Sekuel Hujan by Hyuki Aika
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Rate : T+
Pairing : Naruto U x Hinata H
Genre : Romance, Drama dan Hurt/comport
Warning : EYD Berantakan, Thypo, Gaje, Sekuel 'Hujan', DLL
Summary : Hinata tidak pernah tahu, bahwa orang yang mengambil ciuman pertamanya ini adalah Seorang tetangganya dan Gurunya./Naruto hanya memberikan apa yang menjadi hak miliknya./ NaruHina/DLDR/RnR.
Chapter 1 : Kebenaran.
Enjoy~
.
.
.
Happy Reading~
.
.
.
.
Malam yang gelap di iringi rasa dingin dari air hujan yang menghantap keras ke bumi. Membuat orang-orang memilih menghabiskan waktunya di dalam ruangan yang hangat, ataupun berbalut di tempat tidur yang hangat lebih lama. Hujan yang lebat dan sangat deras ini, seolah-olah engan untuk berhenti.
Seorang gadis manis dan mungil itu, terlihat tengah menyelesaikan kegiatan mandinya. Menghangatkan tubuhnya dengan mandi air hangat, membuat gadis itu menjadi nyaman, dan lebih cerah. Mengabaikan cuaca dingin yang ada di luar sana.
Gadis manis dan mungil itu mempunyai rambut lurus panjang berwarna Indigo dan mempunyai mata bermanik bak bulan purnama, gadis itu bernama Hyuga Hinata.
Setelah selesai dari kegiatannya di dalam kamar. Hinata memutuskan untuk turun ke lantai bawah, dimana tempat makan berada. Yang saat ini ayah, ibu, kakak dan adiknya menunggunya untuk makan bersama.
Seperti biasa makan malam berjalan dengan tentram dan hening, menikmati setiap sajian yang ada di atas meja. Hinata dan keluarganya mengucapkan kata syukur ketika telah menyesaikan acara makan malamnya.
Ketika Hinata menggeser kursinya dan mencoba berdiri, sang Ibu memanggilnya dan berkata. "Hinata, bisa kau antar makanan ini, sayang?" Sang Ibu menaruh sebuah bekal makan yang cukup besar di atas meja dan menyodorkannya kepada Hinata.
"Untuk siapa?"Hinata bertanya, dan menyambut dengan baik bekal makan itu dari ibunya.
"Untuk tetangga baru kita yang pagi tadi baru pindahan, Kau belum berkenalankan?. Sekalian kau berkenalan dengan mereka. Mereka orang yang baik dan ramah."Ibu Hinata menjelaskannya dengan penuh lembut.
Hinata hanya mengangguk paham, bahkan Hinata baru mengetahuinya, bahwa sekarang dirinya mempunyai tetangga baru yang menetap di sebuah rumah yang sempat kosong di samping rumahnya. Ucapan yang ibunya katakan memang benar adanya, sebagai tetangga yang baik haruslah saling mengenal, dan berbagi. Bahkan Ibunya berkata bahwa tetangga mereka adalah orang yang baik dan ramah.
Dengan cekatan Hinata memulai melangkahkan kakinya menjauh dari ruang makan dan menuju keluar Rumah, tak lupa untuk membawa payung untuk melindunginya dari serangan air yang terus-menerus turun dari langit. Kakinya melangkah pelan ketika menginjak tanah yang basah oleh air hujan, agar tidak mencipratkan air kepakaiannya.
Setiba di rumah yang berada di sampingnya, Hinata menatap sebentar pada rumah yang besar dan luas tersebut, rumah yang berada di hadapan Hinata memang mengalami sedikit perubahan, halamannya sekarang tertata rami, rumput-rumput liar telah di tebas. Bahkan cat rumahnya saja telah berganti dengan warna putih yang bersih.
Hinata, sedikit membuka gerbang yang tinggi itu, karena tak ada satpam yang menungguinya, dan pagar itu tidak terkunci dari dalam. Hinata melangkahkan kakinya menelusuri setiap jalan di halaman luas itu. Setiba di depan pintu besar nan putih itu, Hinata memencet tombol yang ada di samping pintu itu berada.
Hinata menunggu beberapa menit, hingga ada sebuah pergerakan dari pintu. Entah kenapa Hinata sedikit merasa gugup, dan juga entah mengapa pintu itu terlihat terbuka sangat pelan.
Hingga pintu itu terbuka lebar dan menampakkan sosok seseorang yang mempunyai tubuh tegap nan tinggi itu. Hinata yang tadinya hanya menatap setapak kaki besar yang ada di atas lantai, mulai menaikkan pandangannya ke atas.
