Hallo.

Baca dulu deh, nanti baca A/N. Okay! :D

Matahari terik di bulan Juni tak membuat suasana hati Baekhyun ikut panas jika ia sedang berada di taman kanak-kanak tempat ia bekerja sejak beberapa bulan yang lalu. Lee Sungkyung yang juga tinggal di Jeju karena suaminya, Kwangsoo, dinas di tempat yang sama dengan Chanyeol bekerja, sekarang menjadi teman dekatnya. Baekhyun bekerja bukan sebagai guru TK tapi sebagai pengurus disana, namun sesekali ia juga menjadi guru pengganti dan saat-saat seperti itulah yang sebenarnya Baekhyun tunggu-tunggu.

Awalnya Chanyeol kurang setuju jika Baekhyun harus bekerja, karena ia tak mau istrinya terlalu lelah mengurusi rumah sambil bekerja. Namun, wanita cantik itu bersikeras ingin mempunyai kegiatan, dan pada akhirnya juga Chanyeol mengalah karena sepertinya pekerjaan Baekhyun yang sekarang tidak begitu menyita waktu wanita itu dan yang paling penting adalah istrinya menyukai apa yang ia lakukan jadi ia pun ikut senang.

"Sungkyung eonni, apa kau tidak apa-apa?", tanya Baekhyun ketika melihat rekan kerjanya begitu pucat.

Sungkyung hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum, "Aku tidak apa-apa, Baek. Orang sedang hamil muda memang begini." ujar wanita itu sambil tersenyum.

Mata Baekhyun langsung membulat, wanita itu menutup mulutnya tanda ia kaget, kemudian tersenyum lebar ke arah Sungkyung. "Kau sedang hamil? Ya ampun, selamat! Sudah berapa lama?" tanya Baekhyun antusias, matanya berbinar karena pembahasan soal bayi adalah favoritenya semenjak menikah.

"2 bulan, Baek. Aku saja baru mengetahuinya kemarin karena Kwangsoo. Andai saja tidak cepat sadar, bisa-bisa sampai sekarang aku masih berolahraga berat.", jelas Sungkyung.

Baekhyun tersenyum hangat, senang melihat temannya yang pada akhirnya akan menjadi seorang ibu. Dalam hati, wanita itu juga iri, ia dan Chanyeol memang sudah ingin sekali memiliki anak namun sudah 6 bulan mereka menikah belum juga ada tanda-tanda kalau malaikat kecil sudah tumbuh di rahimnya. Pekerjaannya yang sekarang membuat Baekhyun setiap hari melihat anak kecil, menumbuhkan keinginan memiliki anak juga semakin besar.

Sungkyung memperhatikan Baekhyun kemudian menepuk bahu temannya, ia mengerti keadaan wanita itu, Baekhyun sering tidak sengaja mencurahkan hatinya tentang keinginannya untuk segera mempunyai buah hati. Terkadang Baekhyun juga suka meminta tips agar segera punya anak dari Jihyo yang juga merupakan teman dekat mereka. Jihyo sudah punya 2 anak dari pernikahannya dengan Kang Heegun yang juga seorang tentara.

"Bersabar dan teruslah berusaha, Baek. Anugrah itu akan datang." Ujar Sungkyung penuh perhatian.

Baekhyun mengangguk, "Ya, aku mengerti, doakan aku juga ya eonni."

.

.

.

Sudah pukul 9 malam, namun Chanyeol belum juga pulang. Tak biasanya pria itu belum pulang saat makan malam. Baekhyun sebenarnya takut sendirian dirumah, tak terbiasa karena dulu ia selalu ditemani oleh bibi Kang jika tak ada orang dirumah.

Setelah selesai mandi dan melaksanakan rutinitasnya untuk merawat tubuh, Baekhyun segera naik ke tempat tidur dan mencoba menghubungi Chanyeol, namun nomornya tidak aktif. Lagi-lagi pria itu pergi tanpa memberitahunya. Kalau sudah begitu, Baekhyun hanya bisa menghembuskan nafas dan memutuskan untuk tidur duluan, memikirkan soal anak yang belum juga hadir dipelukannya sebelum tidur menjemputnya.

Chanyeol baru sampai dirumah pukul 1 dini hari. Banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan dan juga rapat dengan petinggi yang dilakukan sembunyi-sembunyi juga membuatnya sangat terlambat pulang.

Lelaki itu sudah tak sempat mandi, ia hanya mengganti pakaiannya dan menggosok gigi, itu pun ia setengah sadar karena kantuk. Besok ia tak ada kegiatan, jadi ia bisa tidur cukup lama. Pikiran itu membuatnya tersenyum, tak ada kegiatan maka ia bisa menghabiskan waktu dengan Baekhyun di hari Sabtu.

Chanyeol tersenyum melihat Baekhyun yang tertidur ditemani oleh Gugu, si boneka beruang cokelat yang dirinya berikan pada Baekhyun di awal pernikahan mereka. Perlahan ia mencoba mengambil Gugu dari pelukan Baekhyun. Wanita itu hanya menggeliat dan mengganti posisi tidurnya jadi membelakangi Chanyeol. Sang prajurit menghembuskan napasnya kasar, ia kan ingin menciumi Baekhyun sebelum tidur. Tak bisa melakukan rencananya itu, ia pun kemudian memeluk Baekhyun dari belakang, mendekatkan wanita itu pada dirinya.

"Eummh, gerah…" protes Baekhyun dalam tidurnya sambil menggeliat mencoba melepaskan diri dari Chanyeol.

Chanyeol kemudian tertawa kecil, ia pun kemudian menurunkan suhu ruangan, dan kembali memeluk Baekhyun. Kali ini wanita itu tidak protes dan Chanyeol dengan senyum mencium bahu Baekhyun dan ikut masuk ke dunia mimpi bersamanya.

