.

.

Author Ela_JungShim presents

An Alternate Universe FAN-FICTION

"Takdir Cinta"

Pairing : HoMin (Jung Yunho X Shim Changmin)

Rate : T

Length : 8 of ?

Desclaimer : They're belongs to GOD, themselves and DBSK/TVXQ/ToHoShinKi. Yang Ela punya hanya plot fanfic, ide gila dan cinta buat TVXQ!

Warn : TYPO's! Silla-era. Mention of Mpreg. Crossdress.

This is HOMIN Fanfiction. Jadi pair utamanya adalah HOMIN. Bagi yang tidak suka, silahkan angkat kaki dari fanfic ini. Simple.

.

.

.

.oOHOMINOo.

.

.

.

.

Sibuk, dan Sibuk.

Dari semenjak sang mentari menampakkan berkas sinarnya yang tak terlalu menyengat karena sudah memasuki musim dingin—yang kemudian disambut oleh kicauan berbagai burung-burung liar yang bersarang dan berkembang biak di pepohonan yang menghiasi istana, puluhan dayang dan pelayan yang mencari penghidupan di istana kerajaan-pun turut melepaskan ikatan sang dewa mimpi dan segera bersiap-siap dengan tugas yang amat sangat banyak dan menumpuk, dan harus terselesaikan hari ini juga, sebelum esok, dimana hari penting pernikahan Wangseja dengan sang yeoja pilihan akan dilangsungkan.

Sebenarnya, beberapa persiapan sudah banyak dilakukan begitu Wangseja pergi dari istana dengan pesan bahwa beliau akan menjemput mempelainya. Peramal istana sudah mengabarkan bahwa pernikahan Wangseja dengan sang mempelai akan berlangsung pada hari ke lima sebelum pergantian tahun. Angka ganjil yang membawa peruntungan baik, ditambah dengan pergantian tahun, yang berarti akan datangnya tahun yang baru yang di harapkan membawa keberkahan yang lebih besar.

Wangbi langsung memerintahkan berbagai macam hal untuk persiapan pernikahan sang Putra Mahkota, di antaranya memerintahkan para pelayan istana untuk menyiapkan berbagai macam jamuan mewah dengan jumlah yang tak sedikit, karena setelah upacara pernikahan resmi terlaksana, akan di adakan perayaan bersama seluruh rakyat yang di adakan di pelataran lapangan istana.

Wangbi juga tak melupakan para seniman di kerajaan, yang langsung diminta untuk mempersiapkan segala hiburan seperti puisi, tari dan musik untuk perayaan paling akbar di penghujung tahun ini.

Selain itu, Wangbi juga sudah meminta pelayan untuk menyiapkan seluruh kamar yang ada di istana untuk menyambut para pejabat daerah yang pastinya menjadi tamu istimewa dalam upacara pernikahan sang Putra Mahkota.

Tak hanya Wangbi, Wangjeonha-pun turut mempersiapkan acara putra-nya dengan mengabarkan ke seluruh penjuru kerajaan bahwa akan diadakan upacara pernikahan Wangseja dengan si mempelai—yang nantinya akan mendampingi Wangseja saat sang Putra Mahkota tersebut naik tahta—sebagai Wangbi dari sang Wangjeonha ketika waktunya tiba.

Tak hanya itu, Wangjeonha juga tak luput untuk memerintahkan para hwarang untuk memperketat keamanan di istana, terutama di area penghubung antara daerah luar dan bagian dalam istana.

Namun pagi ini, tepat satu hari sebelum hari pernikahan dilangsungkan, keramaian dan kehebohan terpusat pada Paviliun Timur Laut.

Bagaimana tidak, calon mempelai Shim baru di boyong ke istana satu minggu sebelum hari pernikahan. Baju pernikahan dan segala pernak-pernik yang berhubungan dengan sang mempelai wanita belum dapat disiapkan tanpa melihat dan mencobakannya pada sang mempelai.