Keringat sebesar jangung terlihat turun dari pelipis Hinata, mataya melebar, dan bibirnya terbuka lucu. Sebuah perasaan yang membuat Hinata berkecamuk ketika mengetahui siapa orang yang membukakan pintunya.
Sosok yang berdiri tepat di hadapan Hinata itu, memandang Hinata dengan pandangan yang tidak biasa. Ada rasa kaget, senang dan ... seringaipun tertampang jelas. Pria yang memiliki tubuh tegap dan tinggi, tak lupa cetakan otot yang terlihat jelas dari balik baju kaosnya, mempunyai rambut pirang dan bermanik blue shappire. Di setiap pipinya di hiasi dengan gorengan halus seperti kucing yang telihat sangat pas dengan kulit tannya yang eksotis.
Bibirnya, membuka perlahan mengucapkan sebuah kalimat. "Silahkan masuk."
Hinata tersadar dari lamunannya, dan mencoba untuk menolak sebuah ajakan untuk memasuki rumah besar itu, ketika mulutnya ingin mengukapkan sebuah kalimat. Tangannya di tarik begitu saja oleh lengan yang besar. Sehingga membuat tubuh mungilnya dengan mudah memasuki rumah besar tersebut.
.
Hinata meremas jari-jemarinya yang berkeringat dingin, matanya mencuri-curi pandang pada sosok yang ada di seberang sana. Uzumaki Naruto, pria dengan darah campuran jerman dan jepang itu, menatap tajam pada gadis mungil yang menundukkan dalam kepalanya. Sesekali menahan tawanya ketika melihat gadis itu ketahuan mencuri pandang padanya, dan membuat gadis itu tersentak kaget.
"Mau minum sesuatu?"Naruto segera bangkit dari tempat duduknya, dan berdiri meninggalkan Hinata yang duduk di sebuah sofa yang empuk. Tak menghiraukan jawaban dari Hinata. Hinata sendiri hanya menatap kepergian Naruto dalam diam.
Batinnya berkecamuk, hatinya gelisah, dan pikirannyapun terasa berputar. Kejadian beberapa jam lalu tidaklah terlupakan begitu saja oleh Hinata. Ya, pria itulah yang telah merebut ciuman pertamanya dengan begitu saja. Dan kini pria itu ada di hadapannya, bahkan pria itu adalah tetangganya sendiri. Hinata tidak pernah menyangka akan bertetangga dengan pria itu, walau Hinata akui pria itu cukup tampan dan memikat. Tetapi Hinata dapat menyakininya bahwa pria itu bukanlah orang baik, atau bisa di bilang pria itu merupakan pria mesum yang pernah Hinata temui.
Tak di pungkiri, Hinata bisa dengan jelas melihat senyum ralat seringai yang tercetak di bibir pria itu. Bahkan matanya terlihat berkilat dan bersinar menatap dirinya. Hinata hanya dapat berdoa yang terbaik untuk perlindungan dari dirinya.
Naruto segera kembali ketempat ruang tamu berada, yang di mana di sana terdapat gadis mungil yang membuat Naruto sedikit gerah. Meletakkan nampan yang terisi oleh dua teh hangat dan beberapa cemilan di atas meja. Kemudian beralih menatap Hinata yang sedari tadi hanya menundukkan kepalanya.
"Jadi ada apa kesini?"Tanya Naruto, merasa kesal karena hanya ada keheningan yang menyelimuti mereka dan tak ada pergerakanpun yang di lakukan oleh Hinata.
Hinata menongkakkan kepalanya, menatap sang lawan bicara. Mencoba menetralkan desiran yang ada di dadanya, dan mengucapkan sebuah kalimat setenang mungkin. "A-ano, A-aku ha-hanya mengantar ini" Hinata meletakkan sebuah bekal makan di atas meja, dan mendorongnya pelan.
"Ah, terimakasih. Tidak perlu repot-repot" Naruto mengambil bekal itu pelan dan meletakkannya di samping nampan yang telah dia siapkan.
"ka-kalau begitu, sa-saya permisi" Hinata ingin segera mengakhiri ini semua, dan memutuskan pergi meninggalkan rumah besar dan megah itu. Tetapi, sebuah suara terdengar begitu lantang di telinganya, mencegah Hinata yang tadinya sudah siap untuk berdiri.
"Tidak usah buru-buru. Minum dulu tehnya, sudah saya buatin loh"Naruto bergumam cepat ketika melihat gadis yang ada di hadapannya akan segera pergi. Mencoba untuk menahannya lebih lama.
Hinata kembali duduk, karena merasa tidak nyaman. Sebab pria itu telah repot-repot membuatkannya minuman. Naruto segera meletakkan gelas yang berisi teh hangat tersebut tepat di hadapan Hinata, ketika Hinata kembali ketempat duduknya.
