Park Jimin adalah seorang fotografer ternama, bekerja di majalah terkenal kekinian yang memenuhi kebutuhan anak muda jaman sekarang—membahas tentang fashion hingga artis naik daun. Selain itu sejak hasil pengambilannya yang terkenal bagus namanya sudah ada di mana-mana sebagai pengambil gambar dan pengarah gaya artis terkenal. Semua hasil jepretannya memang bisa dikatakan luar biasa mengingat ia sanggup membuat galerinya sendiri dengan foto hasil pengambilannya berjejer memenuhi dinding.

Jimin tumbuh di lingkungan kaya yang membuatnya sejak kecil mampu memegang kamera dan menghasilkan foto terbaik karena turunan seni mengalir halus di keluarganya. Sejak kecil apa yang ia ambil benar-benar berseni dan menarik minat orang untuk melihatnya, ia sendiri sudah seperti fotografer keluarga tiap berjalan-jalan. Hingga akhirnya ia mengikuti club fotografi sejak memiliki kameranya sendiri di hari ulang tahunnya yang ke sembilan yang berakhir menjadi fotografer saat perusahaan majalah membutuhkan seseorang untuk mengisi tempat kosong itu.

Min Yoongi adalah pemilik mall terkenal di seluruh Korea dengan lokasi strategis pada jantung kota dengan Yoongi sebagai namanya atau bila dilihat di lambangnya maka dua huruf besar YG terpampang di paling atas. Namanya lumayan di kenal karena membuat pengaturan tentang uang hingga penjualan yang luar biasa hebat, beberapa kali masuk ke dalam majalah bisnis sebagai headline atau datang ke acara sejenis di stasiun televisi untuk wawancara.

Yoongi hanya berasal dari keluarga sederhana namun tumbuh dengan tekad yang kuat. Kecerdasannya bisa dibilang di atas rata-rata mengingat nilai dan prestasi yang ia ukir tidak main-main. Ia mengambil jurusan menejemen dan bekerja paruh waktu untuk menghasilkan uang dan dengan keberanian mulai membangun sebuah mall meski harus meminjam uang. Berakhir menjadi pemilik sebuah mall ternama yang selalu mendapat pujian dan membayar hutang untuk membangun tekadnya dengan mudah.

.

.

.

copyright © 2016 by crownacre

DON'T KNOW WHAT WE ARE

Park Jimin and Min Yoongi Fanfiction

[ NOTE & WARINING ]

Kedua karakter sama kuat! Bukan berarti susah buat lihat mana yang seme mana yang uke, tapi sekalipun Yoongi uke, dia akan bertingkah sewajarnya laki-laki. Jangan mengharapkan blushing ria di sini karena aku enggak bakal bawa terlalu banyak adegan malu–malu–kucing dan yang sejenisnya. Ada banyak kalimat kasar yang aku bawa ke sini, juga mungkin tindakan kurang senonoh yang bakal aku masukin ke dalam cerita. Tinggalkan page segera kalau memang enggak nyaman daripada buat komentar kurang enak. Oh iya! Hati-hati, banyak typo!

[ casts ]

Park Jimin, Min Yoongi, Kim Taehyung, Jeon Jungkook, Kim Namjoon, Kim Seokjin, Jung Hoseok

[ Pairing ]

Jimin x Yoongi, Taehyung x Jungkook, Namjoon x Seokjin

[ Genre ]

Romance, Drama, Slice of Life, little bit hurt/comfort

[ Rated ]

T+ or M Rated

[ Summary ]

Pertemuan pertama dimulai dengan obrolan dan alkohol lalu menuju hotel dan ranjang. Setelah itu keduanya jauh lebih akrab dan berubah menjadi hubungan lebih jelas. Hanya saja jika dua orang yang sama keras bertemu mana bisa bertahan bukannya saling menghancurkan? Lalu apa setelah itu akan ada pertemuan terakhir atau berubah menjadi sesuatu berarti?

.

.

.

Kita akan bertemu lagi

"Itu pesannya?" Seokjin bertanya sambil menatap bingung orang di hadapannya.

Yoongi mengangkat bahunya acuh, "aku juga baru membacanya. Tapi bertemu lagi atau tidak aku tidak peduli, itu tidak akan menghasilkan apa-apa."

.

"Aku tiba-tiba saja merindukanmu, bagaimana ini?"

Yoongi berdecak, "merindukan apanya? Kita bertemu tanpa sesuatu berarti."

.

"Kau suka truth or dare? Keberatan bermain denganku?"

"Keberatan."

Jimin terkekeh kecil, "kau takut ya?"

"Berisik," Yoongi mendorong lengan Jimin kesal.

.

"Aku menyukaimu, itu saja."

