I'm sorry, I love You

Kim Jongin and Do Kyungsoo and other.

Present by KaiSooEXO

Chapter 3

...Tepat disamping tempat tidur Jongin, tergeletak sebuah pigura yang berisikan dua anak remaja yang sama-sama tersenyum didepan kamera. Jelas tertulis disudut pigura itu; Kim Jongin dan Do Kyungsoo selamanya...

.

.

.

...

Kyungsoo merutuki keputusannya untuk bermalam-malam diluar sana. Kepalanya benar-benar sakit sekarang, seperti ada banyak tangan yang menekani kepalanya. Dengan sempoyongan ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Kyungsoo bersyukur, hari ini hari minggu jadi tidak akan ada kata Absen dalam kehidupan pendidikannya. Ia meratapi dirinya yang begitu mengenaskan. Wajah chubbynya yang mulai menirus, kantung mata yang mulai tercipta, air mata yang mengering dan satu lagi... pakaiannya.

Salahkan dirinya yang langsung tertidur tanpa mengganti pakaiannya yang basah semalam. Belum beberapa detik berdiri, perut namja pendek itu seakan-akan terasa diremas tanpa berkemanusiaan dan akhirnya ia muntah. Semua isi makanan semalam pagi keluar dengan tidak indahnya seakan menohok dirinya untuk tetap mengeluarkan makanannya. Sekarang mari kita salahkan Kyungsoo karena lupa mengurus dirinya sendiri— ia sama sekali tidak makan, semalam.

Setelah puas melakukan ritual menyakitkan itu, Kyungsoo bergegas membasuh wajahnya, dan mengganti pakaiannya. Serius, dia benar-benar lemas tak berdaya. Segelintir pikiran mengenai Jonginpun muncul dibenaknya, apa manusia bernama Kim Jongin itu baik-baik saja? Entahlah, Kyungsoo tak habis pusing untuk itu— kalau tidak mau dibilang ia sangat khawatir. Teriakan dari Ummanya akhirnya membuyarkan lamunannya, dengan langkah tertatih Kyungsoo turun kebawah, menemui Ummanya yang mungkin sudah menyajikan sarapan. Hufh, Kyungsoo benar-benar lapar.

"Sayang ayo duduk, kita sarapan bersama." Tawar Ummanya, Kyungsoo hanya menurut sembari menyendokkan makanan dihadapannya itu berkali-kali berharap rasa perih diperutnya dapat segera mereda.

"Sayang, sepertinya kau pucat. Apa kau baik-baik saja?" Tanya Ummanya setelah melihat ada suatu yang berbeda dari diri Kyungsoo. Kyungsoo menggeleng lembut, tersenyum terkesan dipaksakan. Tapi mau bagaimana lagi, Kyungsoo benar-benar tak ingin membuat Ummanya khawatir. "Aku baik-baik saja kok Umma, setelah menghabiskan ini aku akan istirahat." Tuturnya, sang Umma tersenyum kemudian melanjutkan sarapan mereka.

Kyungsoo termenung didalam kamarnya, menatap langit yang mulai berangsur pagi itu. Tapi sepertinya tidak akan ada cahaya matahari disini, karena belum lagi waktu menunjukkan pukul delapan hujan sudah mengguyur wilayah mereka. Kyungsoo mendesah, menatap bulir-bulir hujan yang ikut tersampirkan disisi luar jendela mereka. Entah mengapa, hujan saat ini mengingatkannya kembali dengan kejadian semalam.

Kyungsoo mendesah frustasi, tak ada kata yang dapat menggambarkan perasaannya sekarang. Perasaanya campur aduk, bukan karena didominasi dengan perasaan sedih dan senang, melainkan perasaan bersalah, galau, bahkan menyesal. Tak sadar Kyungsoo mengerucutkan bibirnya— mungkin sebuah respon dari tubuhnya. Kedua mata bulatnya memejam, mencoba mengingat-ingat peristiwa lalu. Entah kenapa sosok Kyungsoo sekarang terlihat lebih susah melupakan masa lalu ketimbang memikirkan masa depan. Toh percuma memikirkan masa depan kalau ujung-ujungnya peristiwa masa lalu itu yang ikut terseret kemasa depannya nanti. Mungkin itu yang dipikirkan Kyungsoo, memang kelihatan dangkal dari biasanya tapi mau bagaimana lagi? Tidak mungkin kalian bisa berpikir jernih saat ada seorang dokter yang memponismu dengan penyakit kejam. Namun Kyungsoo mencoba tegar, dan menyembunyikan segala nya dari sekeliling.

