.

.

Joseon, 1786

.

.

Pagi itu awan tipis berarak lembut membuntuti sang mentari. Sedikit menutupi keangkuhan sinar sang mentari demi memberi kesejukan pada seluruh penduduk Dinasti Joseon. Sang angin pun mendukung sang awan dengan bergerak lembut memberikan semilir pergerakan udara.

Cuaca yang sempurna.

Terutama bagi sang tabib istana yang kini tengah menjalankan tugas penting yang akan menentukan nasib kerajaan Silla.

Di samping sang tabib, ada seorang tua yang fokus membaca pergerakan bintang pemberi petunjuk yang selama ini memberi kekuatan padanya.

"Wangjeonha (Yang Mulia Raja), sebentar lagi anda akan mendapatkan seorang penerus. Wangseja (Pangeran Mahkota) yang akan meneruskan perjuangan anda, dan akan membuat negara Silla berjaya dan semakin besar."

Dan benar saja, setelah seorang tua itu selesai berucap, dengan satu dorongan kuat terdengarlah suara teriakan melengking seorang bayi lelaki penerus darah kerajaan.

"Tapi ingatlah Wangjeonha, Itu semua hanya akan terjadi jika sang Wangseja bisa menemukan Wangbi (Permaisuri) yang tepat, yang sanggup mendampinginya memimpin negara."

.

.

.

.

Author Ela_JungShim presents

An Alternate Universe FAN-FICTION

"Takdir Cinta"

Pairing : HoMin (Jung Yunho X Shim Changmin)

Rate : T

Length : 1 of ?

Desclaimer : They're belongs to GOD, themselves and DBSK/TVXQ/ToHoShinKi. Yang Ela punya hanya plot fanfic, ide gila dan cinta buat TVXQ!

Warn : TYPO's!

This is HOMIN Fanfiction. Jadi pair utamanya adalah HOMIN. Bagi yang tidak suka, silahkan angkat kaki dari fanfic ini. Simple.

.

.

.

.oOHOMINOo.

.

.

.

.

10 tahun kemudian.

.

.

Seluruh penghuni istana dan penduduk Silla bergembira. Berpesta pora di hari itu. Dua Februari di tahun ke sembilan puluh enam ini menandakan usia kedewasaan bagi satu orang dalam keluarga istana. Usia dimana akhirnya sang putra dari Raja dan Permaisuri diberikan status resmi sebagai Pangeran Mahkota—penerus dari sang Raja yang sekarang.

Tahun dimana ia bukan lagi dianggap anak kecil yang sedang belajar, namun sudah masuk ke tahap berlatih. Berlatih menerapkan segala ajaran yang sudah ia dapatkan semenjak balita untuk mulai mempersiapkan diri dalam mengambil alih tahta kerajaan suatu hari nanti.

Dalam hari itu, sang Raja dan Permaisuri, beserta para selir, bangsawan, panglima dan cendekiawan negara turun ke alun-alun kota bersama sang Pangeran Mahkota. Membuat pesta bersama-sama dengan rakyat mereka. Mengenalkan calon raja mereka suatu hari nanti, juga mengenalkan rakyat yang suatu saat akan dipimpin oleh Putra Mahkota.

Perhelatan yang sudah direncanakan jauh-jauh hari itu di mulai dari upacara resmi di pagi hari. Upacara yang diadakan di alun-alun istana megah Silla. Upacara pengangkatan sang pangeran menjadi Putra Mahkota. Setelahnya, dilanjutkan dengan arak-arakan Raja, Permaisuri dan Pangeran Mahkota dari istana hingga ke alun-alun kota, untuk memulai pesta rakyat.

Di hari itu semua warga bisa bertemu dan menyampaikan langsung ucapan selamat mereka pada keluarga kerajaan. Dan disamping itu, makanan dan minuman yang di sajikan oleh tenda-tenda dari istana itu disiapkan dan diberikan gratis bagi semua penduduk Silla yang hari itu datang ke alun-alun kota untuk mengikuti pesta rakyat. Semua musisi, sastrawan dan penghibur berlomba-lomba menunjukkan bakatnya untuk memeriahkan acara ulangtahun dan pengangkatan Pangeran Mahkota. Bahkan demi acara ini, kerajaan sampai mengundang seorang penari wanita yang namanya sudah tersohor di seantero negara Silla.

