| HUNHAN | DARK & GOLD | CHAPTER 1 |

Author : LarasAfrilia1771

Genre : Drama, Angst, Tragedy, YAOI, Romance

Cast : Lu Han

Oh Sehun

Wu Yifan

Park Chanyeol

.

A/N : Judul FF ini terispirasi dari salah satu iklan kesukaan saya. Cerita milik saya almiah, buka remake apalagi jiplak punya orang. Tanpa ada unsur menjelek - jelekkan tokoh saya ciptakan ff ini (?) Juga Luhan punya keluarganya semua member juga kecuali sehun yang mutlak punya saya bhaqq ^o^

.

.

Summary

Setiap orangtua pasti ingin anaknya menjadi penerus keluarga. Orangtua yang berpangkat jendral dengan kekayaan berlimpah tak menjamin keinginannya pada Luhan sang anak bungsu. Luhan terlahir dengan figur yang berbeda dari keluarga kemiliteran Choi. Lemah lembut, penyayang juga cantik meski Luhan seorang namja. Keluarga Choi menjadi khawatir akan hal itu, mereka takut Luhan akan diperebutkan oleh siapapun yang menginginkannya.

.

.

.

.

.

_D&G_

Untuk kesekian kalinya Luhan hanya bisa terdiam menatap barisan yang nampak rapi disana. Pakaian tentara dengan segala perlengkapnya membuat siapapun yang memakainya terlihat gagah dan berani. Impian yang sangat diinginkan oleh para namja ini membuat dirinya menghembuskan napas berat, ia tak diperbolehkan melakukan apa yang tengah ia lihat sekarang. Menjadi bagian pertahanan negara dengan maksud mengabdikan diri untuk negara. Ia sesungguhnya sangat ingin seperti sang appa yang telah berpangkatkan panglima, namun ia rasa mustahil karena sekeras apapun ia berusaha Luhan tak akan bisa seperti mereka.

"Sayang, kau nampak serius sekali"

Itu suara sang appa, Choi Siwon yang kini tengah menghampiri sang anak yang nampak menatap ke arah lapangan. Siwon menghampirinya, menyuruh Luhan untuk kembali ke ruangan mengingat cuaca disini sangat terik dan ia takut sang anak akan sakit.

"Disana panas sayang, ayo kita kembali ke ruangan" Luhan menurut mengikuti kemana sang appa membawanya. Kalian mungkin bertanya kenapa Luhan bisa berada di tempat seperti, sebuah bangunan yang khusus dirancang untuk kemiliteran. Jelas Luhan bukan bagian dari para prajurit disana namun namja cantik ini adalah seorang anak panglima, jadi tak heran ia akan mudah untuk berada di wililayah ini.

"Besok kau terapi bersama hyungmu ya, appa tak bisa mengantarmu karena ada pertemuan" Ucapan sang appa membuatnya mengangguk. Luhan sebenarnya kesal dengan dirinya sendiri, mengingat appanya akan sangat bangga jika ia masuk ke lembaga ini sebagai prajurit bahkan jendral sekalipun. Namun penyakit sialan yang menggerogoti tubuh Luhan membuat namja cantik itu dibatasi, entah dari segi aktifitas, kebutuhan hidup, sekolah dan sebagainya. Ia ingin seperti hyungnya yang telah resmi menjadi bagian di lembaga ini. Yifan tengah memilik seragam kebesarannya yang nampak sangat gagah, meski pangkatnya belum setinggi appanya.

"Memangnya Yifan tak bekerja appa?" tanyanya.

"Ia bisa izin sebentar sayang"

Atas semua penuturan sang appa, Luhan merasa tidak enak harus selalu bergantung pada seseorang terus menerus. Ini memang bukan keinginannya, namun ia merasa kesal karena tak dapat melakukan sesuatu dengan tangannya sendiri. Berpikir jika selama ini ia hanya bisa merepotkan saja di keluarga Choi.

.

.

"Kita harus melakukan operasi secepatnya. Mengingat daya tahan tubuh Luhan tak dapat melawan apapun penyakit yang ada pada tubuhnya, dan kami takut jika operasi ini tak dilakukan dengan cepat akan menimbulkan penyakit lain yang akan meyerang tubuh Luhan nantinya"

Yifan mengangguk saat mendengar penuturan sang dokter tadi. Demi sang adik Wufan menginginkan yang terbaik untuknya termasuk ini.

