Lentera Hati.

Disclameir : Naruto by Masashi Kishimoto

Pairing : SasuNaru, NejiNaru, SaiNaruko.

Genre : Romance, family.

Warning : BL, ga jelas, ff ngawur bikinan orang amatir yang ga pernah lepas dari ke OOC-an chara-nya,m-preg, buat yang anti cerita homo atau cerita buatan saya ada baiknya jangan masuk kesini hargailah usaha seorang author yang membuat karyanya walau pun tak berkenan di mata kalian.

Tidak suka jangan di paksakan membaca, silahkan klik back.

Chapter 1.

"Ah~ akhirnya kita sampai juga.'' Pria bersurai pirang jabrik itu menghembuskan nafas lega, setelah berjam-jam dalam perjalanannya kesebuah kota bernama suna.

''Mama, kenapa kita harus pindah ke suna?" tanya bocah berusia 7 tahun yang memiliki wajah serupa dengannya.

Namikaze Naruto sosok yang di panggil 'mama' oleh bocah laki-laki itu menengok pada sang anak, ''Karena kita akan memulai kehidupan yang baru di sini mulai sekarang. Ngomong-ngomong, Menma sudah berapa kali papa bilang padamu jangan panggil papa dengan sebutan 'mama'.'' Protesnya.

Namikaze Menma bocah bersurai raven jabrik itu tampak tak acuh dengan ucapan sang 'Mama', dengan cueknya ia menarik koper kecil berwarna biru miliknya lalu melenggang masuk kerumah barunya yang sederhana.

''Dasar anak itu, persis seperti Sasuke.'' Daun telinga bocah raven itu berkedut saat mendengar sebuah nama yang asing di telinganya.

''Mama tadi menyebut nama siapa? Sa…."

''Sai.'' Potong Naruto cepat.

"Eh?"

"Papa bilang tadi Sai, kau persis seperti pamanmu Sai.'' Ulang Naruto, ekspresi di wajah Menma tak berubah tetap datar.

'Kurasa tadi Mama tak menyebut itu.' Batinnya tak percaya begitu saja, bukan Menma namanya jika tidak punya rasa ingin tahu yang berlebihan, apalagi raut wajah mama-nya seperti menyimpan sebuah rahasia besar darinya.

''Oh.'' Tak ingin berdebat dengan sang 'mama' Menma kembali melanjutkan langkahnya 'Akan kucari tahu siapa itu Sasuke.', bocah raven itu mendudukan dirinya di kursi ruang tamu yang sudah tersedia disana.

''Menma mulai sekarang kau harus terbiasa memanggilku Papa.''

''Kenapa, kurasa panggilan mama memang lebih cocok.'' Sahutnya dengan kedua tangan yang melipat didada, 'kh sifat angkuhnya mulai menurun padanya.' Gerutu Naruto dalam hati melihat tingkah Menma yang sedikit demi sedikit semakin mirip dengan sosok ayahnya.

''Jangan membantah, papa adalah seorang pria, mana ada sebutan mama untuk seorang pria.''

''Ada.''

''Siapa?"

''Mama.'' Jawab Menma enteng, perempatan siku-siku mulai bermunculan.

''Anak ini, grrr, haah~ ck terserah kau saja.'' Naruto menghela nafas lelah, percuma ia menasehati anaknya seperti itu karena hasilnya akan sama saja, Menma anak yang keras kepala dan walaupun Naruto sudah memberinya ceramah panjang lebar tetap saja julukan 'mama' untuknya tak akan pernah hilang.

'Sial, semua ini gara-gara Neji yang selalu mengomporinya dulu.' Batinnya menyalahkan sosok pria yang tak pernah lelah mengejar cintanya sejak dulu, bahkan ia selalu mengaku sebagai papa sang anak dan hingga sekarang di mata Menma, Hyuuga Neji adalah papanya meskipun bocah itu tahu jika sosok itu bukanlah papa kandungnya.