"Cuaca di luar sangat dingin loh. Jadi silahkan diminum" ucap Naruto, dan dirinyapun juga ikut menyesap teh hangat buatannya. Tak lupa juga pandangannya tak pernah lepas dari gadis mungil yang ada di hadapannya itu, gadis itu juga menyambut dengan baik ucapan Naruto dan meminumnya perlahan. "Terimakasih"
"Uhm, Tidak masalah" Naruto bergumam, kemudian meletakkan cangkir yang ada di tangannya kembali di atas meja. "Bagaimana?, sudah berasa hangat?"tanyanya.
Hinata hanya mampu menganggukkan kepalanya menandakan sebuah jawaban "U'Uhm"
Naruto bersandar pada sofa yang empuk itu, dan menyilangkan tangannya di depan dada. Seringainya sedari tidak sangat sulit untuk di hilangkan, dan sekarang seringai tersebut semakin lebar dan jelas. "Aku bahkan juga bisa menghangatkan tubuhmu"
"Eh?"Hinata menegakkan tubuhnya dan secara cepat menatap lawan bicaranya tersebut. Bahkan Hinata yang sedang meminum minumannya itu hampir sempat tersedak. Matanya melebar tak percaya pada ucapan yang barusan keluar dari mulut pria yang ada dihadapannya itu.
Hinata diam. Dan Naruto pun menaikkan satu alisnya.
"Jadi bagaimana?"Tanya Naruto.
Hinata menatap bingung pada Naruto. "A-apanya?"
Naruto menghela nafasnya ketika mendengar pertanyaan polos dari bibir mungil gadis itu. "Tawaranku. Kau mau aku hangatkan tubuhmu?"tanyanya sekali lagi, dengan notasi yang sedikit di tekankan.
Hinata mencoba menepis pikiran kotornya, mencoba berpikir positif. Tetapi bagaimanapun juga Hinata tetap akan menolak tawaran tersebut. "Ti-tidak usah repot-repot"
"Aku sama sekali tidak merasa repot" dan kini Hinata merasa sebuah aura yang tidak mengenakkan. Ketika pria di hadapannya itu mulai bangkit dari duduknya dan menghampiri Hinata dan duduk di sampingnya.
Hinata menegang seketika, ketika merasakan ada sebuah pelukkan di pinggang rampingnya. "Bisa kita mulai, baby" Naruto membisik tepat di samping telinga Hinata, dan membuat bulu kuduk Hinata menrinding seketika.
Hinata reflek mendorong Naruto menjauh, dan memundurkan diri memberi jarak pada keduanya. " Tidak usah!" bahkan suaranya kini membesar dan cukup keras. Matanya terpejam erat, wajahnya memerah bagaikan kepiting rebus.
Naruto hanya dapat menahan tawanya ketika melihat reaksi Hinata yang cukup lucu. Tapi bagaimanapun juga dirinya tidak akan pernah menyerah, sampai dirinya benar-benar merasa puas untuk menggoda gadis manis di hadapannya ini
"Tidak usah malu-malu sayang. Tidak akan ada yang mendengar kok. Karena hanya ada kita berdua di sini" dan ucapan Naruto itu, tepat membuat Hinata semakin kelabakan, hanya berdua di tempat besar dan luas ini, terlebih lagi hanya ada sepasang orang yang berbeda jenis kelamin. Membuat Hinata meneguk ludahnya kasar.
Hinata segera bangkit dari tempat duduknya, mencoba melangkah menjauh dari pria itu, dan pergi meninggalkan tempat ini sesegera mungkin. Tetapi lagi-lagi sebuah tangan yang besar dan hangat menariknya cepat, membuat tubuh mungilnya oleng begitu saja dan menghempas pada sofa yang empuk dan menindih sebuah tubuh yang besar. Tubuhnya terasa sedikit sakit dan sesak, karena pria yang ada di bawahnya ini memeluk erat pinggangnya, seakan-akan tidak membiarkan Hinata untuk pergi dan bergerak.
Nafas Hinata memberat dan cepat, di dada bidang Naruto. Dan Naruto merasakan itu, membuat sesuatu di tubuhnya kembali gerah dan memanas. Berbanding balik dengan cuaca yang ada di luar sana, yang masih terguyur hujan lebat.
Naruto mengeratkan pelukkannya, dan menikmati keadaannya saat ini, merasakan betapa lembutnya tubuh yang ada di dekapannya, dan wangi lavender yang menguak di penciumannya.
