:: UNSPEAKABLE SECRET ::
(말할수없는비밀)
[CHAPTER 1]
.
.
: BIG EVENT HUNHAN INDONESIA :
.
.
SUMMARY :
Disaat sebuah rahasia masa lalu kelam yang saling memiliki keterikatan dan kenyataan yang pahit pada akhirnya di pertemukan kembali melalui sebuah ikatan cinta. Akankah berakhir menjadi kisah cinta yang bahagia atau justru sebaliknya?
WARNING :
GENDERSWITCH – GS FOR UKE – MATURE CONTENT – A LOT OF CHAPTER – TYPOS – NC IN SOME CHAPTER
MAIN CAST :
Oh Sehun
Xi Luhan
SUPPORT CAST :
Park Chanyeol – Byun Baekhyun
Kim Jongin – Do Kyungsoo
And others.
HAPPY READING
.
.
Musim panas. Musim yang paling ditunggu-tunggu oleh penduduk negara subtropis. Dimana mereka bisa merasakan kehangatan dari sinar matahari untuk sekedar berjemur di pantai atau berjalan-jalan di pusat perbelanjaan, berpiknik ditaman dan lain-lain. Selain itu pada musim panas tumbuhan dan buah-buahan sedang pada masa pertumbuhan penuhnya.
Namun sepertinya dibalik keceriaan dan kehangatan di musim panas, ada beberapa insan yang bahkan tak bisa merasakan efek dari musim panas yang paling dinanti ini sama sekali. Karena dimanapun dan kapanpun mereka berada, mereka selalu dilanda kedinginan yang tajam dan dan kesengsaraan tak berujung.
Suara lenguhan penuh kenikmatan terdengar menyeramkan di telinga seorang gadis dengan rambut yang di kepang dua tersebut. Tidak hanya lenguhan, namun teriakkan penuh kepiluan juga memenuhi indera pendengarannya. Gadis kecil itu kini berdiri terpaku sembari meremas erat boneka rusa yang berada di tangannya. Bulir-bulir keringat mulai mengalir di sekujur tubuhnya.
"Appa, aku takut...hh..." lirihnya pelan dengan suara nan lembut itu.
Perlahan-lahan ia mundur dari tempat dimana ia berdiri dan saat ia bergegas untuk keluar dari ruangan yang kini sudah tak karuan bentuknya tersebut seketika semuanya menjadi gelap.
...
Luhan membuka matanya dan langsung membuang nafas sebanyak-banyaknya begitu ia tersadar bahwa kejadian tadi hanyalah mimpi.
'Mimpi itu datang lagi... dan aku tak tahu kapan mereka bosan mendatangiku...' batin Luhan sembari membuang nafas sebanyak-banyaknya.
Setelah ia rasa nafasnya mulai teratur dengan cepat ia duduk bersandar di tempat tidurnya dan meraih segelas air putih yang berada di nakas sebelah kanan kasurnya lalu meneguk air itu dengan cepat tanpa sisa. Tangannya lalu meraih dua helai tissue yang berada di sebelah gelas tadi dan langsung mengelap keringat yang mengalir di pelipisnya.
"Appa, eomma, aku merindukanmu..." lirihnya yang kini sedang memandangi wajah seorang pria tampan yang sedang mengendong gadis kecil berkepang dua sembari merangkul wanita berambut sepundak di layar ponselnya. Hm, foto ini terlihat cukup jadul, mungkin memang foto lama?
Tanpa ia sadari bulir-bulir bening yang selalu menjadi saksi kesedihan dan rasa takutnya kembali membobol dinding pertahanannya. Luhan lelah dengan semua ini, terkadang ia berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena hidup dengan di gerayangi oleh rasa takut terasa sangat menyiksa.
KRING KRING
Ponsel berwarna rose gold yang berada di genggamannya berdering dan layar berukuran sekitar lima inch tersebut menampilkan tulisan 'Incoming Call From Baekhyun Sunbae'. Dengan cepat Luhan mengangkat panggilan tersebut.
"Ne, Sunbae?" sapa Luhan yang kini nafas teraturnya sudah benar-benar kembali.
"Ya! Kau dimana?! Rapat dimulai tiga puluh menit lagi dan kau bahkan belum menampakkan batang hidungmu di kantor?" pekik sebuah suara nyaring dari seberang sana.
"Memangnya ini pukul bera— Astaga aku terlambat! Ne, Sunbae, lima belas menit lagi aku akan sampai di kantor, Gidaryeoyo (tunggu aku)." Tanpa mengindahkan omelan tambahan dari Baekhyun, Luhan langsung melompat dari kasurnya dan menyambar sehelai handuk yang tergantung di dekat lemarinya sebelum akhirnya ia masuk kedalam kamar mandi.
