Happy Family

(Too Late For Sorry's Sequel)

.

Author:

.

Deer Luvian

.

Main Cast:

.

Byun Baekhyun (GS)

Park Chanyeol

.

Other Cast:

.

Lu Han (GS)

Kim Jongin

Do Kyungsoo (GS)

Kim Joonmyeon

Byun (Jung) Daehyun

Jung Ilhoon

.

Genre:

.

Drama, Romance, Hurt/Comfort, Family

.

Rated:

.

T-T+

.

Lenght :

.

multi chapter (But everychapter is oneshot)

.

*Disclaimer:

Semua cast yang saya pakai sepenuhnya milik Tuhan Yang Maha Esa. Dilahirkan oleh kedua orang tua masing-masing dan dibesarkan oleh agensi mereka. SM Ent, maupun yang lainnya. Jalan cerita, ide cerita dan segalanya yang berkaitan dengan cerita sepenuhnya milik author. Kalaupun ada kesamaan cerita saya mohon maaf sebesar-besarnya.

This original stories is mine with pairing before WooGyu and I posted on Asianfanfics so If u feel that u've been read it, please bear it! I just re-make my own stories. Thanks for your attention..

This is genderswitch for several cast.

With Pairing ChanBaek, Slight! HunHan and Other

Please don't bash! Don't plagiat!

DLDR

.

AU! OOC! GS!

.

Thanks!

.

Summary:

Kisah kehidupan Chanyeol dan istri tercintanya Byun Baekhyun yang selama ini ia sia-siakan. Kehidupan rumah tangga sepasang suami istri yang berharap selalu dalam kebahagiaan.

.

.

Happy Reading ^^,

.

Part 01. Ngidam

.

Jam yang menggantung di atas dinding menunjukkan pukul sepuluh malam. Angin yang meracau sejak tadi sore perlahan melirih seiring dengan menggelapnya langit yang hanya berbalutkan sinar bulan. Sekitar dua puluh menit, wanita sipit itu mondar-mandir tak jelas. Pesan yang dikirimkan suaminya belum juga membuatnya tenang. Bukankah hal wajar jika seorang pekerja kantoran akan pulang terlambat saat lembur tiba ?

Rupanya hal itu tak membuat Baekhyun untuk duduk tenang ataupun membaringkan tubuhnya yang tak lagi ramping. Kegelisahan yang ada di dirinya masih saja memaksanya untuk terjaga. Ah, bukan ia yang ingin. Melainkah sosok mungil yang masih berada dalam tubuhnya.

Berulang kali ia mengecap bibirnya seraya mengerucut kesal. Ada keinginan untuk merasakan manisnya patbingsoo. Tapi sepertinya harus ia telan mentah-mentah. Sang suami masih belum menunjukkan aroma tubuhnya yang menguar seperti biasa.

Dengan berat hati, ia menidurkan tubuhnya di atas sofa empuk ruang tamu. Menunggu kedatangan hangatnya pelukan sang suami. Tak lama kemudian, dengkuran pelan mengalun lembut dari bibir tipis Baekhyun.

"Aigoo~, yeobo.. Kenapa kau tidur disini ?" Lelaki tampan yang baru saja melenggang masuk rumah segera mengangkat tubuh istrinya saat mengetahui tertidur disana.

Pelan-pelan ia membaringkan tubuh Baekhyun dan menyelimutinya. Satu kecupan diberikan sebelum ia mengganti pakaian dan ikut tidur bersama istrinya. Namun langkahnya terhenti kala suara parau Baekhyun memintanya untuk berbalik.

"Chan~ Chanyeolie.. Kau ?" Baekhyun mengucek kasar kedua matanya. Tatapannya ia coba menajam. Ada yang salahkan dengan pandangannya ? Sepertinya itu bukan suaminya.

Ah, itu memang suaminya. Tapi...

Baekhyun terbelalak heran. Bahkan kedua belah bibirnya menjauh cepat. "Apa yang kau lakukan dengan rambutmu sayang ?"

Reflek, Chanyeol menggerayangi rambutnya sendiri. Kemudian ia terkekeh pelan. "Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba aku ingin mengganti rambutku menjadi seperti ini. Apa terlihat aneh ?" Chanyeol mendekati Baekhyun yang telah duduk dari baringannya.

Baekhyun menggeleng. "Kau seperti para idol saja memotong rambut seperti itu." cibiran Baekhyun berbanding terbalik dengan gerakan kepala yang mengatakan itu tak aneh.

"Ini masih mendingan sayang, malah tadi sempat ingin aku rubah seperti G-Dragon dan mewarnainya." Cengiran khas mengembang sempurna di wajah tampannya. Baekhyun melengos dengan pikiran heran. Tidak biasanya Chanyeol akan berbuat seperti itu.

