"Ini adalah permintaan Raja.. permintaanku.."

Jongin sekuat tenaga menahan tangis dan minta maaf.

"Yah, kurasa masa depan jauh lebih baik daripada Joseon yang penuh penyakit dan kemarau panjang. Baiklah, lakukan sesukamu." Sehun berkata penuh kekecewaan

Sehun berbalik pergi meninggalkan Jongin tanpa sekalipun menoleh lagi. Jongin hanya bisa menangis memperhatikan kepergian Sehun

"Orang pertama yang kusukai dan orang itu seperti mimpi," pikirnya dalam hati. Air matanya tak bisa berhenti mengalir.

Sehun pergi ke lapangan bola dan termenung, ia sudah patah hati ...

Sementara Jongin mengambil gulungan nama yang dianugerahkan Sehun padanya. Belum sempat ia membuka gulungan itu, seseorang memukul tengkuknya.

Ia terjatuh dan orang itu menghujamkan pedangnya ke punggung Jongin. Jongin tak sempat mengelak atapun melihat pembunuhnya.

Ia hanya sempat meraih tusuk rambut kerajaan pemberian Sehun dan menggenggamnya erat.

.

.

.

Splash Splash Love (Remake)

.

.

.

HunKai

.

.

.

KKaiOlaf

.

.

.

Warn!

GS Genderswitch! , typo, Cerita ini bukan milik saya tetapi ini milik orang lain saya cuman meremakenya saja, RnR Please

Don't Like Don't Read

.

.

.

Happy Reading ^^

Ratu kaget mendengar rencana Ayahnya untuk mengenyahkan semua masalah. Ia menolak rencana itu. "Di istana dimana aku tak punya teman bicara, ini adalah pertama kalinya mimpi memiliki teman menjadi kenyataan," suara Ratu bergetar, antara marah dan menangis.

"Ayah pernah bertanya apa sebenarnya yang aku inginkan. Ayah memarahiku karena aku tak punya mimpi. Impianku adalah tak merasa kesepian di istana yang menyebalkan ini."

Menteri Byun terlihat menyesal. Tapi terlambat.

Pembunuh itu sudah menaburkan bubuk mesiu di seluruh ruang rahasia dan membakarnya. Sekejap ruangan disergap api yang membakari kertas dan buku. menggenggam tusuk konde itu semakin erat sebelum benar-benar tak sadarkan diri.

Ratu akhirnya menemukan Sehun yang ada di lapangan bola. Terengah-engah, ia berseru memanggil Sehun.

Api sudah menjalar ke seluruh bangunan. Sehun, yang akhirnya datang, mencoba menerobos masuk. Tapi para petugas menghalanginya, sebagian menghadang, sebagian berlutut memohon agar Sehun tak masuk karena sudah terlalu berbahaya.

Sehun mencari jalan lain. Ia bergegas pergi menuju ruangannya dan masuk melalui lorong rahasia. Betapa paniknya ia saat melihat Jongin tergeletak di lantai tak sadarkan diri.

"Jongin.." Sehun memeluk Jongin, tapi Jongim yang tak bergerak sedikitpun.

"Aku tahu kalau kau akan dalam bahaya jika bersamaku, tapi aku tetap ingin menahanmu agar selalu di sisiku," sesal Sehun. "Maafkan aku... maaf"

Ia segera menggendong Jongin ke luar bangunan yang sudah mulai beruntuhan.

Paginya, Sehun masuk ke dalam bangunan yang sudah hangus dilalap api. Para sarjana dan Chanyeol berlutut, menanti hukuman karena kelalaian mereka. Sehun tahu kalau yang menyebabkan kebakaran adalah mesiu dan ada bom yang hilang.

Pada Chanyeol yang ia perintahkan untuk mengerjakan pembuatan bom itu, ia bertanya apa yang sebenarnya terjadi.

Sarjana Choi membentak Chanyeol untuk menceritakan yang sebenarnya. Ia merasa bertanggung jawab karena tak bisa mencegah kejadian ini. "Hamba patut menerima hukuman. Hamba pantas mendapatkannya."

Sehun berkata, "Benar. Aku harus menyingkiranmu."

Sarjana Choi kaget mendengarnya. Sehun mengangkat tangan Sarjana Choi yang legam dan menoleh pada chanyeol

"Apa kau tak mengajarkannya bagaimana cara untuk membersihkan bubuk mesiu dari tangan?"

Chanyeol minta maaf. Sarjana Choi mencoba membela diri kalau ia tak mungkin mengkhianati Raja seperti Sehun.

Sehun pun berseru, "Pelakunya bersuara pria. Iya kan?"

