Sore itu Baekhyun masih setia menutup matanya karena efek obat yang ia minum beberapa jam lalu. Dan matanya mulai terbuka ketika cahaya senja yang menyelinap lewat jendela kamarnya menerpa wajahnya.
Baekhyun melirik kearah jam dinding yang ada dikamarnya. Jam empat sore. Ah, masih jam empat sore dan Baekhyun masih memiliki waktu luang untuk beristirahat.
Tapi ketika ia akan kembali tertidur, ia teringat sesuatu.
Pukul empat sore, pameran senjata, The Invisible, Chanyeol.
Tunggu, dimana Chanyeol? Ia langsung terbangun dari posisi tidurnya dan mencari Chanyeol diseluruh sudut kamarnya. Nihil, ia pun keluar dan mencari Chanyeol disekitar apartemennya.
"Ah, sial. Dia pasti sudah pergi. Aku harus bagaimana? Aku ingin kesana tapi ia pasti memarahiku jika bertemu dengannya. Apa aku harus pergi diam-diam?" Gumamnya pada diri sendiri.
"Salah siapa melarangku pergi." Ia tersenyum kemudian beranjak untuk kembali ke kamarnya. Mempersiapkan beberapa barang yang akan ia bawa, mungkin akan diperlukan.
Baekhyun sedikit menggerutu karena badannya masih terasa sakit. Namun itu tak dapat dijadikan alasan untuk ia berdiam diri saja di apartemen.
Meskipun ia tahu kedatangannya hanya akan menambah masalah. Namun jika pergi diam-diam, tak akan ada yang tahu bukan?
"Ah, apakah aku harus membawa ini?"
.
.
.
.
I'LL BE THERE
CHAPTER 12 (END)
by oshbbhpcy69
Main Casts : Byun Baekhyun & Park Chanyeol
Rate : T-M
Genre : Romance, Crime
Warning : Yaoi, Boys Love, Boy x Boy, Shounen-ai
Summary : Baekhyun selalu ditampar oleh kenyataan yang diterimanya. Bahkan orang terdekatnya tak selalu seperti yang ia kira.
.
.
.
.
Chanyeol rasa inilah akhir dari kehidupannya. Tapi setidaknya ia bisa berbangga diri karena ia mati dalam tugasnya. Luka di bahunya bisa ia pastikan tidak terlalu dalam, tapi darah yang dikeluarkan cukup banyak dan membuat ia pusing.
Dan itu membuat Kyuhyun tersenyum penuh kemenangan. Kyuhyun sangat licik dan menghalalkan segala cara agar ia bisa mencapai tujuannya. Chanyeol tak tahu pasti apa yang ada dipikiran psikopat itu, yang ia ketahui adalah Kyuhyun melakukan semua ini demi kesenangannya sendiri.
Cukup tidak masuk akal dan tidak dapat diterima oleh pemikiran orang-orang normal. Chanyeol tidak tahu apa manfaat dari segala hal yang dilakukan oleh Kyuhyun.
"Ucapkan selamat tinggal pada kehidupanmu yang menyedihkan." Kyuhyun berucap dengan nada yang sangat santai, dengan seringaian khasnya dan kemudian tertawa seperti seorang pemenang.
Namun ia terlalu percaya diri dengan rencananya tanpa memikirkan apa konsekuensi dari hal yang dilakukannya. Atau mungkin hal-hal yang bisa menghambat atau menggagalkan segalanya.
Seperti sekarang, seseorang dengan nekad menodongkan pistolnya dibelakang Kyuhyun dengan kilatan mata yang penuh amarah.
DORRR
Satu tembakan diarahkan tepat dikaki kanannya. Kyuhyun tumbang.
DORRR
Satu tembakan tepat mengenai tangannya sehingga pistol yang dipegangnya terlepas. Kyuhyun mengerang dan ia merasa bahwa kini tangannya mati rasa.
DORRR
Satu tembakan kembali diarahkan ke kakinya dan kini kaki kirinya yang menjadi sasarannya. Kyuhyun merasa kedua kakinya akan lumpuh.
DORRR
Suara tembakan yang membabi buta diiringi tangis yang terdengar amat memilukan. Orang yang menembaki Kyuhyun terlihat sangat emosi. Ia bahkan berniat menembak kepalanya jika seseorang tak menahannya.
Hidup itu kadang tak sesuai dengan rencana. Kyuhyun sudah salah perhitungan.
"Baek, apa yang kau lakukan disini? Kendalikan dirimu!" Chanyeol menghampiri Baekhyun dengan terburu-buru dan membuang pistol yang dipegang Baekhyun secara asal.
