Aku update ff nya satu-satu ya~ doain dong ntar senin aku UAS :( dan mungkin ga akan bisa update ff selama UAS, maka nya aku usahain update semua ff nya sekarang. Mohon pengertian nya yah~ terus buat kalian yang suka nanya kemana pairing ini, kemana pairing itu, tolonggg banget. Sabar :( kadang kan aku kasih note di akhir cerita next chapter bakal fokus ke couple siapa, tolong dibaca si tulisan setelah cerita nya, jangan di skip dan malah nagih2 terus :( aku baca kokk tiap review nya dan makasih banyak atas dukungan nya juga terima kasih ++ bagi yang nanyain kapan lanjut (artinya kalian nungguin~ gomawo~) jadi mohon dimengerti ya sayang sayang. Pasti kebagian semua kokkk tenang aja ;)

.

Chapter 3

Jeonghan benar-benar butuh libur sekolah. Sabtu dan Minggu itu masih kurang untuknya, ditambah lagi posisi nya yang menjadi wakil ketua OSIS sangat menguras waktu juga tenaga nya selama ini. Kadang ia ingin sekali keluar dari ekskul juga organisasi yang ia miliki, tapi kadang juga ekskul dan organisasi yang ia ikuti adalah pelarian dia saat penat belajar.

Jeonghan tertidur dikelas dan itu adalah sebuah keajaiban bagi murid-murid dikelas nya bisa melihat Jeonghan tidur dikelas untuk pertama kalinya selama mereka sekelas. Jeonghan itu murid paling rajin dikelas, sekalipun ia sakit, ia akan tetap masuk sekolah jika menurutnya ia sanggup dan guru-guru tau itu.

Untung saja guru yang kini tengah mengajar adalah guru bahasa Inggris yang statusnya adalah kakak perempuan dari salah satu teman nya, Wendy, yaitu Tiffany sonsaengnim. Tiffany tau kalau Jeonghan tertidur, tapi ia membiarkan nya karena ia tau Jeonghan sangat membutuhkan nya.

"Sonsaeng-" Seungkwan baru saja akan mengadukan Jeonghan yang tertidur namun Tiffany langsung memotongnya dan berkata, "Aku tau Seungkwan-ah. Biarkan saja," Jawab Tiffany sambil tersenyum ramah. Seungkwan akhirnya diam dan menganggukan kepalanya tanda mengerti.

"Kerjakan buku latihan kalian halaman 20-24," Ucap Tiffany pada murid-murid di kelasnya. Tiffany menghampiri Wendy yang kebetulan duduk dengan Jeonghan hari ini. "Apa dia sakit Wan?" Tanya Tiffany khawatir. Wendy menganggukan kepala nya. "Dia tadi bilang padaku kalau dia mengantuk sekali karena OSIS menguras waktu istirahat nya di rumah. Jadi aku menyuruhnya untuk tidur dan nanti sepulang sekolah aku akan meminjamkan semua buku catatan ku padanya, tidak apa-apa kan?" Wendy memelas.

Wendy dan Jeonghan sudah bersahabat sejak SMP. Mereka kenal lewat Vernon yang saat itu tengah PDKT (ceileh) dengan Seungkwan yang statusnya adalah sahabat Jeonghan. Kebetulan Wendy dan Vernon adalah teman SD saat mereka di Amerika dulu. Mereka berdua jadi sering betemu setiap Vernon dan Seungkwan kencan. Well mereka tidak mau jadi kambing conge diantara orang kasmaran akhir nya mereka juga ikut menghabiskan waktu bersama selama menunggu VerKwan selesai kencan.

"Bisakah kau antar dia ke UKS? Setidak nya jika disana ia bisa berbaring dan terhindar dari hukuman guru lain yang mungkin saja tidak mau mengerti keadaan nya sepertiku." Tiffany meminta. Wendy tersenyum dan membangunkan Jeonghan.

"Cheonsa-ya... Ireona, ayo aku antar ke UKS," Wendy menepuk-nepuk lengan Jeonghan. "Hmm... Wae? Kenapa aku harus ke UKS? Aku tidak sakit Wan..." Jeonghan menjawab parau dengan mata terpejam.