Pikirannya kembali terusik dengan sosok yang bernama Kim Jongin.

Kyungsoo mengingat-ingat bagaimana awal pertemuannya dengan Jongin. Beberapa tahun silam, saat Kyungsoo sama sekali tak mengenal apa artinya bersosialisasi, Kyungsoo sangat ingat bagaimana dirinya yang hanya bermain sendiri tanpa ada seorang temanpun yang mengajak atau bahkan mau ikut bergabung bersamanya. Namun sejak adanya Jongin, namja yang paling super aktif itu semua kehidupan Kyungsoo terasa berubah, tidak benar-benar berubah sih namun masih ada yang berubah dari dirinya, dan Kyungsoo akui dia benar-benar merindukan Jongin. Hatinya ingin bertemu, tapi fisik serta pikirannya masih terus saja berlaku egois. Hingga akhirnya fisik dan pikiran itu yang harus mengecap kata kemenangan, walaupun harus diselingi dengan kata keterpaksaan.

Kyungsoo tidak tahu alasan apalagi yang harus membuatnya jauh dari Jongin, selain karena tidak ingin membuat sahabatnya itu terjerumus dengan masalahnya. Tapi tidak tahu kenapa, ia merasa ada alasan lain yang membuatnya seperti ini, ya ada alasan lain yang membuatnya menjauhi Jongin... tapi sekali lagi ia belum tau apa itu.

Suara guntur yang menggema saling bersahutan itu benar-benar membuat Kyungsoo teringat akan sesuatu, sontak pikirannya kembali berputar mundur beberapa tahun yang lalu. Mengingat bagaimana namja tan itu terus menyebut namanya.

"Kyungsoo ya.. nghhh.. Kyungsoo ya." Itu Jongin, ia mengigau disela sakitnya. Hujan tak kunjung berhenti begitupula dengan petir-petir yang saling menyambar membentuk gemaan. Tangan kirinya memegang erat tangan namja disampingnya, yang setia menunggunya. Dia Kyungsoo yang sedari tadi duduk disamping Jongin berharap namja yang seusianya itu dapat cepat sembuh dari demamnya.

Kyungsoo juga langsung membalas tautan Jongin. Tangannya yang terbebas ia pakai untuk mengelus punggung tangan Jongin yang memegangnya. Mereka masih berumur tiga belas tahun saat itu, tapi entah mengapa sepertinya hati dan pikiran mereka seakan sudah saling terikat.

"Kyungsoo disini, Kyungsoo ada disamping Jongin. Cepat sembuh ya?" Dan ucapan sederhana Kyungsoo kembali menenangkan Jongin dari igauanya.

Yah, Kyungsoo sangat ingat kejadian itu. Dimana pertama kali ia melihat Jongin terkapar sakit, setidaknya itu yang dikatakan paling parah. Karena sangat jarang melihat Jongin tidak hadir sekolah lebih dari sehari karena sakit.

Hujan masih terus mengguyur, namun tidak menghentikan segala aktifitas manusia diluar sana. Kyungsoo memperhatikan dari dalam, belum sempat berpikir lebih jauh ponselnya sudah mengintrupsinya. Berbunyi begitu kencang, seakan tak perduli dengan kelancangannya yang mengganggu 'lamunan' Kyungsoo.

Tangan lentiknya menggapai ponsel itu. Keningnya berkerut. Siapa yang menelponnya pagi-pagi ini? Entahlah, Kyungsoo terlalu malas memikirkannya. Tanpa berpikir lagi ia langsung mengangkatnya.

"Hallo..." Mulainya, Kyungsoo kembali berkerut ketika tidak ada balasan dari sang penelpon. Hampir saja ia menutupnya sebelum suara seorang gadis menjawabnya dengan terburu.

'Ahh..jangan ditutup Oppa, ini aku Jiyeon.' Setelah mendengar pernyataan itu, Kyungsoo hanya diam. Tidak perlu terkejut dari mana Jiyeon mendapatkan nomor ponselnya, karena dia masih sangat ingat bahwa dialah yang memberikannya.

"Oh, Jiyeon. Ada perlu apa ya?" Pertanyaan terbodoh yang pernah terlontar dari mulutnya. Kyungsoo memang tidak pandai berbasa-basi, jadi wajar saja dia seperti itu.