Seorang wanita berdarah bangsawan dari keturunan musisi kerajaan yang memiliki bakat menari yang sangat mengagumkan. Di perebutkan banyak lelaki disaat belia, sampai akhirnya jatuh ke pelukan seorang bangsawan pemimpin provinsi Hanyang, dan berhenti dari profesinya sebagai penari. Namun demi perhelatan besar ini, penari wanita tersebut bersedia datang ke Ibukota untuk menampilkan kemahirannya.

Matahari mulai masuk ke peraduannya ketika pesta rakyat itu tiba-tiba menjadi hening. Penari wanita bertubuh tinggi semampai itu berjalan dengan anggun ke depan keluarga kerajaan. Namun anehnya, ia tidak sendiri. Ada seorang anak perempuan kecil mengekor di belakangnya sambil membawa alat musik Sanjo Gayageum (kecapi dengan dua belas senar petik) yang tingginya setara dengan anak tersebut.

"Wangjeonha, Wangbi, Wangseja, perkenankan hamba untuk mempersembahkan musik dan tarian bagi Yang Mulia dan seluruh rakyat Silla. Semoga Silla selalu berjaya." ucap wanita tersebut seraya menghormat.

"Shim Yeonmi, sungguh kebahagiaan bagiku untuk bisa melihatmu menari lagi untuk kami." ucap sang Raja.

"Benar Yeonmi-ah, sudah terlalu lama semenjak tak ada lagi tarian indahmu menghiasi istana. Dan, siapa putri kecil dibelakangmu itu?" lanjut sang Permaisuri yang dulunya merupakan teman sepermainan penari wanita tersebut.

"Wangjeonha dan Wangbi terlalu menilai tinggi hamba." sahut sang penari wanita yang elok dan bersahaja itu. "Dan hamba ingin memperkenalkan putri hamba, Shim Jangmi."

Seolah mengerti isyarat sang ibu, perempuan kecil itu meletakkan alat musik Sanjo Gayageum-nya ke lantai dan memberikan penghormatan resmi. "Perkenalkan Wangjeonha, Wangbi dan Wangseja, nama hamba Shim Jangmi. Putri dari keluarga bangsawan Shim dari provinsi Hanyang." ucap anak perempuan itu dengan aksen kekanakannya yang lucu dan menggemaskan. Apalagi mata bulat penuh anak itu menatap dengan pancaran polos kekanakan yang semakin membuatnya terlihat imut dan menggemaskan. "Hamba mengucapkan Selamat Ulang Tahun dan Selamat untuk pengangkatan Wangseja hari ini. Semoga negara Silla semakin berjaya."

"Yeonmi-ah, terlalu banyak hal yang terlewat olehku. Setelah ini ikutlah bersama kami menginap di istana untuk beberapa waktu. Anda setuju dengan ucapan hamba kan, Jeonha?" ucap sang Permaisuri yang secara implisit meminta persetujuan sang Raja.

"Benar sekali Shim Yeonmi, menginaplah barang sebulan di istana. Wangbi pasti senang bisa bertemu temannya lagi. Dan Wangseja bisa mendapat teman baru." setuju sang Raja yang tersenyum pada anak perempuan nan manis itu.

"Jika itu titah Wangjeonha, hamba dan putri hamba pasti memenuhinya dengan senang hati. Lalu, tanpa mengurangi rasa hormat, hamba akan mempersiapkan diri untuk menyajikan tarian hamba untuk keluarga kerajaan dan seluruh warga Silla. Hidup Silla!"

Sorakan penuh semangat menyambut seruan penghormatan bagi kerajaan Silla. Dan dengan itu, anak perempuan kecil itu mengambil kembali Sanjo Gayageum-nya, dan mengambil posisi di sebelah pada pemusik kerajaan.