"Si keparat itu menembak Sehun dan Hyung-ku, Yeol. Dan dia juga menembakmu. Apa aku harus diam saja ketika melihat semua itu, hah?!" Baekhyun terlihat kalap dan ia mencoba untuk menggapai Kyuhyun untuk menghajarnya.
"Byun Baekhyun, tenanglah! Kau –bagaimana mungkin, Baek? Apa yang kau lakukan disini? Bukankah sudah ku larang? Kau cukup berdiam diri saja di apartemen."
"Aku tidak bisa berdiam diri, Yeol!"
"Dan juga –astaga Baek! Kau dapat senjata api dari mana? Kau akan terjerat pasal penyalahgunaan senjata dan juga-"
"Ini bukan tentang penyalahgunaan senjata, sialan! Tapi ini mengenai bagaimana kelanjutan hidup keluargaku! Chanyeol awas!" Baekhyun berseru dan Chanyeol yang tak tahu apa-apa cukup kaget dan bingung apalagi ketika Baekhyun mendorongnya.
DORRR
Satu tembakan menghentak tubuh ringkih Baekhyun. Membuat sosok kecil yang masih terbalut luka merasakan kembali rasa panas timah yang teramat sakit menembus punggung sempitnya. Kyuhyun tersenyum mengejek ketika ia berhasil menggapai pistolnya kembali dan menembak salah satu diantara Chanyeol dan Baekhyun, namun sesaat kemudian ia pingsan karena kehabisan banyak darah.
Para polisi mulai berdatangan karena keributan yang mereka buat. Sedangkan Chanyeol kini memangku Baekhyun yang kini tengah pingsan seperti Kyuhyun.
"Baek, kumohon bangunlah." Harap Chanyeol terdengar amat memilukan dan menyayat hati. Satu tetes air mata keluar dari matanya dan menetes tepat mengenai pipi Baekhyun.
Wajah Chanyeol berubah menjadi lebih panik ketika tubuh Baekhyun memucat dan sama sekali tak bergerak. Membuat obsidian yang biasanya menatap tajam kini melemah tak berdaya.
Chanyeol menggendong tubuh Baekhyun. Mengangkatnya dengan tegar meskipun pada kenyataannya hatinya sangat perih. Sosok yang selalu ingin dilindunginya, sosok pemuda yang selalu menghantui pikirannya.
Napasnya semakin memendek. Bibirnya semakin kering dan membiru. Meskipun beberapa sentuhan yang diberikan Chanyeol nyatanya tak memberi efek pada tubuh mungil Baekhyun.
Dan sosok itu kini terbaring kaku di pangkuannya.
Chanyeol menangis ditengah rintik hujan, menggumamkan nama Baekhyun ditengah ramainya sirine ambulans.
.
.
.
.
Chanyeol menghembuskan napasnya lesu. Ini sudah hari keempat ia berada di rumah sakit. Kantor memberinya cuti selama masa penyembuhan lukanya. Dan ia patut diberi penghargaan karena telah menangkap sosok yang dianggap sampah oleh masyarakat.
Chanyeol meraih gelasnya, meminumnya sampai setengahnya. Luka di bahunya sudah membaik dan dokter sudah memperbolehkannya pulang hari esok.
"Kau baik-baik saja?" Chanyeol melirik sosok yang muncul dari balik pintu kamar inapnya.
"Aku sudah diperbolehkan pulang besok. Bagaimana dengan luka di perutmu?
"Aku sudah sembuh. Aku akan kembali bekerja secepatnya." Sehun mengupaskan sebuah jeruk untuk Chanyeol.
Chanyeol menerimanya kemudian tertawa jahil, "Sebagai pencuri atau petugas?"
"Apa-apaan reaksimu itu? Apa kau menganggap bahwa menjadi pencuri itu menyenangkan?"
"Ya, kau akan memiliki apapun yang kau inginkan."
"Apa kita harus membuat kelompok seperti The Invisible?" Sehun tertawa.
Chanyeol berdecak malas. Namun hatinya lega karena ini semua sudah berakhir.
Semua yang bersangkutan dapat kembali ke kehidupannya masing-masing. Begitu pula dengan The Invisible, mereka dapat kembali ke keluarganya dan menjalani kehidupan seperti biasa.
Chanyeol berbincang cukup lama dengan Sehun. Bercerita betapa konyolnya kasus yang mereka tangani.
Chanyeol tak habis pikir dengan Kyuhyun yang merekrut beberapa orang untuk mencuri barang, hanya untuk memuaskan hasrat ingin memilikinya.
Dan ternyata orang-orang yang berada dibawah perintahnya bukanlah orang-orang yang kekurangan dalam hal material. Mereka adalah orang-orang yang berpengaruh di beberapa perusahaan. Dijebak dengan kedok kerjasama, dan berakhir dengan mereka yang harus membayar pada Kyuhyun dengan cara menjadi pencuri untuknya.