Namun tak tahukah dia, Seorang Jiyeon diseberang sana tak mampu menahan senyumannya saat mendengar suara Kyungsoo. Kyungsoo masih sama seperti beberapa tahun silam. 'Eumm.. tidak ada Oppa, aku hanya sekedar ingin mengobrol dengan Oppa. Itu saja.' Kyungsoo mengangguk-angguk. Tidak ada kesan sok manja dan centil dari Jiyeon, itulah yang Kyungsoo suka.

"Ouh, baiklah. Hmm, apakah disana hujan? Disini Hujan bahkan sangat deras. " tanya Kyungsoo.

'Ah, ia Oppa disini hujan,' Jawabnya, jujur ia sangat gugup padahal hanya bicara melalui ponsel.

"Ouhh, hmm. Bagaimana kabar Ahjumma dan Ahjusshi? Mereka baik-baik saja kan?"

'Iya Oppa. Umma dan Appa sangat baik. Bahkan mereka sedang pergi keluar kota, mengurus pekerjaan mereka.' Tutur Jiyeon, kali ini percakapan mereka jauh lebih santai.

'Hmm, Oppa? Apakah lusa Oppa sibuk? Aku berencana ingin mengajak Oppa berjalan-jalan. Sekedar melepas rindu.' Jiyeon mengigit bibirnya, ia takut Kyungsoo akan berpikir yang aneh-aneh terhadap dirinya.

Kyungsoo, tampak berpikir-pikir. Menimang-nimang. "Hmm, baiklah. Dimana kita harus bertemu?" Tanya Kyungsoo.

Jiyeon tersenyum tertahan. Wajahnya terus saja berseri. "Hmm, aku saja yang menjemput Oppa. Kemarin aku tak sengaja melihat nama sekolah Oppa. Bagaimana Oppa?" Saran Jiyeon,

Kyungsoo langsung saja mengangguk. "Baiklah, aku akan menelponmu lagi. Hmm, Jiyeon-ah, maafkan aku. Aku harus mengerjakan sesuatu." Terkesan tak sopan, tapi ia terpaksa.

Jiyeon mendesah, padahal dia masih ingin bicara lagi dengan Kyungsoo. Namun, kemudian ia tersenyum lagi. "Baiklah, Oppa sampai jumpa," Dan kemudian hubungan mereka terputus.

...

.

.

.

.

.

.

Kyungsoo bersenandung kecil sembari berjalan menuju kelasnya. Bukan, dia tidak lagi dalam suasana diri yang baik. Ia hanya sedang menghibur dirinya saja. Namja pendek itu terus berjalan hingga sampailah dirinya didepan kelas tercinta, yang mungkin menantinya. Mata besarnya menelusuri sekitar, mungkin saja ada yang berbeda hari ini, walaupun Kyungsoo tau kemungkinan itu terjadi sangatlah kecil.

Ia meletakkan tasnya kemudian duduk. Tepat dipapan tulis yang hanya berjarak dua meter dari hadapannya. Papan tulis belum dihapus, Kyungsoo masih bisa membaca pelajaran hari sabtu kemarin mengenai masalah geometri. Sungguh monoton bukan?

Pagi ini, cuaca sungguh cerah. Mungkin ini sebuah balasan dari Tuhan karena telah memberikan mereka satu hari penuh hujan. Kyungsoo mendesah, menarik napas nya dengan tenang. Didalam pikirannya hanyalah masalah-masalah yang semakin lama semakin begitu jubek seperti benang kusut. Belum lagi masalah satu dinikmati, ternyata Tuhan memaksakan dirinya untuk menikmati masalah lain. Hufh, terdengar tak tau diri memang, tapi mau bagaimana lagi? Kyungsoo sedih, kesal, bahkan melawan saja tak sanggup. Ironis.

Kepalanya menoleh saat mendengar suara tawa atau mungkin suara cekikikan dari pintu luar. Itu teman sebangkunya, Byun Baekhyun. Namja sipit itu terus saja bertingkah sesuka hati, namun entah kenapa setiap manusia yang melihat dia merasa terhibur berbeda dengan Do Kyungsoo yang hanya bisa diam disela-sela candaan yang mereka buat. Suara cekikikan itu semakin mendekat hingga pada akhirnya tepat disampingnya. Wajah Baekhyun memerah, saat melihat teman sekelas mereka Hwang Chansung bertingkah bodoh. Jelas-jelas namja tinggi itu sedang bertingkah seperti anak SD. Kyungsoo tak habis pikir bagaimana bisa 'jiwa anak-anak' terkurung didalam tubuh tinggi Chansung yang terbilang atletis itu.