Dan karena sosok yang menurut Naruto sangat menyebalkan itulah Menma selalu memanggilnya Mama, kapanpun dan dimanapun walau sudah di larang olehnya.

"Mama aku lapar, aku ingin makan ramen dengan tambahan tomat yang banyak.'' Naruto menoleh pada anaknya yang kini sibuk mengeluarkan barang-barangnya.

''Hei, ini di ruang tamu, seharusnya kau merapikan barang-barangmu di kamarmu.'' Lagi-lagi Naruto harus di buat menghela nafas pasrah, anaknya sedikit sulit di kendalikan sekarang.

''Baiklah, baiklah. Mama memang mulai cerewet sekarang.'' Menma mengangkut barang-barangnya yang semula ia letakan di kursi ia pun kemudian berjalan menuju sebuah pintu yang di yakini adalah kamarnya.

''Kamarmu yang sebelah kanan Menma.'' Ucap Naruto yang langsung menghentikan pergerakan tangan Menma yang hendak membuka pintu kamar tersebut.

Menma membuka pintu kamarnya, ia kemudian meletakan barang-barang miliknya diatas sebuah kasur lalu mulai menatanya satu persatu.

Setengah jam pun berlalu, Menma yang sudah selesai merapikan kamarnya langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang berukuran mungil miliknya.

'Papa kandungku itu wajahnya seperti apa ya?' tanyanya dalam hati, ia penasaran akan rupa sang papa dan yang selalu menjadi pertanyaannya adalah kenapa mamanya itu tak pernah mau memperlihatkan poto sang papa padanya.

Menma menegakan tubuhnya dengan tekad yang kuat ia kali ini akan membujuk sang mama untuk memberitahukan siapa sebenarnya papa kandungnya, ia bangkit lalu berjalan keluar dari kamarnya menuju dapur rumah barunya.

Bocah itu mendudukan dirinya di kursi meja makan memperhatikan Naruto yang sibuk memotong tomat kesukaannya.

''Mama apa papa Neji akan datang kemari?" Tanya Menma memulai sebuah percakapan.

''Dia sedang sibuk dengan pekerjaannya Menma. Dan lagi sebaiknya kau jangan memanggil Neji dengan sebutan papa, dia bukan papamu Menma.''

''Lalu siapa papaku?''

tak

''Ittai.'' Kulit jemari Naruto teriris pisau yang sedang di gunakannya. Menma terkejut lalu buru-buru menghampiri Naruto.

''Ma..'' kedua iris biru milik Menma membola melihat tubuh sang mama bergetar hebat, Naruto menangis bukan karena tangannya yang teriris melainkan pertanyaan yang keluar dari bibir sang anak.

''Kumohon Menma, jangan tanyakan soal itu.'' Ucap Naruto sebelum pergi dari dapur meninggalkan pekerjaannya di dapur dan juga Menma yang kini menatapnya penuh rasa bersalah.

.

Menma membuka pintu kamar Naruto perlahan, di perhatikannya sosok pria itu yang kini tertidur dengan posisi membelakanginya, Menma menghampiri Naruto lalu memeluk tubuh sang mama dari belakang.

''Mama aku ingin minta maaf.'' Ucap Menma langsung.

Naruto tak memberi respon tatapan mata pria itu begitu kosong, kenapa Menma harus bertanya tentang sosok pria yang sudah mencampakannya, walau dalam hati ia tak memungkiri masih memiliki perasaan padanya.

''Mama…''

''Dia adalah pria yang sangat tampan, walaupun wajahnya tertutup sebelah topeng namun itu tak membuatnya terlihat buruk.'' Menma tertegun apa mamanya itu sedang menceritakan sosok papanya.

''Dia adalah pria dengan seribu rayuan mematikan yang mampu membuat seseorang luluh akan kata-katanya, aku adalah pria yang kesekian yang sudah termakan setiap ucapannya, dan berakhir dia pergi begitu saja tanpa tahu jika kau telah tumbuh dalam diriku.''

''Lalu siapa namanya?"