Kalau dicerna lebih baik lagi, sikap aneh yang ditujukan Chanyeol merupakan akibat anak yang berada dalam kandungan Baekhyun. Bagaimana bisa ? Entahlah, namanya juga mengidam. Hal aneh bisa saja terjadi bukan ?

Selama Baekhyun mengandung tujuh bulan ini banyak sekali hal-hal yang merepotkan Chanyeol. Keinginan si jabang bayi membuat Chanyeol kalang kabut. Cukup aneh dan terkesan bertolak belakang dari sifat Baekhyun. Namun bagaimanapun itu Chanyeol menurutinya cepat. Selama Chanyeol mampu mengapa tidak ?

Tapi berbeda dengan Junmyun –suami Kyungsoo juga kakak Baekhyun- yang selalu menuruti keinginan Kyungsoo tanpa pernah sekali berbuat aneh-aneh ataupun meminta hal aneh. Chanyeol justru terkadang berbuat diluar nalar juga terkadang menginginkan makanan yang hanya di siapkan pada waktu-waktu tertentu. Rupanya yang memiliki hasrat ngidam bukan hanya Baekhyun. Melainkan ia juga.

.

.

.

.

.

Celoteh unggas-unggas kecil telah menggebu-gebu sejak beberapa saat yang lalu. Kicauannya cukup nyaring hingga kepala Chanyeol terasa pusing. Sedikit mengerjabkan matanya, ia mencoba bangkit dan menyadari bahwa sosok cantik itu telah menghilang dari sisi hangatnya.

Chanyeol beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju dapur. Dari sana ia mendengar gemeretak barang-barang yang saling bersenggolan. Sepertinya Baekhyun tengah menyiapkan makan pagi mereka berdua.

Seringaian tipis melengkung manis di wajah tampah Chanyeol. Segera ia menjamah pinggang Baekhyun dan meniup seduktif ceruk lehernya. Sesekali ia berbisik lirih menggoda wanita cantik itu.

"Yeol~ ahhh, hentikan ! Aku sedang memasak.. Yeol~." Baekhyun merengek ketika desiran geli menjalar di bagian tengkuknya.

Chanyeol terkekeh dengan kecupan lembut yang ia berikan untuk Baekhyun. "Kau memasak apa sayang ?" Mengalah, kepala Chanyeol bertumpu pada ceruk leher Baekhyun.

"Nasi goreng. Kau mau 'kan ?"

"Apapun itu aku akan memakannya. Tapi.."

Kerutan tipis tercipta di kening Baekhyun ketika Chanyeol dengan paksa memutar tubuhnya. Membiarkan nasi yang seharusnya terus ia jamah terbengkalai di makan api rendah itu.

"Morning kiss sayang~." Tukasnya dilengkapi dengan kerlingan.

Belum sempat Baekhyun mengucap, bibir tipisnya lebih dulu diraup Chanyeol. Sapuan hangat bibir Chanyeol bermain-main di atas belahan tipis bibir Baekhyun. Melumat pelan penuh perasaan sebelum gigitan memaksa benda tak bertulang itu bergelut dengan miliknya. Cukup lama hingga aroma gosong tercium keduanya.

"Yeolie~ lepaskan.. Hmpptt.." tangannya bekerja untuk mendorong tubuh Chanyeol.

Sedikit mendumel, Chanyeol melepaskannya. Ia menangkap ekspresi kecewa dari wajah Baekhyun.

"Lihatlah ! Semuanya jadi gosong gara-gara kau." Baekhyun mengeluh dengan bibir mengerucut lucu. Setelahnya, ia mematikan kompor dan mengangkat nasi goreng gagal itu.

Semuanya ia letakkan di atas meja lalu ia berjalan menjauhi Chanyeol yang mematung bingung.

"Kau mau kemana Baekie ? Kau belum membuatkan aku sarapan. Aku lapar !" Teriak Chanyeol ketika Baekhyun melangkah masuk kamarnya. Heran, kenapa dengan Baekhyun ? Biasanya ia akan langsung memasak kembali. Tapi ini...

Perasaan Chanyeol mengatakan bahwa wanita manis istrinya itu tengah dalam keadaan mood yang rusak. Sejenak ia mengintip sebelum tubuhnya masuk ke dalam kamar. Helaan nafas panjang meluncur pelan dari bibir penuh Chanyeol ketika menangkap tubuh buncit Baekhyun telah terbaring sempurna di atas tempat tidur.

Chanyeol duduk di tepi ranjang. Tangannya menyentuh lembut lengan Baekhyun yang memunggunginya.

"Yeobo, aku lapar. Ayo masakan aku." Pinta Chanyeol dengan suara dibuat seimut mungkin.