.

Pagi harinya, Baekhyun bangun didalam pelukan Chanyeol yang masih mendengkur halus dibelakangnya. Suhu udara cukup dingin karena semalam Chanyeol menurunkan suhu AC. Jam menunjukkan pukul 7 pagi, alarm tubuh Baekhyun selalu membangunkannya jam 7 pagi-kalau ia tidak sedang lelah-, dan biasanya wanita itu akan bangun dan menyiapkan sarapan, suatu kebiasaan baru semenjak ia menikah.

Perlahan Baekhyun melepaskan tangan Chanyeol dari perutnya dan bangun dari tempat tidur. Memandangi wajah Chanyeol yang tertidur juga salah satu kebiasaan baru wanita itu. Suaminya tampak seperti anak kecil ketika ia tidur. Begitu damai, namun seringkali ia melihat Chanyeol mengerutkan keningnya ketika tidur, seperti orang yang mimpi buruk dan dengan senang hati wanita itu mengelus dahi suaminya. Baekhyun tak tega membangunkan pria itu, melihat Chanyeol yang terlihat lelah. Ia pun memutuskan untuk tidak membangunkannya untuk beberapa menit selama ia menyiapkan sarapan sederhana.

Chanyeol terbangun jam 7 lewat, ia mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan tapi tak bisa menemukan Baekhyun dimanapun. Dengan rasa kantuk luar biasa, ia pun segera keluar kamar mencari wanita yang ia cintai karena semalam ia belum sempat mencium dahinya. Dasar.

Senyum Chanyeol begitu lebar ketika melihat Baekhyun sibuk di dapur. Wanita itu baru saja menuangkan sup ayam kedalam mangkuk besar. Wajahnya yang polos tanpa make up membuatnya semakin menggemaskan. Sebuah pita warna biru menghalau rambutnya untuk menutupi wajahnya. Wanita itu masih memakai baju tidurnya, yang Chanyeol sadari kebanyakan dari pakaian tidurnya adalah gaun tidur selutut dengan lengan pendek atau panjang, memamerkan bahu dan lehernya pada Chanyeol seorang.

"Oppa, sampai kapan mau berdiri disitu. Ayo sini, sarapan. Nanti kau terlambat bekerja", ujar Baekhyun sambil menyiapkan piring.

"Aku tidak ada kegiatan hari ini, sayang. Hari ini aku ingin istirahat bersamamu", jelas Chanyeol.

Baekhyun mengangkat alisnya, "Tumben, biasanya kau bekerja full week." Sindir Baekhyun.

Chanyeol tersenyum, "Bersyukurlah hari ini sampai besok sore aku tidak ada kegiatan. Kemarin aku sampai tidak sempat membuka handphoneku. Ganjarannya adalah libur sehari", ujar Chanyeol senang sambil mengunyah nasi.

Baekhyun tersenyum, ia pun kembali memakan sarapannya yang sedikit namun tak habis-habis. Wanita itu dalam hati masih memikirkan tentang dirinya yang tak hamil-hamil juga. Padahal dokter bilang, mereka sangat sehat. Baekhyun juga sudah makan makanan yang sehat, dan wanita itu juga memastikan Chanyeol demikian. Temannya sudah mengandung, hal itu membuatnya senang bercampur iri. Ingin rasanya ia membicarakan hal yang cukup mengganggunya ini dengan sang suami, namun melihat pria itu begitu lelah ia jadi tidak tega buka suara soal hal itu.

"Kau kenapa, Baek?", tanya Chanyeol membuyarkan lamunannya.

Baekhyun buru-buru memasang wajah manisnya didepan Chanyeol. "Huh? Kenapa?" katanya polos.

Chanyeol menaruh sendoknya dan memberi Baekhyun perhatian penuh, "Kau termenung, apa yang kau pikirkan?"

Baekhyun ragu apakah ia harus mengatakan yang sejujurnya atau menunggu waktu yang tepat nanti. Tapi ia benar-benar ingin mengatakannya. Ia ingin Chanyeol tahu apa yang ia rasakan saat ini, Baekhyun ingin pria itu sedikit memberinya ketenangan.

"Oppa… A-aku sebenarnya sedikit resah", ujar Baekhyun takut-takut.

Chanyeol tak berkata apapun, pria itu menunggu Baekhyun melanjutkan perkataannya.

Baekhyun sendiri mencoba untuk berani menatap suaminya. Wajah lelah Chanyeol membuatnya tidak tega. Tapi sudah terlanjur juga kan? Pria itu sudah menaruh perhatian padanya.

"Oppa, k-kenapa aku belum juga h-hamil ya? Aku khawatir", ujar Baekhyun sedih.

Chanyeol langsung lemas melihat Baekhyun yang sedih seperti itu, ia tahu benar kalau wanitanya sudah sangat menantikan hadirnya si kecil ditengah-tengah mereka. Chanyeol pun demikian, ia juga ingin segera punya seorang anak. Namun ia juga menikmati enam bulan ini hanya berdua bersama Bekhyun.

"Apa itu sangat mengganggumu, Baek?" tanya Chanyeol.

Baekhyun mengangguk, jemarinya bertaut dibawah meja. "Aku takut Oppa kecewa…" bisik Baekhyun.

Mulai lagi, wanita itu kembali memikirkan dirinya lebih dari ia memikirkan dirinya sendiri. Chanyeol pun segera berdiri dan menghampiri Baekhyun untuk memeluknya. "Aku juga ingin cepat-cepat kau hamil, namun percayalah aku akan selalu bersabar untuk itu, kau juga harus begitu. Sabar", bisik Chanyeol. "Aku pun tidak kecewa padamu, aku menikmati waktu berdua kita."

Baekhyun hanya mengangguk namun dalam lubuk hati tetap saja ia sedih.