"Lakukan yang terbaik untuk adik saya dok"

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin"

Sudah cukup ia melihat adiknya menderita dengan penyakit yang telah diidapnya bertahun – tahun. Kakak mana yang mau melihat sang adik tersiksa seperti itu dan Yifan akan berusaha membuat adiknya sembuh dengan cara operasi ini.

Luhan terbaring di ranjang dengan infus yang menancap di punggung tangannya. Ia tahu itu sakit, namun setiap kali Luhan melakukan terapi ini, kondisi Luhan langsung menurun karena daya kerja jantungnya yang lemah. Maka dari itu dokter menyarankan untuk Luhan melakukan transplantasi jantung untuk mencegah kemungkinan buruk lainnya.

Perlahan mata rusa itu kembali terbuka, mengerjap perlahan hingga terbuka sempurna. Yifan tersenyum tak kala sang adik telah sadar sepenuhnya.

"Merasa baikan?"

Namja cantik itu mengangguk, mencoba untuk bangkit dari posisi. Selalu saja seperti ini jika ia melakukan terapi, meski hanya melakukan beberapa pergerakan kecil ia langsung saja pinsan. Luhan meruntuki penyakitnya sendiri, merasa semakin hari tubuh ini tak dapat dipergunakan dengan baik.

"-Kau akan menjalan operasi minggu depan Lu, demi kesembuhanmu"

Sejujurnya Luhan sangat takut untuk melakukan itu. Menbayangkan pisau tajam yang merobek perutnya hingga dokter bermasker membuatnya bergidik ngeri. Luhan selalu menghindari itu semua, namun ia masih ingin hidup lebih lama dan melakukan banyak aktifitas yang ia mau.

"Tapi bagaiman dengan pendonornya?" tanya Luhan.

"Mereka akan usahakan itu, yang terpenting kau jangan takut semua akan baik – baik saja"

Untuk sekian kalinya Luhan merasakan dejavu. Bukan kali pertamanya ia melakukan operasi, lebih dari tiga kali dan hasilnya selalu sama. Ia berpikir jika transplantasi jantung adalah langkah akhir untuk kesembuhan dirinya, atau mungkin akhir dari hidupnya.

"Ini akan berhasil percayalah"

.

.

_D&G_

"Chanyeol, aku ingin membeli bubble tea dulu"

"Baiklah"

Mobil itu diparkirkan di sekitar pekarangan kedai bubble tea langganan Luhan. Kedai kecil disisi kota dengan tampilan yang sangat unik, membuat Luhan selalu memuji jika berkunjung ke tempat ini.

"Kau ingin turun Chanyeol?" tanya Luhan.

"Ku kira yang akan membelikannya" balasnya, menatap Luhan yang telah membuka pintu mobil.

"Tidak, aku ingin kedalam ayo temani aku"

Chanyeol tak bisa mengelak atas ajakan majikannya. Berjalan dibelakang Luhan tak kala mereka mulai masuk ke dalam kedai. Luhan berlari ke arah tempat pemesanan, membuat sang pemilik -Nyonya Jung- tersenyum tak kala melihat pelanggan cantiknya disana.

Berbicara tentang Chanyeol. Namja tinggi itu merupakan supir pribadi Luhan. Sudah hampir satu tahun ia bekerja di keluarga Choi, dan setahun sudah ia memendam rasanya pasa sang majikan. Park Chanyeol nama lengkapnya, berasal dari keluarga broken home dan statusnya sekarang adalah seorang mahasiswa yang menjabat sebagai supir pribadi Luhan. Ia hidup sendiri setelah orangtuanya bercerai, dan tak memilih untuk hidup dengan salah satu dari keduanya. Namja tinggi tersebut lebih memilih hidup sendiri di sebuah apathemen yang sebelumnya telah dibeli dari uang tabungan. Hingga Siwon memintanya untuk menjadi supir pribadi sang anak bungsu. Tak terpikir alasan Siwon memilih dirinya dan entah dari mana namja berpangkat jendral itu tiba – tiba merekrut dan mempekerjakan dirinya sebagai supir pribadi dengan bayaran yang cukup tinggi.

"Aku pesan bubbletea kesukaanku dan-" Nyonya Jung menulis pesanan tersebut dan Luhan menoleh ke arah Chanyeol yang masih setia membuntutinya "-Kau ingin pesan apa?" Chanyeol nampak berpikir, sebelum pilihannya tertuju pada dark coklat kesukaannya.