"Tuan-tuan pemusik sekalian, bisakah untuk penampilanku ini, tuan-tuan sekalian mau beristirahat dan membiarkan cukup putriku saja yang mengiringi?" ucap sang penari wanita dengan nada suaranya yang lembut dan bersahaja.

Dengan menulikan diri akan gumaman protes dan rasa tak percaya, anak perempuan kecil itu mulai mengambil posisi didepan kecapinya. Jemari kecil namun lentik itu mulai memetik senar kecapi, dan melantunkan musik yang luar biasa dengan gerakan-gerakan cepat nan lincahnya.

Hening menerpa.

Dan hening itu semakin memperjelas ketika sepasang bibir tipis berwarna merah sakura itu itu mulai melantunkan nyanyian khusus pengiring tarian yang akan di sajikan sang Ibu.

Bait pertama selesai, dan Shim Yeonmi, dengan memakai kostum Gwanbok (hanbok yang serupa milik sang Permaisuri) yang sudah dilengkapi selendang panjang di kedua tangan, mulai mengehentakkan kakinya. Memulai tarian Taepyeongmu—tari perdamaian agung untuk kerajaan Silla.

Puluhan orang yang mengikuti pesta rakyat tersebut tediam.

Terpukau.

Terpana oleh kombinasi dari musik istimewa yang hanya terbentuk dari petikan dua belas senar Sanjo Gayageum, di iringi oleh suara merdu yang begitu jelas dan kuat dengan aksen kekanakannya yang unik, di lengkapi oleh lenggokan gemulai, putaran tajam dan kelebatan lembut selendang gwangbok dari tarian Taepyeongmu yang begitu sempurna.

Pertunjukan luar biasa yang benar-benar begitu luar biasanya dengan hanya dua orang pelaku.

Tepuk tangan yang begitu meriah dan menggema di alun-alun kota serta dengung pujian menemani berhentinya pertunjukkan spektakuler duo wanita dari keluarga bangsawan Shim tersebut. Menutupi tatapan terpesona yang terlihat begitu jelas dalam sepasang mata tajam sang Wangseja yang baru kali itu mengerti benar keindahan dari alunan sebuah musik dan suara merdu anak perempuan berparas manis menggemaskan yang membuat jantungnya terpompa semangat.

.

.

.

.oOHoMinOo.

.

.

.

"Wangseja, Yunho-wangseja, anda dimana?"

Anak lelaki kecil yang namanya diserukan oleh pengurus istana itu terkikik geli dari tempat persembunyiannya.

'Aku berhasil melarikan diri!', bocah tersebut berseru dengan semangat dalam hatinya. 'Sekarang waktunya menyelinap ke paviliun tamu bangsawan Shim!'

Dengan langkah cepatnya yang sudah mengerti benar seluk-beluk istana, Putra Mahkota negara Silla itu mengendap-endap melewati para penjaga istana menuju paviliun tamu.

Namun belum sampai ia ke paviliun tamu, langkahnya terhenti karena samar-samar ia mendengar suara petikan senar Sanjo Gayageum dari taman kecil di dekat paviliun tamu.

"Ribuan bunga yang memancarkan cahaya di istana

Bunga merah begitu cantik, seakan bunga kuning menjadi iri"

Suara nyanyian pengiring lagu Gainjeonmokdan (Tarian Bunga Peoni) itu langsung membuatnya berbelok ke arah taman tersebut.

Pemilik dari suara nyanyian itulah yang membuatnya ingin datang ke paviliun tamu bangsawan Shim.

Dan benar saja, begitu Yunho sampai, ia bisa melihat anak perempuan kecil tengah duduk bersila di bawah rindangnya pohon di taman istana, memainkan dua belas senar kecapi sambil bernyanyi merdu dengan mata terpejam.

Elok.

Dan begitu indah.

Tak ingin mengganggu, Yunho sebisa mungkin berjalan kesana tanpa menimbulkan suara.

"...Kupu-kupu terbang di antara kuntum bunga yang harum."

Bait terakhir lagu itu selesai, dan Yunho langsung bertepuk tangan heboh.

"Bagus sekali! Sungguh luar biasa!" puji Yunho.