Setelah makan dan mencuci piring, Baekhyun menyuruh Chanyeol untuk kembali tidur karena suaminya tampak lelah sekali, sedangkan ia kembali mengerjakan pekerjaan rumahnya. Hidup hanya berdua, kegiatan mencuci baju tidak begitu berat untuk Baekhyun, selama ia melakukannya secara rutin. Begitu juga dengan menyetrika pakaian, bagian favoritenya adalah ketika ia menyetrika seragam dinas suaminya. Kebanggaan yang hangat terpancar dalam dirinya. Hal lain yang Baekhyun sukai adalah ketika ia memasangkan lencana dan ornamen-ornamen ketentaraan diseragam suaminya. Dikelilingi oleh tentara membuatnya terbiasa akan hal itu, namun yang ini cukup spesial karena Chanyeol adalah suaminya.

Bagi Baekhyun, enam bulan menjadi istri Chanyeol benar-benar menyadarkannya tentang arti kesabaran dan saling pengertian. Enam bulan ini juga bukan berarti mereka tidak pernah cekcok satu sama lain. Pernah ketika Baekhyun pulang larut malam karena wanita itu menghadiri undangan makan malam bersama istri-istri tentara. Pada awalnya Chanyeol mengizinkan namun pria itu tidak menyangka kalau istrinya akan pulang larut dan ia sendirian! Sontak saja Chanyeol langsung memberi Baekhyun pengertian, dengan sedikit emosi membuat Baekhyun menitikan air mata. Pada akhirnya pun Chanyeol beralasan kalau ia khawatir, melihat Baekhyun pulang larut malam sendirian benar-benar membuat Chanyeol kebakaran jenggot. Sejak saat itu, Baekhyun sebisa mungkin tidak mengulanginya, melihat suaminya yang marah adalah pengalaman yang buruk bagi Baekhyun, padahal Chanyeol yang marah tidak semenyeramkan yang Baekhyun pikir.

Chanyeol masih tertidur ketika Baekhyun baru selesai mandi. Udara panas benar-benar membuat dirinya haus akan sentuhan air dingin di kulitnya. Baekhyun memutuskan untuk memakai tank top dan celana pendek, karena hari ini sangat panas.

Wanita itu tersenyum melihat Chanyeol yang tidur seperti orang pingsan, lelaki itu juga sempat mandi selesai sarapan. Benar-benar well prepared. Baekhyun tak mau mengganggu suaminya, ia pun menyibukkan diri dengan tablet pc-nya. Wanita cantik itu sering membaca artikel-artikel tentang kesehatan, dan kali ini soal kesehatan calon ibu hamil.

Beberapa menit membaca, Baekhyun merasakan orang disampingnya mulai menggeliat. Akhirnya Chanyeol bangun juga. Pria itu mengucek matanya, kemudian tersenyum kearah si cantik yang sedang duduk bersandar.

"Baek…", sapanya manja kemudian mendekatkan diri kearah wanita itu agar ia bisa menempatkan kepalanya dipangkuan Baekhyun.

Sadar kalau bayi besarnya butuh perhatian, Baekhyun menaruh tablet pc-nya dan mengelus rambut Chanyeol. "Masih mengantuk?"

Chanyeol menggeleng dan menenggelamkan kepalanya ke perut Baekhyun dan menciuminya seperti ada seorang bayi disana, hal itu membuat si cantik jadi cemberut lagi. "Mau ke pantai?", ajak Chanyeol.

Baekhyun melihat suasana diluar yang terik, ke pantai hanya akan membuat kulitnya gosong, maka wanita itu buru-buru menggeleng tanda tak mau. "Aku ingin dirumah, diluar begitu panas." ujar Baekhyun lemas.

Park Chanyeol cemberut, memperhatikan wajah Baekhyun yang cahayanya redup, ia pun segera bangun dan meraih tangan wanitanya, "Kau terlihat murung, apa aku salah bicara?" tanya Chanyeol.

Baekhyun menggeleng kuat dan buru-buru menunjukkan senyum terbaiknya namun gagal karena Chanyeol masih tak percaya.

"Jangan kau paksakan senyummu, Baek. Aku sudah tahu mana yang asli mana yang tidak."

"Maaf…"

"Apa ini masih tentang pembahasan tadi pagi?" tanya Chanyeol curiga.

Baekhyun hanya diam, menunduk. Entah kenapa ia benar-benar jadi berlebihan, wanita itu jadi mudah tersinggung dan hatinya mudah terenyuh. Bibirnya bergetar ingin menangis karena ia belum menangis sama sekali semenjak pikiran itu mengganggunya sejak berminggu-minggu yang lalu.

"Baekhyun, aku sudah bilang kalau hal itu pasti akan datang tepat pada waktunya", ujar Chanyeol tenang, "Jangan siksa dirimu sendiri."

Baekhyun mengangkat kepalanya, tak habis pikir Chanyeol bisa mengatakan hal seperti itu, "Oppa tidak mengerti", ujar Baekhyun berbahaya.

"Lalu buat aku mengerti", suara Chanyeol masih sabar.

"Aku setiap hari sendirian dirumah, aku kesepian, aku ingin ada seseorang yang menemaniku, dan orang itu adalah anak kita! Bisakah kau pikir bagaimana cemburunya aku melihat teman-temanku yang sudah punya anak, bahkan Sungkyung eonni yang sudah berusaha menunda kehamilannya malah hamil duluan dibanding aku yang sudah mengharapkan itu sejak jauh-jauh hari! Belum lagi keluarga kita yang selalu bertanya apakah aku sudah hamil apa belum, sungguh, oppa, kapan kau bisa mengerti itu? Begitu banyak tekanan dari sana-sini, dan yang paling berat adalah tekanan dari diriku sendiri. Bisakah kau mengerti itu juga?", ujar Baekhyun, air mata sudah membasahi pipinya, wanita itu sudah sangat frustrasi. "A-aku salah apa…"

Chanyeol menggeleng dan langsung membawa Baekhyun kedalam pelukannya, ia memeluk wanita itu erat karena ia tak menyangka kalau istrinya menanggung beban sebesar itu. "Maaf, Baekhyun, maaf", bisik Chanyeol. Baekhyun hanya terus menangis, bahunya bergetar. "Sekarang aku mengerti, maaf…"

Dengan Chanyeol mengatakan itu, Baekhyun menjadi lebih baik. Ia ingin suaminya itu mengerti. Tangannya pun melingkar di leher Chanyeol, keduanya tersenyum satu sama lain. "Thank you", bisik Baekhyun.