Naruto berbalik menjadi menghadap kearah Menma, ia lalu tersenyum hangat pada anak satu-satunya itu, ''Untuk yang ini mama belum siap Menma.'' Jawabnya seraya mengusap surai raven itu.

.

Sudah lima hari berlalu, Menma kini mulai membiasakan dirinya dengan lingkungan kota suna. Ia sudah memiliki beberapa teman dekat di sana.

"Ayo oper bolanya kemari Menma!" teriak seorang bocah seumuran dengannya dengan model rambut mirip mangkuk terbalik, namanya Rock Lee.

Menma menendang bola di kakinya dengan sekuat tenaga kearah teman barunya itu, namun sayang bola itu bukannya mengarah kearah Lee, bola itu justru melambung tinggi melewati bocah itu dan mulai keluar jalur lapangan.

''Kau bisa mengoper tidak sih, kau lihat bolanya terlempar kesana.'' Cerocos Lee dengan wajah terlihat kesal pada Menma.

''Baik, baik, akan aku ambil.'' Sahut Menma ketus.

Menma mencari keberadaan bola milik temannya itu kearah taman yang dekat dengan lapangan, arah matanya lalu tertuju pada benda bulat berwarna putih hitam yang di yakini adalah bola yang di carinya, namun ia terpaksa menghentikan langkahnya saat sadar bola itu kini berada di sebelah kaki sosok pria tinggi menjulang.

''Uhm ano, paman itu bolaku.'' Pria itu menoleh, iris hitamnya menatap Menma.

Seklias Menma melihat ekspresi terkejut di wajah pria itu, ''Hn, ambil saja.'' Ucapnya.

Menma menghampiri pria itu atau lebih tepatnya bola milik temannya lalu ia pun mengambilnya, tanpa mengucapkan apa-apa Menma pergi begitu saja dari taman tersebut.

''Sasuke-sama, anda disini rupanya. Ini data yang anda minta.'' Menma tersentak begitu mendengar nama itu.

'Dasar anak itu, persis seperti Sasuke,'

Kedua bola sewarna batu sapphire itu membola ketika ia teringat gumaman sang mama, seketika ia menoleh lalu memperhatikan pria yang kini tengah membaca sebuah berkas di tangannya, 'paman itu memakai sebuah topeng yang hanya menutup separuh wajahnya, persis dengan yang di ceritakan mama.' Batin Menma, matanya tak lepas dari sosok bertubuh tinggi itu.

'Tunggu, bukankah mama tak menyebutkan nama papa saat itu, tapi nama paman itu…'

''Oi Menma-kun, mau sampai kapan kau berada disana.'' Teriak Rock Lee.

Menma menggedikan kedua bahunya ia lalu berlari menghampiri Lee dan kembali bermain bola.

Sementara pria yang ternyata adalah Uchiha Sasuke itu kini sibuk mengamati kertas putih di tangannya juga dua lembar poto yang menampakan sosok manis berambut pirang jabrik yang sedang tersenyum lima jari.

'Jadi disini kau tinggal sekarang,' ucapnya dalam hati, iris malamnya lalu melihat selembar poto yang menampakan bocah berambut raven yang memiliki rupa sama dengan pria berwajah manis itu.

'Bukankah ini…' sontak Sasuke langsung menengok kearah Menma pergi.

.

Naruto menundukan wajahnya dengan raut sendu, di depannya duduk sosok pria berambut orange kemerahan berwajah hampir mirip dengan ibunya. Uzumaki Kyuubi namanya ia adalah adik kandung dari Kushina, ia juga seorang pemilik perusahaan yang sudah turun temurun di wariskan pada keturunan Uzumaki.

''Maafkan aku paman Kyuu, aku tetap tidak bisa menerimanya. Ini terlalu sulit untukku.''

''Naruto, paman mohon padamu. Kau adalah satu-satunya lelaki keturunan Uzumaki yang bisa menggantikan posisiku disana.'' Bujuk sang paman.