"Ini perintahku Yoon Jeonghan," Suara Tiffany berhasil membuat Jeonghan tersentak dan bangun dari tidurnya. Tiffany bisa melihat mata panda Jeonghan yang terlihat begitu jelas saat ini. "Lebih baik kau ke UKS, kau bisa tidur disana tanpa terganggu dan kena hukuman. Akan kubuatkan surat sakit, ayo cepat!" Tiffany memerintah.

"Ne noona," Jawab Jeonghan tanpa sadar. Semua orang menoleh kearahnya dengan tatapan bingung. 'Noona?' pikir mereka. "Yoon... Ini sekolah... Tolong..." Tiffany berbisik mengingatkan. Jeonghan memukul jidatnya. "Ah maksud ku ne sonsaengnim,"

Ia beranjak dari kursi nya dan pergi ke UKS ditemani Wendy.

.

.

"Ya tuhan... Kepala ku terasa sakit sekarang," Jeonghan memegangi kepalanya setelah berbaring diatas kasur UKS. Wendy mulai memijat kepala Jeonghan perlahan lalu berkata, "Apa kau sebaiknya tidak pulang saja?" Wendy menyarankan dengan bibirnya yang manyun. Ia tidak suka jika melihat salah satu sahabatnya jatuh sakit, karena ia tidak bisa melakukan apa-apa disaat salah satu sahabatnya sakit walaupun ia ingin sekali membantu.

Jeonghan terdiam. "Aku masih harus mengumpulkan tugas OSIS ku pada Seungcheol sore ini..." Wendy mendecak kesal. "Sini biar aku yang berikan padanya nanti!" Wendy berkata penuh emosi. Jeonghan menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau diomeli olehnya nanti. Sudah terlalu sering dan itu membuatku gila,"

Wendy tidak habis fikir dengan Seungcheol yang benar-benar keterlaluan pada Jeonghan. "Sebenarnya dia itu siapa? Bisa-bisanya dia memperlakukan ku sebegini nya! Dia kan yang seharusnya mengerjakan semua tugas ini!" Wendy mulai ngomel.

"Ani, bukan dia, tapi Tzuyu." Jawab Jeonghan dengan datar. Wendy membelalakan matanya. "MWOYA!? DIA ANGGOTA OSIS!? SEJAK KAPAN!?" Wendy merenteti Jeonghan dengan berbagai pertanyaan saking terkejutnya.

"Iya dia sekretaris OSIS. Dia menjadi OSIS sejak tahun lalu," Lagi-lagi Jeonghan menjawab datar. "Dan kenapa Seungcheol tidak menyuruhnya saja? Itu kan tugas nya! OSIS macam apa ini!"

"Mana mungkin dia memperkerjakan kekasihnya sendiri babo." Jeonghan menghela nafas berat. Wendy malah memukul jidat Jeonghan. "Aw! Yak! Kenapa kau memukul ku!? Kepala ku makin pusing ya tuhan!" Jeonghan bangkit dari posisi berbaring nya lalu mengusap dahi nya yang memerah akibat pukulan Wendy yang cukup keras.

"Kau juga babo! Kenapa kau tidak protes dan menolaknya eoh!?"

"Aku tidak mau mencari masalah."

"Tapi kan itu hakmu untuk menolak dan meminta keadilan!"

"Ya tapi aku tidak mau mencari masalah."

"Jika kau tetap diam maka mereka berdua akan makin seenaknya Yoon!"

"Ish! Sudahlah! Lagipula tugas nya kan sudah selesai!"

"Saat mengumpulkan tugasmu nanti, ayo kita protes dan tuntut dia."

"Andwae!"

"Wae!?" Pertanyaan Wendy membuat Jeonghan terdiam. Wendy menatap lekat-lekat wajah Jeonghan lalu Wendy melipat kedua tangan nya di dada lalu menghela nafas santai. "Kau menyukainya." Ucapan Wendy membuat Jeonghan terperanjat dan tidak bisa berbicara.

"Ck, bisa-bisanya kau jatuh cinta pada orang yang menyiksamu begini Yoon. Jelas-jelas dia bahagia diatas penderitaan mu, kau masih menyukainya hm?" Tanya Wendy sarkastik. Jeonghan tetap diam dan kini menunduk.