"Hahaha, Chansung-ah. Berhenti.. berhenti.. kau seperti orang bodoh hahaha." Ucap Baekhyun disela tawanya yang semakin membludak, perutnya seakan keram melihat Chansung yang salto gila dipagi ini.

"Haha, tidak mau ini menyenangkan Baekhyun. Ayo bergabung." Tawar Chansung masih dalam senyum lebarnya yang benar-benar idiot.

Jangan tanyakan dengan teman teman Kyungsoo yang lain. Mereka tak ambil pusing selama hal-hal yang dilakukan Chansung dan Baekhyun tidak mengusik mereka. Setelah puas memandangi mereka, akhirnya Kyungsoo memilih berkutat dengan bukunya. Tidak akan ada guru yang masuk pada hari ini, karena setiap hari pertama masuk semua guru diwajibkan untuk menghadiri pelatihan, entah apa itu.

"Hei Kyung Hyung," hampir saja sentuhan di bahunya membuat Kyungsoo kena serangan jantung. Ia menoleh kesamping, tepat dimana sang 'pengusik' itu berada. Yang melakukan hanya tersenyum bodoh, seakan itu bukanlah masalah.

"Kyung Hyung, Jongin Hyung kemana? Kenapa tidak datang hari ini?" Tanya Sehun, teman sekelas dan tetangganya itu.

"Eh?.." Jongin tidak datang? Mengapa Kyungsoo tak menyadarinya?ah bahkan dia selalu ingat, setiap ada Jongin pasti ada saja keributan yang dibuatnya dan sekarang tidak. Sungguh, dari mana saja kau Kyungsoo.

"Aku..aku tidak tahu Sehun-ah," jawab Kyungsoo. Dia memang tidak tahu kemana Jongin. Tapi seingatnya.. ah apa Jongin sakit karena menunggunya kemarin? Entahlah, Kyungsoo juga tak tahu.

"Serius Hyung tidak tahu? Apa dia ada menghubungi Hyung?" Tanya Sehun lagi, Kyungsoo menggeleng.

"Kenapa tidak kau hubungi saja Jongin, Sehun?"

Sehun mendelik, kemudian menatap ponsel yang berada digenggamannya. "Sudah, Hyung-ah. Tapi dia tidak mengangkatnya. Ponselnya mati. " mau bagaimana lagi, satu-satunya cara adalah pergi kerumah Jongin dan menanyakan keadaanya.

"Kyung Hyung, bagaimana hari ini kita pulang bersama saja? Sekalian berkunjung ke rumah Jongin Hyung?" Kerumah Jongin? Itu berarti ia harus bertemu dengan Jongin, ah itu sudah pasti Kyungsoo. Kyungsoo menggeleng, itu tak mungkin. Dan akhirnya ia lebih memilih beralasan saja. "Ah maaf Sehun-ah, aku tidak bisa. Aku ada perlu. Lebih baik kau saja dulu? Setelah aku pulang dari urusanku aku akan mengunjunginya. Kau tahukan rumah kami bersebelahan." Jawabnya meyakinkan, sunggu Kyungsoo benar-benar berhasil menjadi pembohong ulung. Sehun mengangguk cuek, membenarkan perkataan Kyungsoo. Tidak masalah pergi sendirian, "hmm. Baiklah Hyung. Aku pergi dulu ya."

Setelah itu, Sehun menghilang dari pandangannya.

Kedua mata Kyungsoo menerawang. Apa benar sekarang Jongin sedang sakit? Ah, jika jawabannya Ia sudah pasti karena dirinya. Tapi, entah kenapa Kyungsoo berharap jika itu benar.

...

.

.

.

.

.

Hujan kembali mengguyur wilayah Seoul, tepat dimana Kyungsoo berada. Angin malam yang berhembus melalui sela ventilasi benar-benar membuat tubuh Kyungsoo merinding kedinginan. Tubuhnya mengerat didalam selimut. Berharap kehangatan didalam selimut dapat mengurangi kedinginannya. Matanya memang sudah terpejam, namun pikirannya masih saja berkeliaran. Kali ini bukan tentang yang lain. Dia hanya sedang memikirkan Jongin.

