Roda kehidupan terus berputar, tidak peduli apakah kau tengah menikmati kekayaan atau mengemis demi sesuap nasi karena ketika ia berotasi maka semua terjadi. Si kaya akan mengalami kesulitan begitu juga si miskin akan mendapatkan kemudahan. Hal mutlak yang terjadi pada semua orang, termasuk hidupmu. Terlalu serius dan memusingkan untuk dimengerti? Ok akan ku permudah. Kehidupan berputar sama seperti ketika kau menikmati hubungan intim dengan pasanganmu –entah pasanganmu sungguhan, teman satu malam atau bahkan selingkuhan tapi yang jelas tidak selamanya kau akan mengerang pasrah di bawah kuasa sang dominan, ada kalanya mereka –para dominan memintamu untuk bergerak liar di atas mereka dan kau hanya bisa pasrah menikmatinya. Begitulah kehidupan.
Tidak selamanya si jahat akan selalu menjadi wanita kejam penuh dendam tapi ada waktunya ia akan menangis mengiba. Sama halnya dengan pemeran utama yang protagonis tidak akan selalu berbuat baik, ada kalanya ia kerasukan sesuatu hingga nekat melakukan tindakan yang tidak bermoral.
Sama seperti tokoh dalam kehidupannya, Yixing tidak selamanya menjadi gadis jahat, ada kalanya di suatu malam ia hanya duduk diam sambil melihat puluhan file berformat jpg dari ponselnya. Tidak semua kegiatan memang telah mereka –ia dan teman-temannya lakukan, belum semua tempat makan mereka kunjungi, belum semua tempat wisata mereka jelajahi. Namun kenangan tetap kenangan. Dulu semua terasa begitu mudah, tugasmu hanya pergi kuliah, duduk tenang di dalam kelas mendengar dosen menjelaskan materi sambil berpikir akan pergi kemana setelah semua ini berakhir. Kantin yang terletak di ujung dari barisan bangunan fakultas, dekat dengan parkiran itu menjadi tujuan utamanya setiap selesai kelas. Setelahnya, itu urusan masing-masing. Ada yang pergi untuk kerja kelompok, pergi ke ruang sekre untuk organisasi atau sekedar kembali ke apartemen untuk tidur.
Semua terlihat mudah sampai benih-benih merah jambu itu datang. Ia tidak pernah merasa kesal dengan apa yang terjadi padanya. Disela-sela gunjingan orang-orang tentang hubungannya dengan Kris, Yixing yakin ada hikmah di atas semuanya. Mungkin benar, Luhan memang tidak pantas untuk Kris karena memang hanya Sehun yang cocok untuk gadis itu. Ya, meskipun Sehun itu pecinta batang tapi tidak menutup kemungkinan 'kan dia bisa berbelok dan menyukai Luhan. Ayolah, siapa yang tidak menyukai Luhan, bahkan seorang teman dari Min Ah yang lesbian pernah menyatakan kalau ia menyukai Luhan dan temannya si Byun Baekhyun.
Bukan permintaannya untuk meletakan dirinya menjadi seorang wanita jahat yang sarat akan gunjingan dan sumpahan. Kalau boleh meminta, Yixing amat sangat ingin menempati posisi sang protagonis yang lemah lembut, atau peran ketiga seperti Kyungsoo juga tidak masalah. Namun, apa yang terjadi diluar kendalinya. Memang ia tidak meminta tapi tidak ada juga yang menyuruhnya untuk menempati posisi sebagai musuh dalam selimut. Tidak ada. Selama hampir satu tahun ia menahan diri, berusaha menempatkan dirinya di posisi netral –tidak memihak Zitao sahabatnya atapun Luhan the most wanted girl itu. Baginya, cinta itu datang dengan sendirinya dan penyebabnya adalah kebersamaan dan kenyamanan. Bagaimana kita bisa menjadi diri sendiri bersama orang itu maka cinta pun dapat hadir di sana. Mungkin banyak yang melewatkan poin berharga ini saat mereka menghujatinya. Kris memang baik –tampil baik saat bersama Luhan, namun apakah mereka percaya jika Kris harus menyimpan jati dirinya saat bersama gadis itu? Kris itu pecinta wanita, peminum yang kuat dan petarung jalanan. Semuanya harus bersembunyi di bawah kaki Luhan saat Kris menjalin hubungan dengannya. Tidak ada yang tahu jika ia adalah sosok kecil yang menemani malam-malam Kris saat pria itu ingin menghabiskan satu atau dua kaleng minuman alkohol. Tidak ada yang tahu jika ia adalah sosok yang menemani Kris balapan liar saat ia sedang berkelahi dengan Luhan. Tidak ada yang tahu jika ia adalah sumber kenikmatan Kris saat pria itu haus akan sentuhan Luhan.