-awknisa's-
Setelah selesai mandi, Luhan langsung mengenakan sebuah kemeja berlengan panjang berwarna putih dengan rok hitam pas badan. Ia lalu memoleskan make up sederhana pada wajah mulusnya dan tak lupa menyemprotkan parfum di sekujur tubuhnya.
Hari ini akan ada rapat penting karena pertama kalinya ia bisa menghadiri rapat dimana pejabat-pejabat perusahaan hadir. Selama delapan bulan bekerja di kantornya, Luhan belum pernah menghadiri rapat seperti itu sebelumnya.
Begitu selesai berpakaian dengan rapi dan lengkap, Luhan bergegas keluar dari kamar bernuansa kuning serta pink pastel tersebut dan menuruni puluhan anak tangga yang ada dirumahnya; kebetulan kamarnya berada di lantai dua rumah ini.
Saat ia sampai di depan meja makan, terlihat seorang pria yang sedang menyantap nasi gorengnya dengan santai, "Kenapa kau buru-buru sekali, eo? Ja, makan dul—"
"Aku sedang buru-buru, jadi kurasa aku tidak sempat untuk sekedar sarapan pagi ini. Aku duluan ya," potong Luhan cepat tanpa menoleh sedikitpun ke arah pria itu.
"Ya! Kalau maagmu kambuh bagaimana?!" pekik pria itu lagi namun Luhan tidak menghiraukannya sama sekali, yang ada dipikirannya sekarang hanyalah bagaimana caranya sampai dikantor dengan cepat.
-awknisa's-
Sedikit meleset dari janjinya, dalam waktu dua puluh lima menit ia baru sampai di sebuah perusahaan dengan gedung pencakar langit yang di dominasi oleh kaca tempat dimana ia bekerja tersebut. Untungnya keadaan lalu lintas yang selalu ia lewati untuk mencapai kantornya tidak terlalu macet hari ini dan ia juga tak perlu menunggu kendaraan umum terlalu lama tadi.
Dengan cepat kaki kaki rampingnya berlari pintu masuk utama kantor menuju ketempat dimana lift berada. Tanpa menunggu lama pintu lift tersebut terbuka dan ia langsung meluncur ke lantai enam.
Sesampainya di lantai enam, Luhan langsung disambut oleh celotehan Baekhyun yang terus saja menyalahkannya mengapa ia bisa datang terlambat di hari sepenting ini. Luhan tidak memusingkan celotehan seniornya yang satu itu sama sekali karena ia tahu betul bagaimana mulut Baekhyun, tapi dibalik kecerewetannya itu, Baekhyun adalah senior yang baik dan paling dekat dengan Luhan.
"Kau sudah menyiapkan semua yang kau butuhkan untuk mencatat hasil rapat nanti?" tanya Baekhyun.
"Ne, Sunbae. Laptop, flashdisk, dan—Sial! Aku melupakan charger laptopku!" pekik Luhan yang kembali panik saat ia membuka tasnya dan ia lupa membawa charger laptopnya. Luhan ingat betul bahwa charger laptopnya ia letakkan diatas meja makan sebelum berangkat tadi.
"Aish jinjja! Kau ini bagaimana sih? Mengapa persiapanmu hancur sekali, eo? Bahkan disetiap rapat biasa yang kau hadiri kau terlihat begitu siap sampai kau bisa terpilih sebagai notulen hari ini karena para atasan menyukai caramu melaporkan rapat dengan detail, jelas, dan singkat," teriak Baekhyun lagi yang kini ikut panik karena tingkah ceroboh Luhan.
"Mianhaeyo, Sunbae. Pikiranku sedikit kacau pagi ini..." Luhan menunduk penuh rasa bersalah. Entah kenapa hari ini ia bisa begitu ceroboh, padahal biasanya ia selalu saja memiliki persiapan yang matang setiap ia ditunjuk sebagai notulen dalam sebuah rapat.
Oke, biar ku jelaskan jabatan Luhan di Ilhwa Group ini. Luhan merupakan supervisor di bagian marketing di perusahaan. Namun tak jarang ia ditunjuk sebagai notulen dalam beberapa rapat karena seluruh laporan rapat yang ia buat selalu mudah dipahami. Sedangkan Baekhyun merupakan manager yang berada satu tingkat diatas Luhan, karena pekerjaannya membuat ia terlalu sering berinteraksi dengan Baekhyun, lama kelamaan Baekhyun menjadi partner kerja alias atasan yang paling dekat dengannya.
"Ja, kau gunakan saja laptopku nanti. Ayo sekarang kita harus menuju ke ruang rapat utama, lima menit lagi rapat di mulai," ajak Baekhyun.