"Hah? Yang benar saja, hubungan kita hanya—"

"Baiklah, aku mengerti tentang hubungan kita. Maaf."

.

"Yak! Min Yoongi, berhenti minum sojumu!" Seokjin berteriak jengkel.

Yoongi menggerakkan tangannya menolak perintah Seokjin, "memangnya dia pikir dia siapa? Dasar bocah menyebalkan!"

"Kau yang kemarin memutuskan hal itu, jangan mengeluh!"

.

Satu pukulan mendarat di wajah Jimin, "hentikan ucapanmu, bocah!"

Jimin melangkah sempoyongan menghampiri Yoongi, tangannya menarik kerah kaku itu hingga yang mengenakannya sedikit tertarik dan terangkat. "Kalau begitu berhenti menjauhiku, Hyung."

"Aku tidak menjauhimu, aku hanya sibuk."

Tiba-tiba saja satu pukulan mendarat di wajah Yoongi.

"Berhenti begini, Hyung!"
Dan Jimin adalah pelakunya.

.

"Kau seharusnya melawan dirimu sendiri sebelum melawanku," Jimin menyeringai.

Yoongi menggeleng sambil terus mendorong tubuh Jimin sekuat yang ia bisa. "Tubuhku—tubuhku selalu mengkhianatiku. Menjauh kau, Park Jimin!"

.

"Kau sungguhan menjemputku? Merindukanku ya?"

"Tidak merindukanmu," Yoongi mendengus jengkel. "Kau yang memaksaku menjemputmu."

.

"Berhentilah membohongi dirimu sendiri."

"Berhentilah jadi terlalu percaya diri."

.

"Menghabiskan soju lagi?"

"Ya, dan aku perlu kau untuk mengurus bocah satu ini."

.

"Berhenti menangis."

"Aku… aku minta maaf."

"Berhenti menangis, kubilang."

"Kalau begitu berhentilah menjadi alasanku menangis!"

.

"Kita lihat sejauh mana kau bertahan dengan tingkahmu yang seperti itu."

"Berhenti berusaha, kau tidak akan menghasilkan apa-apa."

"Bersatu ataupun berakhir, keduanya sama-sama sebuah hasil."

.

"Sekarang kau mau mengakui perasaanmu?"

"Aku sudah mengakui perasaanku sejak lama."

"Yang benar saja—"

.

Meski tiap pertemuan akan berakhir sebuah perpisahan, Jimin tidak ingin ada perpisahan secepat kedipan mata. Ia memperjuangkan pertemuannya berlangsung lama dan berharap banyak pada orang yang ingin terus ia temui pun merasakan hal yang sama.

Meski tiap pertemuan akan berakhir sebuah perpisahan, Yoongi juga tidak berpikir jika perpisahan akan sedekat itu dengan jangkauannya. Ia ingin memperjuangkan pertemuan sepanjang mungkin dan berharap pada perpisahan untuk tidak segera datang.

Sayangnya, terkadang terlalu keras membuat semuanya tidak bisa jelas. Tidak salah tentang menjunjung tinggi harga diri, tapi terkadang hal itu hanya akan membawa sakit hati.

.

"Keberatan menikah denganku?"

"Keberatan—"

kkeut.

.

Hai! Aku kembali buat FF, kali ini enggak GS walaupun tetep cerita dengan konfliknya yang agak dewasa. Maaf untuk Beautiful Disaster yang belum aku lanjutin dan justru bikin ff ini, jujur aja, aku tiba-tiba blank soal ff itu T^T semua ideku kelupaan karena emang aku enggak bener-bener catet, jadi, yeah, aku harap aku bisa dapet segera ideku ini.

Ah ya, aku pikir chapter ini semacam Teaser? Atau mungkin cuma perkenalan kali ya… Sekarang bukan cinta beda dunia lagi hahaha ini semacam… hm… gimana ya? Ya begini, cerita cinta dari dua orang yang keras kepala. Kupikir konflik yang aku bawa asalnya dari mereka sendiri yang enggak mau ngalah dan akhirnya jadi nyakitin satu sama lain—whoops, kenapa aku jadi kasih clue gini? hahaha

Ya, mungkin segini aja kali ya? Jangan lupa komentar dan buat aku tau seberapa besar rasa tertarik kalian sama FF ini. Aku bakal lanjutin secepat yang aku bisa karenaaa ~ aku udah punya draft chapter satu dan chapter dua untuk FF ini hahaha

Sepanjang apa nanti, aku kurang yakin. Mungkin bakal lima – sepuluh? Kurang yakin. Kita lihat aja nanti.

Jangan lupa review! Karena banyaknya review di sini bakal nentuin seberapa semangatnya aku lanjutin dan perlu aku post secepat apa. Terima kasih! ^^