"Aku juga tidak tau..." Jawab nya lirih. Wendy melunak dan duduk di hadapan Seungcheol. "Sakit kah?" Wendy bertanya tiba-tiba. Jeonghan mengerutkan dahinya. Wendy yang mengerti bahwa Jeonghan tidak paham, kini menunjuk hati nya. "Apa hatimu terasa sakit?"

Jeonghan tersenyum pahit. Mengangguk dan menjawab, "Sangat."

Suasana hening untuk beberapa saat sebelum Jeonghan melanjutkan perkataannya.

"Kadang aku bertanya-tanya kenapa aku malah jatuh hati pada orang yang membuatku depresi setiap hari... Hahaha... Aneh bukan? Iya memang. Bukankah aku seharusnya membencinya?" Jeonghan berbicara sendiri dan Wendy terdiam mendengar perkataan sahabatnya.

"Dia membuatku memikirkan nya setiap hari lewat tugas-tugas yang ia berikan padaku. Aku merasa semua tugas itu akan mempengaruhi posisinya sebagai ketua OSIS juga reputasi nya selama ini jika aku tidak melakukannya. Aku tidak mungkin menghancurkan nya begitu saja kan? Aku tak sekejam itu. Karena aku tau pasti itu juga akan mempengaruhi teman-teman OSIS ku yang lain," Ucap Jeonghan perlahan tapi pasti.

"Haruskah kau mengorbankan dirimu sendiri bahkan perasaanmu padanya? Tapi itu sama sekali tidak adil Jeonghan-ah..." Wendy kembali meyakinkan sahabatnya yang benar-benar rendah diri maupun hati. Jeonghan mengangguk pelan lalu tersenyum.

"Lagipula perasaanku padanya bukan lah suatu perasaan yang sehat Wan. Dia sudah punya Tzuyu. Dia cantik, pintar, banyak orang menginginkan nya. Dia sudah dapat yang terbaik, buat apa juga dia harus merubah orientasinya demi aku?" Jeonghan malah membuat Wendy ingin menangis sekarang.

Wendy menggenggam tangan Jeonghan erat-erat.

"Dengarkan aku Yoon Cheonsa. Tak ada yang salah dengan perasaanmu. Semua orang berhak untuk menyukai atau jatuh cinta pada siapapun tak terlebih kau. Bisa saja Tuhan benar-benar menakdirkan kalian untuk bersama namun tidak sekarang? Iya kan?" Wendy meyakinkan Jeonghan yang memang sudah pesimis dengan perasaan nya sendiri sejak awal.

Jeonghan terdiam. "Aniyo... Ini tidak benar... Aku akan berusaha melupakan nya, kau tenang saja," Jeonghan menggenggam tangan Wendy berusaha meyakinkan. Wendy menghela nafas.

"Satu hal yang harus kau tau..."

Jeonghan terdiam menunggu Wendy melanjutkan perkataan nya.

"Semakin kuat kau berusaha melupakannya, semakin besar rasa cintamu padanya dan itu malah menyiksa dirimu sendiri nantinya," Wendy memperingati. Jeonghan hanya terdiam.

"Aku tau itu... Tapi aku akan tetap mencoba nya" Jeonghan tersenyum.

.

.

Sore itu Jeonghan berjalan ke ruang OSIS sendirian karena ia menolak permintaan Wendy untuk pergi ke ruang OSIS bersama-sama.

Cklek

"Maaf... Aku telat..." Ucap Jeonghan parau akibat keadaan nya yang tidak baik. Ia bergabung dengan teman-teman nya yang sedang rapat. Seungkwan tersenyum penuh arti lalu menepuk kursi kosong di sebelahnya. Jeonghan duduk di tempat yang Seungkwan sediakan namun resikonya adalah ia harus duduk berhadapan dengan Seungcheol dan Tzuyu.

.

.

Selama rapat yang kini di ambil alih oleh Jisoo, Jeonghan merasa risih dengan pemandangan di depan nya yang kini tengah bermesraan tanpa tau waktu dan tempat. Seungkwan yang memang tipe orang apa adanya langsung ngomel.

"Permisi pak ketua, tapi kami sedang rapat disini. Jika memang tidak niat rapat, buat apa di adakan rapat? Lebih baik aku pulang saja dari tadi, mau serius atau tidak?" Hanya Seungkwan yang berani berkata seperti itu pada Seungcheol.