Chanyeol mengangguk, kemudian menghapus air mata di pipi Baekhyun dengan ibu jarinya. "Menangis saja kau masih cantik", goda sang prajurit membuat si cantik malu saja. "Kemarin seharian aku belum sempat menciummu. Apa sekarang boleh?"

Baekhyun mengangguk dan menutup matanya, membuat Chanyeol tertawa pelan dan mencium bibir Baekhyun dengan senang hati.

.

Menjelang malam, Baekhyun terbangun dari tidur siangnya yang panjang karena ia dan suaminya begitu lelah berusaha membuat impian Baekhyun menjadi kenyataan. Pipinya menempel didada Chanyeol yang telanjang. Wanita itu tersenyum sambil kembali merekatkan dirinya pada Chanyeol dan sang prajurit semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Baekhyun.

"How do you feel?" tanya Chanyeol dengan suara serak khas bangun tidur, membuatnya semakin sexy.

"I feel better, thank you, husband."

"You are welcome, wife."

Baekhyun kemudian menyandarkan kepalanya dibahu Chanyeol. "Oppa, kalau punya anak, mau laki-laki atau perempuan?" tanya Baekhyun sambil menautkan jari mereka berdua.

"Hmm", gumam Chanyeol masih dengan mata tertutup. "Kembar juga aku akan senang", katanya sambil tertawa, begitu juga Baekhyun.

"Oppa…", panggil Baekhyun lagi dengan nada suara manjanya.

"Hmmm?"

"Maaf aku tadi marah-marah padamu", ujar Baekhyun sambil menciumi jemari Chanyeol ringan.

Chanyeol kemudian mengubah posisinya menjadi menghadap Baekhyun. "Tak perlu minta maaf, aku malah senang kau terbuka padaku, pertahankan terus seperti itu, ,karena aku tidak bisa membaca pikiran, aku tidak tahu jika ada yang mengganggu pikiranmu jika kau tak mengatakannya padaku."

"I love you, wife."

"I love you, too, husband."

Chanyeol tersenyum, "Sekarang kita harus mandi, aku ingin mengajakmu keluar."

.

.

.

Chanyeol membawa Baekhyun ke pantai, suasana disana cukup ramai dengan warga sekitar yang sedang mengadakan acara seperti pesta ulang tahun kepala desa tempat mereka tinggal. Pria-pria berkumpul bersama, mengobrol dan sesekali tertawa terbahak-bahak, sedangkan para wanita menyiapkan sajian makanan, berbincang-bincang sambil makan camilan yang mereka buat sendiri.

"Kapten Park!" sahut seseorang dari kerumunan warga.

Chanyeol tersenyum melihat Heegun, yang ternyata sudah menantinya, Baekhyun juga tersenyum ketika menyadari Jihyo ada bersama Heegun. Tak lupa anak mereka yang masih kecil-kecil pun ikut dan duduk dipangkuan Jihyo serta Heegun.

"Omo! Lihatlah, Jihyo eonni membawa Haechan dan Donghyuk!", pekik Baekhyun kemudian menghampiri Jihyo untuk mengambil si kecil Donghyuk.

Chanyeol tersenyum melihat Baekhyun yang bersemangat, wanita itu memang benar-benar menyukai anak kecil.

"Kapten, bisakah kita bicara?", tanya Heegun dengan suara pelan setelah menghampiri Chanyeol. Sang kapten kemudian mengangguk, mereka pun berjalan sedikit menjauh dari keramaian.

Heegun mengambilkan Chanyeol segelas minuman, dan pria tinggi itu dengan senang hati menerimanya setelah memastikan itu bukan minuman keras, karena Baekhyun pasti akan marah jika ia mabuk.

"Apa kau sudah dengar tentang komplotan pemberontak anti pemerintah?" tanya Heegun sambil meminum minumannya santai.

Chanyeol mengangkat alisnya, "Kenapa dengan mereka?"

Heegun meneguk minumannya, kemudian sambil memasang ekspresi yang senang mengatakan, "Kudapat info dari komandan pusat, mereka sedang berada diwilayah kita"

Chanyeol langsung pura-pura tertawa, "Apa tim kita sudah mulai berjaga?", tanya Chanyeol.

Heegun mengangguk, "Ya. Mayor Siwon sudah memerintahkan kita berjaga. Kapten Kim Jongin pun sudah tiba di Jeju."

Chanyeol mengangguk-anggukkan kepalanya, "Hm. Lanjutkan. Terimakasih untuk infonya."

Setelah pembicaraan mereka, Chanyeol jadi lebih waspada, begitu juga Heegun. Kwangsoo yang juga datang dengan Sungkyung pun langsung memasang alat indranya dengan waspada. Komplotan pemberontak itu memang sudah beroperasi semenjak presiden sebelum ayah Chanyeol menjabat. Dimasa pemerintahan sang ayah, Chanyeol selalu di peringatkan akan bahaya komplotan bringas tersebut. Pernah bahkan anggota dari komplotan itu hampir mencelakai sang ibunda, dan itu memotivasi Chanyeol untuk sekolah intel dan bergabung dalam tim utama mayor Siwon, yang sudah terpercaya. Dua temannya Kwangsoo dan Jongin pun sama, sedangkan Kyuhyun tidak begitu tertarik dengan bidang itu, dan mencari jalannya sendiri di bidang persenjataan.

