I Go To The Future To Change Our Destiny

Starring :

Oh Sehun & Kim Jongin (GS)

with

Wu Yi Fan - Krystal Jung

and Suho as Guardian Angle

Summary :

Sehun pergi kemasa depan dengan bantuan malaikat pelindungnya untuk memperbaiki dan mengubah takdirnya bersama Jongin, gadis yang sangat mencintainya tapi selalu ia sakiti. Bisakah ia mengubah takdirnya agar menjadi lebih baik bersama Jongin?

Warning!

There is a mature content in this fanfiction. If you're under 18, I ask you to leave this page. Because the sin is yours

.

.

.

.

~ I've warn you before ~

.

.

.

.

Note:

Sehun (italic): Sehun dimasa depan.

Sehun (biasa): Sehun dimasa sekarang.

.

.

~ Previous Chapter ~

Baiklah. Aku akan membawamu kemasa tiga tahun dari sekarang. Ke tahun 2019. Kau tahu, jika masa depan bisa kau ubah. Jadi, kalau kau mengubah perlakuanmu pada Jongin, maka masa depanmu yang akan ku tunjukkan padamu ini juga akan berubah. Mengerti?" Tanya Suho.

"Em. Aku mengerti." Jawab Sehun yang akhirnya mengerti.

"Kalau begitu ayo, kita harus bergegas pergi kemasa depanmu." Ajak Suho sambil mengulurkan tangannya.

"Baiklah, ayo. Tapi bagaimana caranya kita pergi kemasa depan?" Tanya Sehun dengan tampang polosnya.

"Cukup pegang tanganku dan tutup matamu sampai aku menyuruhmu untuk membuka matamu lagi. Kau mengerti?" Ucap Suho.

"Oke, aku mengerti." Jawab Sehun singkat.

"Kalau begitu kita pergi sekarang. Pegang tanganku erat-erat dan tutup matamu." Perintah Suhojaro yang langsung dilaksanakan oleh Sehun.

Sehun memegang tangan Malaikat pelindungnya dengan erat. Ia juga menutup matanya erat-erat jadi ia tak bisa melihat perjalanannya menuju masa depan.

.

.

.

.

~ Happy Reading ~

.

.

.

.

"Kita sudah sampai, Sehun. Kau boleh membuka matamu sekarang." Ucap Suho setelah beberapa saat mereka terdiam.

Dengan perlahan Sehun membuka matanya dan melepaskan pegangan tangannya pada sang malaikat.

Ia mengerjapkan matanya pelan, tapi setelah matanya terbuka dengan penuh, ia tetap tak bisa melihat apapun. Yang dilihatnya hanya hitam, gelap.

"Kenapa gelap?" Tanya Sehun pada malaikatnya.

"Sekarang kita sedang berada dikamar Jongin dan Yifan, suaminya." Jawab Suho dengan suara pelan. Ia menantikan bagaimana reaksi Sehun saat tau Jongin sudah memiliki suami disini.

Tapi Sehun tak menampakan ekpresi apapun, wajahnya tetap datar Seperti biasanya. Sangat datar. Membuat Suho yang melihatnya jadi merasa kesal. Pantas saja Cupid putus asa. Sehun ternyata sangat menyebalkan.

Karena tidak mendapatkan reaksi apapun dari Sehun, Suho memutuskan untuk kembali mengajak Sehun berbicara.

"Tunggulah sebentar lagi. Saat ini masih pukul tiga pagi. Jongin dan Yifan masih tertidur. Saat pagi tiba nanti, kau bisa memulai untuk melihat takdirmu." Ucap Suho yang lagi-lagi hanya di balas keheningan dari sang manusia.

"Benar-benar menyebalkan. Kasihan sekali Jongin memiliki takdir seperti Sehun. Sudah baik suaminya adalah Yifan yang mencintainya. Jinjja." Gerutu Suho dalam hati.

Sehun dan malaikatnya hanya bisa terdiam lama. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan, jadi ia hanya diam dan menontoni Jongin yang sedang tertidur dengan nyaman dipelukan pria bule itu.

Perlahan matahari mulai menampakkan diri, memasukan sinar-sinarnya yang hangat kedalam kamar yang Jongin tempati bersama suaminya melalui celah jendela kamar.

Jongin mulai terusik oleh sinar matahari yang menyinari kamarnya. Wanita itu mengerjapkan matanya pelan, guna menyesuaikan fungsi penglihatannya.