''Tapi aku tetap tak bisa menerimanya, kurasa Naruko jauh lebih pantas karena dia lebih pintar daripada aku.'' Naruto tetap pada pendiriannya, dulu memang dirinya sempat bekerja di perusahaan Uzumaki yang di kelola oleh pamannya, Naruto yang saat itu masih kuliah berniat mencari kerja sampingan hitung-hitung menambah uang sakunya.

Kyuubi yang mengetahui niat keponakannya langsung menawarinya bekerja, awalnya Naruto pikir Kyuubi akan memberinya pekerjaan di café atau minimarket yang bisa mengambil shif malam, namun dugaannya salah Kyuubi malah membawanya ke Uzumaki corp dan malah langsung memberinya jabatan yang tinggi disana.

Menjadi manager bukanlah hal yang mudah selain butuh tingkat pendidikan yang tinggi usianya pun belumlah pantas dan Naruto tahu itu, untuk itulah ia menolak posisi itu dengan keras saat itu, tapi Kyuubi ternyata lebih keras kepala darinya dengan dalih akan membimbingnya menjadi seorang manager keuangan di Uzumaki corp karena setahu Naruto pamannya pernah menempati posisi itu sebelumnya saat perusahaan itu masih di pegang oleh kakeknya.

''Aku bisa mengajarimu banyak hal Naru, bukankah sudah ku jelaskan saat itu. Kau tidak perlu merasa takut karena aku akan berada di sampingmu saat kau menjadi pemimpin di Uzumaki corp.''

''Tapi aku…''

''Aku sudah lelah Naru, sudah saatnya aku melepas jabatan itu dan kau harus menggantikan posisiku.'' Ucap Kyuubi dengan nada serius.

''Jika aku menggantikan posisimu sebagai direktur disana lalu bagaimana dengan Menma?"

''Menma sudah berusia 7 tahun, apalagi yang kau takutkan Naru.''

''Aku hanya tak ingin Menma merasa kekurangan kasih sayang, paman tahu sendirikan keadaanku yang hanya orangtua tunggal." Kyuubi tak lagi bersuara, ia sadar jika ia terlalu banyak memaksa pada keponakannya.

''Baiklah jika itu yang menjadi alasanmu, paman tidak bisa memaksamu lebih dari ini lagi. Tapi jika kau memerlukan pekerjaan jangan sungkan-sungkan untuk mengatakannya pada paman.'' Ucap Kyuubi seraya menghela nafas lelah.

''Maafkan aku paman.''

''Tak perlu meminta maaf Naru, ah sepertinya paman harus segera pergi akan ada pertemuan dengan beberapa klien sebentar lagi, paman pamit dulu.'' Kyuubi melangkahkan kakinya keluar dari rumah Naruto dengan langkah berat.

''Hati-hati paman.'' Ucap Naruto yang kini berdiri sambil memperhatikan kepergian mobil sang paman.

Setelah mobil milik sang paman sudah tak terlihat Naruto berbalik dan hendak masuk kedalam rumahnya, namun gerakannya harus terhenti kala gendang telinganya mendengar suara deru mesin mobil yang ia yakin menuju kearah rumahnya, ia kembali berbalik dan di dapatinya sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan rumahnya.

Tampak seseorang berjas hitam keluar dari arah kemudi lalu mulai membuka pintu bagian penumpang, kedua iris sapphire milik Naruto membola kala ia melihat sosok yang masih sangat diingatnya, kedua kakinya terasa lemas hampir saja ia terduduk jika tangannya tak menopang pada knop pintu rumahnya.

Tampak sosok tinggi itu berjalan kearahnya, langkah kaki yang terlihat angkuh namun penuh karisma yang mampu membuat siapa saja menoleh padanya, ia pria dengan sejuta pesona yang mampu memikat hati siapa saja yang dirayu-nya dan Naruto adalah salah satu dari orang-orang yang terpikat oleh pesona seorang Uchiha Sasuke itu.

''Lama tak berjumpa, Naruto.'' Ucap Sasuke saat jarak keduanya hanya tinggal beberapa langkah saja.