Chanyeol melirik kearah dua orang pria yang sedang minum-minum tak jauh dari pusat keramaian warga yang tengah berbincang-bincang dengan sang kepala desa. Mereka tampak menatap kearahnya begitu intens, dan Chanyeol hanya mengalihkan pandangannya sambil merutuk pelan.

"Oppa? Ada apa?", tanya Baekhyun yang sedang duduk disebelahnya sambil memberikan jeruk yang sudah ia kupas.

Chanyeol tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Tidak ada apa-apa", katanya kemudian memakan jeruk yang diberikan Baekhyun. "Umm, manis!", komentar pria itu.

Baekhyun tersenyum lebar kemudian kembali menyuapi Chanyeol jeruk yang ia dapat dari ibu-ibu petani. "Memang disini terkenal dengan jeruknya, Oppa. Kita harus mengirim jeruk untuk ayah dan ibu mertua, juga ayahku dan Kyuhyun oppa di Seoul." ujar Baekhyun.

Chanyeol mengangguk dan berniat mencium pipi Baekhyun namun belum sempat ia mendaratkan bibirnya di pipi sang wanita, suara teriakkan terdengar. Refleks Chanyeol langsung menarik istrinya kepelukannya, menyembunyikan kepala sang wanita didadanya.

Dua orang yang tadi Chanyeol sempat curigai, memegang pistol dan menakut-nakuti warga. Chanyeol langsung mencari-cari dua rekannya, dan melihat Heegun sedang kesusahan dengan dua anak di gendongannya serta istrinya dibelakangnya. Chanyeol pun mencari Kwangsoo yang juga melakukan hal yang sama dengannya, menyembunyikan Sungkyung dipelukannya.

"Aigo! Lihat disini! Ada anak mantan presiden!", sahut salah satu dari dua perusuh itu.

"Oppa…." bisik Baekhyun takut bahu wanita itu bergetar hebat, Chanyeol hanya merekatkan pelukannya pada tubuh Baekhyun.

"Apa yang ingin kalian lakukan?", tanya Chanyeol.

Mereka berdua tertawa dan melihat kesekeliling mereka dimana warga yang hadir hanya bisa terdiam dan memperhatikan mereka takut-takut. "Kami hanya sedang menikmati pesta", katanya santai, "Namun tak disangka kami bertemu dengan anak seorang mantan presiden, suatu kebanggaan bukan?"

Chanyeol menyeringai, "Oh. Jadi inikah pemberontak itu? Eiyy, kalian cukup berani ya beraksi dikeramaian seperti ini?", ujar Chanyeol santai. "Kalau kau ingin melukai aku, maka jangan takuti warga. Dasar penakut."

Sang perusuh tertawa lagi, "Kami tidak bodoh. Siapa pula yang berani melukai anak mantan presiden, yang sekarang sudah menikah dengan seorang anak jendral. Mana mungkin, kami tak berani.", ujar mereka penuh dengan sarkasme.

Chanyeol langsung waspada mendengar istrinya disangkut pautkan dalam dendam mereka dan Baekhyun semakin mendekatkan tubuhnya pada Chanyeol.

"Buang waktu saja.", ujar salah satu dari pria itu kemudian dengan gaya acuhnya meninggalkan tempat pesta sambil sesekali melayangkan tatapan mengintimidasi pada warga yang berani melihat kearah mereka.

Kwangsoo baru ingin mengejar mereka namun tertahan setelah bertatap mata dengan Chanyeol. Pria itu baru teringat kalau segala sesuatu itu butuh strategi, jadi Kwangsoo mengurungkan niatnya dan kembali memeluk Sungkyung.

"Ssh, Baekhyun, tidak apa-apa…" bisik Chanyeol sambil mencium puncak kepala wanitanya.

.

.

.

Sampai dirumah Baekhyun tak mau melepaskan diri dari suaminya. Wanita itu bahkan mengajak Chanyeol untuk bersih-bersih dikamar mandi bersama baru setelah itu berbaring ditempat tidur. Baekhyun merapatkan tubuhnya pada Chanyeol yang langsung memeluknya erat.

"Jangan tinggalkan aku," bisik Baekhyun.

"Tidak akan, jangan dipikirkan. Sebaiknya kau tidur", ucap Chanyeol menenangkan, ia pun mencium pucuk kepala Baekhyun dan mengelus rambutnya yang halus.

Suasana kamar mereka begitu hening, tak biasanya mereka ada dalam suasana sehening itu. Biasanya mereka akan mengobrol panjang atau sama-sama bermain game di tablet pc milik Baekhyun, atau menonton film bersama sampai mereka ketiduran. Kali ini mereka tak bisa melakukan semua itu, hanya bisa saling memeluk dan larut dalam pikiran masing-masing.

"Oppa..."

"Ya?"

"Aku tidak akan memintamu untuk berjanji akan selalu berada disampingku karena sebelum kau milikku, kau adalah milik negara", ucap Baekhyun pelan sambil menatap mata Chanyeol, kemudian membelai pipi pria itu, "Namun percayalah, aku akan selalu ada disampingmu, aku akan selalu mempercayaimu", lanjut Baekhyun sambil tersenyum.

Jika sudah begitu, Park Chanyeol akan kembali jatuh cinta lagi, lebih dalam lagi. Kenapa wanita yang ada dipelukkannya ini begitu mencintainya, padahal Chanyeol ingin menjadi orang yang mencintai Baekhyun lebih dari Baekhyun mencintai dirinya. Mungkin dikehidupannya yang lalu, Chanyeol adalah seorang pahlawan suci atau apa sehingga ia bisa mendapatkan seorang malaikat manja bernama Baekhyun. Rasanya pria itu ingin menangis, cintanya pada Baekhyun begitu membuncah, membuatnya tak sanggup mengeluarkan kata-kata, yang bisa ia lakukan adalah membawa Baekhyun kedalam ciuman hangat, berharap wanita itu mengerti maksudnya.