"Dark coklat saja"

"-Dan satu Dark coklat"

.

Mereka duduk di sisi yang disana terdapat dua kursi dengan satu meja persegi. Luhan meminum bubbletea dengan semangat, menunjukkan ekspresi lucunya saat mulut itu tengah mengunyah bola – bola di minuman tersebut.

Chanyeol menyesap minumannya tenang, melirik ke arah majikan yang nampak sangat menggemaskan dihadapannya.

"Bukankah appamu sudah melarang untuk membeli minuman itu" ujar Chanyeol, kembali menyesap minumannya. "Hanya sekali saja, sebelum aku benar – benar tidak diperbolehkan lagi setelah operasi" Ujar namja cantik tersebut, seraya menatap ke luar jendela besar disebelah.

"Operasi? Kau akan melakukannya lagi?"

"Dokter bilang ini operasi terakhir, jika tak berhasil juga nyawaku adalah jaminannya" Luhan berseru lirih, menatap minumannya yang telah habis itu sebelum tangannya menyangga kepala yang ia tundukkan dimeja.

"Hey jangan takut, operasi tak semenyeramkan itu lagipula aku pun pernah melakukannya"

Luhan menengadah, dengan lelehan airmata yang telah membasahi sebagian wajahnya. Membuat Chanyeol khawatir dan segera mengambil tissue lalu membersihkan wajah Luhan.

"Memangnya kau pernah melakukan operasi apa?"

"Usus buntu" Telak Chanyeol saat itu, membuat Luhan semakin menangis dihadapannya. Chanyeol tak bohong tentang itu, ia pernah melakukan operasi usus buntu saat dirinya menginjak umur lima belas tahun.

"-Ususku di potong beberapa centi. Itu terdengar mengerikan tapi buktinya aku baik – baik saja"

"Dan jantungku harus dibuang, digantikan dengan milik orang lain. Lebih seram yang mana?"

Luhan berujar dengan sedikit meninggikan ucapannya pada Chanyeol, bisa dikatakan teriak. Membuat orang – orang disekitarnya menoleh ke arah mereka.

Wajah Luhan menjadi murung meski ia tak menangis lagi. Chanyeol mengubah posisinya, berdiri disebelah sang majikan dan mengajaknya untuk pergi dari kedai ini. Mereka harus segera kembali sebelum tuan Choi marah karena anak bungsunya terlambat pulang.

"Ayo kita pulang"

.

.

Keesokan harinya Luhan harus kembali untuk bersekolah, atau lebih tepatnya homeschooling. Bersama dengan guru pribadinya Luhan melakukan proses pembelajaran dengan baik. Dulu ia pernah disekolahkan di sekolah umum, namun seiring berjalannya waktu keluarga Choi tak memperbolehkan itu lagi. Pertama, mengingat kondisi Luhan yang semakin memburuk dan keluarga Choi tak mau anak bungsunya kenapa – napa.

"Buka buku halaman 206" Perintah sang guru pribadinya memulai pembelajaran sekarang. Mereka tengah berada di kamar besar milik Luhan. Namja cantik itu memilih tempat ini karena menurutnya tempat paling nyaman adalah kamarnya sendiri.

"Limit Fungsi trigonometri? Aku benci ini Sehun" Luhan mengeluh, menjauhkan buku itu dari hadapannya.

"Ini akan mudah percayalah" Balas Sehun dengan santai.

Berbicara tentang Oh Sehun, kalian pasti tak menyangka dengan guru pribadi Luhan yang satu ini. Oh Sehun adalah seorang mahasiswa di salah satu pergurusan tinggi ternama Korea Selatan. Masih muda dengan segudang prestasi yang ia dapatkan dalam mengikuti berbagai macam perlombaan. Untuk pertanyaan kenapa Sehun tak mencari pekerjaan lain yang lebih menguntungkan baginya, dan jawabannya adalah tak terdefinisi. Keluarga Choi mendatangi dirinya saat sedang melakukan perkuliahan di kampus. Sehun jelas bukan dari kalangan rendahan, ia pengusaha muda dengan segala aktifitas padat yang dilakukan. Namun entah karena apa ia menyetujui ajakan keluarga Choi terutama sang panglima Choi Siwon. Mungkin karena anak bungsunya ia menyanggupi ajakan tersebut.