Setelah menguap dan merenggangkan tubuhnya, Jongin menoleh kesisi kiri tempat tidurnya dan tersenyum manis melihat wajah damai suami tampannya yang masih tertidur.

"Aigoo. Tampannya suamiku." Ucap Jongin pelan serta senyuman manisnya. Hingga hari ini ia masih saja merasa kagum dengan paras nyaris sempurna milik suaminya.

"Tampan apanya?! Lebih tampan juga aku!" Sehun berucap sinis dengan tampang menyebalkannya.

Suho yang mendengar komentar Sehun langsung menolehkan pandangannya kearah pria pucat itu lalu berseringai.

Jongin melirik kearah jam digital kecil yang berada diatas nakas disebelah ranjangnya. Pukul 05:45 pagi. Waktu yang tepat untuk bangun dan mulai menyiapkan keperluan kantor suaminya.

Jongin kembali menolehkan kepalanya kearah sang suami, lalu dengan perlahan ia mendekatkan wajahnya kearah wajah sang suami.

Sehun yang melihat itu dengan spontan menahan nafasnya, sementara Suho yang melihat Sehun menahan nafas semakin melebarkan seringainya.

Chuup~

Jongin mengecup mesra kening suaminya. Setiap hari ia selalu melakukan hal itu sebelum memulai harinya. Menurutnya, mencium kening suaminya di pagi hari adalah penyemangatnya sepanjang hari.

Setelah mengecup mesra dahi suaminya, ia segera turun dari ranjang dan berjalan menunju lemari besar yang berada dikamar mereka.

Jongin memilihkan setelan jas yang akan dipakai suaminya untuk bekerja hari ini. Ia menjatuhkan pilihannya pada kemeja berwarna broken white dengan jas dan celana bahan berwarna merah marun juga sebuah dasi bergaris berwarna merah-putih untuk dikenakan suaminya.

Jongin meletakkan pakaian kerja suaminya di sofa kecil yang ada dikamar merka. Lalu ia berjalan kearah pintu dan bergegas pergi ke dapur untuk membuat sarapan untuknya dan suaminya. Mereka memang belum memiliki seorang anak, walaupun mereka sangat menginginkannya.

Setelah pintu kamar itu tertutup dan menelan seorang wanita yang daritadi Sehun perhatikan dengan seksama, ia mulai mengalihkan pandangannya pada seorang pria yang sedang tertidur tanpa baju atasan diranjang yang sama dengan Jongin.

Sehun berjalan mendekati ranjang untuk melihat bagaimana rupa pria yang telah menjadi suami Jongin. Dan ia merasa sangat kesal saat melihat wajah dan tubuh pria ini yang terlihat sempurna. Wajahnya tampan dan otot di tubuhnya terlihat sempurna.

"Benar yang Jongin ucapkan, pria ini tampan." Ucap Sehun pada dirinya sendiri.

"Pria ini bernama Yifan. Ia menjadi suami Jongin sejak satu tahun yang lalu. Dan ia sangat mencintai Jongin, begitupula Jongin. Mereka adalah pasangan yang saling mencintai, pasangan sempurna." Ucap Suho yang secara tiba-tiba sudah berada disamping Sehun, malaikat itu juga ikut memperhatikan Yifan yang masih tertidur. Ia menjelaskan apa yang tak ingin Sehun ketahui.

"Dan kalau kau masih memutuskan untuk tidak memilih Jongin, maka pria ini lah yang akan menjadi takdir Jongin. Selamanya." Tambah Suho dengan ekspresi serius, membuat Sehun yang mendengarnya hanya bisa mematung ditempat.

Suho yang melihat Sehun hanya diam dengan ekspresi yang sulit ditebak kembali menampilkan seringainya. Ia yakin saat ini Sehun sedang berfikir sangat keras tentang masa depannya dan Jongin.

"Lebih baik sekarang kita pergi kedapur untuk menyusul Jongin. Ia pasti sedang masak saat ini." Ajak Suho pada Sehun yang masih terdiam ditempat.

"Baiklah." Jawab Sehun singkat.

Sehun dan malaikat pelindungnya segera menyusul Jongin di dapur dan benar saja ucapan sang malaikat, Jongin sedang sibuk menumis sesuatu sambil sesekali bernyanyi pelan.

Wanita itu terlihat sangat ahli dalam memasak dan terlihat cantik. Penampilannya terlihat lebih dewasa sejak terakhir kali Sehun lihat dirumah sakit.