"Let's get drunk and forget everything happened today.", bisik Chanyeol, bibirnya begitu dekat dengan bibir Baekhyun, yang saat ini sudah ada dipangkuannya, memeluk lehernya dan memamerkan keindahannya lagi.

Baekhyun menggeleng pelan, "Hmmmm, no, we shouldn't get drunk, Oppa", katanya lembut.

"I mean, let's get drunk with each other love, wife. Let's love"

Baekhyun tertawa pelan, "Yeah, let's love."

Benar saja, malam itu mereka berdua memadu kasih, tak peduli lagi dengan dunia luar yang berbahaya, yang bisa saja menyakiti mereka kapan saja, yang kedua orang itu tahu hanyalah kehangatan yang terpancar dari orang yang begitu dikasihi. Bagi Chanyeol yang ia pikirkan dan rasakan kala itu adalah sentuhan-sentuhan lembut dari Baekhyun, pipinya yang merona merah dan rambutnya yang menggelitik permukaan kulitnya. Bagi Baekhyun yang ada dipikirannya hanyalah kelembutan dan kehangatan dari Chanyeol, tangannya yang memeluknya erat dan membawanya pergi jauh, bagai melayang-layang di awan dan wanita itu tak mau waktu cepat berlalu, karena malam ini begitu indah, begitu syahdu.

Apakah itu adalah sebuah ketenangan sebelum badai?

Entah.

Dan mereka pun tak peduli.

Karena mereka percaya akan keajaiban. Sebuah keajaiban mungkin akan menghampiri mereka, walau badai itu pasti ada.

Namun badai pasti berlalu, bukan?

.

.

.

Pukul 3.00 am.

Chanyeol bangun setelah mendengar bunyi getaran handphone yang ia taruh dimeja kayu kecil disamping tempat tidur.

Telepon dari Mayor Siwon.

Mendadak perasaan Chanyeol menjadi tak menentu, dilihatnya Baekhyun tertidur pulas disampingnya, rambutnya tergerai di bantal putih dan masih ada semburat merah pudar di pipinya. Wanita itu seperti bercahaya, dan Chanyeol tersenyum karena itu.

Ia pun segera mengangkat telepon dari sang pemimpin, setelah sebelumnya berdoa, memohon agar tidak terjadi apa-apa sehingga mengharuskan ia pergi, meninggalkan Baekhyun sendirian.

"Hallo."

"Kapten, situasi semakin genting setelah kejadian semalam. Komplotan itu mengirim terror ke kantor, aku baru dapat laporannya tadi dari penjaga piket. Kutunggu dikantorku setengah jam dari sekarang."

Tanpa ada sapaan, tanpa basa-basi, Mayor Siwon langsung memberikan instruksi. Chanyeol memejamkan matanya kemudian menjambak rambutnya. Perasaannya semakin tidak enak, namun pria itu segera turun dari tempat tidur dan bersiap.

Baekhyun terbangun ketika ia mendengar suara lemari dibuka. Masih mengantuk ia lihat Chanyeol terlihat buru-buru mengambil seragamnya. Wanita itu pun melirik jam dinding, masih pukul 3.15 pagi.

"Oppa...", panggil Baekhyun.

Yang dipanggil langsung menoleh dan buru-buru memakai bajunya, Baekhyun pun mengedarkan pandangannya kemudian menemukan T-Shirt warna hitam milik Chanyeol dan segera memakainya kemudian duduk dipinggiran tempat tidur, memperhatikan suaminya dengan perasaan tak enak.

"Aku harus pergi, Mayor Siwon memerintahkanku untuk segera menemuinya", ujar Chanyeol sambil mencium kening Baekhyun.

"Akan kupastikan pagi ini, bibi Kang akan ada disini bersama dengan seorang pengawal. Maafkan aku, Baekhyun. Sungguh."

Baekhyun tak berkata apa-apa, hanya menatap Chanyeol kemudian mencium bibirnya sebentar. "Please, be safe no matter what happen", bisik Baekhyun dengan senyum lembut terpatri diwajahnya.

Chanyeol hanya bisa mengangguk kemudian mencium kening Baekhyun sekali lagi setelah itu berjalan keluar kamar. Meninggalkan Baekhyun sendiri yang ketika pintu kamar ditutup oleh sang suami, air matanya menetes membasahi pipinya.

Chanyeol mendengarnya.

Percayalah, hati Chanyeol juga hancur.

.

.

.

Ketika Chanyeol sampai di kantor Mayor Siwon, disana sudah ada dua sahabatnya, Kwangsoo dan Jongin juga sersan Heegun.

Chanyeol segera duduk ditempatnya dan tanpa basa-basi Mayor Siwon langsung berbicara.

"Presiden memerintahkan tim kita untuk bernegosiasi dengan pimpinan pemberontak ini, karena ternyata mereka bukan hanya memberontak dan menakuti warga disini tapi juga dibeberapa tempat lain di Korea. Menteri Yoo pun menjadi sandra."

Chanyeol menundukkan kepalanya, sudah ia duga. Pemberontak itu semakin gencar memberontak semenjak presiden baru menjabat dan melakukan beberapa kebijakan baru.

"Lokasi target?", tanya Kwangsoo.

"Saat ini bos besar mereka ada di Tazmania." Jawab Mayor Siwon, "Sebenarnya tim Mayor Donghae sudah berangkat dan melakukan negosiasi, namun nihil, terlalu keras dan mereka selalu ingin membalas dendam atas kematian pemimpin mereka terdahulu yang mereka anggap mati karena orang suruhan presiden."