Tidak ada yang tahu.
Mereka hanya tahu, Yixing seorang wanita perebut kekasih orang.
Yixing seorang teman yang tega menusuk temannya sendiri.
Mereka semua benar-benar tidak tahu.
Jika setiap malam, setelah percintaan panasnya dengan Kris, ia selalu menangis karena ucapan pria itu padanya,
"..maafkan aku Zi, maaf."
Pada akhirnya, apa dia hanya akan selalu menjadi cadangan?
.
.
.
U' R'
Chapter 11 :
Underpressure
Cast:
Lu Han, Se Hun
EXO Members
Romance, Angst, a little bit Humor and Drama
This is genderswitch.
.
.
"Ish! Menyebalkan."
Sehun mengacak kasar rambutnya sambil dengan mulut yang terus menggerutu sejak tadi membuat Luhan tak tahan untuk tersenyum. Sudah nyaris dua minggu ini tugas-tugas perkuliahan mereka terus datang silih berganti. Selesai satu datang lagi satu, selesai satu projek datang lagi satu projek. Hari ini ia dan Sehun sengaja bertemu untuk menyesalkan materi presentasi kelompok mereka yang harus dipresentasikan dua hari lagi, belum lagi tugas tambahan seperti makalah hasil diskusi. Jika ia bisa, Luhan rela membelah dirinya menjadi dua kali lipat hanya untuk menyelesaikan semuanya tepat waktu. Ia tidak bodoh namun tidak terlalu mahir juga dalam membuat kreasi presentasi. Sehun itu cerdas sebenarnya, tapi untuk masalah desain materi presentasi itu keahlian Baekhyun. Sialnya mereka berdua berbeda kelompok dengan Baekhyun yang terjebak di antara empat pria dalam satu kelompok. Ok gadis seksi itu menjadi satu-satunya perempuan di dalam tim membuatnya merengek sejak minggu lalu.
"Ya Tuhan, mengapa juga kita harus berpisah dengan Byun Baek sih?! Ini juga bagaimana lagi membuatnya?!" Bibir tipis Sehun yang terus mengoceh mengenai nasibnya membuat Luhan tersenyum maklum. Perlahan Luhan merapikan rambut Sehun sambil sedikit membelai kepalanya. Ia tahu betapa lelahnya Sehun sekarang. Semester-semester akhir seperti ini memang ladangnya tugas tanpa henti, projek organisasi dan banyak lainnya.
"Jangan mengacaknya terus,"
Melihat Sehun yang hanya menatapnya dengan tatapan 'memangnya kenapa?' membuat Luhan kembali menggerakkan jarinya dalam helaian rambut tebal Sehun.
"Nanti adik tingkat di meja sana menjerit lagi."
Sehun hanya mengangkat sedikit kepalanya agar ia dapat melihat Luhan dari balik layar laptop. Gadis di hadapannya memang cantik luar biasa bahkan tanpa memerlukan banyak riasan. Ia selalu suka –sebenarnya Sehun selalu menyukai apapun yang Luhan gunakan, bagaimana Luhan merias wajahnya, pewarna bibir yang gadis itu gunakan bahkan cara Luhan mengatur helaian rambutnya Sehun suka. Hari ini, si manis itu hanya menggunakan pewarna bibir berwarna merah muda yang sangat mirip dengan warna asli bibirnya, rambut yang diikat satu dalam buns. Luhan itu cantik, benar-benar cantik. Jadi jangan salahkan hatinya jika sudah mulai terbuka untuk menyukai lawan jenis –apalagi sosok itu Luhan.
"Mulai posesif?" tanya Sehun dengan sudut bibir yang terangkat sedikit, sangat berbeda dengan hatinya yang berdebar sejak tadi saat Luhan dengan santai membelai lembut kepalanya.
"Biasa saja." Sehun hanya melihat Luhan sekilas sebelum akhirnya berani memajukan kepalanya melewati layar laptop di tengah mereka untuk mencium bibir Luhan, "Aku milikmu."