Dua hari semenjak kedatangan mempelai Shim bersama Wangseja, setelah di adakan jamuan makan untuk memperkenalkan putri sulung keluarga Shim sebagai calon istri Yunho-wangseja, Wangbi datang bersama tujuh orang penjahit istana yang didampingi oleh sepuluh orang asisten ke Paviliun Timur Laut untuk segera menyiapkan Hwal-ot, baju pernikahan bagi putri bangsawan Shim.

Memilih berbagai motif apa saja yang akan disematkan, warna seperti apa yang akan di gunakan, dan pengukuran berbagai lingkar-lingkar tubuh calon penerus tahta Wangbi ini berlangsung satu hari penuh—untuk kemudian para penjahit itu bekerja kilat untuk menyiapkan kain, menggambar pola, melakukan pemotongan kain, menjahit dan menyulam berbagai motif yang sudah disetujui.

Hari ini tugas para pelayan adalah menyiapkan segala keperluan istimewa untuk pembersihan tubuh calon istri Wangseja. Lulur pembersih, air mandi hangat dengan taburan bunga untuk aroma wangi yang meresap ke kulit, dan pisau pencukur untuk menghilangkan segala bulu di ketiak, tangan maupun kaki agar benar-benar bersih—meskipun nantinya hanya akan ada dayang Ga-in yang akan mendampingi mempelai Shim di bilik mandinya.

Penjahit istana-pun sudah bersiap datang ke Paviliun Timur Laut untuk melakukan fitting terakhir sebelum besok Hwal-ot yang telah ia dan rekan-rekannya buat dalam kurun waktu 3 hari itu akan di kenakan di upacara resmi kenegaraan.

Para pengawal di sekitar Paviliun Timur Laut juga harus bekerja ekstra untuk menjaga keamanan disana. Banyak penghuni istana dalam yang terkadang sengaja lewat, atau berpura-pura tak sengaja lewat di sekitar Paviliun Timur Laut karena ingin melihat lebih dekat sosok yang akan segera menjadi istri dari Yunho-wangseja.

Tapi yang membuat pekerjaan para pengawal Paviliun Timur Laut menjadi lebih berat adalah karena sang Putra Mahkota-pun ikut andil dalam kegiatan mari-coba-kita-lihat-dan-bertemu-mempelai-Shim, padahal jelas sekali bahwa semenjak pertemuan terakhir bersama peramal bintang, hingga hari upacara pernikahan di langsungkan, Yunho-wangseja dilarang dengan sangat untuk bertemu ataupun melihat sang mempelai wanita.

Di pingit, itulah istilah kerennya.

Waktu dimana mempelai pria di larang bertemu mempelai wanita, dengan maksud dan tujuan agar ketika bertemu di pelaminan, sang mempelai pria akan semakin terpesona dengan sang mempelai wanita setelah beberapa waktu tak berjumpa menjelang pernikahan.

Namun Putra Mahkota yang entah kenapa tak mau jauh-jauh dari si calon istri berkali-kali berusaha menyelinap ke Paviliun Timur Laut, namun untungnya usahanya itu berhasil di gagalkan oleh para pengawal yang baru kali itu benar-benar memiliki nyali untuk memberikan larangan kepada penerus tahta kerajaan mereka.

.

.

.

.oOHoMinOo.

.

.

.

26 Desember

Lima hari sebelum tahun ini berlalu digantikan dengan tahun yang baru.

Semenjak sebelum sinar mentari menampakkan diri, sebelum ayam berkokok nyaring, dan sebelum nyanyian merdu para burung terdengar, para pelayan di istana ini tak hanya sudah bangun, namun sudah berpakaian rapi dan siap untuk bekerja ekstra luar biasa untuk hari penting ini.

Hari dilangsungkannya pernikahan Yunho-wangseja dengan mempelai Shim.