Naruto tak menyahut ia menegakkan kembali tubuhnya lalu dengan gerakan kilat ia menutup pintu rumahnya, namun gerakan Sasuke sangat cepat hingga pintu itu tak sepenuhnya tertutup.

''Apa maumu Uchiha singkirkan kaki dan tanganmu, aku tak menerima tamu hari ini.'' Usirnya pada sang pria Uchiha.

''Aku perlu bicara denganmu.''

''Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, semua sudah berlalu jadi pergilah sebelum aku berteriak lebih keras.'' Ancam Naruto, Sasuke tampaknya bukan orang yang mudah di beri peringatan atau ancaman terbukti ia tetap bergeming tanpa menunjukan rasa takut sedikitpun pada si pirang.

''Berteriaklah sesuka hatimu, karena disekitar sini jarang ada perumahan, kau memang sangat bagus dalam memilih tempat, Naru.''

Naruto merutuki kebodohannya, ya memang benar disekitar tempatnya tinggal sekarang tidak begitu di padati rumah penduduk dan rumah Naruto termasuk bangunan paling sudut di tempat tersebut.

''Tetap saja kau tak akan kuijinkan masuk kedalam rumahku, Uchiha.''

Sasuke mulai geram dengan segenap tenaga yang dimilikinya ia pun mendorong pintu rumah Naruto hingga terbuka lebar dan sang pemiliknya terdorong kebelakang.

''Bukankah tadi sudah kukatakan jika kita perlu bicara.'' Naruto memalingkan wajahnya seraya berdecih.

''Untuk apa kau bicara padaku? Aku sudah tak ingin mendengar apapun lagi darimu, dan lagi darimana kau tahu tempat tinggalku sekarang?"

Sasuke menyeringai, ''Apa yang memangnya tak bisa kulakukan, dobe. Aku Uchiha, dan apapun bisa kulakukan untuk mencapai tujuanku.'' Ujarnya dengan nada angkuh, Naruto muak dibuatnya.

''Lalu apa tujuanmu kemari?"

''Menurutmu apa tujuanku kemari?" Sasuke menjawab pertanyaan Naruto dengan sebuah pertanyaan.

Tbc

Buat reader yang nunggu sekuel ff 'hope' ini udah saya bikinin sekuelnya.. moga tidak mengecewakan dan jika memang jelek atau apalah kimi akan segera mendeletenya.

Dan buat seseorang yang kemaren review soal kenapa naruto bisa jadi seorang manager keuangan di usia muda yang mungkin g jelas lulusannya, akan saya jelaskan secara langsung entah anda baca atau engga itu terserah,,, saya punya teman dan dia seorang manager keuangan mungkin terhitung sejak dia terpaksa berhenti kuliah karena suatu sebab, dia sendiri yang mengatakan pada saya jika dia Cuma lulusan SMA, lalu kenapa dia bisa mendapat posisi itu padahal itu merupakan hal yang tidak mudah dan jawabannya adalah karena perusahaan itu masih milik keluarganya jadi apa yang ngga mungkin untuk itu, dan ketika saya pun kembali menanyakan prihal itu karena saya mendapat review dari anda yang katanya suka gemas dengan cerita kok di umur muda bisa menjadi CEO atau apalah apalah, dan jawaban teman saya itu 'jangan menilai sesuatu dari pendidikannya namun lihatlah dari kemampuan orang tersebut, pendidikan tak menjamin toh pada kenyataannya anak dari boss saya sendiri bisa jadi seorang CEO dan merupakan pemegang saham terbesar diperusahaanya walaupun pendidikannya juga Cuma lulusan SMA.' Begitulah jawabannya dan saya pun jadi sedikit mendapat pencerahan untuk bisa melanjutkan ff ini..

Terima kasih saya tunggu reviewnya para reader sekalian, dan untuk someone jangan tersinggung dengan ucapan saya itu sebagai jawaban dari pertanyaan anda di ff itu.