Berbeda dengan Luhan yang hanya mengerjapkan matanya tidak percaya atas apa yang Sehun lakukan, sang pelaku malah bersorak riang sambil tersenyum puas. Setelah ciuman mereka tempo lalu, pertemuan belah bibir itu bukan lagi hal yang tabu diantara keduanya. Hanya saja Sehun harus ekstra menahan diri dari godaan mengangkat tangannya dan membelai tubuh Luhan selama bibir mereka saling mengesap mesra. Oh ayolah memangnya siapa yang tahan dengan godaan Luhan? Sehun memang tidak pernah bermimpi yang tidak-tidak namun enak bersama Luhan. Tidak pernah sedikitpun terlintas dalam otaknya yang penuh dengan karakter anime seksi itu untuk berbuat lebih dengan Luhan, meskipun sekali waktu itu ia pernah lupa diri dan hampir menuntaskan hasrat laki-lakinya pada Baekhyun, tapi kali ini yang kita bahas adalah Luhan. Sehun rela bertahan menjadi single player selama si cantik baik-baik saja.
Tapi, mencoba sedikit lebih liar kan tidak masalah, selama belum terjadi proses penyatuan seharusnya Sehun bisa lebih sedikit lama untuk bermain pada kenikmatan bibir Luhan. Iya, seharusnya sebelum sebuah kepalan mendarat mesra di kepalanya.
"ARGH!"
Itu tentu saja bukan pekikan manja adik tingkat yang duduk di seberang mejanya dan Luhan melainkan suaranya sendiri yang telah meringis kesakitan sambil mengelusi kepalanya. Tadinya Sehun sudah mau mengumpati entah manusia atau setan yang berani memukul kepalanya sedemikian rupa, namun setelah ia berbalik dan mendapati wajah menyebalkan Baekhyun dengan senyum mengesalkan, Sehun maklum saja dengan tingkah manusia laknat yang berani memukulnya.
"Byun Baekhyun,"
"Hmm?" Sehun tidak bodoh untuk sekedar mengakui jika Baekhyun itu imut bahkan hanya dengan menjawab panggilannya melalui gumaman. Tapi tingkahnya yang terkadang bar-bar membuat Sehun mengurungkan niatnya untuk sekedar memuji kecantikan gadis itu.
"Aku bisa bodoh Baekhyun, sakit tau." Keluh Sehun sambil mengelus kepalanya yang masih sangat berdenyut.
"Kau itu memang bodoh. Kebanyakan modus." Jawab Baekhyun santai sambil mendorong tubuh Sehun untuk bergeser dan memberikannya tempat duduk. Sehun yang kesal memilih untuk pindah tempat duduk menjadi di sebelah Luhan untuk kemudian meminta gadis itu mengelusi kepalanya yang berdenyut.
"Kepalaku sakit Lu," Luhan hanya tersenyum maklum sebelum memberikan 'perawatan' pada kepala Sehun yang sekarang sudah bermanja-manja di pundak Luhan. Baekhyun yang melihatnya hanya memutar matanya masa bodo dengan apa yang terjadi di hadapannya.
Dasar pasangan modus, tidak peka ish.
"Kau sudah selesai Baek?" Tanya Luhan saat ia melihat Baekhyun yang mulai tertawa sendiri di depan laptop Sehun. Ok gadis itu sudah mulai menjadi seorang fangirl. Baekhyun hanya mengangguk tanpa berniat mengalihkan pandangannya sedikitpun dari layar.
"Materi presentasinya juga sudah?" tanya Luhan sambil mengelus lembut kepala Sehun yang sebenarnya sudah tidak sakit lagi. Sehun itu cerdas untuk memanfaatkan keadaan, jadi selagi Luhan memberikan fokusnya pada Baekhyun dan menanyakan perihal tugas kuliah mereka, maka ini adalah saat yang tepat baginya untuk bermanja-manja ria dengan Luhan. Lagipula kapan lagi ia bisa dengan bebas menunjukkan kepemilikannya atas Luhan kalau bukan sekarang. Tidak ada Kris –si naga jahanam kalau kata Baekhyun yang biasanya berkeliaran di sekitaran Luhan atau Yixing, gadis yang akan merusak mood Luhan, Zitao bahkan Baekhyun.
Sepertinya Sehun lupa kalau dia juga sudah tidak punya penjaga. Tidak ada El yang akan dengan senang hati memberikan dirinya pada Luhan.
"Tinggal editing dan semua selesai. Kalian?" Luhan mendesah pasrah mendengar tugas-tugas Baekhyun yang hampir selesai. Gadis itu yakin kalau bagian terakhir dari tugas mereka adalah pekerjaan Baekhyun dan gadis itu bisa dengan mudah mengerjakan bagiannya, berbeda dengannya dan Sehun yang harus berputar otak lebih dari biasanya.