Sehun mengerti bahwa Chanyeol sangat bingung dengan apa yang terjadi. Namun itulah kenyataannya.
"Karena pada dasarnya yang harus kau percayai hanyalah dirimu sendiri. Bukan oranglain, bahkan orang terdekatmu." Ujar Sehun.
"Kau benar, Sehun. Bahkan orang terdekat bisa saja meninggalkanmu."
"Hei."
Sehun menyadari kearah mana pembicaraan Chanyeol. Apalagi melihat tatapan kosong Chanyeol, ia merasa bersalah pada sosok yang lebih tinggi darinya itu.
"Sudahlah, Kawan. Kita hanya hamba Tuhan. Kau tinggal menunggu sebuah takdir."
Chanyeol menatap sendu kaca jendela kamarnya. Menatap langit yang cukup cerah hari ini. Sangat berbeda dengan suasana hati Chanyeol.
"Mau menemaniku ke suatu tempat?" Tanya Chanyeol.
"Kemana?"
"Ke pemakaman."
.
.
.
.
Dan disinilah Chanyeol dan Sehun berada. Di sebuah pemakaman yang terlihat masih baru. Chanyeol sedikit menunduk, kemudian menyimpan sebuket bunga yang baru saja ia beli.
"Maafkan aku karena telah lalai dan tak bisa menyelamatkan nyawamu..." Ujar Chanyeol.
"..aku meminta maaf yang sebesar-besarnya..."
"...ketika semuanya kembali normal, aku tak bisa membayangkan. Apakah hidupku akan normal kembali seperti yang lainnya?"
"Bahkan, ketika aku harus kehilangan orang yang sangat kusayangi."
"Hei, hei. Sudahlah." Sehun mengintrupsi.
Chanyeol tersenyum kemudian membungkuk pada nisan yang berada dihadapannya.
"Aku tak ingin kau mati dengan status sebagai seorang penjahat. Seharusnya aku bisa membuatmu hidup lebih lama dan kau menebus semua kesalahanmu. Tapi ternyata, Tuhan berkehendak lain."
"Istirahat dalam damai, Cho Kyuhyun."
Chanyeol dan Sehun berjalan menjauhi perjalanan. Dengan pakaian yang bernuansa hitam, mereka berjalan dengan langkah yang bersahaja.
"Ngomong-ngomong, kenapa cara bicaramu seperti menganggap orang yang kau sayangi itu sudah tiada?" Tanya Sehun saat mereka sudah kembali ke rumah sakit.
"Karena bagiku, ia masih pergi. Dan belum kembali."
Chanyeol membuka sebuah pintu sebuah kamar rawat yang lain. Matanya terpaku pada sosok yang terbaring lemah diranjang dengan selang oksigen dan beberapa alat bantu untuk membantu mempertahankan hidupnya.
Chanyeol tersenyum. Berdiri disamping ranjangnya kemudian mengelus punggung tangannya.
Dingin. Chanyeol menyentuhnya dan jari-jarinya merasakan dingin dari kulit yang baru saja ia raba.
"Selamat siang, Baek. Aku datang."
Sehun yang merasa bahwa Chanyeol butuh privasi, meninggalkannya di ruangan seorang diri.
"Ini sudah hari ke-empat. Apa kau tidak akan bangun? Apa kau tidak merindukanku?"
Chanyeol menahan dirinya untuk tidak menangis.
"Hei."
Chanyeol meraih tangan Baekhyun. Menggenggamnya cukup erat.
"Kau mempunyai cita-cita menjadi seorang dokter. Lihat aku, Baek. Aku sakit. Tak bisakah kau mengobatiku, hm?"
Chanyeol berlutut. Dengan posisinya yang seperti itu ia bisa melihat wajah Baekhyun dari samping yang terdapat beberapa perban dan plester kecil.
"Kau tidak merindukanku?"
"Dia pasti merindukanmu."
Itu bukan suara Baekhyun. Ia menoleh mendapati Baekbeom dan Taehyung berjalan mendekatinya. Taehyung berjalan menghampiri Chanyeol kemudian memberikan sekotak makanan padanya sambil tersenyum manis. Chanyeol meraihnya dengan senyuman pula, mengusak rambut Taehyung seolah ia adiknya sendiri.
Ngomong-ngomong soal Chanyeol dan keluarga Baekhyun, mereka sudah mulai dekat semenjak empat hari yang lalu. Chanyeol yang sering berkunjung ke kamar Baekhyun membuatnya sering bertemu dengan Baekbeom dan Taehyung.
"Kau sudah bersekolah lagi, Taetae?"