Sehun mengakui dalam hati kalau Jongin yang saat ini sedang memasak dihadapannya adalah typenya sekali.

"Dimana aku menyimpan tepung gandum yang kemarin baru kubeli ya? Aku lupa. Hehe." Ucap Jongin sambil tertawa kecil. Akhir-akhir ini ia sering sekali melupakan sesuatu. Mungkin ia dehidrasi.

"Ah iya. Di cabinet bawah!" Serunya setelah beberapa saat terdiam mencoba mengingat-ingat tepung gandumnya.

Jongin segera menundukan tubuhnya untuk mengambil tepung gandum yang ternyata ia simpan di cabinet bawah dapurnya.

Sehun melebarkan matanya saat ia melihat wanita itu membukukan tubuhnya. Ia yang sedang berdiri di belakang wanita itu bisa melihat dengan jelas pantat bulat berisi yang hanya dilapisi calana dalam putih milik Jongin.

Sehun kesal sekali melihatnya.

Yang membuat Sehun merasa kesal adalah tanda merah keunguan yang bertebaran di sekitar pantat dan paha cokelat Jongin.

Ia menggeram marah saat mengingat satu-satunya kandidat tersangka yang dengan beraninya membuat tanda-tanda itu di tubuh Jongin.

Suho yang juga melihatnya hanya tersenyum manis. Sudah sangat wajar kalau pasangan suami-isteri muda yang belum memiliki keturunan melakukan hal itu.

Tapi saat ia melirik Sehun yang menggeram marah, senyum indahnya berubah menjadi seringai kemenangan.

"Sepertinya tugasku kali ini tak akan lama." Ucap Suho dalam hati.

Jongin kembali menegakan tubuhnya setelah mendapatkan tepung gandum yang ia cari. Kemudian ia langsung membuat adonan pancake untuknya sarapan.

Ia sudah menumiskan bayam dan brokoli untuk suaminya sarapan. Entahlah, hari ini ia sedang ingin memakan pancake raspberry.

Setelah Jongin menyelesaikan masakannya, ia segera menyajikan makanan tersebut diatas piring untuk kemudian ia letakkan dimeja makan.

Jongin kembali berjalan ke arah kamar tidurnya, berniat membangunkan sang suami yang masih tertidur nyenyak. Sedangkan Sehun dan Suho hanya mengikutinya dari belakang.

Saat Jongin sampai dikamar, ia langsung membuka gordyn putih yang menggantung dijendela kamarnya.

Yifan yang mulai merasa terusik dengan cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamarnya mulai menggeliat di atas ranjang tanpa membuka matanya.

Ia masih merasa lelah sekali. Sebagai seorang wakil direktur di sebuah perusahaan property membuat pekerjaannya luar biasa banyak. Ditambah lagi ia yang semalam baru bisa memejamkan matanya pukul tiga malam karena merasa belum puas mengerjai isteri seksinya.

Jongin segera menghampiri ranjang besarnya, ia duduk di sisi suaminya yang masih enggan membuka mata. Ia mulai mengusap pelan pipi suaminya sambil memanggil nama suaminya agar bangun.

"Yifan-ah, bangunlah. Sudah pagi, kau harus bekerja." Ucap Jongin pelan.

"Aueuhm." Hanya gumaman tak jelas yang Yifan berikan pada isterinya.

Jongin yang mendengarnya hanya tersenyum lebar. Suaminya ini manis sekali.

"Aigoo. Suamiku manis sekali eoh." Ucap Jongin gemas sambil mencubiti pipi tirus Yifan, membuat suaminya terusik dan akhirnya membuka mata.

"Sakit... Aaaw, pipiku sakit, sayang." Ucap Yifan kesakitan. Ayolah, pipinya itu tirus sekali tak seperti pipi bulat isterinya, rasanya sakit sekali kalau dicubit-cubit seperti itu.

"Tidak mau." Jawab Jongin menyebalkan.

"Lepas sekarang juga atau kau tahu sendiri apa akibatnya." Balas Yifan yang masih memegangi tangan Jongin dipipinya sambil berseringai aneh. Seringai yang biasanya terlihat seksi itu kini terligat aneh karena pipinya yang terus ditarik-tarik oleh Jongin.

Sehun yang melihat pemandangan pasangan bahagia yang sedang bercanda itu merasa hatinya sesak entah karena apa.

"Aku tak takut. Wleee." Ucap Jongin menantang.