"-Ini akan mudah jika kau paham OK, sekarang ambil kembali buku itu kita akan belajar sekarang"

Luhan menurut, mengambil kembali buku itu dan Sehun yang menjelaskan materi tersebut. Namja cantik itu terdiam sesaat ketika dirasa Sehun mengubah fokusnya yang sedari tadi melihat buku. Kacamata yang sedikit merosot ke bawah dengan helayan rambut yang menjuntai tanpa kesengajaan. Ia baru memungkiri untuk seorang guru pribadi yang sangat menggoda dihadapannya. Sehun seperti coklat kesukaannya, menggoda dirinya untuk lebih dari sekedar menatap.

"Luhan, hey kau melamun"

Luhan terperangah, salah tingkah dengan kelakuan bodohnya. Menyebalkan sekali harus berujung seperti ini, ia berpikir jika Sehun menangkap basah dirinya yang sedang menatap tanpa berkedip kearahnya.

"-Kenapa Lu, kau merasa sakit?"

"Tidak, ayo kita lanjutkan"

Ia tak mau membahas ini lebih lanjut. Intinya ia tak merasakan keluhan apapun dengan penyakitnya. Luhan berpikir jika Sehun terlalu menggodanya dengan penampilan juga tingkah lakunya, membuat seorang anak bungsu dari kuarga Choi menjadi tak fokus belajar.

.

Akhirnya sesi belajarpun selesai. Mereka duduk saling berhadapan di meja itu, tanpa duduk di kursi dan mereka melakukan itu beralaskan permadani saja. Sehun mencoba untuk membereskan buku – bukunya kedalam tas, bersiap bergegas untuk pulang.

"Kau ingin pulang?" tanya Luhan, menatap pergerakan Sehun yang tiba – tiba terhenti. Sehun mengangguk, menutup resleting tasnya dan menaruh benda itu disisi. Ia yakin Luhan akan meminta dirinya untuk tidak pulang terlebih dahulu.

"Jangan dulu, karena ada banyak pertanyaan yang akan ku berikan kepadamu" ucapnya dengan nada yang agak lirih, Luhan belum ingin ditinggal oleh guru pribadinya sekarang.

"Tanyakan saja"

Luhan menimang – nimang pertanyaan apa yang akan ia berikan pada Sehun. Lebih tepatnya ia hanya ingin curhat saja pada seseorang karena appa juga hyungnya selalu sibuk. Untuk eommanya, jangan ada yang bertanya lagi karena setelah melahirkan Luhan beliau meninggal karena kehabisan darah.

"Jika kau terlahir sepertiku, kau akan melakukan apa?"

"Apakah itu pertanyaan untukku?"

Luhan gemas, menyuruh Sehun untuk segera menjawab tanpa mempermainkannya.

"-Jika aku jadi kau. Aku ingin seperti appamu, punya pangkat panglima mungkin suatu kebanggaan" Luhan mengangguk setuju, memang suatu kebanggaan jika menjadi penerus keluarga seperti apa yang dikatakan Sehun. "Yifan akan seperti appa nantinya, sedangkan aku uhh jangankan lari sepuluh putaran keliling lapangan, setengah saja aku sudah pinsan ditempat" Sehun terkikik karenanya sedangkan Luhan memasang wajah sedihnya.

"Jalah hidup manusia berbeda – beda Lu, kau jangan sedih seperti itu. Bukankah kau akan melakukan operasi minggu depan?"

"Ya, dan sebenarnya aku takut sekali"

Sehun tersenyum samar menatap perubahan mimik Luhan. Dengan berani Sehun menghampirinya, menenangkan sang majikan seraya mengelus bahunya. Luhan terdiam saat tangan Sehun mulai menyentuh bahu itu.

"Jangan takut, semua akan baik – baik saja"

Luhan secara tiba – tiba memeluk tubuh tegap itu. Menyamankan posisinya didalam dekapan sang guru pribadi. Ia sedari tadi ingin memeluk seseorang yang mampu menenangkannya dari segala keluhan. Sehun membalas pelukan itu, mengelus punggung sempit majikannya seraya menenangkan. Sudah hampir satu tahun Sehun menjadi guru pribadi Luhan, dan sudah hampir satu tahun juga ia merasakan perasaan aneh pada sang majikan.