"Aku mulai sekolah minggu depan, Hyung." Jawab Taehyung.
"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Baekbeom.
"Aku sudah baik-baik saja. Apa lukamu sudah membaik?"
"Tentu. Aku harus lekas sembuh untuk merawat Baekhyun."
"Soal Baekhyun, apa belum ada kemajuan?"
Baekbeom menghela napasnya. Mendekati sang adik kemudian mengelus pelan surainya.
"Dokter mengatakan bahwa mungkin ia belum ingin bangun. Shock membuatnya tertidur lebih lama, kita hanya tinggal menunggu."
"Ah, Chanyeol." Chanyeol menoleh ketika Baekbeom memanggilnya.
"Ya?"
"Bisakah kita bicara berdua? Aku ingin berbicara denganmu, sebagai Hyung-nya Baekhyun."
"Tentu."
"Tae, jaga Hyung-mu."
"Ya, Hyung."
Baekbeom dan Chanyeol keluar meninggalkan Taehyung dan Baekhyun diruangan
Taehyung meraih sebuah kursi dan duduk disamping Baekhyun sambil sesekali menilik manik mata Baekhyun yang masih tertutup oleh kelopaknya.
"Semua orang menunggumu bangun. Apa kau tak ingin membuka matamu?"
"Aku dan Baekbeom Hyung ingin membalas semua kesalahan kami. Bisakah kau bangun dan kita kembali bersama seperti semula?"
Hening.
Tak ada jawaban.
Yang Taehyung dengar hanyalah suara napas Baekhyun yang terdengar tenang dan lambat.
.
.
.
.
Semuanya kembali normal. Hidup dengan kehidupannya masing-masing seperti sedia kala.
Namun bagi Jongin, ia masih tak bisa menerimanya. Nyatanya seorang Kyungsoo, kekasihnya, ternyata telah menipunya selama ini.
Yang ada dibenak Jongin, kenapa harus berbohong? Jika memang Kyungsoo adalah seorang penjahat, selama ia masih jujur, kenapa harus disembunyikan?
"Maafkan aku, Jongin."
"Pergilah, aku tak ingin melihatmu lagi."
Kyungsoo tak akan menyerah secepat itu. Sebelum Jongin membuka pintu rumahnya dan memberinya maaf, ia tak akan pergi.
"Bisakah kau mengijinkanku masuk? Aku ingin berbicara denganmu." Bujuk Kyungsoo.
"Bicaralah disitu. Aku mendengarmu."
"Kau bahkan tidak ingin melihat wajahku? Hei, Jongin."
Jongin tetap saja bersikeras dengan pendiriannya agar tak membukakan pintu untuk Kyungsoo. Ia berjongkok dengan membelakangi pintu.
"Apalagi, Kyung? Kau tahu aku tak suka jika dibohongi. Dan mungkin untukmu aku hanyalah seorang anak kecil. Jadi enyahlah, pergi dengan orang yang setara denganmu."
Hening sesaat, dan Kyungsoo kembali angkat bicara.
"Baiklah, jika itu maumu. Aku pergi dan tak akan muncul kembali dihadapanmu."
"Ya, pergilah."
Jongin dapat mendengar suara langkah kaki yang menjauh. Pelan-pelan ia membuka pintunya, berjalan keluar memastikan bahwa Kyungsoo memang benar-benar pergi.
"Ternyata ia benar-benar pergi." Gumamnya.
Ia kembali menutup pintunya. Berjalan masuk ke apartemennya dengan wajah yang lesu. Meskipun ia sedikit kasar dengan mengusir Kyungsoo, tetap saja hatinya tak bisa berbohong.
Ia merindukan Kyungsoo.
"Kulkasmu kosong."
Jongin menoleh dan menatap horror sosok yang kini tengah duduk di sofanya sambil meminum sekotak jus jeruk dengan santainya.
"K-kau?! Bagaimana bisa masuk?"
Mata Jongin terbelalak sambil menunjuk muka Kyungsoo dengan telunjuknya. Ia benar-benar tak habis pikir kenapa Kyungsoo bisa masuk.
Kyungsoo berdiri, kemudian meraih lengan Jongin dan menariknya agar duduk bersamanya.
"Bagaimana kau bisa masuk?" Tanya Jongin dengan nada datar.
"Kau lupa apa pekerjaanku? Aku seorang pencuri yang senang menyelinap kemana-mana. Ini hanya hal kecil untukku."
Jongin berdecih pelan. Kyungsoo menghela napasnya.
"Jongin, aku tahu kau kecewa karena aku membohongimu. Tapi percayalah, perasaanku untukmu bukanlah sebuah kebohongan." Jelas Kyungsoo.