Anak perempuan kecil itu tersentak ketika suara tepukan tangan itu datang. Ia langsung menoleh ke asal suara dan panik menyapanya.

Putra Mahkota!

Anak itu cepat-cepat berdiri dan memberi salam hormat seperti yang sudah diajarkan Ibundanya. "Sa-salam Wangseja!"

"Hei, tidak usah kaku begitu." ucap Yunho yang berjongkok di depan anak perempuan itu.

Dengan wajah penuh rasa penasaran, ia menatap anak didepannya dengan lekat. Setiap jengkal bagian diri Shim Jangmi ia perhatikan lamat-lamat—membuat sang empunya tubuh menjadi kikuk dan salah tingkah.

Ditatap dan diperhatikan dengan sebegitu lekat oleh Putra Mahkota—calon pemimpin Silla dimasa depan, siapa yang tidak akan jadi salah tingkah?

Dan senyuman puas yang akhirnya muncul di wajah Putra Mahkota itu tiba-tiba membuat perasaan tak enak menyelami hati Shim Jangmi.

"Aku suka. Mau menjadi permaisuriku suatu hari nanti? Mau menikah denganku?"

Shim Jangmi, anak perempuan kecil itu menatap tak percaya pada Putra Mahkota di hadapannya. Mata bulat itu jadi semakin terlihat bulat lucu karena terbelalak kaget. Bibir tipis dengan tonjolan kecil yang imut di bagian tengahnya itu megap-megap tanpa ada kata terucap.

"T-ta-tapi hamba ini laki-laki!" Shim Jangmi melontarkan alasan itu tanpa otaknya memerintahkan. Baru setelah ia menelaah kata-katanya, wajah manis itu langsung menjadi pucat pasi. "Ma-maafkan hamba! To-tolong lupakan ucapan hamba barusan!" panik Shim Jangmi dengan kedua tangan yang bergerak-gerak tak jelas karena panik.

'Aduuuhh... bagaimana ini... Abeoji dan Eommonim pasti akan marah padaku TT_TT '

"Ha-hamba mohon lupakan ucapan hamba barusan, Wangseja!" pintanya memelas.

.

.

.

.

.

~TBC~

Nah, segini dulu ya~

Annyeong HMS-ku tertjintah~! Jeng-jeng-jeng~! Ela datang lagi...dan bawa fanfic HoMin yang baru~ /digetok rame-rame/

Bukannya Ela tak ingat hutang, tapi habis liat drama korea yang jaman Joseon, Ela tiba-tiba jadi tertantang bikin fanfc HoMin Joseon era. Padahal suwer terkewer kewer, Ela tadinya nggak berani bikin fanfic Joseon era cz Ela bener-bener blank soal KorSel jaman dulu. Maka dari itu, Ela minta pendapat reader semua, ini fanfic aneh nggak? Apa kurang terasa era Joseon-nya? Atau mending ini fanfic di delete aja karena aneh?

Mohon pendapat dari kalian semuanya ya...

Trus nih ya, Ela lagi sedih TT_TT

Abang Yunho yang gantengnya naudzubillah udah lama hilang dari peredaran(iyelah, dia lagi WaMil!), dan Changminku yang manis ngegemesin itu sekarang kliatan kurang bergairah(?) TT_TT Kapan WaMil mereka berakhir dan Ela bisa lihat lagi mereka berdua saling flirt dengan gak tau malunya? T^T

Mana pas mereka WaMil kan niatnya nabung...tapi malah banyak sekali godaannya T^T DVD We Are T ~second memories~ yang isinya lovey-doveynya HoMin, goodies-goodies dari japan-korea yg harganya masyaAllah, dan photobook stay season 2 T^T ADA YANG MAU GRATISIN ELA NGGAK? /ditembak mati/

Sudah, sudah, Ela malah ngelantur. Yang penting, jangan lupa kasih pendapat soal fanfic ini di review yaaa. Karena review kalian adalah bayaran bagi penulis gajelas macam Ela ini. Dan yg mau temenan ama Ela, bisa di facebook Ela JungShim, atau di twitter ela_jungshim

Last, Salam HoMinShipper HardCore – Ela_JungShim