"Yifan juga mengatakan jika itu akan baik – baik saja, tapi aku tak yakin" Ucapa Luhan masih berada id pelukan Sehun.

"Semuanya akan baik – baik saja Lu, percayalah"

.

.

.

_D&G_

Setelah melakukan banyak pemeriksaan untuk Luhan. Akhirnya waktu yang ditunggu – tunggu telah datang. Luhan akan menjalankan operasi pencangkokan jatung hari ini dan sebelumnya telah ada pendonor jantung yang dibayar mahal oleh keluarga Choi.

Keluarga Choi sudah berada di ruangan rawat Luhan. Menunggu intrupsi dokter untuk segera menuju ke ruang operasi. Perasaan Luhan tak karuan, antara takut dan bimbang. Takut karena jika operasi ini gagal kesempatan Luhan untuk hidup lama akan pupus dan Luhan bimbang atas semua usaha yang telah dilakukan sejauh ini.

"Kau tak perlu tegang , rileks OK kami akan selalu beradi disampingmu"

Luhan tak dapat untuk sekedar membalas ucapan appanya. Ia sangat tegang untuk melakukan ini, namun jika ia tak melakukan pencangkokan jantung, Luhan tak menjamin untuk hidupnya sendiri.

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya sang dokter juga beberapa perawat membawa Luhan menuju ruang operasi. Hawa aneh yang menelungkupi membuat bulu kudunya meremang, taku akan segala fantasinya di sebuah ruangan kedap berbau alkohol.

Ranjangnya didorong secara perlahan menuju ruang operasi. Diiringi oleh appa juga Yifan hyung yang selalu memberikannya semangat.

"Kami menyayangimu, berjuanglah"

Samar – samar Luhan mendengar ucapan itu sebelum ia benar – benar masuk kedalam. Merasa jantungnya mulai memompa tak karuan. Dan pada akhirnya Luhan hanya bisa pasrah. Menatap kearah lampu yang terang diatas kepalanya. Mencium aroma jeruk yang menguar entah dari mana, hingga dirasa seseorang memasangkannya alat bantu pernapasan dan membuatnya perlahan menutup matanya, terlelap akan obat bius tersebut.

.

.

Siwon bersama Yifan terduduk di kursi tunggu ruang operasi. Mereka harap – harap cemas dengan operasi yang akan dilakukan, mengingat ini bukanlah operasi kecil. Siwon ingin anak bungsunya sembuh, cukup untuk kehilangan istri yang sangat dicintainya tidak dengan Luhan.

Chanyeol yang berada disana hanya bisa berdoa dalam hati untuk keselamatan Luhan. Menatap bagaimana rasa sayang keluarga Choi terhadapa Luhan membuat dirinya teriris melihatnya. Dimana keluarganya yang pecah hingga sekarang tak ada kabar sedikitpun.

1 jam...

2 jam...

3 jam...

4 jam...

SREKKK

Pintu ruang operasi terbuka, menampilkan seorang dokter yang keluar dari sana. Semuanya menghampiri kearah dokter itu, ingin memastikan kondisi Luhan.

"Operasi berhasil, pasien akan segera dipindahkan ke ruang rawat" Ujar dokter tersebut, membuat Siwon tak dapat menyembunyikan wajah terharunya hingga menitihkan air mata. Ia sangat menyayangi Luhan. Usaha sang anak tak sia – sia untuk memperjuangkan hidupnya, dan inilah hasil terbaik yang diberikan tuhan kepadanya.

.

.

_D&G_

"Kondisinya belum pulih total meski transplantasi jantungnya berhasil. Butuh enam sampai delapan minggu untung menyatukan tulangnya" Ujar namja tinggi yang tengah duduk dengan santai di sofa ruangan yang cukup besar itu. Menyesap minuman kalengnya perlahan sebelum seseorang lain berucap.

"Cukup lama, padahal aku ingin segera membawanya. Kau tau bukan, jika si cantik itu sangat menakjubkan. Seperti perpaduan emas dan coklat"

"Mewah dan menggoda, aku setuju dan kita harus berbagi dengan itu"

Percakapan antara kedua namja tampan tersebut membuat suatu tanda tanya besar. Kata kuncinya adalah cantik, mewah dan menggoda. Jelas ini adalah sesosok manusia pujaan mereka, sehingga mereka tak sabar untuk segera membawanya kesini.