"Lihat saja sendiri Baek. Menyebalkan berbeda kelompok denganmu." Baekhyun hanya tersenyum mendengar keluhan Luhan. Sebenarnya sejak tadi tangannya sudah usil memberikan sentuhan-sentuhan kecil pada tugas presentasi Sehun dan Luhan, hanya saja ia tidak memberitahukan mereka apa yang tengah ia kerjakan. Tidak ada yang bersuara setelah Luhan mengeluhkan tugasnya pada Baekhyun. Mereka bertiga sibuk dengan pemikirannya masing-masing. Luhan dengan tugas-tugasnya yang tidak kunjung selesai, Baekhyun dengan oppanya sambil sesekali membenahi presentasi milik sahabatnya dan Sehun yang masih bermanja-manja dengan Luhan. Sesekali pria itu memainkan ponselnya hanya untuk sekedar melihat siapa yang meninggalkan pesan untuknya namun setelah beberapa saat ia menyadari satu hal.
Matanya menerawang mengingat-ingat berapa lama waktu yang telah terlewati. Paska pertempuran Luhan dengan Kris yang berakhir dengan kandasnya hubungan Luhan bersama pria itu dilengkapi dengan hilangnya Baekhyun bulan lalu sepertinya ia sudah lama tidak mendengar kabar seseorang. Pengakuannya akan perasaan terhadap Luhan kepada El membuat Sehun kehilangan petunjuk atas keberadaan kekasihnya –atau mantan kekasih mungkin? Ia ingat terakhir kali ia dan El berbicara, percakapan mereka berakhir dengan El yang tersenyum sendu sambil memeluknya untuk kemudian pria itu pergi entah kemana dan menghilang sampai sekarang.
Bulan lalu Sehun masih mendapatkan kabar jika pria itu tengah mengunjungi sepupunya bersama Baekhyun tapi setelah gadis itu mendarat dengan sempurna di negara yang sama dengannya, El benar-benar menghilang. Sehun memang telah menyadari perasaanya pada Luhan namun bukan begini caranya untuk mengakhiri hubungannya dengan El. Bagaimanapun juga pria itu telah mengajarkan banyak hal padanya, cinta kasih yang sempurna bagi Sehun meskipun salah di mata manusia. Telah banyak waktu yang mereka habiskan bersama, berbagi keluh kesah hingga pelukan hangat di sore hari saat hujan telah ia lalui bersama maka setidaknya saat semua ceritanya dengan El harus berakhir setidaknya ia mampu memberikan perpisahan yang manis untuk dikenang.
Tapi dimana pria itu sekarang? Sehun sama sekali tidak bisa menghubunginya. Tidak ada petunjuk apapun bahkan media sosial pria itu sepi seperti tidak pernah di gunakan.
Kau di mana El?
Terbesit dalam benak Sehun untuk menanyakan keberadaa El kepada Baekyun, tapi sebelum semua terjadi ia langsung mengurungkan niat mengingat bagaimana respon gadis itu saat kembali dari kepergiaanya yang tidak jelas entah kemana itu. Baekhyun datang sendiri mengenakan jaket yang Sehun yakini adalah milik El, hadiah darinya saat pria itu berulang tahun ke dua puluh. Baekhyun juga membawa satu tas jinjing kesayangan El yang langsung ia berikan padanya dan hanya mengatakan 'itu milikmu.' Dan setelahnya Baekhyun tidak pernah mengungkapkan apapun tentang El.
Apa yang sebenarnya terjadi pada kekasihnya itu?
"Baek,"
Baekhyun hanya mengangkat kedua alisnya menjawab panggilannya tanpa berniat sedikitpun mengalihkan pandangannya dari layar laptop.
"Hmm aku mau bertanya tapi jawab dengan jujur." Sehun mendapati tatapan tanya tak hanya dari Baekhyun tapi juga dari Luhan.
"Apa? Selama tidak aneh-aneh aku akan jawab."
Menjeda beberapa saat, Sehun terlihat ragu untuk bertanya. Namun jika ia terus menahan diri maka ini akan semakin mengganggu.
"El dimana? Apa dia meninggalkan pesan padamu?" Sehun tahu pasti ada yang terjadi antara Baekhyun dan El, oh atau mungkin sesuatu telah terjadi pada El dan Baekhyun saksinya. Terlihat dari reaksi gadis itu atas pertanyaannya barusan. Gerakan tangannya berhenti, kedua matanya melebar sejenak tanda Baekhyun terkejut. Ini bisa pertanda buruk, namun bisa juga baik dan apapun itu Sehun benar-benar butuh jawaban dari Baekhyun.
"Baek?"