Musim dingin memang, namun seolah jagad raya ikut bergembira, sang penerang hari bertahta dengan gagah perkasa di hamparan birunya langit yang cerah. Udara dingin memang berhembus, namun hangatnya sinar mentari membuat cuaca hari itu sangat sempurna. Tidak dingin menggigit, dan juga tidak panas menyengat.

Cerah, dengan hawa sejuk yang menenangkan.

.

.

.

.

.

'...satu jam dari sekarang..' batin Changmin berusaha menenangkan degupan jantungnya yang seperti ingin berlari meninggalkan rongga dada-nya. Di sekelilingnya penuh pelayan yang mondar-mandir dengan membawa segala tetek-bengek—yang entah apalah itu yang Changmin tak ingin pedulikan.

Ia tengah duduk di depan cermin rias, dengan tiga orang pelayan sibuk memasang hiasan kepala untuknya, hiasan yang di pasang paling terakhir sebelum ia bertemu dengan Wangseja.

Yunho-wangseja.

Yang nantinya, setelah bertatap muka, akan resmi menjadi suaminya.

Sepasang onyx sewarna karamelnya berkaca-kaca, dan sepasang bibirnya bergetar.

'Oh Dewa, oh Dewa... bagaimana kalau nanti iaa mengacau? Bagaimana kalau nanti ia melakukan kesalahaan dan membuat Yunho-wangseja malu? Bagaimana kalau Yunho-wangseja sadar kalau aku bukanlah mempelai yang ia inginkan?' teriaknya di dalam hati dengan penuh kepanikan.

Sungguh, ia sangat panik sekarang.

Ia, Shim Jangmi, bukanlah seorang mempelai wanita dari Yunho-wangseja karena pada hakikatnya ia bukanlah seorang yeoja. Ia hanyalah Shim Changmin, seorang namja yang berkedok menjadi yeoja, dan tak seharusnya hari ini bersanding dengan Yunho-wangseja...

Ia, Shim Jangmi, hanyalah orang desa pinggiran, dari keluarga kecil yang tak seharusnya dan tak sepantasnya berdiri mendampingi dengan Yunho-wangseja...

Ia, Shim Jangmi hanyalah—

Meooww~~!

Lamunan penuh kepanikan Changmin terpecah. Kucing kecil putih miliknya mengeong dan kini menggesekkan kepala di kakinya, seolah menarik perhatiannya dari pemikiran-pemikiran buruk akibat kecemasannya yang berlebihan.

Tapi, apakah ia tak boleh cemas hati? Karena bagaimanapun, hari ini, lima puluh menit lagi, ia akan berjalan menuju aula utama istana, dan di ambil sumpah untuk mendampingi Yunho-wangseja sebagai istri. Ketidakpantasannya untuk menjadi pendamping sang Putra Mahkota jelas membuat hatinya di penuhi gejolak kecemasan yang tak tak sanggup ia redam sendirian.

Sebuah tangan lentik dan halus menelusup di antara jari-jari tangannya yang mengepal penuh kecemasan.

"Putri eomonim... sulung dari keluarga bangsawan Shim yang memimpin kota Hannyang tidak boleh ragu dan mempertanyakan setiap keputusan yang sudah ia ambil."

Changmin tersentak saat suara yeoja yang biasanya kaku dan dingin itu menyapa pendengarannya dengan nada yang lembut dan sarat rasa keibuan. Ia mendongak dan menemukan wajah familiar itu kini tersenyum padanya dengan Chami—kucing kecil putihnya—bertengger manis dalam pelukannya.

"Tujuh tahun eomonim menjauhkanmu dari Yunho-wangseja, namun beliau teguh pada keinginan dan janjinya untuk mempersuntingmu. Dan karena itu, jangan pernah sekalipun meragukan perasaan Yunho-wangseja padamu, putriku." ucap yeoja paruh baya yang masih berparas cantik itu sambil menggenggam hangat tangan sang anak sulung.