"Tidak. Kau mendekatiku hanya untuk menyempurnakan manipulasi. Aku tahu, dimatamu aku hanyalah seorang bocah SMA. Tak lebih dari itu. Jadi, lebih baik kau keluar dari apartemenku."
"Maaf."
Hanya kata itu yang mampu Kyungsoo ucapkan. Karena satu pengkhianatan bisa menghancurkan jutaan kepercayaan. Dan ketika ia ingin membangun kembali, semuanya tak akan lagi sama.
"Aku menyukaimu, Kyung. Sangat. Kenapa kau tak jujur padaku sejak awal?" Jongin berbicara tanpa menatap Kyungsoo, membuat Kyungsoo merasa semakin sedih dan bersalah.
"Bisakah, kau memberiku satu kesempatan lagi? Aku ingin memperbaiki semuanya."
"Apa yang akan kau perbuat untuk memperbaikinya? Kau tahu bawa kepercayaan seseorang tak bisa kau bangun begitu saja setelah kau porak-porandakan."
"Apapun akan kulakukan."
"Terserahmu saja."
Kyungsoo tersenyum. Setidaknya ini lebih baik. Meskipun semua tak seperti dulu, ia masih bisa memperbaiki kesalahannya.
"Aku ingin bertanya satu hal padamu. Dan ku harap kau jujur kali ini." Ucap Jongin.
"Tanyakan saja."
"Berapa umurmu?"
"Umurku?" Jongin mengangguk.
"Dua puluh tiga."
Jongin langsung bangkit dan bertepuk tangan yang mana membuat Kyungsoo sedikit kebingungan.
"Woah, aku tak menyangka. Selama ini aku memiliki kekasih lima tahun lebih tua dariku."
Ya, setidaknya seperti itu lebih baik.
.
.
.
.
Ini sudah hari ketujuh dan Baekhyun sama sekali belum memberikan tanda-tanda akan sadar dari tidurnya.
Chanyeol selalu datang setiap hari, menjaga Baekhyun. Kadang ia bergiliran dengan Baekbeom, apalagi Baekbeom sudah mulai bekerja kembali jadi mau tak mau ia memberi Chanyeol ijin untuk merawat Baekhyun, karena kebetulan Chanyeol masih dalam masa cutinya.
Chanyeol duduk dengan satu buah novel di tangannya, ia fokus pada bacaannya namun sesekali ia melirik Baekhyun.
Chanyeol menyelesaikan bacaannya satu jam kemudian. Meletakkan novelnya dan kini lebih berfokus pada Baekhyun. Memandang Baekhyun yang semakin hari terlihat semakin kurus.
Chanyeol tersenyum miris. Ia merindukan sosok Baekhyun. Meskipun terkadang Baekhyun menyebalkan atau kadang bersikap kasar padanya, itulah salah satu hal yang ia rindukan.
"Aku sudah membawa keluargamu kembali. Kau bisa menjalani kehidupan seperti biasa. Kapan kau akan bangun, Baek? Apa kau bisa mendengar suaraku?" Bisiknya.
Tak ada sahutan.
Yang ia dengar hanya suara tetesan yang berasal dari selang infus milik Baekhyun.
"Cepatlah bangun. Aku rela kau memukul kepalaku berkali-kali, asal kau bangun dan aku bisa melihatmu kembali tersenyum."
Chanyeol mencondongkan tubuhnya kearah Baekhyun. Mengecup bibirnya pelan dan penuh kasih sayang. Menyalurkan segala kerinduan yang ia pendam sendirian.
Ia kembali menjauhkan tubuhnya dan mengelus pipi Baekhyun sekilas. Tak lama ia pun bangkit dari duduknya, berjalan kearah jendela dan memandang keluar, melihat warga rumah sakit yang tengah berlalu lalang.
Ia meraih ponsel dan headset dari saku celananya. Mengaitkannya pada telinganya dan mulai mendengarkan musik, mencoba menghilangkan rasa bosannya.
Ia mulai menutup mata. Ia bisa mendengar ponselnya mulai memutar lagu 'My Answer' –lagu yang sangat Baekhyun sukai.
Ia sedikit bergumam, mengikuti irama lagu yang diputar di ponselnya.
Sadar, sepasang tangan yang cukup dingin menyentuhnya. Memeluknya dari belakang. Membuat netranya yang semula tertutup kini terbuka dengan spontan dan membalik tubuhnya.
Disana berdiri Baekhyun.
Dihadapannya.
Dan nampak sangat nyata.
Ia tersenyum lemah, namun tetap sangat manis. Tangannya terlihat membawa selang infus, yang Chanyeol yakini bahwa ketika memeluknya selang infus sialan itu ia bawa.
"Baek, kau kah itu?" Tanya Chanyeol setengah percaya.