"Wae, eum? Merasa keberatan?" Tanya Seungcheol pada Seungkwan. "Sangat!" Seungkwan menjawab lantang. Semua orang terdiam. "Kau seharusnya tau kalau tugas-tugas yang kami berdua kerjakan adalah tugas kekasihmu, bukan tugas ku ataupun tugas Jeonghan hyung!" Seungkwan mengeluarkan semua unek-unek nya.

"Jika kau terus bersikap seperti ini, aku lebih baik mengundurkan diri dari OSIS!" Seungkwan berdiri lalu keluar dari ruang rapat sambil membawa tas nya.

Keadaan menjadi canggung.

"Kau tak keluar juga?" Tanya Seungcheol pada Jeonghan. Jeonghan yang tadi nya masih ingin bertahan hingga rapat selesai, terkejut dengan perkataan Seungcheol yang kini menyulut emosi nya.

"Brengsek kau Choi Seungcheol." Jeonghan melemparkan semua kertas yang seharusnya menjadi laporan ke wajah Seungcheol sebelum akhirnya pergi dari ruangan rapat menyusul Seungkwan.

Orang-orang masih terdiam. Namun Woozi, Wonwoo dan Mingyu mengisyaratkan untuk ikut keluar saja dan memberhentikan rapatnya.

"A-Ah... Sebaiknya rapat ini ditunda saja haha... Kita lanjutkan lagi lain kali! Selamat sore!" Jisoo buru-buru keluar bersama 3 anggota OSIS lainnya.

Kini Suengcheol ditinggal berdua dengan Tzuyu di ruangan rapat. "Apa sebaiknya kita pulang saja Cheol-ah?" Tanya Tzuyu. Seungcheol masih terdiam. Ia mulai merasa bersalah namun ego nya yang besar terus menekan rasa bersalah tersebut dan itu membuatnya frustasi.

"Cheol-ah..." Tzuyu menggoyang-goyangkan tangan Seungcheol. "A-Ah, ne?" Seungcheol malah bertanya lagi. "Ayo kita pulang," Ajak Tzuyu. Seungcheol mengangguk lalu ikut pulang dan membiarkan kertas-kertas laporan yang Jeonghan buat untuknya berserakan di meja dan di lantai.

.

.

Jeonghan benar-benar menangis malam ini dikamarnya. Ia merasa Seungcheol sudah keterlaluan padanya selama ini. Dan ia juga sadar betapa bodoh nya ia selama ini rela menjadi budak Seungcheol bahkan membiarkan dirinya jatuh sakit seperti sekarang.

Jeonghan langsung menghubungi Wendy lewat Skype.

*video call tersambung

"Hey dud- JEONGHAN-AH!? KENAPA KAU MENANGIS EOH!?" Wendy mulai panik saat mendengar suara sesegukan Jeonghan yang masih menangis.

"Seungcheol memang brengsek... Hiks..." Gumam Jeonghan. Wendy dapat mendengar gumaman nya itu. "Sudah kuduga... Apa ada yang bisa aku bantu agar kau merasa lebih baik?" Tanya Wendy.

"Besok aku ingin menceritakan semuanya padamu mengapa aku menangis. Mungkin itu akan membantu ku mengurangi sedikit rasa kesal ku padanya..." Jawab Jeonghan.

"Eum, arrasseo." Jawab Wendy. Disaat ia tengah berbincang mengalihkan topik pembicaraan bersama Wendy, tiba-tiba ponsel nya bergetar yang ternyata ada pesan masuk.

'Seungcheol?' Jeonghan kebingungan sendiri. Buat apa juga pria seperti Seungcheol yang angkuh tadi mengirim nya pesan setelah insiden di ruang rapat?

"Maafkan aku... Aku tak bermaksud begitu padamu... Sungguh..."

Jeonghan hanya berdecih lalu menghapus pesan tersebut termasuk kontak Seungcheol di ponsel nya.

"Aku sudah bulatkan tekad ku," Ucap Jeonghan tiba-tiba. "Tekad apa?" Tanya Wendy.

"Aku akan mengundurkan diri dari OSIS."

.

.

.

TBC

Review jangan lupa ya~