"Tujuh tahun, dan eomonim sudah bisa yakin kalau seberat apapun tekanan yang kau dapat di istana, kau akan sanggup melaluinya karena selama ini eomonim sudah menggembleng ketangguhanmu sedemikian rupa meskipun itu semua menyakitimu dan juga menyakiti diri eomonim. Bukan fisik maupun kedudukan yang menentukan, tapi apa yang ada di dalam hati, serta tekad dan kemauan untuk tetap setia adalah yang di butuhkan. Dan Yunho-wangseja, juga eomonim tahu bahwa putri eomonim adalah satu-satunya yang pantas mendampingi Wangseja."

Bagai bendungan yang tak sanggup lagi menahan kuasa dari tekanan air di dalamnya, air mata Changmin berlomba-lomba mengalir dari sepasang mata indahnya tatkala orang yang sudah mengandungnya selama sembilan bulan dan melahirkannya dengan taruhan nyawa itu mengucapkan kata-kata yang selama ini tak pernah terpikirkan olehnya. Kata-kata yang ia tak pernah tahu ternyata sangat ia butuhkan, dan kini semua ganjalan di hatinya seolah mengalir pergi bersamaaan dengan butiran demi butiran air mata yang masih membasahi pipinya.

.

.

.

.oOHoMinOo.

.

.

.

Seumur hidupnya, baru kali ini Yunho merasakan dunianya benar-benar teralihkan sepenuhnya. Ia yang tadinya bersiap dengan penuh keyakinan di hadapan peramal bintang, kedua orang tua-nya, dan seluruh tamu undangan istimewa yang merupakan para pejabat kenegaraan itu kini kehilangan fokusnya.

Tadinya ia terlihat begitu santai ketika prosesi awal dimulai. Prosesi awal pernikahan di mulai dengan dibawakannya tarian Salmunori dari empat namja menggunakan empat alat musik. Setelah itu dilanjutkan dengan Tarian Buchaechum, yaitu tarian kipas yang ditampilkan oleh belasan yeoja.

Ia menikmati semuanya, menikmati momen dimana setelah hari ini, ia akan mendapatkan Shim—ah, bukan lagi marga itu yang akan ia sandang, tetapi Changmin/Jangmi dengan marga Jung secara resmi sudah menjadi istrinya.

Pendampingnya.

Permaisurinya.

Awal dari kebahagiaan yang pasti akan ia capai, karena ia sudah berjanji pada pemilik hatinya dari tujuh tahun yang lalu, kalau ia akan berjuang sekuat tenaga untuk membahagiakan namja bertopeng yeoja yang sudah merebut kewarasan hatinya itu.

Namun saat memasuki prosesi Gyo bae-rye, prosesi dimana kedua mempelai akhirnya bertemu dan akan saling bersujud sebanyak dua kali sebagai tanda pengikat janji dan komitmen sehidup-semati, fokus pikiran sang pewaris tahta Wangjeonha itu tak lagi pada prosesi pernikahan.

Fokus dari seorang Jung Yunho, Putra Mahkota kerajaan ini hanyalah tertuju pada sosok yang berjalan dari arah barat menuju arahnya.

Disana, dari arah yang berseberangan darinya, ada sosok yang menyedot seluruh perhatiannya, hingga kini pusat dari dunianya hanya ada padanya.

Sosok itu adalah sosok mempelainya.

Shim Changmin.

Yang berjalan dengan langkah-langkah anggunnya, mengenakan jeogori dan chima dengan warna dasar merah, namun hwal-ot yang dikenakan benar-benar membuat kecantikan calon istrinya terpancar tanpa cela. Hwal-ot yang dikenakan oleh mempelainya itu berwarna dasar merah, dengan sulaman burung phoenix yang melambangkan keabadian . Di sisi lain ada sulaman bunga teratai elok yang melambangkan pengabdian, keberuntungan, dan kemurnian. Senyum langsung merekah di wajah tampan itu ketika memahami maksud dari dikenakannya pakaian bermotif itu.