Sehun tidak tahu seberapa salah dan benar dirinya, reaksi yang dikeluarkan Baekyun untuk pertanyaanya terlalu gamblang. Gadis itu hanya melepas seluruh earphone nya dan mendorong menjauh laptop Luhan dari hadapannya. Baekhyun melipat kedua tangannya bersedekap di depan dada menatapnya jengah, Luhan? Ia hanya diam menanti apa yang akan terjadi antara dua sahabatnya.
"Baek, ayo-"
"Apa yang kau harapakan dari mulutku Oh Sehun? Tempat dimana El berada? Mengapa tidak menghubunginya sendiri?" Mendengar jawab Baekhyun barusan membuat Sehun semakin merasa semua ini tidak baik-baik saja. Ada hal yang perlu diluruskan dan itu adalah urusannya juga El. Baekhyun tentu saja tidak serta merta akan membuka semuanya pada pria di hadapannya sekarang. Belum, bukan tidak pernah. Ia perlu kepastian atas apa yang telah El jabarkan padanya, hal mudahnya adalah hubungan antara dua sahabatnya –Sehun dan Luhan. Apakah mereka telah menjadi sepasang kekasih atau masih teman tapi mesra dengan berbagai keuntungan or can we say friend with best benefit?
"Kalau aku bisa menghubunginya sendiri, tentu aku tidak akan pernah bertanya padamu Byun. Jadi, katakan saja tolong." Sehun tidak akan menghamba pada Baekhyun, tapi untuk masalah yang satu ini mungkin ia perlu mengiba –sedikit mengiba. Baekhyun tentu tidak akan berada pada posisi sulit jika saja ia tidak menatap mata Sehun yang penuh dengan rasa harap atas bantuannya. Belum lagi Luhan yang ikutan menggenggam tangannya berharap kemurahan hatinya.
Duh pasangan sialan.
Baekhyun memutuskan untuk mengeluarkan ponselnya dan melemparkan benda itu kehadapan Sehun.
"Hubungi pakai nomorku, katakan kau butuh bertemu dengannya sore ini tidak ada bantahan apapun, bertempat di tempat biasa kalian berkencan."
Sehun tidak pernah segugup ini sampai ia hanya diam saja patuh pada perintah Baekhyun, mengigiti kukunya saat mendengar dering memanggil hingga menahan nafasnya saat suara di seberang sana menyapa indera pendengarannya,
"Hai kesayanganku BabyByun!"
.
.
Dan, di sinilah ia sekarang.
Duduk bersama seorang laki-laki jahannam-sebut saja begitu dengan wajah tenang tanpa dosa sedangkan ia harus menahan emosi dan rasa panas menggulung di kepalanya. Apa laki-laki ini benar-benar tidak punya malu atau setidaknya harga diri untuk sekedar merasa tidak pantas atau bersalah mungkin kepada hati dan pikirannya? Bahkan setan juga malas harus bersatu dengan manusia sepertinya.
"Tersenyumlah Zi, aku selalu suka senyummu." Kris menyugar rambutnya sekali sambil menatap Zitao yang masih enggan melihatnya. Sejak awal menarik gadis ini pergi seusai kelas, ia sama sekali tidak mendapati Zitao bersuara. Gadis itu hanya berkata diam sambil melengos membuang nafasnya kasar. Tidak ada senyum yang biasa terpancar begitu menyenangkan dari wajahnya.
"Kau ingat? Waktu tugas dokumenter, kita sering rapat di sini. Membahas berbagai macam persiapan shooting sampai editing lalu berakhir dengan kepala kita berasap dan bermain kartu dengan yang lain. Aku sengaja mengajakmu ke sini karena kurasa waktu itu kau bilang jika sangat menyukai rasa makanan dan kudapan di sini." Kris terlihat sangat bersemangat dalam usahanya membangun suasana hangat antara mereka berdua. Iya, Kris ingin mengembalikan lagi apa yang telah ia rusak tempo itu. Ia benar-benar tidak bisa kehilangan sosok di hadapannya barang hanya sebentar. Kris salah jelas, namun ia tetap berusaha untuk memperbaiki semuanya.
"Zi, kau ingin pesan apa? Apa pesananmu masih sama dengan sebelumnya?" Zitao sama sekali tidak bergeming. Ia hanya menatap Kris dengan berbagai daya upaya untuk menahan mulutnya agar tidak menyumpah. Entah apa yang diinginkan laki-laki itu terhadapapnya, mengapa ia harus datang lagi di saat ia masih butuh banyak sekali waktu untuk bisa menerima keadaan?