-awknisa's-
"Lebih cepat... sayanghh..." suara lenguhan seorang gadis yang kini berada dibawah kurungan seorang pria bertubuh indah terdengar begitu seksi di telinga pria berambut blonde tersebut. Tak dapat dipungkiri bahwa desahan demi desahan yang keluar dari bibir wanita itu justru semakin menaikkan gairahnya.
Dengan semangat Oh Sehun—nama pria berambut blonde itu—menghentakkan inti tubuhnya kedalam inti tubuh milik wanita itu sampai ia tak menghiraukan lagi cakaran kenikamatan yang di goreskan oleh wanita itu di punggung bidangnya.
Tangan Sehun tidak tinggal diam, tangan kanannya ia gunakan untuk meremas dada sintal yang bergerak kesana kemari itu dengan penuh gairah. Sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk menopang tubuhnya sendiri agar tidak ambruk menimpah tubuh gadis yang berada dibawahnya.
Bibir Sehun terus melahap bibir wanita itu dengan garang dan sesekali ia juga menurunkan ciumannya ke leher jenjang yang sudah dipenuhi oleh bercak kemerahan yang merupakan hasil karyanya yang ia banggakan.
Keduanya melenguh kencang saat mereka mencapai puncak kenikmatan mereka bersama-sama, Sehun bahkan tak terlihat kesakitan sama sekali saat wanita itu menarik rambutnya begitu kencang untuk melampiaskan kenikmatan tiada tara yang sedang melanda mereka.
Sudah dua jam mereka terlibat dalam pergumulan yang entah kapan berakhir ini. Seprai kasur yang tadinya terpasang dengan kokoh di tepi-tepi kasur kini sudah berserakan entah kemana. Suara decitan kasur juga ikut menyertai desahan-desahan yang keluar dari mulut mereka.
Sang wanita terlihat mulai kelelahan mengikuti permainan Sehun, sesekali kata "Hentikan..." dan "Aku lelah, Sehun-ssi," terdengar dari bibir wanita itu. Tapi Sehun terlihat tidak menghiraukannya sama sekali, ia justru semakin semangat menghisap dada wanita itu secara bergantian dan memanjakan kemaluannya didalam sana.
Tak lama kemudian, sang wanita kembali mencapai puncak kenikmatannya dan dengan cepat Sehun menjilati cairan yang keluar dari kemaluan wanita tersebut tanpa rasa jijik sama sekali.
Bahkan kini ia memerintahkan sang wanita untuk menungging membelakanginya layaknya seorang anjing sementara ia akan kembali memasukan kemaluannya ke milik wanita itu. Jeritan panjang sang wanita menggema di seluruh penjuru kamar saat Sehun berhasil menghentakkan miliknya sedalam mungkin kedalam kemaluan wanita itu.
Tanpa kehilangan semangat sama sekali, Sehun kembali menggoyangkan pinggulnya dan diikut dengan wanita tersebut. Wanita itu terlihat sangat lelah, namun tak dapat dipungkiri ia benar-benar menikmati permainan Sehun.
Bahkan ia mendesah nikmat saat Sehun sesekali meremas dan memukul pantat serta dadanya yang kini tergantung bebas.
Saat Sehun hampir mencapai puncak kenikmatannya yang entah keberapa kali, tiba-tiba pintu kamar hotel yang sudah tak karuan bentuknya ini dibuka dengan kasar dari luar.
BRAAKK
"Ya! Oh Sehun! Sudah pukul berapa ini?! Sampai kapan kau akan bermain dengan jalang itu?!" pekik seorang pria dengan setelan jas berwarna hitam yang di lengkapi dengan kemeja berwarna putih di dalamnya. Kalau boleh berpendapat, pria itu tak kalah tampannya dengan Sehun.
"Brengsek! Kenapa kau masuk sekarang, huh?!" mau tak mau Sehun terpaksa menghentikan goyangan pinggulnya dan mengeluarkan kemaluannya dari liang kenikmatan tersebut.
"Kau bahkan sudah terlambat lima belas menit untuk rapat pagi ini, bodoh! Sudah berapa kali aku mewanti-wantimu agar tidak lupa waktu saat bermain dengan jalang seperti ini! Bagaimanapun juga kau punya banyak urusan yang harus kau kerjakan, Brengsek."
Jongin; sekertaris Sehun, tanpa segan masuk kedalam kamar tersebut dan melemparkan sehelai handuk pada Sehun. "Cepat mandi sekarang, aku tidak mau lagi menunggumu lebih dari sepuluh menit, oke?"
"Sialan, kalau kau bukan temanku mungkin kau sudah mati sekarang, Kim Jongin." Dengan berat hati akhirnya Sehun menuruni ranjang berukuran besar tersebut dan masuk kedalam kamar mandi.
Sementara Jongin hanya bisa menghela nafas kasar mengatasi tingkah bajingan Sehun sembari memberikan sebuah amplop yang cukup tebal sebagai bayaran atas permainannya dengan Sehun barusan kepada wanita yang sedang kelelahan tak berdaya di atas ranjang tersebut.