Seseorang muncul dari belakang kasim yang bertugas. Jongini! Jongin masih hidup! Ia mengiyakan pertanyaan Sehun.

"ya suaranya seorang pria"

Sarjana Choi kaget melihat Jongin masih hidup.

Jongin mengeluarkan barang yang menyelamatkan nyawanya. Buku tebal yang berisi bahan ujiannya.

Ternyata pedang yang menikamnya itu tak bisa menembus buku itu sehingga Jongin selamat. Ia juga mendengar si pembunuh mengajak anak buahnya untuk segera pergi sebelum melemparkan obor.

Walaupun Jongin tak pintar matematika, tapi ia mahir menebak suara orang. Ingat saat ia bisa menebak suara misteri dalam variety show King of the Mask? Jongin juga masih ingat suara pembunuh itu. Suara itu milik Sarjana Choi.

Sehun menatap Sarjana Choi dengan sedih. Ia menganggap Sarjana Choi adalah salah satu orang terdekatnya.

Bagaimana mungkin malah berani mengkhianatinya?

Sarjana Choi berlutut. Jika Hunmingjungeum (hangul kuno) disebarluaskan, generasi muda akan mulai berkembang dan memiliki pikiran sendiri.

"Sebuah dunia yang mengerikan tanpa ketertiban akan muncul. Dunia akan menjadi kacau balau. Hamba tak takut pada kematian. Tapi masa depan dimana kami-kami ini menjadi tak bergunalah yang membuat hamba takut."

"Walau kau mencoba menghentikanku, aku akan tetap menyebarkan huruf-huruf ini. Aku akan menjadi raja yang melakukan apa yang diinginkan rakyatnya," ujar Sehun.

Ia memegang bahu Sarjana Choi dan bertanya, "Memang kenapa jika seseorang tak berguna? Kau tetaplah manusia. Tak perlu takut dengan hari ini hanya karena takut pada apa yang akan terjadi nanti. Jangan takut kalau nanti kau tak ada gunanya di dunia ini. "

Sarjana Choi semakin merasa bersalah. Ia berlutut dalam- dalam, memohon Sehun agar menghukumnya. Para sarjana lainnya juga melakukan hal yang sama.

Jongin tercenung. Sehun mengucapkan itu pada Sarjana Choi tapi malah menohok perasaannya.

Dengan memakai seragam sekolahnya lagi, ia menyerahkan baju kasim pada kasim guru. Sedangkan pada Sehun, ia memberikan beberapa lembar kertas yang berisi Hunmingjungeum lengkap. Kertas itu adalah bagian dari buku sejarahnya.

Sehun kaget karena semua dokumentasi tentang huruf baru telah lenyap terbakar api. Bagaimana Jongin bisa memilikinya?

"Mimpimu akan membuat semua orang di Joseon bisa membaca dan menulis. Kami akan selalu berterimakasih dan bangga. Jadi janganlah terlalu sedih," ujar Jongin menghibur.

"Ternyata benar. Kau berasal dari masa depan itu." Sehun memandangi tulisan yang ada di kertas itu.

Jongin mengangguk, lega karena Sehun akhirnya mempercayainya.

Sehun menghela nafas dan menatap Jongin

"Maaf, tapi dengan ini saja tak bisa mengabulkan impianku. Impianku adalah dirimu. Tapi aku juga tak tahan melihatmu selalu sedih di Joseon. Semakin aku berpikir, semakin aku yakin kalau jawabannya adalah : tak ada jawaban."

Sehun menatap langit yang mendung dan berkata kalau sekarang adalah musim hujan pertama selama 3 tahun.

Bagaimana Jongin bisa tahu kalau sebentar lagi akan hujan? Jongin memandangi langit mendung dan kemudian pada kasim guru yang berjalan terpincang-pincang, "Aku hanya menduga saja."

Ia ingat kaki guru matematikanya selalu pegal-pegal saat musim hujan. Ingat gurunya, mengingatkannya pada matematika.

Ia mencoba menghibur Sehun, "Ternyata Joseon itu enak untuk ditinggali kalau kita tak begitu pintar akan matematika."

Sehun tersenyum. "Ayo kita pergi. Aku akan mengikutimu sejauh yang aku mampu."

"Tak usah."

"Omong kosong," sergah Sehun menowel pipi Jongim dan merangkulnya.

"Ini titah Raja."

KKAIOLAF

Jongin memberikan kotak pensil beserta isinya pada mingyu adik Chanyeol sebagai kenang-kenangan.

Chanyeol mengulurkan tangan dan Jongim menjabat tangan itu sambil tersenyum,

"Terima kasih, Teman."