"Apa kita perlu membawanya secara paksa?" tanya namja pucat tersebut, membuka macam – macam buku di meja hanya untuk sekedar melihat isi tak berniat membaca.

"Tunggulah sebentar, satu dua minggu mungkin. Dokter belum mengizinkan untuk sekedar bangun dari baringnya, mengingat ini operasi besar aku takut si cantik kesakitan"

"Baiklah, lagipula kita harus sediakan ruangan istimewa untuknya. Aisshh aku sudah sangat tidak sabar untuk memilikinya"

"Aku juga bung"

Mereka kembali berbincang kala itu. Mengutarakan rencana yang akan mereka lakukan untuk nanti. Kedua namja itu sepakat untuk menculik seseorang yang telah membuatnya kualahan saat berada di dekat sosok itu. Mereka harus bisa berbagi dengan ini, ketertarikan mereka sama dan itu semua harus mereka tanggung nantinya. Berbagi untuk saling memiliki.

.

.

Hampir seminggi setelah melakukan operasinya, Luhan telah tersadar atas komanya yang hampir beberapa hari. Ia tersadar, meski memorynya masih remang untuk mengingat sesuatu ke belakang. Lagi ia menerwang ke setiap penjuru ruangan, tak mendapati seorangpun disana membuatnya bertanya untuk ini. Tubuhnya masih susah untuk sekedar mengubah posisi, terutama di bajian sekitar dadanya.

CKLEKK

Pintu ruangan terbuka, menampilkan seseorang berkaca mata yang kini mulai mendekati ke aarah ranjangnya. Luhan berpikir sejenak sebelum memorynya menangkap jika seseorang itu adalah Sehun guru pribadinya.

"Hai Luhan, apa kabar?" Sapaan pertama bagi Luhan di pagi ini, dimana ia terbangun dan tak lama menemui sosok Sehun yang ia pikir sangat tampan daripada sebelumnya.

"Sehun" Luhan mencoba untuk berucap. Melafalkan sepatah dua patah untuk ini karena bibirnya terasa kelu untuk sekedar berbicara, mungkin karena jarang dipakai belakangan ini.

"Ya aku disini, kau lebih baik dari pada sebelumnya"

Luhan mengangguk dari baringnya, saat pemuda pucat itu duduk di kursi tepat di sebelah ranjang. Sehun menatapnya yang tengah terdiam dengan mata yang menatap ke arah jendela. Namja tampan itu menahan habis – habisan detak jantung yang berpacu cukup cepat saat ini. Selalu seperti ini dan Sehun menyesal datang sekarang.

Sehun meremas ujung bajunya gusar. Dengan kondisi Luhan yang tengah dipasang alat bantu detak jantung didadanya yang terekspos membuat Sehun menelan liurnya susah payah, apalagi tatapan Luhan sekarang yang nampak mengundang birahinya, lemah dan memohon untuk sesuatu.

Seseorang mengacaukan lamunannya kala itu. Membuka perlahan pintu ruangan tersebut dan mulai berjalan untuk mendekat.

Luhan tersenyum simpul saat matanya menatap kedatangan sosok yang sangat ia kenal. Itu supir pribadinya Park Chanyeol yang sangat tinggi.

"Hai Luhan, apa kabar?" Ujarnya menjadi saapaan kedua untuk hari ini. Luhan tersenyum kala itu, hingga matanya beralaih pada Sehun yang kini tengah mengusap lembut tangannya.

"Chanyeol, ini Sehun guru pribadiku" Ucap Luhan dengan nada dan pengucapan yang pelan.

Kedua namja tampan itu saling menoleh. Menatap satu sam lain. Mendeskripsikan sosok yang berad di hadapannya masing – masing dalam benaknya. Sehun menatap dingin kearah Chanyeol juga sebaliknya. Luhan yang melihat mereka hanya terdiam dengan tanda tanya besar dikepala. Ia berpikir kenapa mereka hanya terdiam saling menatap, tak adalakah keingin dari masing – masing untuk pemperkenalkan diri.

"Chanyeol/Sehun"

.

.

.

TUBIKONTINYUEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE~~~

.

.

Ada yang minat baca ff baru saya ini gak? kalo gk ada ya udah.

Typo sebagian dari iman OK.

Bye Bye~`~

REVIEW PLEASEE~~~~~~~~