Baekhyun mengguman tak jelas. Ia meringsutkan tubuhnya sedikit menjauh dari Chanyeol.

"Sayang, Baekie sayang. Aku lapar !"

"Makan saja di luar ! Aku tidak ingin membuatkanmu sarapan." Sahutnya ketus.

Sudah Chanyeol duga, wanita sipit ini pasti berubah mood. Lantas ia mendekati Baekhyun dan memeluk tubuhnya dari belakang. "Tapi aku lapar honey, sungguh kau tidak akan memasak untukku ?" air muka imutnya ia kerahkan sebisa mungkin untuk meluluhkan hati sang istri. Namun Chanyeol harus melangkah pergi ketika deathglare dari Baekhyun menghujam blackholenya.

Mau tak mau Chanyeol beranjak dari sana dan mulai bersiap-siap untuk berangkat bekerja.

Sebenarnya Baekhyun juga merasa bersalah. Tapi tak tahu mengapa tiba-tiba keinginan untuk melayani suaminya pagi ini lenyap entah kemana. Tiba-tiba ia ingin membaringkan tubuhnya dan bersembunyi di balik selimut. Apalagi setelah Chanyeol merusak makanan yang ia buat gara-gara permintaannya.

Derap langkah Chanyeol yang berkecamuk pelan di kamar terdengar telinga Baekhyun. Masih, Baekhyun tak ada keinginan untuk membantu Chanyeol mengenakan pakaian atau sekedar memakaikan dasi.

Tiba-tiba ada yang menyeruak aneh dari dalam perutnya. Sepertinya sang jabang bayi tak menginginkan kedua orang tuanya bersikap seperti ini.

Sesaat Chanyeol akan keluar kamar, Baekhyun bangkit dan memandang gamang Chanyeol. Sekejap ia menunduk ketika sang suami hendak membuka pintu.

"Yeolie~."

Chanyeol berhenti memutar kenop lalu berbalik. "Kenapa sayang ?"

"Eum, "wajah malu-malu Baekhyun memancing Chanyeol untuk mendekat. Lelaki tampan itu mengerti dengan keadaan seperti ini. Perubahan cepat yang datang dengan sendirinya.

"Ada apa Baekie sayang ?" Chanyeol membelai surai cokelat milik Baekhyun.

Semburat merah yang mewarnai wajah mulus Baekhyun semakin melebar. Raut sipu itu terpancar jelas di wajah Baekhyun. "Maaf." Gumamnya lirih.

Chanyeol tersenyum manis sekali. Ia mengecup kening Baekhyun. "Tidak apa-apa. Aku mengerti sayang." Ibu jarinya mengusap pipi Baekhyun. "Ada yang kau inginkan ? Mumpung aku belum berangkat."

Mata sipit Baekhyun menyorot sayu Chanyeol. Tak hanya sekali ia menggerakkan kelopak mata itu. Bibir tipisnya ia gigit kecil untuk memulung simpati dari sang suami.

"Apa yeobo ? Apa yang kau inginkan ?" Chanyeol mengecup kembali puncak kepala Baekhyun.

Sebentar Baekhyun memainkan bibirnya dengan sengaja sebelum ia berbisik lirih pada Chanyeol. "Kisseu, cium aku sebelum kau pergi Chanyeolie." Pelan dan terdengar malu-malu. Bahkan kedua pipi mulusnya telah memerah sempurna.

"Aigoo~.." Chanyeol tak percaya jika permintaannya seperti itu. Lantas tak mau membuang waktu lagi, ia menangkup wajah Baekhyun dan mulai menggerakkan bibirnya untuk menikmati manis bibir tipis itu. Perlahan ia menyesapnya dan melumatnya. Chanyeol memainkan kedua belah bibir Baekhyun dengan sangat lembut. Baekhyun tersenyum dan melingkarkan tangannya di leher Chanyeol. Meminta sang suami untuk lebih dalam bercumbu dengannya.

Waktu berlalu beberapa menit sebelum Chanyeol melepaskan pagutannya. Sesekali ia masih mencuri kecup bibir ranum sang istri.

"Gomawo yeobo.. Maaf, tiba-tiba aku kehilangan selera untuk membuatkanmu makan. Si jabang bayi memintaku untuk meninggalkanmu setelah kau merusak masakanku. Tapi, dia juga yang menginginkan aku dicumbu olehmu." Ucap Baekhyun tersipu dalam sentuhan bibir Chanyeol di kedua pipinya.

Chanyeol melengkungkan bibirnya. "Ahh, rupanya anak appa yang membuat eomma-nya seperti itu ?" dengan lembut, ia mengusap perut buncit Baekhyun dan mengecupnya.