Percakapannya tadi pagi dengan Sehun benar-benar membuatnya terus teringat. Ah, mungkin besok Jongin sudah pergi ke sekolah, putusnya memutuskan untuk tidur. Namun belum sempat Kyungsoo bergelut dengan selimutnya tiba-tiba ketukan dari luar, mengganggunya.

"Kyungsoo-ah, apa kau sudah tidur?" Tanya ummanya. Kyungsoo bangkit dari tidurnya, tumben sekali ummanya memanggi pasti ada hal yang penting.

Dan benar saja, ia melihat ummanya sedang berdiri disamping umma Jongin.

Dan berakhirlah Kyungsoo disini, disebuah ruangan yang bisa dikatakan sangat lebar untuk dijadikan sebuah kamar.

"Tadi pagi demamnya sudah menurun. Tapi, entah kenapa sekarang malah semakin parah Kyungsoo-ah. Dari tadi Jongin selalu menyebut namamu. Dia mengigau," Terang umma Jongin menjelaskan.

Kyungsoo yang mendengar hanya manggut-manggut saja. Dilihatnya jam sekarang, pukul sebelas malam. Dan hujan tak kunjung redah. Ia masih bisa merasakan kakinya yang dingin, akibat berjuang kerumah Jongin. Dilihatnya keadaan Jongin, memang tak cukup baik. Hati kecilnya terasa tercubit, sakit. "Ah, ia Ahjumma."

"Hiks.. Kyungsoo-ah...Kyungsoo..." itu Jongin yang sedang mengigau dibalik selimutnya. Suaranya begitu parau bahkan keringat sudah membanjirinya. Dia kacau.

"Ah, sepertinya sudah sangat larut Ahjumma. Ahjumma tidur saja, biar Kyungsoo saja yang merawat Jongin."

Umma Jongin memandang Kyungsoo dengan pandangan tak enak hati, benar-benar menyusahkan. Tapi sekali lagi, Kyungsoo tersenyum. Seakan ini bukanlah masalah besar. "Tidak apa-apa Ahjumma. Kyungsoo akan menemani Jongin hingga demamnya turun."

Umma Jongin tak bisa mengelak, jujur dia memang tak enak hati pada Kyungsoo. Namun anaknya sangat membutuhkan Kyungsoo pada saat ini. "Baiklah Ahjumma keluar dulu, bila Kyungsoo ada keperluan lain, Kyungsoo bisa mengetuk pintu kamar Ahjumma." Kyungsoo mengangguk, dan tinggallah mereka berdua.

Hening. Hanya sesaat. Jongin kembali mengigau, "Hiks..Kyungsoo-ah jangan tinggalkan aku. Aku mohon hiks, Kyungsoo maafkan aku..hiks,"

Hati Kyungsoo mencelos sekarang, "Tidak, tidak. Aku ada disini Jongin. Tenanglah."

Kepala Jongin yang penuh keringat itu tetap menggeleng, seakan tak percaya dengan kata penenang itu. Kedua matanya semakin terpejam. Ia terlihat depresi dalam sakitnya. "Tidak, aku ada disini. Kyungsoo ada disini." Kali ini Kyungsoo memegang tangan Jongin, mengaitkan tangan mereka satu sama lain. Tangan yang lain mengompres kening Jongin, berharap dengan beberapa kali kompresan panas Jongin dapat menurun. Hujan diluar sana semakin deras, bahkan suara petir yang menyambar semakin besar. Jongin semakin mengeratkan tautannya terhadap Kyungsoo. Yah, Kyungsoo tau Jongin sangat takut dengan petir. "Jangan takut Jongin-ah, ada aku disini. Aku bersamamu."

Seketika tubuh Jongin yang tadi menegang, melemas seketika. Deru napasnya semakin terlihat normal, ia tertidur dengan tenang. Syukurlah.

Kembali Kyungsoo mengganti kompresannya. Entah kenapa perasaan bersalah semakin menghujamnya. Haruskah ia menghentikan semua ini? Tapi bagaimana? Ia tidak bisa. Perlahan, tangannya menyentuh kening Jongin. Rambutnya basah, tak beraturan. Kyungsoo berjanji setidaknya ia akan merawat Jongin sampai panasnya turun.

Sekarang sudah hampir jam dua belas malam. Sudah sangat larut, jujur kali ini Kyungsoo tak bisa menahan kantuknya lagi, ia harus tidur. Tapi sebelum tidur ia memutuskan untuk mengganti kompres Jongin, dan entah kenapa bibirnya sudah mendarat dipipi namja tan itu.