Hinata benar-benar merasa lemas, tubuhnya terasa begitu lemah dan tidak ada tenaga untuk memberontak. Wangi citrus yang di ciumnya dari hidungnya seakan-akan membius dirinya. Matanya terasa berat untuk terbuka, bahkan rasa hangat yang menjalar di tubuhnya, membuatnya merasa sangat nyaman. Hampir membuatnya terlelap, jika saja...
"Naruto!, Apa kau di sana?" Suara yang mengejutkan kedua insan yang sedang berpelukkan ini, segera bangkit dan menduduki sofanya dengan gelabakkan dan merapikkan pakaiannya yang terlihat kusut.
"Naruto?"Suara itu kembali terdengar jelas dan kini telah menampilkan sosoknya di Hadapan Naruto dan Hinata. Hinata menundukkan kepalanya malu. Dan Naruto hanya menampilkan cengirannya.
"Apa yang kau lakukan?"Tanya sosok itu lagi, yang ternyata adalah Ibu Naruto. Uzumaki Kushina.
"Tidak ada apa-apa bu. Hanya saja kita kedatangan tamu spesial"jawabnya dengan santai, tak memberikan sebuah kecurigaanpun pada ibunya.
Kushina beralih dari menatap putranya Naruto, ke seorang gadis manis dan mungil yang sedari tadi tidak mengangkat wajahnya, tetapi baru saja Kushina mengalihkan pandangannya pada gadis itu, gadis itu mengangkat wajahnya hingga menampilkan wajah manis dan cantiknya, dengan rona merah yang menghiasi kedua pipinya.
" Kau Hyuga Hinata,kan?" Kushina bertanya ingin membuktikan, dan Hinata hanya dapat menganggukkan kepalanya pelan.
"Ah, tidak ku sangka, kau terlihat sangat cantik sekali persis seperti yang tante lihat di foto"Ucapan Kushina barusan, membuat Hinata menatapnya bingung. Kushina yang mendapatkan tatapan begitu, langsung mengerti dan menjelaskannya.
"Siang tadi kami berkunjung kerumahmu"dan hanya satu kalimat itu saja, sudah dapat Hinata mengerti. " Jadi ada apa kemari, cantik?" Kushina mendorong Naruto kasar dari tempat duduknya, dan mengambil alih posisi Naruto berada. Naruto hanya mendengus kesal melihat perlakuan Ibunya.
Melihat Atmosfir yang berubah di antara dua perempuan itu, Naruto segera pergi meninggalkan keduanya. Dan memasuki kamarnya segera. Merasa kesal karena acaranya telah di ganggu oleh sang Ibu.
Sedangkan Hinata sendiri, merasa sangat bersyukur dan menghela nafas tenang. Akan kehadiran Ibunya Naruto. Bahkan Kushina terlihat begitu baik dan ramah padanya. Membuat Hinata betah dan nyaman berbincang panjang lebar.
"Bocah itu, tidak melakukan hal bodoh padamu,kan? Mengerti akan ucapan Kushina, Hinata hanya menganggukkan kepalanya ragu. "Kalau dia berani macam-macam sama kamu. Bilang saja pada tante, oke?" Sekali lagi Hinata menganggukkan kepalanya, tanda mengerti tak lupa senyuman mengembang di bibirnya.
Setelah cukup lama berbincang dan menghabiskan waktu di rumah tetangga barunya. Hinata pamit pulang, dan segera melangkahkan kakinya kerumah dan memasuki kamarnya dengan tenang. Meski ada sebuah perasaan yang membuatnya sedikit berkecamuk. Entah apa, Hinata hanya merasa kehadiran tetangga barunya, akan membuat kehidupan Hinata sedikit tidak tenang dan berubah. Yah, tidak tahu dengan pasti. Apakah yang terjadi, dan apakah baik atau buruk. Hinata hanya dapat memanjatkan doa yang terbaik kepada Tuhan.
TBC.
A/n : Hallo, Apa kabar semuanya?, hehe,, setelah sekian lama, akhirnya saya kembali lagi. Ehm, ada yang inget saya? *ngarep*.
Oh, yah bagi yang belum baca 'Hujan'. Silahkan di baca dulu, biar dapet nyambung sama nih fict, ya walau gak terlalu berpengaru sih.
Oke, yang pertama terimakasih banyak bagi yang sudah mau membaca fict gaje saya ini. Apa lagi bagi yang mau memfav, follow dan review. Hahaha *emang ada?*
Dan mohon maaf, jika ada yang berharap fict ini menjadi luar biasa, karena penulisnya hanya orang biasa. Konfliknya ringan oke?, lebih banyak fluffy nya, bagi kalian yang suka manis-manis pasti suka deh.. *gak yakin juga*.
Thank You~..
See you Again.