Yifan semakin melebarkan seringainya saat mendengar balasan Jongin. "Baiklah, kau yang memintanya, sayang." Ucap Yifan sambil menggerakan tubuhnya menindih tubuh isterinya.

"Aaaa~ Wu Yifan. Mau apa kau?" Jongin berucap ketus pada pria yang kini mengungkung tubuhnya.

"Kau tahu apa yang akan kulakukan, sayang." Jawab Yifan dengan senyum tampan yang justru terlihat membahayakan bagi Jongin.

"Ayolah, Fan. Semalam kita baru saja melakukannya. Tubuhku masih terasa sakit dan pegal sekali karena semalaman harus berolahraga denganmu." Ucap Jongin sedikit memelas.

"Benarkah? Bagian mana tubuhmu yang masih terasa sakit dan pegal? Biar aku sembuhkan." Balas Yifan semakin menggoda.

"Aniya! Tak perlu kau sembuhkan." Tolak Jongin keras.

"Anii~ Aku ingin menyembuhkannya, sayang. Yang perlu kau lakukan hanya diam dan menikmati, kali ini biar aku saja yang bergerak." Ucap Yifan final. Mau bagaimana lagi? Miliknya sudah kembali tegang dan ia sangat benci harus membereskannya dengan sabun didalam kamar mandi.

Jongin hanya bisa pasrah saat suaminya mulai membuka kancing-kancing atasan piyama yang ia gunakan.

"Apa ini? Kau tidak memakai bra? Sengaja menggodaku, eoh?" Ucap Yifan dengan menggoda saat ia berhasil melucuti piayama yang semalam ia pakai ditubuh Jongin.

"Untuk apa aku menggodamu?! Aku sengaja tidak memakai bra karena putingku terasa perih sekali kalau aku memakai bra. Dan itu salahmu!" Jawab Jongin kesal.

Putingnya benar-benar terasa sakit dan perih kalau ia memakai bra. Suaminya ini memang keterlaluan mesumnya. Ia menyusu begitu kencang pada Jongin semalaman.

"Hehehe. Maafkan aku. Habisnya dadamu itu mengundang sekali. Sebagai permintaan maafku, aku akan memperlakukannya dengan sangat lembut kali ini."

"Euuung. Yifan-ahhh."

Jongin hanya bisa mendesah saat Yifan mulai menggerakan lidahnya diatas putingnya yang masih terasa perih.

Hati Sehun semakin terasa sesak dan sakit saat melihat Jongin yang mulai bercinta dengan pria lain selain dirinya. Ia ingin sekali berteriak pada pria yang sedang menyusu pada Jongin untuk jangan menyentuh miliknya.

Tapi ia sadar itu percuma. Jongin dan Yifan tak akan bisa mendengar suaranya yang saat ini hanya berupa arwah.

"Kalau kau tak sanggup melihatnya, kita bisa keluar dari sini sekarang juga." Ucap Suho pengertian. Ia mengerti sekali akan perasaan manusia disebelahnya ini.

"Aniyo! Aku akan tetap disini sampai mereka selesai." Jawab Sehun yakin. Matanya menatap lurus pada Jongin yang terus mendesah nikmat.

"Aahh, eeunghh, Fan. Sudah, perih. Aaahh." Ucap Jongin disela-sela kegiatannya mendesah.

Ploop

Seperti yang Jongin inginkan, Yifan langsung melepas kulumannya pada kedua puting Jongin yang memerah.

Pria tampan itu langsung mencium mesra bibir tebal Jongin sambil mengusap-usap lembut kedua sisi tubuh Jongin yang tak terlapisi kain. Wanita itu hanya menggunakan celana dalam putihnya saat ini.

Yifan menurunkan tubuhnya kedepan selangkangan Jongin sesaat setelah ia melepaskan cumbuan mesranya pada bibir seksi isterinya.

"Aku buka sekarang ya." Ucap Yifan meminta izin sambil menarik pelan celana dalam Jongin kearah kaki wanita itu.

Kini tubuh cokelat berisi milik Jongin sudah terpampang nyata tanpa halangan didepan wajahnya. Seksi sekali. Apalagi banyak kissmark yang masih terlihat jelas dikulit eksotis isterinya.

"Kau seksi sekali, Jong." Ucap Yifan memuji. Ia tulus saat mengatakan isterinya itu seksi, bukan hanya gombal semata.