"Kita berangkat saat ini juga."

Saat mereka didalam pesawat dalam perjalanannya menuju tempat tujuan, Chanyeol baru sempat berbicara dengan Jongin yang baru ditemuinya tadi di kantor Mayor Siwon.

Ternyata mereka berdua dirundung kecemasan yang sama, yaitu istri mereka. Mungkin Kwangsoo dan Heegun juga pasti begitu, namun Kwangsoo bisa sedikit bernafas lega karena Sungkyung sudah ada yang menemani, dan itu adalah kakaknya sendiri yang juga seorang tentara. Heegun juga demikian, Jihyo sudah ia bawa kerumah orang tuanya yang juga tinggal di Jeju, bersama kedua anaknya Haechan dan Donghyuk.

"Kyungsoo tidak punya siapa-siapa di Jeju, keluarganya di desa tak tahu apa-apa tentang pernikahan kami, mungkin sekarang mereka tahu, tapi pasti orang tuanya sudah menganggap Kyungsoo sebagai wanita pembangkang." Ujar Jongin sambil bersandar dan menatap kosong kedepan.

"Kau menikah diam-diam?", tanya Chanyeol penasaran.

Jongin pun mengangguk, "Ya. Ayahnya tak setuju jika Kyungsoo menikah dengan seorang tentara.", jelas Jongin. "Dan ia sedang hamil 5 bulan sekarang.", katanya lagi sambil tersenyum sedih.

"Kita pasti akan kembali", ujar Chanyeol sambil menepuk-nepuk bahu Jongin.

Dan temannya tersenyum, "Kuharap begitu."

.

.

.

Ini sudah 1 bulan semenjak kepergian Chanyeol, entah kemana, ia tak tahu.

Baekhyun sekarang sedang ada di Seoul, dirumah keluarganya dibawah perlindungan Kyuhyun dan sang Ayah yang semakin protektif terhadapnya.

Sudah sekitar dua minggu Baekhyun kembali ke Seoul setelah ayah dan kakaknya datang secara pribadi untuk meminta wanita itu untuk sementara pulang ke Seoul. Bukan apa-apa, tapi Byun Jongkook sangatlah khawatir jika meninggalkan Baekhyun dengan hanya bersama bibi Kang dan seorang pengawal. Ia tidak tega.

Dalam rentang satu bulanan ini, Baekhyun baru menerima satu kali pesan singkat dari Chanyeol yang isinya mengabarkan kalau ia baik-baik saja, tak ada kurang sedikit pun dan mengingatkan Baekhyun untuk menjaga kesehatan. Ya, hanya satu pesan itu saja.

Kyuhyun dan ayahnya tak mau memberi tahu Baekhyun dimana keberadaan suaminya, begitu pula ayah mertuanya. Ibu mertuanya juga sama khawatirnya dengan Baekhyun.

Pagi itu, Baekhyun bangun dengan pusing yang luar biasa. Wanita itu memang jadi kurang tidur, dan kurang semangat. Tubuhnya lesu dan pucat, kuyu sekali untuk ukurang seorang Baekhyun yang biasanya ceria.

Wanita itu turun untuk sarapan bersama kakak dan ayahnya yang sudah menunggunya, dengan kepala yang berat dan badan yang rasanya ngilu, wanita bermata biru gelap itu mencoba untuk kuat.

"Baekhyun. Kau tidak apa-apa, nak?" tanya Byun Jongkook, khawatir melihat anaknya yang benar-benar terlihat tidak sehat.

Baekhyun tersenyum lemah, "Yeah, aku tidak apa-apa, ayah jangan khawatir."

Namun Kyuhyun berpendapat berbeda dengan Baekhyun. "Kau sakit, hari ini aku antar ke dokter." Katanya tegas, kemudian memanggil bibi Kang. "Bi, bisakah kau antar Baekhyun kekamarnya, ia sepertinya kurang sehat."

Bibi Kang pun segera membantu Baekhyun berdiri namun wanita itu segera berlari menuju wastafel terdekat dan muntah-muntah.

"Astaga, Baekhyun!", Kyuhyun dengan cepat langsung berdiri dan menghampiri adiknya yang kepayahan. Bibi Kang juga ada disana, menatap Baekhyun khawatir.

"Aku baik-baik saja, Oppa", ujar Baekhyun sambil mencuci mulutnya ketika mualnya sudah berhenti. Baru ketika wanita itu berbalik kearah kakaknya, tiba-tiba kepalanya sangat pusing, pandangannya pun buram.

"Baek!", sahut Byun Jongkook.

"Ya Tuhan, Nona!" sahut bibi Kang bersamaan dengan Byun Jongkook.

Kyuhyun dengan sigap menangkap tubuh adiknya yang linglung dan kemudian tak sadarkan diri.

.

.

.

Ini sudah kali kesekian mereka melakukan negosiasi untuk melepaskan menteri Yoo. Astaga, Chanyeol dan yang lainnya sudah mulai lelah dengan basa-basi Hyukjae sang pimpinan pemberontak ini.

Permintaan mereka sungguh banyak, kadang tak masuk akal. Memang benar, dendam bisa membuat orang menjadi jahat, bahkan konyol dan kadang bodoh juga.

Chanyeol ingin sekali mengeluarkan pistolnya dan menembak lelaki dihadapannya ini tepat di kepalanya.

Namun ia tahu itu akan memperkeruh suasana.

Kantung mata Mayor Siwon begitu tebal, pemimpinnya itu begitu menyedihkan, teman-temannya juga demikian, ia rasa ia juga begitu. Namun dibalik lelah itu, mereka harus tetap fokus dan waspada.