"Apa aku harus memukul kepalamu agar kau yakin bahwa aku benar-benar sudah bangun?"
Chanyeol bernapas lega. Meraih tangan Baekhyun, menggengamnya dan menciumnya. Sambil berakali-kali menggumamkan kata 'Syukurlah' yang mana membuat Baekhyun terkikik geli melihatnya.
"Ayo, kembali duduk di ranjangmu. Kau pasti masih lemas."
Baekhyun mengangguk, ia kemudian berjalan kearah ranjangnya dengan Chanyeol yang menuntunnya. Chanyeol meraih segelas air kemudian menyodorkannya pada Baekhyun.
"Terimakasih."
"Baekbeom pasti senang jika mendengar kabar kau sudah sadar."
"Chanyeol, apakah semuanya sudah baik-baik saja?"
"Hm, tentu. Berkat tindakan heroikmu, itu mempermudah penangkapan Kyuhyun. Meskipun ia mati dua hari kemudian." Jelas Chanyeol sambil mengelus rambut Baekhyun.
"Kyuhyun... mati?"
"Ya. Dia tak bisa bertahan lebih lama karena lukanya. Itu lebih baik daripada ia harus terus hidup dan menjadi penjahat."
Baekhyun mengangguk mengerti. Chanyeol dengan sabar menceritakan hal-hal yang terjadi setelah kejadian hari itu sampai hari ini. Baekhyun merasa sedikit terhibur ketika Chanyeol menceritakan perihal Jongin yang merajuk gara-gara Kyungsoo yang mengakui identitasnya.
"Jadi, Sehun dan Kyungsoo akan berhenti sekolah?" Tanya Baekhyun.
"Ya. Mereka akan kembali ke kehidupan mereka masing-masing. Sehun bekerja sebagai polisi, dan Kyungsoo bekerja di perusahaannya."
"Aku merindukan mereka. Rasanya sudah lama sekali tidak bertemu. Aku juga merindukan Yoongi Hyung."
"Apa kau tidak merindukanku?"
"Untuk apa aku merindukanmu? Kau selalu disini bersamaku. Terimakasih ya?"
Chanyeol mengangguk kemudian mulai menyuapi Baekhyun karena ia bilang ia lapar dan ingin makan.
Baekhyun makan dengan sangat lahap. Mungkin efek ia tertidur lama membuat nafsu makannya bertambah.
Ketika mereka sedang asyik berdua, mereka dikejutkan dengan suara kantong belanjaan yang terjatuh.
"H-Hyung..."
Seseorang datang. Mematung untuk beberapa saat namun dengan segera menghambur ke pelukan Baekhyun.
"Hei, kawan. Merindukanku?" Kekeh Baekhyun.
"Akhirnya, kau sadar. Aku senang sekali, Hyung."
"Baekhyunnie sudah sadar?"
Suara yang lebih berat muncul bersamaan dengan tubuh tinggi yang berjalan menghampiri mereka.
"Syukurlah." Ia mengelus puncak kepala Baekhyun.
Baekhyun tersenyum. Begitupun yang lainnya. Setidaknya Baekhyun tidak membenci Baekbeom dan Taehyung, itu membuat Chanyeol lega.
"Kau harus berterimakasih pada Chanyeol yang selama ini merawatmu." Ujar Baekbeom pada Baekhyun.
"Sudah kulakukan."
"Dia sangat menyayangimu, seperti kami."
"Aku tahu."
"Jangan lupakan janjimu, Chanyeol." Ucap Baekbeom.
"Tentu."
"Janji apa?" Tanya Baekbeom.
"Janji antar lelaki."
"Yak. Apa kalian menganggap aku bukan lelaki?"
Dan semua orang yang ada disana tertawa melihat sikap Baekhyun yang kembali seperti biasa. Setidaknya mereka bisa kembali ke kehidupan mereka seperti semula.
.
.
.
.
Chanyeol mengikuti kearah mana Baekbeom berjalan. Dan setelah beberapa saat, akhirnya Baekbeom mendudukkan dirinya di kursi taman, membuat Chanyeol mau tak mau duduk disampingnya.
"Akhirnya, setelah sekian lama menunggu, aku bisa menghirup udara segar seperti biasanya. Tanpa beban." Ujar Baekbeom sambil menatap langit.
"Aku turut berbahagia." Balas Chanyeol dengan nada sopan.
"Sebenarnya, banyak sekali yang ingin ku katakan padamu. Dan yang pertama, aku mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya padamu."
"Maaf untuk?"
"Untuk semua kekacauan ini."
Hening beberapa saat. Kemudian Baekbeom meraih sekaleng kopi dari kantong yang sedari tadi ia bawa dan memberikannya pada Chanyeol.
