk berdiri.

Tangan Sungmin turun ke kancing celana jeans-nya, membuka kancing itu, menarik ritsleting, dan mendorongnya ke bawah pahanya, membungkuk ketika jeans-nya sampai di lutut.

Kyuhyun bisa melihat celana dalam putih muncul mengintip di bagian bawah bajunya saat Sungmin membungkuk.

Sungmin melangkah keluar satu kaki dari jeans-nya dan kemudian yang lain, dan melemparkan celana jeans itu ke sudut di atas sepatu. Kyuhyun tersenyum. Setidaknya Sungmin bukan orang yang terlalu rapi. Kaus kaki adalah berikutnya.

Langkah selanjutnya mengejutkan Kyuhyun. Sungmin berjalan mendekat sampai ia berada tepat di depannya, dan menyalakan lampu dimana ia berdiri di sampingnya. Ketika tangan Sungmin menggapai saklar, hanya beberapa inci dari bahunya. Lebih dekat lagi dan Sungmin akan menyentuhnya.

Sungmin pindah ke bagian depan meja riasnya, dan melihat dirinya di cermin saat jari-jarinya melepas kancing bajunya, membukanya satu per satu. Sungmin berdiri kurang dari empat meter dari dia, dan Kyuhyun menyaksikan dengan saksama. Ketika kancing terakhir dibuka, kemejanya sebagian terbuka dan dia bisa melihat bagian tengah branya, juga putih, dan terisi penuh oleh payudaranya.

Matanya terfokus pada kulit halus di bagian atas tali bra-nya, dan bagaimana lengkungan lembut membengkak ke atas dari kekangan ketat di bawahnya.

Matanya menatap ke bawah, di atas hamparan datar perutnya. Kejantanan Kyuhyun mengeras.

Sungmin melihat dirinya sendiri di cermin, seperti kebanyakan orang lakukan ketika mereka sendirian. Akan melakukan berbagai bentuk ekspresi wajah, dia menoleh bolak-balik untuk setiap sisi. Tangannya keatas dan dia menyisir rambut dengan jari-jarinya, menjauhkan dari wajahnya.

Kyuhyun menyukai bentuk payudaranya. Ini bukan gadis yang dulu pernah menangkap berudu bersama, dan tentu saja bukan lagi 'gangguan' yang pernah ia perlakukan dengan kejam. Ini adalah seorang wanita, dan ia terpesona dengan bagaimana Sungmin telah berubah ketika Kyuhyun lama tak melihatnya.

Dengan sentuhan cepat dari pengait di antara payudaranya, bra itu terbuka dan terlihat didepannya. Sungmin dengan cekatan melepas bra dan melemparkannya pergi, dan payudaranya bergoyang lembut oleh gerakan itu.

Kyuhyun hampir saja mengeluarkan suara saat ia mengambil napas. Itu terlihat luar biasa. Dia telah melihat gambar wanita telanjang sebelumnya, tapi ini adalah pertama kalinya ia pernah sedekat ini dengan payudara telanjang yang asli. Penuh dan bulat, ia ingin menjangkau dan menyentuhnya. Sungmin berada cukup dekat sehingga akan mudah melakukannya.

Sungmin dengan cepat berpaling, mengaitkan ibu jarinya di sisi celana dalamnya, dan menurunkan mereka ke bawah pinggulnya, sedikit membungkuk. Dan kemudian dia meluruskan tubuhnya lagi, membiarkan celana dalamnya jatuh di kakinya. Dengan gerakan yang terlatih, celana dalamnya ditendang dan bergabung dengan teman-teman mereka di pojok kamar.

Berjalan menuju pintu, Sungmin mengambil jubah merah muda dari gantungan di bagian belakang, dan menghilang ke lorong. Beberapa detik kemudian dia mendengar pintu lain ditutup. Itu terjadi begitu cepat, Kyuhyun tak mendapatkan kesempatan yang baik untuk melihat pantat Sungmin saat dia berjalan pergi.

Kyuhyun mendengar air mengalir, dan menganggap itu adalah dari shower. Dia berpikir tentang fantasinya untuk melihat tubuh Sungmin yang penuh sabun, tapi tak tahu apakah itu mungkin sekarang. Sungmin mungkin telah mengunci pintu kamar mandi, Kyuhyun tak yakin ia ingin mengambil risiko mencoba untuk membukanya sementara Sungmin berada di sana.

Kyuhyun memutuskan dia akan menunggu di sini sampai Sungmin kembali.

Karena, Sungmin tak membawa pakaian apapun ketika keluar, selain jubah, dan ia harus kembali ke kamarnya setelah dia selesai mandi.

Mengambil kesempatan itu, Kyuhyun memutuskan untuk memeriksa kamar Sungmin. Meninggalkan tempat persembunyiannya, satu telinganya terus mendengarkan suara di kamar mandi saat ia melihat sekeliling.

Ia berada di ruangan ini beberapa kali sebelumnya, kembali ketika mereka masih kecil. Mereka menghabiskan banyak waktu berbaring di lantai di samping tempat tidurnya bermain permainan papan dan kartu. Suatu kali mereka membangun tenda di tempat tidur menggunakan selimut dan dua sapu, dan berpura-pura mereka berkemah di hutan.

Ketika menjadi terlalu pengap di bawah tenda, mereka menjulurkan kepala keluar untuk menghirup udara segar, berbaring berdampingan telungkup dengan tangan mereka memeluk satu sama lain.

Kyuhyun tersenyum mengingatnya. Ada banyak lagi. Sungmin benar dengan mengatakan mereka harus berbicara untuk tanya kabar masing-masing.

Kyuhyun membuat keputusan untuk mencoba menghabiskan waktu dengannya akhir pekan ini. Meskipun, ia tak yakin ia bisa menghadapi dia sekarang setelah melihatnya telanjang.

Sebuah bingkai foto di dinding menarik perhatiannya. Itu adalah bingkai kolase, dengan berbagai ukuran foto di dalamnya. Dia berjalan mendekat dan melihatnya dengan seksama. Itu merupakan foto-foto Sungmin, diambil di berbagai usia.

Foto berikutnya membuatnya tersenyum. Itu adalah foto kami berdua, duduk berdampingan di ayunan yang masih ada di halaman belakang rumahnya, sekarang berkarat dan tak terpakai. Kami sekitar umur delapan pada saat itu, keduanya berpakaian seperti bajak laut. Atau, lebih tepatnya, bagaimana mereka berpikir bajak laut akan berpakaian. Mereka memakai bandana hitam, dengan penutup mata terbuat dari karton dan tali, dan mereka telah menggunakan make-up ibu Sungmin untuk membuat jenggot palsu.

Dia begitu asyik dalam kenangannya, ia tak mendengar air telah dimatikan. Dia terkejut dengan suara pintu kamar mandi terbuka, dan hampir menjadi panik. Tapi dia bergerak cepat kembali ke tempat kedudukannya semula, tepat pada waktunya saat Sungmin kembali memasuki kamarnya, menutup pintu di belakangnya. Sekali lagi, ia harus menenangkan napasnya sehingga Sungmin tidak akan bisa mendengarnya.

.

.

.

TBC

.

.

.

Halo ^^

Aku bawa ff baru. Kira-kira udah ada yang pernah me-remake ini ke pairing KyuMin belum ya? Tolong infonya… Terima kasih ^^