"Kau sedang apa?" tanya Chanyeol bingung. Sontak Jongin melepas tangannya. Ternyata gesture itu bukan untuk jabat tangan, tapi menadah, "Uang sewa bulan lalu."

Jongin tak peduli dan menjabat tangannya lagi. Tapi Chanyeol hanya bercanda dan ia menyebutkan namanya untuk diingat Jongin di masa depan.

"Namaku Yeon, Park Yeon."

Eih.. "Jadi kau bukan Park Chanyeol?" tanya Jongin terkejut.

"Itu nama panggung ku haha, dan nama asliku tetap chanyeol"

Jongin ingat, Ia mengenali nama Park Yeon di buku pelajarannya sebagai musisi jenius yang terkenal di jaman Raja Sejong. Ia minta Park Chanyeol berjanji untuk tak pernah membuang keinginan bermusik.

"Aku harus pergi sekarang. Hiduplah dengan melakukan apapun yang kau inginkan," pesannya. Ia melambaikan tangan,

"Park Yeon ani Chanyeol, Mingyu. Annyeong..!"

Setelah Jongin menghilang, Mingyu menunjukkan isi kotak pensil Jongin. Ternyata emas yang jumlahnya berkali-kali lipat.

Sehun sudah menunggu Jongin dan tersenyum saat melihatnya. Sehun mengulurkan tangan dan Jongin menyambut tangan itu sambil bertanya,

"Bolehkan aku menumpang kudamu?"

Sehun menganggukkan kepala dan menarik Jongin agar duduk di depannya. Mereka pun pergi ke arah pantai, tempat dimana hujan belum turun.

Sementara di istana, Ratu tersenyum mengagumi desain roknya yang sekarang berwarna hijau penuh rintik-rintik hujan. Agak jauh dari istana, Chanyeol sedang menikmati hujan turun ditemani kolase lukisan Ratu.

Sehun dan Jongin lari berkejaran di pantai, saling bergenggaman tangan, bercanda seperti tak ada hari esok.

Duduk di pasir yang basah, Sehun merangkul gadis itu. Ia melindungi kepala Jongin agar tak terkena hujan, dan Jongim pun menyandarkan kepala di dadanya.

Tapi dengan matahari mulai terbenam, laut mulai pasang. Air laut mulai membasahi kaki mereka. Jongin merasakan kakinya sudah tak memijak pasir lagi, tapi air yang dalam.

"Mungkin ini saatnya aku pulang.." lirih Jongin

Sehun segera mengangkat Jongin dan mendekapnya erat. Ia masih ingin berada di dekat Jongin. Tapi tak banyak waktu lagi untuk mereka karena Jongin sudah basah kuyup. Dan Jongin berusaha tak menyentuh tanah dengan berpegangan di bahu Sehun.

Sehun mencium Jongin untuk yang terakhir kalinya.

Keduanya bertatapan, penuh cinta, penuh sayang, seakan saling berjanji akan baik-baik saja setelah ini.

Sehun mengangguk dan Jongin tersenyum menguatkan. Tak ada tangis, hanya janji yang terpancar di mata mereka.

Bersamaan, Jongin melepas pegangannya dan Sehun melonggarkan pelukannya.

Jongin meluncur turun… dan menghilang. Meninggalkan Sehun seorang diri.

Sehun terpaku, tak mampu menggerakkan badannya. Tapi tak sedikitpun ia menunduk mencari Jongin karena ia berjanji dalam hati,

"Suatu hari nanti aku pasti akan menemukanmu, tak peduli berapa lama waktu berlalu." ujarnya sambil menatap langit yang tengah menurunkan hujan dengan deras

KKAIOLAF

Jongin tenggelam ke dalam air. Saat ia muncul di permukaan, ia sudah ada di genangan yang sama. Sebuah bola menggelinding ke arahnya. Ternyata hampir 2 bulan ia berada di Joseon hanya sepersekian detik di masa sekarang.

Jongin mengambil bola itu dan terkejut melihat sosok yang mirip Mingyu adik Chanyeol sekarang membeku melihat Jongin tadi hilang dan muncul lagi. Ia mengembalikan bola itu dengan senyum lebar dan lari menuju sekolahnya.

Ia masuk kelas setelah semua anak sudah duduk manis di kursinya. Terengah-engah, Jongin melihat pengawas ujiannya yang persis dengan Sarjana Choi.

Apakah ia diperbolehkan masuk? Pengawas itu mulanya ragu, tapi akhirnya memperbolehkannya. Jongin lega dan bertepatan dengan ia duduk di kursi, terdengar pengumuman kalau ujian akan dimulai.