Chanyeol menerimanya dengan baik.
"Awalnya aku menyesal telah masuk The Invisible karena aku harus meninggalkan kedua adikku. Dan ketika Taehyung mulai masuk, aku mulai menikmatinya. Ya, rasanya menyenangkan dan membuatku tak mau kembali ke kehidupanku..."
"...tapi Sehun yang secara tidak sengaja terbongkar topengnya, menyadarkan kami secara telak bahwa kami mempunyai keluarga. Yang jauh lebih penting dari apapun..."
"...seandainya dulu aku tak menerima kerjasama itu, mungkin kekacauan ini tak pernah terjadi. Atau mungkin, tidak terjadi pada kita."
Baekbeom berkata terus terang dengan mata yang menerawang ke arah langit yang nampak cerah tanpa awan.
Chanyeol dengan canggung berdehem kemudian mulai berbicara.
"Semua orang pasti punya kesalahannya sendiri. Baik itu kau, maupun aku. Kupikir tak ada salahnya untuk kembali memperbaikinya. Aku tahu bahwa kau sosok kepala keluarga yang baik dan bijaksana." Tutur Chanyeol tulus.
Baekbeom yang mendengarnya tersenyum. Merangkul pundak Chanyeol seolah mereka adalah teman dekat. Melupakan masalah yang pernah terjadi diantara mereka.
"Ngomong-ngomong, maafkan aku dulu pernah menyerangmu. Ya, kau tahu. Itu insting seorang Hyung. Kau pasti akan melakukan hal yang sama ketika adikmu dicium oleh seseorang yang tak dikenal."
Dirasa tahu kearah mana pembicaraan mereka. Telinga Chanyeol yang semula baik-baik saja kini mulai terasa panas. Jujur saja kini ia sedang berhadapan dengan Hyung dari seorang Baekhyun, yang membuatnya lebih canggung dari sebelumnya.
"Ah, soal itu. Maafkan aku." Ujarnya.
"Tak apa. Lagipula, aku harus mulai membiarkan ia memiliki kehidupan selain tentang keluarga dan teman-temannya. Dan kurasa, ia juga menyukaimu."
"Hubunganku dan Baekhyun masih belum jelas. Dan, aku tak tahu harus mulai darimana." Jawabnya lesu.
Baekbeom tertawa melihat perubahan raut muka Chanyeol. Setidaknya mendekatkan diri dengan Chanyeol tidaklah sulit.
"Mau berjanji sesuatu padaku?" Tawar Baekbeom.
"Janji apa?"
"Berjanjilah untuk menjaga Baekhyun apapun yang terjadi."
"Tentu. Akan kulakukan."
Baekbeom mengulurkan kepalan tangannya, "Janji antar lelaki?"
Chanyeol tersenyum kemudian melakukan hal serupa dan membenturkannya dengan milik Baekbeom.
"Ya, janji antar lelaki."
.
.
.
.
Baekhyun menyelesaikan sarapannya dengan cepat dan lahap. Ini adalah hari pertamanya kembali ke sekolah setelah dua minggu ia tak masuk.
Baekhyun sangat bersemangat. Apalagi hari ini ia akan bertemu lagi dengan teman-temannya. Ya, meskipun Sehun dan Kyungsoo tak berada di sekolah yang sama karena perbedaan umur mereka, tapi ia senang karena kemarin mereka berdua datang untuk menemui Baekhyun.
"Kau nampak bersemangat, Hyung." Ujar Taehyung saat melihat Baekhyun yang sedang merapikan piring bekas sarapannya sambil bersiul pelan.
"Tentu saja. Taetae, apa Baekbeom Hyung sudah berangkat?"
"Ya, paman Choi meneleponnya untuk segera datang karena rapat akan dimulai." Ujar Taehyung setengah berteriak karena Taehyung sudah berada di ambang pintu apartemen.
"Hyung, aku berangkat!"
Pintu ditutup.
"Anak itu."
Dan Baekhyun hanya menggelengkan pelan kepalanya melihat Taehyung yang sudah pergi bagai ditelan bumi.
Sebelum berangkat ke sekolah ia berniat untuk mencuci piring terlebih dahulu karena disini ia bertanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan rumah.
TING TONG
Bel apartemen berbunyi. Baekhyun yang baru saja menyelesaikan tugasnya menoleh pelan kearah pintu apartemen.
Baru saja ia hendak membukakan pintunya, ia mendengar seseorang memijit pin kode apartemennya.
Siapa yang tahu kecuali keluarganya, bukan?
Itu membuatnya sedikit was-was. Baekhyun sedikit berjalan mundur sambil membawa tongkat baseball yang ia dapatkan dari balik sofa. Semenjak kasus penyerangan yang dilakukan Kyuhyun, ia menjadi sedikit takut ketika ada orang yang mungkin ingin menyerangnya.