Mempelainya benar-benar paling mengerti cara untuk membuat perhatian seorang Jung Yunho terpusat padanya.

Lalu tak luput dari pengawasan tajamnya adalah sepuluh motif tradisional kerajaan yang melambangkan umur panjang, kebahagiaan dan kesuburan keturunan, yaitu motif matahari, gunung, air, awan, batu, pinus, jamur keabadian, kura-kura, bangau putih, dan rusa.

Helai demi helai rambut panjangnya terulir dalam kepang-kepang kecil yang akhirnya saling bertaut ddi belakang kepala dan ditata sedemikian rupa hingga begitu elok untuk dilihat. Di atas kepala, terdapat hiasan hwagwa, sebuah mahkota kecil yang hanya di pakai oleh anggota kerajaan saat akan menikah, menandakan bahwa sosok sempurna yang kini berdiri berjarak satu meter di hadapannya ini akan mengikat sumpah setia kehidupan dengannya.

Tujuh dayang yang mendampingi mempelainya itu membersihkan kedua tangan lembutnya, dan membantu sang mempelai wanita untuk duduk di atas karpet merah yang sudah di persiapkan. Pun dengan pelayan pria yang mendampinginya, melakukan hal yang sama untuknya, hingga kini ia dan calon istrinya itu duduk berhadap-hadapan.

"Penghormatan pertama, janji untuk saling mendampingi, di kala senang maupun susah, di kala lapang maupun sempit, di kala sehat maupun sakit."

Baik dirinya dan calon istrinya saling bersujud penuh khidmad.

"Penghormatan kedua, untuk menjaga komitmen yang telah di buat, saling menemani, melengkapi, menyayangi, mencintai setulus hati, hingga masing-masing ajal menjemput."

Kembali ia dan Changmin saling menundukkan kepala, dengan batin yang mengulangi kembali komitmen yang disebutkan dan berjanji sepenuh hati dan berjuang sekuat raganya untuk menepati janji dan komitmennya.

Prosesi selanjutnya adalah Han-geun-rye, dimana kedua mempelai meminum soju dari gelas yang sama, dengan makna bahwa kedua mempelai yang tadinya lahir terpisah, kini telah bersatu kembali.

Terakhir adalah prosesi Seong-hon-rye, dimana sekarang ia dan Changmin sudah resmi menjadi sepasang suami-istri, dan memberi salam kepada seluruh saksi dan tamu undangan.

Dan kini, tepat di tanggal 26 Desember, lima hari sebelum tahun akan berganti, ia telah berhasil mempersunting sang pemilik hati, Jung Changmin.

.

.

.

.oOHoMinOo.

.

.

.

Duduk sendiri di tepi tempat tidur dengan detak jantung yang bertalu-talu keras sampai ia takut bahwa semua orang dapat mendengar suara kegugupannya.

Ia masih tak menyangka bahwa hari ini benar-benar terjadi. Kedaamaian hati yang ia dapat setelah pertemuan dengan sang eomonim, upacara pernikahannya dengan Putra Mahkota, sorak-sorai bahagia dari rakyat kerajaan ini ketika ia dan Wangseja menampakkan diri di atas bangunan yang berada di atas gerbang pemisah antara istana luar dengan istana dalam, serta pesta perayaan pernikahannya yang begitu meriah.

Dan kini, ia terduduk di tepi tempat tidur kamar sang suami. Kamar yang setelah ini menjadi kamarnya juga kecuali saat ia ingin menghabiskan malam sendiri di Paviliun Timur Laut-nya.

Kamar yang sudah di hias dengan begitu apik, dan sekilas Changmin memperhatikan, ada beberapa benda yang memang sudah di persiapkan untuk mereka berdua melalui malam ini.

Malam pertama.

Malam dimana untuk pertama kalinya menghabiskan waktu sebagai sepasang suami dan istri.