-awknisa's-
Akhinya setelah waktu rapat sempat terulur empat puluh lima menit akibat menunggu beberapa direktur dan dewan direksi yang belum hadir, rapat resmi dimulai. Inilah keadaan yang terkadang Luhan benci, dimana orang yang lebih berkuasa bisa bertindak seenaknya. Sedangkan karyawan biasa sepertinya harus diburu-buru setengah mati seperti tadi pagi agar tidak terlambat. Bahkan ia tak sempat untuk sekedar mengisi perutnya saking terburu-buru.
Well, para atasan itu selalu saja menggunakan alasan pekerjaan yang menumpuk sebagai alasan keterlambatan mereka? Benar-benar klise. Apa mereka pikir karyawan sekelas Luhan dan lainnya tidak memiliki pekerjaan yang menumpuk juga?
Yang paling membuat Luhan semakin jengkel adalah pria muda yang masuk paling belakangan atau sekitar satu menit yang lalu, yang membuat rapat terlalu lama diulur karena menunggu kehadirannya.
Dengan rambutnya yang di beri warna blonde dan sedikit warna hitam akibat rambut yang mulai tumbuh di bagian akar rambutnya, pria itu berjalan santai masuk kedalam ruangan rapat sembari menegak segelas kopi keluaran starbucks dengan tangan kanannya.
Seluruh audience rapat hanya bisa menghela nafas melihat pria muda tersebut karena menurut apa yang Baekhyun katakan pria tersebut bernama Oh Sehun, Direktur bagian Distribusi Luar Negeri dari Ilhwa Group, dan pria bernama Sehun itu juga merupakan penerus Ilhwa Group kelak karena ia ternyata adalah anak tunggal dari Presdir Oh Ilwoo.
Oh Sehun terkenal sebagai Direktur dengan tingkat kesopan santunan yang minim meskipun ia berpendidikan tinggi. Well, Luhan tidak heran lagi karena anak orang kaya banyak yang angkuh seperti pria itu.
Sebenarnya banyak para direktur dan pemegang saham yang kurang menyukai tingkah Sehun, namun karena performa kerjanya yang benar-benar luar biasa sehingga Ilhwa Group dapat melebarkan sayapnya ke Amerika Serikat dua tahun belakangan ini karena hasil kerjanya. Kesupelannya dalam bergaul dan melobi pekerjaan benar-benar patut diacungi sepuluh jempol. Sehingga para pemegang saham tidak dapat berkutik selain menahan diri untuk bersabar dengan ulah semena-mena Sehun.
Selama rapat berlangsung Luhan terlihat fokus menyimak apa yang sedang dipresentasikan dan juga pendapat-pendapat para audience rapat yang hadir. Jika ia menemukan point-point penting ia langsung mencurahkannya pada layar netbook berukuran 11 inch yang ada di hadapannya.
Tanpa ia sadari, seorang pria yang duduk selurusan dengannya sedang memperhatikannya sembari menyunggingkan senyuman miring sesekali. Pada awal-awal rapat dimulai sepertinya pria itu belum terlalu sadar dengan kehadiran Luhan, namun sejak pertengahan rapat pria tersebut mulai mencuri-curi pandang sesekali pada Luhan yang bahkan tak menoleh ke arahnya sama sekali sejak tadi.
Siapa lagi pria itu kalau bukan Oh Sehun.
Saat rapat berakhir, dengan cepat Luhan membereskan barang-barangnya dan bergegas keluar dari ruangan rapat tersebut. Ia merasa kembali rileks karena akhirnya ia dapat berdiri setelah duduk menyimak rapat yang berlangsung sekitar tiga jam tersebut.
Saat Luhan dan Baekhyun hampir mencapai pintu keluar, sebuah suara parau namun terdengar indah memanggil nama Baekhyun, "Baekhyun-ssi?" sontak Baekhyun sang pemilik nama dan Luhan yang sedang berjalan di sebelah Baekhyun menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Direktur Oh, alias Oh Sehun yang memanggil manajer mungil tersebut.
Sementara Baekhyun dan Luhan bergeming di tempat mereka berdiri semula, Sehun bersama sekertarisnya, Kim Jongin, perlahan berjalan menghampiri mereka.
"Ne, Isajangnim (Ya, Direktur)?" tanya Baekhyun dengan sopan.
"Bisakah kita berbicara sebentar? Hanya lima menit," ujar Sehun lagi.
Dengan senang hati Baekhyun mengangguk. Oh ayolah wanita mana yang tidak akan bereaksi seperti Baekhyun begitu ia diajak berbicara oleh eksekutif muda setampan Sehun.