Tatapannya sendu, "Jongin-ah maafkan aku." Putusnya tidur tanpa melepas genggaman mereka.

.

.

.

.

.

Jongin bangun dengan cukup baik hari ini, walaupun masih ada rasa sakit dikepalanya tapi setidaknya ini jauh lebih baik. Kedua matanya terbuka, masih kabur. Ia mencoba mengadaptasikan kedua matanya dengan cahaya matahari yang masuk melalui ventilasi jendelanya. Hingga akhirnya ia sadar, ia tak sendiri. Pipi kanannya dapat merasakan deru napas seseorang. Entah kenapa Jongin tak bisa menghentikan senyumannya. Ternyata semalam bukanlah halusinasinya, itu memang Kyungsoo dan disinilah Kyungsoo sekarang, disampingnya tertidur dengan indah bagaikan seorang malaikat.

"Terimakasih Kyungsoo, aku tau kau tidak akan tega melihatku seperti ini." Ucapnya pelan. Jongin melihat tangan mereka yang saling tergenggam dengan otomatis ia semakin mengeratkannya. Wajahnya terus saja tersenyum. Bahkan tak kuasa ia mendaratkan ciumannya tepat dipuncak kepala Kyungsoo. Rambutnya benar-benar halus seperti bayi, tepat seperti Kyungsoo yang selama ini Jongin kenal.

Kyungsoo yang merasa sedikit terganggu, Perlahan membuka matanya. Sosok pertama yang ia lihat adalah Kim Jongin. Tatapan mereka saling bertemu.

"Ngh, ah kau sudah bangun Jongin-ah." Ucap Kyungsoo dalam suaranya yang masih serak. Jongin mengangguk dalam diam, belum mampu menetralisikan degupan didadanya.

Kyungsoo yang melihat kedua tangan mereka yang masih tergenggam itu sontak melepasnya. Jongin kecewa. "Ah, ma-maaf.. Jongin-ah."

Jongin menggeleng. "Tidak..tidak masalah, aku senang Kyungsoo."

Sebelum bangkit sari tidurnya Kyungsoo menyempatkan diri untuk mengecek suhu Jongin dengan tangannya. "Ah, syukurlah panasmu sudah turun. Maafkan aku Jongin-ah aku harus pulang. Aku harus sekolah." Ucapnya cepat, setelah itu mencicit pergi tanpa melihat Jongin lagi.

Jongin yang belum mampu bergerak, akhirnya hanya bisa menatap kepergian Kyungsoo dengan tatapan kecewa. Tapi setidaknya, Kyungsoo masih —sangat— perduli terhadapnya. Dan seketika pemikiran itu membuat Jongin melayangkan senyumannya—kembali. Cepat atau lambat, Kyungsoo akan kembali ke pelukannya. Terdengar posesif, tapi mau bagaimana lagi Jongin benar-benar sudah jatuh kepelukan sahabatnya itu.

...

Yeay, Chapter thirth is Done!. Udah lumayan panjang gak? Hahaha. Tenang aku sebenarnya sejenis Author yang suka nulis panjang-panjang kok tapi untuk akhir-akhir ini, aku sengaja buat pendek-pendek , hiatus hampir setahun membuatku benar-benar kaku hahaha *Cih, sok senior. Maaf sunbae* idk why, apa fanfic ini keliatan bertele-tele yah? Atau malah mirip sinetron yang gak jelas? Aduh aku berharap ajah nggak hahaha

Dan maaf untuk Kaisoo momentnya yang, errr sedikit banget. Tapi memang itu yang terkonsep dipikiran aku sekarang hahaha. Biarlah mereka saling tertekan dulu #ketawanista xD dan yah, untuk chapter ini aku mencoba untuk mengambilnya dari sisi Kyungsoo. Karena sejak chapter awal, sepertinya aku selalu ngambil sisi Jongin. Dan thx untuk review sebelumnya yah, semoga terhibur.

Dan sekali lagi, semoga readers mau memberikan review, follow atau bahkan favoritin ini fanfic hahaha. Oh yah sekali lagi saya umumkan, #plakk. secepatnya saya akan ganti chapter ff saya yang gak nyambung dan update chapter lanjutan dari ff saya yang lain^^

Salam Fansboy,

KaiSooEXO