Malam yang membuat jantungnya berdebar kencang penuh kegugupan, dan sepasang pipinya memerah sempurna kala mengingat kembali wejangan dan petuah dari peramal bintang beberapa waktu lalu.

.

.

.

.

.

~TBC~

Yunho be like : Author sialan! Waktu ngeue gue di CUT!

Ela : *smiles innocently* : )

Btw, karena Ela lagi baik,

Spoiler for next chap

"...wa—ngghh—seja—ngghhhh~!"

Cairan kenikmatan milik Jung Changmin keluar untuk kedua kalinya karena gerakan maju-mundur-dorong-tarik-sodok yang dilakukan suaminya itu terus menumbuk titik kenikmatannya dengan akurasi yang luar biasa. Tubuhnya ambruk karena lelah, dan lengannya tak ssanggup lagi menopang bobot tubuhnya hingga kini kepala dan bahunya mencium kasur.

"A—anghh~!"

Namun tanpa ia maksud dan tanpa ia sadari, posisinya yang tengah kelelahan itu membuatnya semakin menungging dan membuat batang panjang kelelakian dari namja di belakangnya itu semakin dalam melesak dan menumbuk titik nikmatnya dengan kuat hingga membuatnya memekik keras.

Namja di belakangnya itu menyeringai lebar saat ia merasakan bahwa penis besarnya kini bisa bergerak lebih dalam dan benar-benar bisa melesakkan seluruh kejantanannya ke dalam lubang sempit yang hangat dan yang sedari tadi terus meremas-remas penisnya dengan nikmat, dan tanpa ba bi bu lagi, ia kembali menggenjot tubuh menungging di bawahnya dengan penuh semangat.

"Nghh.. aaahh.. Changmin, kau sangat nikmat.. Mmhh.. lubang sempitmu benar-benar meremasku dengan nikmat..."

Geraman rendah penuh kenikmatan sesekali terlontar dari bibir Yunho yang masih setia menggigit dan menghisap serta menandai leher, tengkuk dan bahu putih istrinya.

"ah! ah! ah! Ngghhh~~ cu—mmh! Nggh! ah!ah!ah! w—wangse—nghh! mmh! Mmh! Cu—cukuphh—ngghhh~~!"

Desahan demi desahan, lenguhan deimi lenguhan nikmat lolos dari bibir Changmin tanpa sanggup ia tahan. Rangsangan pada tubuhnya benar-benar membuat tubuhnya menggila. Ia lelah dan lemas, namun genjotan demi genjotan dan sodokan demi sodokan yang membuat penis besar dengan batang yang gemuk, keras dan panjang itu bergerak di lorong lubang senggamanya dan mengirimkan friksi-friksi yang membuat jari-jari kakinya melengkung menahan kenikmataan. Apalagi kepala penis Yunho dalam setiap genjotan kuatnya selalu menumbuk dan menghujam keras titik kenikmatannya hingga desah demi desah berhamburan dari bibir sintalnya yang kini sudah merah dan membengkak seksi.

Yunho yang mendengar permintaan Changmin di sela desahannya menarik batang kejantanannya hingga hanya tinggal kepala penisnya yang masih bersarang di rektum Changmin, dan berdiam.

"..huh? w-wangseja..?"

"Changmin-ah, kau sudah keluar dua kali, tetapi aku belum keluar sama sekali, dan kau sudah berani berkata bahwa ini cukup?"

Changmin menoleh ke belakang untuk dapat memandang wajah sang suami dengan ekspresi sekidit takut. Namun ia hanya sanggup menelan ludahnya susah payah saat mendapatkan seringaian lebar sebagai sambutan.

"Aku tak akan membiarkanmu tidur hingga pagi menjelang, Changmin-ah."

"ah! ah! ah! tu—tu—ngghhh—guh... aahh~! mmhh~! ngghh~! ah! ah! ah!"

CUTTTT!

TBC beneran yak.. kkk

BTW, HAPPY TVXQ DAY~!

#TVXQ16anniversary