"Tapi aku mau kita bicara tanpa rekanmu yang cantik ini, because this is secret," ujar Sehun lagi sembari melirik ke arah Luhan sebentar lalu mengerlingkan sebelah matanya yang berhasil membuat Baekhyun gemetaran di tempatnya.
"Kalau begitu aku pamit." Begitu sadar maksud Sehun, Luhan langsung menundukkan kepalanya dan melengang keluar dari ruangan rapat tersebut sembari menggengam netbook putih milik Baekhyun.
-awknisa's-
Setelah kepergiannya dari ruang rapat, Luhan menyempatkan diri untuk menikmati segelas kopi yang ia ambil dari vending machine yang ada di dekat kantin. Ya, kebetulan rapatnya berakhir memang bersamaan dengan jam makan siang kantor.
Seketika bayangan Sehun yang sedang mengerling genit tadi terlintasi di benaknya. Dengan cepat Luhan menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan bayangan tak bermutu tersebut.
Jujur, tadi adalah kali pertamanya ia melihat Direktur Oh yang biasa di bangga-banggakan rekan kerjanya. Ya, Luhan akui Sehun memang tampan dan tubuhnya sempurna. Selain itu pria bermarga Oh tersebut juga memiliki aura yang cukup kuat menurut Luhan, karena bila Sehun menatap tepat dimatamu maka kau akan merasa di intimidasi oleh tatapannya. Tajam, namun hangat. Entahlah begitu membingungkan.
Tapi tunggu... saat memikirkan tatapan tajam namun hangat itu Luhan seketika merasa bahwa ia pernah menjumpai tatapan serupa di masa lalu, namun ia tidak mengingat kapan, dimana, dan tepatnya siapa pemilik tatapan itu.
Ya, tidak salah lagi, aku pernah menjumpai tatapan yang persis seperti tatapan milik Oh Isajangnim, batin Luhan sembari mengerutkan dahinya dan sesekali ia memejamkan matanya untuk mencoba mengingat.
"Aigoo, ternyata kau selalu menghabiskan waktu makan siangmu dengan meminum kopi seperti ini? Pantas saja badanmu kurus kering," ujar sebuah suara yang tiba-tiba saja terdengar jelas di telinga Luhan dan mau tak mau membuatnya menoleh ke arah sumber suara yang sudah sangat ia kenali tersebut.
"Kenapa kau berisik sekali, eo? Kau sendiri mengapa tidak makan siang?"' tanya Luhan pada sosok tinggi menjulang di sebelahnya, Park Chanyeol.
Biar kujelaskan sedikit tentang Chanyeol. Pria dengan lesung pipi yang imut dan mata bulat yang indah tersebut adalah teman pertama Luhan di dunia ini. Teman yang berhasil membuatnya bangkit dari keterpurukan, teman yang sedikit banyak menyelamatkannya dari kekelaman dunia ini.
Luhan dan Chanyeol selalu bersama-sama dari jenjang sekolah dasar sampai mereka sudah bekerja saat inipun keduanya tak pernah terpisah. Hanya saja sayangnya Chanyeol dan Luhan berbeda divisi di kantor ini, Luhan dibagian marketing dan Chanyeol dibagian design. Tapi hal itu tak lantas membuat keduanya berhenti berteman, Chanyeol dan Luhan kerap kali mengunjungi satu sama lain di kantor atau makan siang dan pulang bersama setiap harinya.
"Ternyata... penyebab pagi tadi kau terburu-buru seperti itu karena kau menjadi salah satu dari tiga notulen di rapat besar hari ini ya? Whoa, hebat sekali, kenapa tidak cerita padaku?" Chanyeol bertepuk tangan sembari tersenyum penuh bangga pada Luhan.
"Lebih hebat mana dengan dirimu yang bahkan berhasil menjadi manager dalam waktu delapan bulan. Benar-benar tidak bisa di percaya," balas Luhan sembari cemberut karena baru-baru ini Chanyeol mendapat promosi kenaikkan jabatan dan ia berhasil dilantik menjadi manager padahal mereka baru bekerja selama delapan bulan di Ilhwa Group. Ya, Chanyeol memang memiliki koneksi di perusahaan ini. Paman kandungnya bekerja sebagai Direktur di Ilhwa Group cabang Jepang.
"Kau sendiri tahu kalau itu bukan pure karena upayaku sendiri. Kau tidak lupa dengan pamanku yang bekerja di Ilhwa Group cabang Jepang itu bukan?" jawab Chanyeol terang-terangan.
"Tapi tetap saja kau hebat, karena tidak mungkin perusahaan mengabulkan permintaan pamanmu begitu saja kalau kerjamu tak sesuai." Luhan langsung meyakinkan Chanyeol bahwa pria itu memang benar-benar berkompeten. Oh ayolah, ia bahkan lulusan fakultas design dari Seoul National University, jelas saja Chanyeol memang aslinya pintar bukan?