Jongin yang lagi-lagi mendengar Yifan memujinya seksi merona hebat.

"Kau ini. Jago sekali menggombaliku." Ucap Jongin sambil mendudukan tubuh telanjangnya. Lalu kedua tangannya ia arahkan keselangkangan Yifan yang mulai mengembung.

"Sssshhh, Jonghh." Yifan tidak bisa untuk tidak mendesis nikmat saat penisnya sedang digenggam erat oleh jari-jari lentik isterinya dari luar bokser yang ia gunakan. Ia memang sejak semalam hanya tidur menggunakan boksernya.

Jongin tersenyum cantik mendengar desisan sang suami. Saat ia melirik wajah tampan suaminya, ia semakin tersenyum lebar karena wajah tampan itu sangat menyiratkan kenikmatan yang dirasakan suaminya.

Dengan perlahan Jongin mengeluarkan penis tegang Yifan, kemudian melingkarinya dengan jari-jari hangatnya. Ia hanya mengusap-usap pelan batang penis Yifan tanpa berniat melakukan lebih.

"Jangan menggodaku, sayang." Peringat Yifan.

"Apa? Tadi kau bilang kau yang akan bergerak kan? Jadi aku tak akan melakukan apapun, tugasku kan hanya diam dan menikmati saja." Jawab Jongin sambil menggoda Yifan.

Yifan berseringai tampan saat mendengar ucapan menggoda isterinya, ia akui ia memang mengatakan hal itu tadi saat membujuk Jongin. Tapi ia tak menyangka Jongin akan menggodanya dengan kata-kata itu.

"Okay. Kau hanya perlu diam dan menikmatinya." Yifan langsung mendorong tubuh Jongin agar kembali berbaring.

Pria tampan itu segera bangun untuk membuka boksernya dengan kilat, kemudian ia menindih tubuh seksi Jongin.

"Kau ingin foreplay tambahan atau langsung ke inti saja, sayang?" Tanya Yifan pada Jongin yang sedang tersenyum menggoda dibawahnya.

"Langsung saja bagimana? Kau kan harus pergi kerja hari ini, jadi langsung saja agar kau tidak terlambat bekerja." Jawab Jongin pengertian, membuat Yifan yang mendengarnya semakin cinta dan Sehun mulai merasa menyesal.

"Baiklah aku langsung saja ya." Setelah mengucapkannya Yifan langsung mendaratkan bibir tebalnya diatas bibir tebal isterinya, ia mencium Jongin dengan ganas guna mengalihkan rasa sakit yang akan Jongin rasakan saat ia mulai memasukan penisnya nanti.

Tangan besarnya ia arahkan ke penisnya sendiri, mengocoknya sebentar agar benar-benar keras. Lalu ia arahkan tangannya kearah vagina Jongin. Ia masukan dengan perlahan kedua jarinya kedalam sana, lalu memasuk-keluarkannya sebentar, tak perlu sampai menemukan titik nikmat Jonginnya. Ia melakukannya hanya untuk membuka jalan masuk untuk penisnya.

"Aku masukan sekarang ya." Ucap Yifan pelan. Ia mulai mengarahkan kepala penisnya didepan pintu masuk vagina Jongin, mengeseknya perlahan lalu memasukannya dengan hati-hati.

"Aaangggghh, Fan-aaaah."

"Shit. Sssshhh. Kau masih terasa seperti pertama kali kita melakukannya, sayang." Ucap Yifan.

"Aniihh. Kau saja yang semakin besar. Haaahhh." Balas Jongin.

"Arrgmh. Akan kumulai sekarang."

Blsssh

"Aaaaasshh."

"Yyaaaghh."

Yifan langsung menancapkan penisnya dalam-dalam, lalu mulai memasuk-keluarkan penisnya berirama.

"Eungghh. Disana." Teriak Jongin disela desahannya.

Yifan yang mendengar Jongin mendesah keras seperti itu semakin bernafsu. Ia semakin menghentakan penisnya cepat dan dalam.

"Yeaaaah, greathh."

Sementara Sehun dan Suho yang masih setia menonton kegiatan pribadi Jongin dan Yifan hanya bisa terdiam.

Wajah Sehun bahkan sangat merah saat ini. Ia bukan memerah tersipu atau teransang karena melihat altivitas intim langsung dihadapannya. Wajahnya merah karena menahan rasa marahnya.