Semakin hari, semakin banyak pengintai yang mengikuti mereka, bahkan sampai menyadap tim mereka sehingga mempersulit jaringan komunikasi tim yang dipimpin oleh Mayor Siwon itu dengan orang-orang yang ada di Korea.

Pertemuan kali ini begitu menegangkan jika Chanyeol boleh menilai.

Hyukjae tampak tenang, dan orang-orangnya pun sepertinya bertambah salah satunya adalah orang yang waktu itu mengacau di Jeju. Chanyeol menambah kewaspadaannya, diliriknya salah satu bawahan Hyukjae yang tampak gelisah. Pelipisnya basah karena keringat padahal suhu ruangan sama sekali tidak panas. Pria berbadan tinggi itu mengangkat alisnya lalu bertatapan mata dengan Kwangsoo. Temannya itu juga seakan mengerti dan merasakan hal yang sama dengannya.

Kwangsoo pun berdiri menepuk bahu Jongin kemudian berjalan kearah pintu.

DOR.

Suara tembakan itu begitu memekakkan telinga.

Pistol-pistol yang selama ini mereka simpan dengan apik, sekarang mereka keluarkan. Baku tembak itu terjadi.

Kwangsoo yang sudah berhasil melumpuhkan seorang penjaga kemudian lari untuk mencari sandra. Sedangkan Jongin, Chanyeol dan Mayor Siwon didalam ruangan masih harus berhadapan dengan Hyukjae dan lima orang lainnya. Heegun sudah bersiap diluar untuk evakuasi.

"Ada apa ini sebenarnya?" tanya Hyukjae bertindak seperti orang yang tak tahu apa-apa padahal ia sudah merencanakan pembunuhan terhadap mereka. "Cepat tangkap orang yang tadi pergi sebelum ia mengambil sandra kita!" ujar Hyukjae kali ini ia murka setelah menyadari tak ada Kwangsoo disana.

Bertepatan dengan itu Kwangsoo memberikan laporan bahwa ia sudah bersama sandra dan akan segera mengevakuasinya. Semua anggota tim tentu mengetahui itu dan langsung mengerti apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Tahan orang-orang Hyukjae agar tak mengganggu proses evakuasi.

Semua berawal dari Chanyeol yang menembak kaki lelaki yang mengacau dan meneror warga di Jeju. Kemudian bersamaan dengan Chanyeol Jongin juga menembak orang yang ada disamping Hyukjae dan sudah bersiap dengan senjatanya.

"Perlahan menuju tampat evakuasi.", instruksi Mayor Siwon.

"Chanyeol, kanan. Jongin, kiri", keduanya pun langsung waspada setelah menerima instruksi itu.

Baku tembak kembali terjadi ketika mereka bertiga melarikan diri dari ruangan yang cukup besar itu.

"Berpisah disini. Sekarang!" instruksi Mayor Siwon lagi.

Chanyeol segera berbelok kekanan, ke lorong yang sepi, sedangkan Jongin bingung harus mengikuti Mayor Siwon atau Chanyeol karena tak ada jalan lain, ia pun berbelok bersama Chanyeol.

Mereka berdua berlari menuju basement, tempat dimana Heegun dan Kwangsoo sudah menunggu. Beberapa orang mengikuti mereka dari belakang dengan amukan peluru yang mereka tembak sembarangan.

Chanyeol segera bersembunyi diantara mobil truk yang berjajar di basement yang luas itu.

Jongin juga mengikutinya.

Ketika mereka sedang mengatur nafas, Jongin mendongakkan kepalanya keatas, dengan refleks ia mendorong Chanyeol sehingga lelaki itu terjungkal ke balik tembok.

"Awas!", sahut Jongin.

Seorang lelaki bertubuh besar dengan pistol berhasil mengenai Jongin, peluru itu menancap tepat dibelakang kepala prajurit itu. Bukan sekali, tapi tiga kali.

Chanyeol yang bahkan tidak sempat untuk shock, langsung mengarahkan senjatanya kearah lelaki itu, dan berhasil mengenai kepalanya. Seakan tak cukup, ia pun kembali menembakkan peluru yang tersisa di pistolnya, mengenai perut dan dada sang penembak sahabatnya.

"BAJINGAN!", sahut Chanyeol, air matanya mengalir seiring tembakkannya kesatu orang lain yang juga menembak Jongin dari arah belakang.

Setelah itu, ia segera menghampiri Jongin yang tergeletak tak berdaya. Darah sudah membanjir disekitaran kepala dan badannya.

"Kim Jongin! Bertahanlah!", ujar Chanyeol.

Mata sahabatnya tebuka lemah, "Chanyeol", panggilnya.

Chanyeol tak berkata apa-apa, hanya mendekatkan telinganya ke wajah Jongin karena sahabatnya berbicara dengan sangat pelan.

"Jaga Kyungsoo, untukku..."

OKAY.

Pertama aku mau minta maaf karena sudah menghilang seakan ditelan bumi. Maaf pisan yah gengs :)

Aku sekarang lagi sibuk banget sama akademik (GOD BLESS SEKARANG BARU KERASA KULIAHNYA), dan juga kegiatan non-akademik (biasa di himpunan demandnya buseeet) ya begitu lah pokoknya.

Ini aku sempetin nulis karena ternyata banyak PM yang nanyain, aku kan jadi ga enak :(

Maaf juga kalo kurang puas namun ini aku sudah mencoba yang terbaik buat update yah temen-temen, mohon pengertian dan apresiasinya hehehe

Review dengan kata-kata sopan yaah kalau mau review.

Intinya ku sayang semua readers. Aku sayang sama Chanbaek, dan cerita ini, NAMUN lebih dari apapun kita juga harus sayang sama diri sendiri. ^.^ *ngerti doong maksud aku hehe*

Makasih pengertian, apresiasi dan waktunya karena udah baca A/N ini.

Love,

Aku.