"Kalau begitu, kita sama-sama hebat saja biar adil! Hihihi!" ujar Chanyeol yang kini merampas kopi yang sedari tadi Luhan pegang dan meneguknya hingga habis.
"Ya! Ambil kopimu sendiri, kenapa kau senang sekali merebut kopi milkku, huh?!" protes Luhan yang langsung melayangkan beberapa pukulan ke punggung bidang yang di balut oleh kemeja biru donker tersebut.
"Luhan-ah, ternyata kau disini," tiba-tiba sebuah suara nyaring yang Luhan yakini merupakan suara Baekhyun menepuk punggungnya dari belakang.
"Ne, Baekhyun Sunbae, kau sudah selesai berbicara dengan Direktur Oh?" tanya Luhan basa-basi.
"Yup, dan ada hal penting yang harus ku sampaikan padamu, tapi tidak disini," ujar Baekhyun yang menyadari keberadaan Chanyeol.
"Hai, Baekhyun-ah?" sapa Chanyeol yang terlihat canggung.
"Oh, hai, Chanyeol-ssi," balas Baekhyun tak kalah canggung, bahkan kini ia menggunakan bahasa formal pada Chanyeol yang awalnya menyapa dirinya dengan bahasa santai.
"Kenapa kau tiba-tiba menggunakan bahasa for—"
"Kami berdua memiliki urusan yang cukup penting. Jadi kami permisi dulu ya," potong Baekhyun cepat dan langsung menarik Luhan untuk mengikutinya.
Luhan melambaikan tangannya terakhir kali ke arah Chanyeol sebelum akhirnya membalikkan badannya mengikuti Baekhyun.
-awknisa's-
"Apa kau masih marah pada Chanyeol?" tanya Luhan saat mereka kini sudah sampai diruangan mereka sendiri, di lantai enam tepatnya.
"Tidak, aku hanya merasa kurang nyaman bila berada di dekatnya semenjak kejadian itu," jawab Baekhyun sembari menaikan bahunya.
"Aku harap kalian bisa kembali seperti dahulu," balas Luhan dengan wajah murung.
"Aku rasa kami tidak bisa kembali seperti dulu. Sudahlah jangan membahas tentang Chanyeol, kau mau membuat moodku turun ya?"
"Oke, maaf. Jadi, katakan padaku hal penting seperti apa yang ingin kau beritahu?" tanya Luhan kembali pada topik awal.
Baekhyun kembali tersenyum jahil seketika, "Sebenarnya... tidak ada apa-apa, aku hanya membuat alasan agar bisa menjauh dari Chanyeol."
"Aigoo, sudah kuduga... Padahal kulihat Chanyeol berharap banyak saat ia melihatmu tadi. Bahkan ia menyapamu leb—"
"Sudah kubilang jangan bahas pria bertelinga lebar itu!" protes Baekhyun yang kini memasang tampang cemberut.
"Arraseoyo, Sunbae. Oh ya, apa kau sudah makan siang, Sunbae?" tanya Luhan pada Baekhyun, ia merasa perutnya mulai terasa seperti diremas-remas, yeah seorang penderita maag sepertinya memang wajar merasakan hal ini saat mereka telat makan.
"Belum, bagaimana kalau kita makan siang sekarang? Kebetulan masih ada waktu dua puluh menit lagi," ajak Luhan.
Akhirnya mereka langsung menuju ke kantin kantor, karena apabila makan diluar sepertinya akan terlalu menghabiskan waktu.
Sesampainya di kantin, seperti dugaan Luhan awalnya, kantin kantor telihat benar-benar ramai ketika jam makan siang. Namun untungnya antrian hari ini tidak terlalu panjang, mungkin karena ia datang cukup terlambat. Luhan dan Baekhyun langsung mengambil nampan mereka masing-masing dan mengantri untuk mengambil santapan.
Setelah mengantri sekitar lima menit akhirnya makan siang dengan lauk utama daging ayam teriyaki yang di lengkapi dengan beberapa menu kecil tambahan berhasil tertata dengan rapi di nampan mereka. Baekhyun dan Luhan memilih untuk menyantap makan siang mereka di meja panjang berkapasitas delapan orang yang kebetulan hanya terisi dua orang sekarang.
"Aigoo, hari ini sepertinya aku sedang beruntung. Akhirnya menu favoritku di hidangkan setelah dua minggu aku menunggunya!" ujar Baekhyun yang kegirangan sembari mulai menyantap makanannya. Luhan hanya bisa tersenyum geli melihat tingkah wanita tersebut, benar-benar seperti anak kecil.