Jongin membaca salah satu soal sejarah. 'Orang ini tak hanya memiliki keahlian saja tapi dia juga sangat cerdas, bahkan Raja Sejong menghargainya sebagai orang yang ia tanyai saat menemukan masalah. Sebutkan namanya'

Dan kita kembali ke jaman Joseon saat Sehun berdiskusi dengan para menteri yang setuju untuk memberikan Jongin jabatan. Menteri Hwang Hee berkata kalau Sehun harus memberikan nama pada gosam itu jika ingin memberikan jabatan.

Sehun sudah menyiapkan namanya dan seperti janjinya pada Jongin ia menulis nama Jongin dalam huruf Jungeum. Nama yang secara pribadi kuanugerahkan kepadamu.

Jongin tersenyum dan menyilang pilihan ke-4. Jang Young Shil

Sepulang sekolah, ia membuka gulungan yang dulu Sehun berikan padanya. Dengan huruf hangul kuno, tertulis sebuah nama. Jang Young Shil.

KKAIOLAF

Jongin tersenyum sedih saat memandang langit mendung. Rindu itu mulai menyergapnya. Dan rasa kehilangan itu menjadi berkali-kali lipat karena Jongin sadar kalau mereka tak akan bertemu lagi.

Walau ia merasa kehilangan, tapi ia menemukan kehangatan yang selama ini ia rindukan. Kehangatan pelukan Ibu.

Jongin pulang ke rumah dan melihat ibu sedang mengangkat jemuran di halaman. Ia meneteskan air mata saat Ibu memeluk dan memberikan kata-kata yang menghiburnya, menyemangatinya.

Dan kamera mengarah ke foto lama keluarga kim. Almarhum Ayah Dan Bi ternyata adalah Menteri Hwang Hee.

Jongin bekerja paruh waktu di minimarket. Sambil menyusun ramen-ramen cup yang ternyata ada peringkatnya, ia menyemangati ramen-ramen yang ada di rak bawah agar bisa naik ke rak atas.

"Kalian semua sangat berharga, kalian semua enak dengan rasa kalian sendiri."

Baekhyun lagi-lagi makan ramen dan bertanya apa Jongin sudah mendaftar di lembaga bimbel yang dulu ia masuki?

"Jangan cerewet, anak baru. Aku akan melakukannya nanti."

"Lihatlah ini, Jaesoosaeng," Baekhyun menunjukkan sesuatu di handphone.

Jaesoosaeng adalah anak yang kursus bimbel walau sudah lulus SMA. Ah.. ternyata Jongin tak lolos ujiann dan akan mengambil bimbingan belajar di tempat bimbel Baekhyun dulu. Baekhyun sendiri sudah masuk ke universitas pilihannya.

Jongin membaca judul sebuah webtoon. "Pondang Pondang LOVE (Splash Splash LOVE)?" Jongin terus menscroll down, membaca webtoon itu yang Rajanya mirip dengan Raja Sejong yang dikenalnya. Sehunnya..

Baekhyun mengangguk. Ia membuat cerita webtoon berdasarkan mimpi Jongin yg ia ceritakan dan ternyata disukai banyak pembaca.

"Eh, tapi kudengar Raja Sejong itu punya banyak wanita." Jongin terbelalak kaget. Mulut Baekhyun semakin semangat menggosip,

"Ia terkenal selalu memberikan jeruk pada setiap wanita yang disukainya. Anaknya saja sampai dua puluh!"

Jongin berdecak mendengarnya. Ia memandangi sosok Sehun yang digambar Baekhyun dan berkata sendiri, "Hubungan mereka pasti jadi baik."

"Siapa dia? Tampannya..!" seru Baekhyun menatap layar televisi.

Jongin menoleh dan terkesima melihat Chanyeol di televisi. Chanyeol yang itu sekarang berambut pendek dan menjadi penyanyi.

"Park Chan.. Yeol? apa dia penyanyi baru?" monolog Baekhyun

Jongin tersenyum saat Chanyeol di tv menatap kamera seolah berkata padanya dengan nyanyian,

'Di bawah terik matahari, kau turun seperti hujan yang dinantikan (Jongin ).'

Ia memandang keluar jendela, hujan mulai turun. Hari itu kembali hujan. Jongin yang tak membawa payung, turun dari bis dan berlari untuk menghindari rintik hujan. Di penyeberangan jalan, ia melihat sebuah genangan.

Setengah berharap, ia menjejakkan kakinya. Tapi kakiknya tetap menapak di jalan, bukan di air yang dalam.