"Ku dengar mereka mempunyai resep es krim baru. Mungkin kita bisa-"
Ocehan Kris sama sekali tidak masuk dalam telinga Zitao. Hanya satu yang kemudian terbesit dalam otaknya. Pria ini pecinta wanita. Tidak bisa dipungkiri jika mereka pernah nyaris bercinta jika saja saat itu tidak ada penganggu. Sekarang Kris tengah sendiri, Yixing sedang sakit dan ia sudah tidak lagi bersama Luhan jadi besar kemungkinan tujuannya menarik Zitao ke sini hanya untuk satu hal.
"Di mana?"
"Hm? Di sini. Mereka punya varian es –"
"Di mana kau ingin aku mengangkang untukmu?"
Kris mengangkat wajahnya sambil menatap Zitao tak percaya. Apa yang baru saja gadis itu katakan sama sekali tidak masuk akal. Apa katanya? Mengangkang?
"Kenapa diam? Apa kau sedang berpikir tempat mana yang mampu menampung seluruh gairahmu?" Entah berapa lama Kris melewatkan waktunya untuk sekedar duduk bersama Zitao. Gadis ini, benar-benar tak ia kenali. Sejak dulu Zitao memang gemar berkata vulgar dan masih terdengar lucu. Bukan satu atau dua kali ia mendengar Zitao mengumpati sesuatu, menyumpah atau mengeluarkan istilah-istilah kamasutra namun hari ini apa yang baru saja gadis itu ucapkan benar-benar membuatnya tak percaya. Ia memang mengincar Zitao bahkan sampai sekarang setelah ia dan Yixing menjalin hubungan namun khusus hari ini ia hanya ingin menyambung kembali hubungannya dengan si adik kecil.
"Zi, apa maksudmu?" Berpura-pura bodoh mungkin bisa membuat Kris mendapatkan jawaban 'bercanda Kris!' dari mulut Zitao.
"Apa setelah tidur dengan temanku membuat otakmu bertambah bodoh?" Kris tidak buta untuk sekedar menangkap perubahan raut wajah Zitao padanya. Gadis di hadapannya benar-benar marah atau kecewa? Bukan. Bukan ini yang diinginkan Kris. Ia sama sekali tidak ada niatan untuk melakukan tidur bersam Zitao –meskipun gairah itu ada namun ia sama sekali tidak tertarik melakukannya hari ini.
Not Today.
"Zi, aku benar-benar mengajakmu kemari untuk memperbaiki kesalahanpahaman yang mungkin ada diantara kita berdua. Sangat tidak nyaman bagiku untuk terus berjauhan denganmu padahal kita sedang berada dalam kelas yang sama atau bahkan kelompok yang sama." Sembari tersenyum dan mengelus lembut pucuk kepala Zitao, Kris mencoba mengatur katanya sebaik mungkin agar tidak menyulut segala jenis emosi dalam diri gadis itu. Ia mendapati Zitao hanya memutar bola matanya malas sembari menghela nafas.
Lelah, Kris tahu gadisnya lelah.
Tidak ada yang bersuara setelahnya. Zitao hanya memandang kosong kearah Kris tanpa mengeluarkan sepatah katapun setelah pria itu menjelaskan maksud dan tujuannya. Sedangkan Kris hanya sibuk membolak-balik menu sambil menjelaskan perubahan apa saja yang terjadi pada resto itu. Oh, ia bahkan memanggil pelayan dan memesan makanan tanpa peduli apa pendaptnya.
Sekali lagi kata-kata Kris berputar-putar dalam benaknya, semakin lama semakin menyakitkan sudut hatinya. Apa kata pria itu tadi? Kesalahpahaman yang mungkin ada? Perasaanya hanya dianggap sebagai kesalahpahaman semata oleh Kris, tidak lebih tidak kurang. Kata-kata manis malam itu hanya sebatas bujuk rayu menuju cumbu. Zitao tidak buta, ia memang gagap percintaan namun ia paham dengan sangat baik jika malam itu tatapan Kris padanya adalah tatapan cinta kasih tulus. Pria itu menyebut namanya untuk sekian kali sambil merangkulkan tangannya di pingganya, menarik tubuh tingginya merapat semakin mendekat padanya. Malam itu mereka berdua sama-sama dalam abu cinta tanpa dusta lalu hari ini, pria sialan itu hanya mengatakan kesalahpahaman? Apa senikmat itu tidur dengan Yixing sampai ia melupakan semuanya dalam sekejab mata?
Tanpa ia sadari air mata mengalir begitu saja dari belah matanya. Zitao benar-benar kecewa atas semuanya.