Baru saja Luhan hendak memakan suapan ketiganya, seketika terdengar suara dari seluruh karyawan yang sedang menghabiskan waktu di kantin menjadi heboh. Otomatis ia mengalihkan padangannya keseluruh penjuru ruangan untuk mengetahui penyebab kehebohan tersebut.
Ternyata... penyebab kehebohan tersebut dikarenakan kedatangan seorang pria berambut blonde yang kini sedang mengantre di antrian makanan bersama karyawan lain.
Ya, Direktur Oh—direktur termuda dan tertampan di perusahaan ini sedang mengantre makanan di kantin kantor bersama dengan sekertaris seksinya, Kim Jongin. Bukankah ini hal yang langka? Bahkan selama delapan bulan Luhan bekerja di perusahaan ini ia tidak pernah bertemu langsung dengan Sehun kecuali saat rapat tadi pagi. Kenapa hari ini sepertinya sangat mudah melihat batang hidung Oh Sehun? Terutama bagi dirinya.
"Whoa, apa aku tidak salah lihat? Direktur Oh makan di kantin kantor?! Daebak!" terdengan bisik-bisik dari para karyawan yang berada disekitar Luhan.
Kata demi kata mulai dari rasa keterkejutan hingga pujian akan ketampanan Sehun kerap terdengar dimana-mana, seperti ucapan salah satu karyawan wanita yang satu meja dengan Luhan, "Ini pertama kalinya aku melihat Direktur Oh selama satu tahun aku bekerja disini, dan dia... benar-benar tampan! Seperti bukan manusia!" pekik pelan gadis berkemeja merah muda tersebut.
Oh ayolah siapa yang tidak terkejut melihat kehadiran Sehun hari ini. Apalagi Sehun memang terkenal sebagai penghuni kantor yang paling sulit di jumpai lebih dari Presdir Oh—pemilik perusahaan sekalipun. Ya, alasan utamanya karena Sehun memang lebih sering bertugas di luar negeri daripada di Seoul, lalu kabarnya Sehun juga selalu menggunakan VIP Lift saat ia hendak menuju ke ruangannya dan juga ia selalu pulang kantor saat larut malam, sekitar pukul sembilan malam keatas.
Luhan akhirnya memilih untuk kembali menyantap makanannya karena perutnya yang kini terasa nyeri lebih penting daripada Oh Sehun, bahkan ia tak sadar jika Baekhyun yang berada di hadapannya sudah ikut terhipnotis dengan kehadiran Sehun.
"Boleh aku duduk disini?" suara parau itu memasukki pendengaran Luhan, seketika jantungnya berdegup kencang tanpa sebab dan sontak ia menoleh ke arah datangnya suara dan ia mendapati wajah Oh Sehun yang tepat 30 sentimeter di hadapannya.
"N—ne..." tanpa sadar ia menjawab dengan gugup. Sebenarnya faktor kegugupannya di dominasi oleh rasa terkejut karena kehadiran Sehun yang tiba-tiba, bukan karena hal lainnya.
Setelah mendapat persetujuan dari Luhan, dengan cepat Sehun mengambil posisi duduk tepat di sebelah Luhan dan mulai menyantap makan siangnya, di ikuti pula oleh Jongin.
"Jadi begini ya suasana makan siang di kantin kantor setiap harinya? Selalu ramai..." ujar Sehun di sela-sela pria itu mengunyah makanannya.
Dengan cepat Baekhyun menyambar omongan Sehun, "Ne, Isajangnim. Bahkan terkadang kantin kantor lebih ramai daripada hari ini, apalagi di hari kamis karena kantor menyediakan menu spesial seperti steak dan lain-lain."
"Ternyata makanan disini tidak buruk juga rasanya, ayahku pintar juga memilih koki, hahaha," ujar Sehun sembari tertawa kecil.
"Bukankah begitu, Nona... Xi?" tanya Sehun pada Luhan yang tepat duduk disebelahnya namun sedari tadi justru asik menyantap makanannya tanpa menghiraukan kehadiran Sehun.
"Ah, Ne." Luhan menjawab dan sebisanya ia tersenyum tipis sembari mati-matian menahan rasa sakit yang kini melanda bagian perutnya.
Sehun yang sepertinya menyadari kejanggalan pada wanita yang duduk disebelahnya langsung mengerutkan dahinya, "Kau sedang sakit ya? Wajahmu pucat sekali," ujar Sehun dengan suara cukup keras sehingga membuat beberapa karyawan wanita yang mendengar melemparkan tatapan penuh iri pada Luhan yang diberikan perhatian oleh Sehun.
"Anniya, aku... hanya... telat makan saja, Isajangnim," jawab Luhan yang sekuat tenaga kini sedang menahan rasa sakit karena perutnya serasa diremas-remas oleh 10 orang.
"Jongin-ah, apa kau membawa obat maagku?" Sehun menolehkan kepalanya pada Jongin yang berada tepat di hadapannya saat ini.