Hujan turun semakin lebat dan tubuh Jongin sudah mulai basah kuyup. Ia melindungi kepala dengan tangannya dan menghela nafas.

Jongin sedang menatap bayangannya di genangan air itu saat sebuah payung kuning memayunginya. Payung kuning yang mirip dengan miliknya yang ketinggalan di bis dulu.

Jongin menoleh melihat si pemilik payung itu dan terkejut.

Sehun sekarang ada di hadapannya dan tersenyum padanya.

"Kita pernah bertemu sebelumnya. Dulu sekali."

Jongin tertegun mendengarnya. Dulu sekali? Tapi kita melihat kilas balik di hari Ujiannya untuk memahami maksudnya.

Pria itu ternyata satu bis dengan Jongin dan melihat hbagaimana rambut nya jatuh menutupi wajahnya yang serius belajar.

Saat Jongin sedang mencepol rambutnya, bis mengerem mendadak dan buku-bukunya terjatuh.

Pria itu membantu Jongin mengambilkan buku-buku itu.

Tapi ia terlalu sibuk dengan pikirannya, tak menyadari kehadiran pria itu dan meninggalkan payungnya. Pria itu menyadari payung Jongin ketinggalan, tapi bis sudah keburu jalan.

Dan sekarang pria itu ada di hadapan Jongin, memegang payung kuning miliknya. Sehun.. Jongin tersenyum walau matanya berkaca-kaca.

Tiba-tiba pria itu meraih Jongin dan mengayunkan tubuhnya untuk melindungi Jongin dari cipratan air dari mobil yang lewat. Sejenak mereka bertatapan dan terdengar suara jantung berdebar-debar.

Dan pria itu tersenyum. Senyum familiar yang sering dilakukan Sehun jika melihat Jongin, ratusan tahun yang lalu.

END

.

.

.

.

.

Epilog

Sehun sekarang sudah mahir main bola. Lawannya siapa lagi kalau bukan Mingyu, adik Chanyeol. Hahaha.. main sama anak kecil. Akhirnya Chanyeol membantu Mingyu melawan Sehun dan gantian Mingyu menjadi kipernya.

Ratu menonton dari bangku penonton. Ia bahagia karena ini saat yang tepat untuk makan ramen kesukaannya. Tapi ia ikut tertawa gembira saat Sehun berhasil menjebol gawang.

Tapi Sehun terus mengingat Jongin. Ia memegang spidol milik Jongin. Begitu pula Jongin yang sekarang memegang tusuk rambut pemberiannya. Senyum tersungging di wajah mereka, tak ada kesedihan di mata mereka.

"Aku mencintaimuu.." seru mereka bersamaan

.

.

.

.

.

.

.

.

.

END

.

.

.

.

.

.

.

Ahh… kali ini benar-benar tamat! Saat melihat keduanya tersenyum di terakhir itu, rasanya seperti melihat dunia mereka paralel, berjalan berdampingan. Duhh..

Ratu akhirnya mendapatkan impiannya. Ia akhirnya memiliki teman di istana dan hubungannya dengan Sehun jadi baik. Kalau tak baik, mana mungkin ia diperbolehkan makan ramen di pinggir lapangan.

Mungkin juga karena mereka sama-sama kangen dengan Jongin. Jongin adalah teman pertama yang Ratu Baek miliki dan pasti memiliki tempat di hati mereka berdua. Kesamaan perasaan itulah yang mungkin membawa mereka lebih dekat. Seperti Ratu yang tahu arti jeruk itu bagi Sehun. Sehun mungkin juga sudah melihat warna rok yang 'diciptakan' Jongin

Sejarah mengatakan Raja Sejong memiliki banyak wanita dan Raja Sejong selalu memberikan jeruk pada wanita yang disukainya. Apa ini berarti Raja selalu mencari sosok Jongim di setiap wanita yang disukainya? Mungkin ada gadis yang senyumnya mirip Jongin. Ada pula gadis yang semangatnya mirip Jongi, gaya bicaranya yang blak-blakan mirip Jongin. Tapi tak ada yang sama persis dengan Jongin.

Btw, saat dari kejauhan melihat Menteri Hwang Hee, Jongin seperti penasaran walau kemudian perhatiannya teralih karena sehun muncul di samping, menggengam tangannya dan menariknya pergi.

Dan Aku berterima kasih buat reader yg review dan nungguin ff ini dengan setia.. rencana nya aku mau bikin remake an dri drama/film lagi tapi aku nunggu ff nya selesai diketik baru nanti aku aaupload pokoknya tungguin aja=)

Ada yg mau request?

Bye.. jangan lupa review ya

See you

Love from KkaiOlaf