"Zi, kau-"
"Tidak. Tidak ada kesalahpahaman atas malam itu Kris. Aku bersungguh-sungguh atas perasaanku begitu juga denganmu," Jemarinya mengusap air mata yang semakin mengalir deras, ".. tapi jika memang kau mengatakan semuanya hanya kesalahpahaman bagimu, apa yang bisa aku lakukan? Pada akhirnya aku hanya kesalahan bagimu." Zitao tak memberikan sedikitpun celah bagi Kris untuk menyentuhnya, ia segera menghapus air matanya dengan tisu yang tersedia di meja, menarik nafasnya sejenak untuk menenangkan diri.
"Tenang Kris, aku seseorang yang profesional. Tugas kelompok kita akan selalu aman." Setelahnya ia berdiri meninggalkan sisa-sisa hati dan perasannya bersama Kris yang tergugu di tempatnya.
.
.
.
Sehun duduk dengan gelisah. Ia benar-benar gelisah, cemas, khawatir, bahkan kesal bercampur menjadi satu. Sudah hampir satu jam ia duduk di meja tempat biasa ia dan El berkencan namun apa yang terjadi, bahkan ponselnya sama sekali tidak mendapatkan pesan apapun dari El. Entah apa yang terjadi pada laki-laki itu sekarang, Sehun benar-benar khawatir.
Di tengah kerisauannya, Sehun tak sengaja membuka fitur galeri pada gawainya. Ia melihat satu persatu secara acak gambar-gambar yang tersimpan di sana. Sebagian besar adalah hasil tangkapan layar atas materi perkuliahan, foto slide materi, foto bersama teman-teman baik anak kelas ataupun anggota organisasi, foto bersama Baekhyun, Luhan, Kyungsoo dan Jongdae, dan masih banyak gambar random lainnya.
Tanpa sadar, tangannya terhenti saat tiba disatu gambar. Itu adalah fotonya dan El saat merayakan ulang tahunnya satu tahun lalu. Ia masih ingat bagaimana bahagianya suara tawa El ketika berhasil memberikan kejutan kecil padanya waktu itu. Mereka tidak menghabiskan malam panas seperti layaknya pasangan dewasa lainnya, setelah menyanyikan lagu ulang tahun, keduanya lalu bergelung manja sambil menonton film sembari memakan kue yang El beli. Malam itu ia dan El bercerita tentang banyak hal, cita-cita yang belum tercapai, tugas kuliah yang semakin banyak dan aneh, tempat-tempat yang asik untuk dikunjungi sebagai tujuan wisata, membicarakan tetangga tempat tinggal Sehun yang sering gemas pada El kalau sedang berkunjung, ada banyak hal. Mereka tertawa dan berbagi kecup sayang bersama.
Sehun tersenyum, malam itu hatinya benar-benar menghangat.
Tapi tak sampai seratus hari dari kebahagiaan mereka, masalah datang begitu saja. Waktu perkuliahan yang semakin menggila ditambah masalah dari Luhan membuat Sehun dan El seakan kehabisan waktu untuk sekedar bermain jengga bersama.
Secepat itu waktu bahkan mempermainkan mereka berdua.
Ia menggeser lagi isi galerinya dan mendapati foto-foto El sedang tertidur, hasil kejahilannya setiap bangun pagi. Wajah kekasihnya itu tampak seperti bayi membuat Sehun gemas sendiri. Sehun akui, setelah sekian waktu tak bertemu, rasa rindu itu terlalu besar bahkan untuk dirinya sendiri. Rasanya ia hampir menangis untuk mengetahui jika sudut hatinya masih merindukan sosok El pada hidupnya, meski terkadang dirundung ragu. Laki-laki itu telah memberikan tak sedikit waktu dan kebahagian untuk hatinya yang sepi. Luka dan dukanya pernah secara perlahan El sembuhkan dengan caranya. Galerinya terus menampil beragam ekspresi EL dan dirinya, membuat Sehun semakin masuk ke dalam rundung duka.
Ia merindu, Sehun tahu itu tapi mengapa rasanya begitu menyakitkan?
"Kau tak perlu menangis Hun," Sehun hampir tersedak nafasnya sendiri saat mendengar suara itu, suara seseorang yang sejak tadi ia tunggu.
"El," panggilnya sayu rapuh.
Pria itu hanya tersenyum, manis sekali. Seakan Sehun dan dirinya tak pernah terjerat masalah apapun. Tangannya perlahan menyentuh belah pipi Sehun, memberikan usapan perlahan yang malah membuatnya menangis dalam diam. Ia paham, sudut hatinya memang masih membutuhkan El walau sisanya berteriak untuk melepaskanya.