Pintu dibuka, Baekhyun mengayunkan tongkatnya.
"Ah! Kukira siapa. Ternyata kau."
Hampir saja Baekhyun membuat kepala orang itu pecah karena jarak tongkat dan kepalanya hanya berjarak beberapa senti saja.
"Kasar sekali."
Orang itu yang ternyata adalah Chanyeol melenggang masuk, berjalan kearah dapur, meraih beberapa snack dan minuman dari dalam kulkas.
"Kau tak bekerja?" Baekhyun ikut duduk disamping Chanyeol.
"Hoseok membuat masalah dan itu kesempatanku untuk kabur."
"Kau ini."
"Kau sendiri? Kenapa belum berangkat sekolah?"
"Kau datang saat aku akan berangkat. Dan mungkin sekarang aku akan terlambat." Ia menjawab sambil melirik jam dinding yang bertengger disana.
"Baguslah."
Baekhyun merasa ada yang aneh dari gerak-gerik Chanyeol. Seperti ada sesuatu yang penting yang ingin ia bicarakan.
"Untukmu."
Baekhyun berkedip lucu saat Chanyeol mengeluarkan setangkai mawar merah dihadapan Baekhyun. Membuat Baekhyun merona saat menerimanya.
Chanyeol mendekatkan dirinya, menarik kursi Baekhyun dan membuatnya berhadapan dengan tubuhnya.
"Kau bilang kita tak punya suatu kejelasan. Hubungan kita terasa masih sangat abu-abu. Kau tahu, aku menyukaimu. Sangat."
"Aku tahu, Yeol."
Baekhyun memainkan jarinya pada mawarnya. Chanyeol menarik dagu Baekhyun agar mereka bisa saling bertatapan.
Chanyeol mendekatkan wajahnya, mengecup pelan bibir Baekhyun yang selama ini ia rindukan.
"Semua sudah kembali dan baik-baik saja. Jadi?"
"Kau tahu jawabannya, Yeol."
"Aku ingin mendengarnya langsung dari mulutmu."
"Aku milikmu."
Baekhyun berdiri dari posisinya, kemudian memeluk Chanyeol. Menyandarkan kepala Chanyeol di dadanya. Chanyeol mengecupi dadanya pelan.
"Setelah kecelakaan itu, kau nampak jauh lebih manis dari sebelumnya. Kau bahkan tak pernah lagi memukul kepalaku." Ujar Chanyeol sambil mendudukkan Baekhyun dipangkuannya. Mengelus tengkuknya secara sensual membuat Baekhyun kegelian.
"Apa kau ingin aku yang kasar kembali? Aku tak mau lagi masuk kantor polisi hanya gara-gara aku memukul orang, apalagi memukul seorang petugas." Jawabnya ketus.
"Seperti ini lebih baik. Tapi, Baek. Sebelumnya aku minta maaf. Pekerjaanku akan membuat kita jarang bertemu, maka dari itu segeralah lulus dan mengambil sekolah kedokteran. Kau harus bekerja di tempat yang sama denganku." Ujarnya dengan nada memaksa yang membuat Baekhyun terkekeh geli.
"Tentu. Kita akan seperti Sehun dan Luhan Hyung. Siang ini, ayo kita mengunjungi mereka."
"Tentu. Tapi setelah aku menyelesaikan sesuatu."
Chanyeol kemudian membawa Baekhyun dalam ciuman lembut dan penuh. Mengecap rasa manis yang Baekhyun miliki. Bagai candu, yang membuatnya menginginkannya lagi dan lagi.
Apalagi lenguhan halus yang Baekhyun keluarkan, membuat yang lebih tinggi tak bisa lagi menahan hasratnya.
Baekhyun dengan berani menggesekkan miliknya dengan milik Chanyeol, membuat Chanyeol menggeram tertahan.
Bibirnya masih saling bertautan dengan lidah yang saling melilit, sedangkan tangan mereka mulai menggerayangi satu sama lain. Chanyeol yang terlihat sangat bersemangat di pagi hari yang cerah ini.
Ia tahu ia brengsek, tapi tak ada salahnya bukan membuat Baekhyun tak masuk sekolah untuk satu hari lagi?
.
.
.
.
THE END
.
.
.
.
Halo hehe akhirnya setelah sekalian lama ff ini tamat juga. Mo ngucapin banyak terimakasih buat yg udah nyempetin baca di ff abal2 ini:* thank you so much~
Maaf untuk ending yg kurang memuaskan hehehe. Mungkin di ff selanjutnya bisa lebih baik lagi /bow/
Untuk yang terakhir di ff I'll Be There, review?