Entah kenapa Sehun sangat benci melihat pemandangan dihadapannya ini, padahal biasanya ia sangat suka menontoni video-video orang yang sedang bercinta. Ia tak mencintai Jongin, apalagi Yifan. Tapi kenapa rasanya sakit sekali saat melihat Jongin dan Yifan bercinta seperti itu.

"Mungkin aku sudah mulai mencintai Jongin." Ucapnya dalam hati.

.

.

.

.

~ o ~

.

.

.

.

"Makanlah." Ucap Jongin sambil menyerahkan sepiring nasi dan sayuran tumis dipiring suaminya.

"Gomawo, sayang." Balas Yifan dengan senyuman lebarnya.

Saat ini mereka sedang duduk bersama di meja makan untuk memakan sarapannya yang cukup terlambat.

Mereka benar-benar menyelesaikan kegiatan mereka dalam waktu singkat, hanya setengah jam lewat beberapa menit saja. Maklumlah, Yifan hanya sempat satu kali keluar.

Sementara Sehun dan Suho sudah berdiri dipojok ruang makan untuk menonton kebahagiaan Jongin dan Yifan yang terasa menyakitkan bagi Sehun.

"Malam ini kau pulang jam berapa, Fan?" Jongin memulai pembicaraan ringan mereka.

"Eeuum. Sepertinya pukul tujuh, Jong. Pekerjaanku sudah hampir habis, jadi aku tak perlu lembur-lembur lagi seperti sebelumnya." Jawab Yifan sambil memasukan sesendok nasi dan sepotong brokoli kedalam mulutnya.

"Benarkah? Baguslah kalau kau tidak lembur lagi. Aku khawatir melihat wajahmu yang sangat lelah itu." Balas Jongin senang.

"Ne. Aku juga senang sekali tak perlu lembur lagi. Jadi aku punya banyak waktu yang bisa kuhabiskan bersamamu, bukan bersama kertas-kertas bodoh itu." Yifan mengendus sebal.

"Aigoo. Kertas-kertas menyebalkan itu lah sumber pemasukanmu, Fan." Balas Jongin dengan senyuman manisnya.

"Aigoo. Isteriku ini cantik sekali ya kalau tersenyum. Tak salah aku berusaha sangat keras merebut perhatianmu dari Sehun dulu." Ucap Yifan santai.

"Cih. Gombal." Jongin juga menanggapinya dengan santai.

Tapi tidak dengan Sehun yang kembali menggeram marah mendengar ucapan Yifan.

"Jadi pria bule itu yang menggoda Jongin?" Tanya Sehun pada Suho.

"Ya. Yifan sudah sangat mencintai Jongin sejak pertama kali mereka bertemu. Bahkan ia berusaha sangat keras untuk mendapatkan Jongin. Tak peduli dengan Jongin yang dulu sangat mencintaimu." Jelas Suho.

"Brengsek! Berani sekali dia merebut miliku." Sehun semakin merasa marah dan benci pada pria bule itu.

"Jongin bukan milikmu saat Yifan berusaha mendapatkannya dulu. Bahkan kau sendiri yang membuang gadis itu." Balas Suho kesal.

"Apa maksudmu?!" Tanya Sehun tak mengerti.

"Biar kuajak kau kemasa kau membuang Jongin saat itu. Ayo pegang tanganku dan pejamkan matamu." Perintah Suho.

.

.

.

.

~ To Be Continued ~

.

.

.

.

Author Note:

Hai, saya bawa IGTTFTCOD chapter tiga nih. Saya juga sudah memasukan scene rated M di chapter ini, tapi maaf, yang ena-ena itu KrisKai, bukan HunKai. Karena let's save the best for the last. Hehe.

Gimana? Kalian suka gak sama chapter ini? Saya buat adegan ranjang itu setelah saya tanya-tanya dan ngobrol serius sama beberapa teman-teman saya yang sudah menikah loh. Saya bahkan dibilang yang enggak-enggak sama mereka karena nanyain hal tabu kaya gitu. Hehe. Tapi untungnya mereka tetep jawab berbagai pertanyaan yg saya ajukan.

Disini ada yang lagi demam Descendant Of The Sun juga seperti saya? Aaah, Yoo Sijin Big Boss nya ganteng banget disitu, saya sampe berniat untuk pacaran sama tentara aja. Kebetulan rumah saya juga ada dilingkungan markas TNI AD dan Brimob Polri. Hehe.

At last, bye byeee~

.

.

.

.

Wanna review? Thanks before. :)