"Aku tidak tahu kalau sebegitu rindunya kau padaku sampai membuatmu menangis." Renyah suara tawanya semakin membuat Sehun meradang. Di genggamnya tangan El yang masih berada di pipi dan menciumnya dalam.
"Kamu kemana saja? Aku menunggumu, bertanya pada Baekhyun, mencarimu ke tempat biasanya kau pergi tapi aku tetap tidak bisa menemukanmu." El masih tertawa dengan air mata yang juga mengalir dari kedua matanya.
Mereka berdua sama-sama tahu, jika jauh di bawah alam sadar keduanya hati mereka masih saling berteriak nama satu sama lain. Namun keadaan sama sekali tidak mengizinkan, waktu dan semesta sama sekali tidak memberikan restu.
"El, jawab aku. Kemana dirimu selama ini? Aku mencarimu sungguh." El sama sekali tidak berniat membuat Sehun menangis atasnya. Ia adalah seseorang yang paham seberapa rapuhnya Sehun. Ia selalu menjaga perasaan Sehun, berusaha memberikan yang terbaik untuknya, menjaganya tetap aman dan hangat, membuat hati kecilnya selalu bahagia.
Dan sekarang, ia salah satu orang yang membuat Sehun tersedak nafasnya karena menangis.
"Sehun, kurasa kita sudah tahu bukan apa yang sedang kita alami hm?" tanyanya lembut. Ia mendapati Sehun mengangguk perlahan dengan air mata yang masih mengalir dari kedua matanya.
"Karena aku sudah yakin jika kau memang sudah menemukan pelabuhanmu, maka aku juga akan mencari pelabuhanku sendiri,"
"Jangan katakan apapun El! Jangan! Tidak bisakah kita terus bersama sebagai-" Sebagai apa Hun? Ia bahkan tak bisa melanjutkan kata-katanya sendiri begitu menyadari jika ia dan El memang tak pernah ada kata terikat satu dengan lainnya.
"..El."
"Kedatanganku kesini untuk berpamitan padamu sayang. Aku benar-benar telah melepaskanmu, begitupun dirimu. Kita-, Kita masih bisa saling berhubungan sebagai teman tapi tidak untuk waktu yang dekat." El tersenyum meskipun ia menahan tangisnya setiap melihat Sehun menggeleng, menolak keputusannya.
"Jangan begitu El! Tidak mau, aku tidak mau!"
"Sehun,"
"Aku tidak mau! Tidak mau! Kenapa kau harus meninggalkanku! Kenapa El? Kenapa?!" Sehun menangkupkan wajahnya ke meja dan menangis di sana. Ia tak peduli pengunjung lain yang sekarang memperhatikan keduanya. Hatinya sakit bahkan lebih sakit dari sebelumnya. Bagaimana bisa El mengatakan jika ia akan pergi meninggalkannya sementara hanya pria itu yang selalu ada untuknya?
Suara tangis Sehun sebenarnya bisa meruntuhkan pertahanan El dan membuatnya kembali pada pria itu. Memeluknya setiap hari, menyediakan satu gelas susu putih setiap pagi dan secangkir susu hangat saat malam hari. Tapi ia tidak bisa. El benar-benar sudah tidak bisa bertahan untuk sesuatu yang memang bukan untuknya. Tugasnya telah selesai begitu Sehun mengatakan jika ia telah menaruh hatinya pada Luhan.
Ah gadis cantik yang membuat El begitu bangga melepaskan Sehun untuk gadis mungil seperti Luhan.
"Sehun,"
"jangan sentuh aku! Kau jahat!" El hanya tersenyum mendengar ocehan Sehun. Ia seperti menghadapi anak kecil yang merajuk saat ditinggal dinas ayahnya.
"Hei, sayang, Ayo kita pulang saja bagaimana? Nanti aku akan membuatkan susu hangat dan membacakan cerita untukmu." Tawar El kemudian.
"Peluk aku juga?"
"Iya, aku akan memelukmu sampai kau tertidur." Lalu melepaskamu.
Sehun hanya mengangguk sambil mengusap kedua matanya yang sudah basah karena tangisnya tadi. Ia tidak bodoh untuk menanggapi tawaran El tadi. Mungkin ini adalah terakhir kalinya ia akan menghabiskan malamnya bersama El karena Sehun tahu setelah pagi nanti datang, ia tidak akan lagi melihat El untuk waktu yang sangat lama.
.
.
TBC.
El dan Sehun sudah tidak lagi bersama, sekarang tinggal masalah Kris-Zitao-Lay dan Sehun-Luhan.
Sepertinya aku akan merevisi cerita Andante dan mempostinya di wattpad ehe.