"Eo, aku membawanya. Maagmu kambuh?" tanya Jongin balik.
"Cepat berikan padaku, sepertinya nona ini membutuhkannya."'
Perkataan Sehun barusan semakin menyita perhatian seluruh karyawan yang berada di kantin kantor ini. The Power of Sehun memang tidak bisa diragukan.
Merasa dirinya sedang menjadi pusat perhatian saat ini, dengan cepat Luhan bangkit dari duduknya, karena for your information, ia tidak suka menjadi pusat perhatiaan seperti sekarang ini.
"Tidak perlu, Isajangnim. Aku memiliki obatku sendiri di tas, kalau begitu aku permisi dulu. Kajja, Baekhyun Sunbae." Luhan membungkukan tubuhnya pada Sehun lalu berlari kecil sembari menarik tangan Baekhyun untuk kembali ke ruangan mereka.
-awknisa's-
Kini Sehun baru saja kembali keruangannya setelah pertama kalinya ia menghabiskan makan siang di kantin kantor selama tiga tahun ia bekerja di kantor ini. Sehun mengambil dua buah kaleng sparkling water rasa lemon dari kulkas yang ada diruangannya dan memberikan salah satunya pada Jongin.
Yup, hubungan Sehun dan Jongin bukan hanya sebatas atasan dengan bawahan saja. Sehun dan Jongin bahkan sudah berteman sejak kuliah dulu. Bahkan bisa dibilang Sehun berperan banyak dalam kelangsungan hidup Jongin karena Sehunlah yang mengeluarkan Jongin dari dunia kelamnya di masa lalu.
"Kenapa kau terlihat aneh sekali sejak rapat tadi pagi, Sehun-ah?" tanya Jongin.
"Aneh? Memangnya aku berbuat apa? Aku merasa tidak ada hal aneh pada diriku hari ini," ujar Sehun enteng sembari duduk di sofa dan menyilangkan kakinya santai.
"Ya, kau aneh. Apalagi dengan hal yang terjadi barusan, benar-benar diluar nalarku. Kau tiba-tiba makan di kantin dan dengan senang hati menampakkan wajahmu di hadapan mereka. Setelah itu kau pakai sok perhatian segala pada gadis yang duduk disebelahmu tadi," jelas Jongin dengan wajah penuh keheranan akan tingkah sahabatnya itu.
"Hm, aku hanya merasa saja bahwa aku harus mulai menunjukkan wajahku pada karyawan-karyawan di perusahaan ini. Lagipula nantinya perusahaan ini akan jadi milikku juga 'kan?" Sehun tersenyum miring setelah itu meneguk minumannya.
"Klise sekali alasanmu Tuan Oh, kau pikir aku percaya?" Jongin berdecak dan mengeluarkan senyuman miring kebanggannya juga sembari melirik ke arah Sehun yang kini terlihat sedang menerawang sembari tersenyum penuh arti.
"Ah jangan bilang kalau kau..."
Sehun kembali melirik ke arah Jongin, "Tidak, Jongin-ah. Ini bukan seperti yang kau pikirkan, percaya padaku." Sehun menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tapi aku yakin kalau apa yang sedang aku pikirkan ini benar." Jongin menaikkan sebelah alisnya sembari melemparkan tatapan tak percaya ke arah Sehun.
Melihat Jongin yang terus melemparkan tatapan tersebut kepada dirinya, Sehun akhirnya menyerah, "Oke, akan kuberitahu kau suatu rahasia."
Sehun bangkit dari kursinya sembari mendekat ke arah Jongin. Lalu ia mendekatkan bibirnya ke arah telinga Jongin dan berbisik, "Sebenarnya..."
Sehun menghela nafas sebentar sebelum melanjutkan omongannya, "Nona Xi... adalah anak dari wanita itu."
BOOM!
Perkataan Sehun barusan berhasil membuat Jongin terpaku ditempatnya. Sedangkan Sehun, kini sudah kembali duduk di tempatnya semula sembari tersenyum miring dan menerawang jauh entah kemana.
Mengapa Jongin bisa seterkejut itu mendengar perkataan Sehun barusan? Dan juga... siapakah 'wanita' yang dimaksud oleh Sehun?
.
.
TO BE CONTINUED
.
.
Helluv! Mungkin kalian asing banget sama aku...
Yup! Ini pertama kalinya aku nulis fanfiction di FFN hihihi. But... aku sempat menulis beberapa fanfiction juga, tapi aku post di wordpress dengan cast EXO x OC.
Gimana chapter satunya? Well, mungkin masih kurang greget karena masih permulaan dan belum ada kejelasan apapun diantara para tokoh dan konflik yang akan timbul. So, kalau mau tau kelanjutannya terus ikutin FF ini yah, thankschu!