"Berangkatlah, kau akan terlambat nanti." Baekhyun mengecup kilat Chanyeol.

Chanyeol mengangguk. "Aku berangkat dulu sayang~." Satu kecupan mendarat di kening Baekhyun lalu bangkit dari duduknya.

"Jangan lupa makan Yeolie. Sekali lagi maaf." Rasa bersalah masih tersimpan di air muka Baekhyun.

Lelaki tampan itu mengangguk. Detik berikutnya ia meninggalkan sang istri di kamar yang sepertinya akan kembali tidur. Bagi Chanyeol tak masalah hal ini terjadi kepadanya. Ia memaklumi sikap Baekhyun yang berubah akibat anaknya. Asalkan Baekhyun masih membuatnya semakin sayang, kenapa tidak ? Toh setiap tindak tanduk Baekhyun tak ada yang mengecewakannya.

.

.

.

.

.

Setibanya ia di kantor, pandangan beragam dari orang-orang di kantor menghujani Chanyeol. Dari berbagai macam pandangan itu Chanyeol bisa menyimpulkan jika mereka sedikit keheranan dengan dirinya. Namun apa ? Kenapa mereka bersikap seolah tak pernah melihatnya ? Bahkah salah satu pandangan itu mengatakan Chanyeol layaknya seorang member idol grup terkenal yang secara kebetulan datang ke sana.

Lelaki tampan itu sedikit menggeleng-gelengkan kepalanya bingung seraya membuka pintu ruang kerjanya.

"Kau sudah datang Chan~. Yaa Ampuuunn... Apa yang terjadi denganmu ? Kau frustasi ? Kenapa kau merubah gaya rambutmu ?" Seru Sungyeol histeris melihat Chanyeol yang duduk santai di kursi seraya memadang malas dokumen itu.

Chanyeol mendongak. "Kenapa ? Aku bertambah tampan ?"

"Yaa ! Kau ini bukan idol, kenapa kau mencukur sebagian rambutmu ? Sangat tidak pantas untuk seorang CEO sepertimu." Cibir Sungyeol. Dokumen yang ia pegang dilempar kasar ke arah meja Chanyeol.

Chanyeol beranjak dan memperhatikan belahan rambutnya yang memang sedikit aneh untuk ukuran pekerja kantoran di depan cermin. Ia sendiri juga tak tahu mengapa tiba-tiba mencukur sebagian rambutnya menjadi seperti ini. Rambut hitam Chanyeol berkurang di belahan kanan akibat keinginan anehnya. Menyisahkan sisi kanan yang terisi rambut sedikit gondrong milik Chanyeol.

"Entahlah, aku tidak berpikir sejauh itu saat mencukurnya." Chanyeol membuka dokumen yang diberikan Sungyeol. "Mana yang harus aku tanda tangani ?"

Sungyeol menunjukkan tempatnya lalu berucap. "Jangan bilang ini keinginan anehmu yang tiba-tiba datang ? Ck, istrimu yang mengandung. Kau yang mengidam."

"Hahahaha..." tawa renyah Chanyeol menggema di penjuru ruangannya. Ia mengangkat bahunya selesai menandatangani dokumen itu. "Baguslah kalau aku juga ikut ngidam. Setidaknya aku tahu bagaimana perasaan Baekhyun saat ia ingin sesuatu tapi aku tidak bisa memberikannya."

Sementara lelaki berwajah bak bayi itu hanya menggeleng heran dan memasang ekspresi tak mengerti. Ia melirik jam yang melingkari pergelangan tangannya. Setelah itu mengambil dokumen yang baru ditandatangani Chanyeol.

"Rapatmu sebentar lagi akan dimulai. Kau sudah sarapan belum ? Kebetulan orang rumah membawakanku bekal yang aku sendiri bingung harus menghabiskannya."

Kedua bola mata Chanyeol membesar. "Uwaahhh, mereka tahu sekali kalau aku memang sedang kelaparan."

Alis Sungyeol bersatu menyiratkan ketidakpahaman dengan sikap Chanyeol. Sementara lelaki tampan itu hanya berdecak pelan. "Sikap Baekhyun berubah saat aku merusak makanan yang dia buatkan untukku. Dia tidak mau membuatkan aku sarapan lagi."

"Oo..." lalu Sungyeol pergi dari hadapan Chanyeol yang tampaknya menyiapkan bahan rapatnya nanti.

Semua persiapan rapat telah ia rapikan. Tinggal membawa ke ruang rapat saja. Sesaat ia akan masuk ruangan Sungyeol untuk meminta makan, dering ponsel Chanyeol menghentikannya. Ia merogoh saku mengambil ponsel. Alisnya bertaut saat nama yang terpampang itu terbaca lensanya.

"Kenapa yeobo ?"

"Aku ingin makan lasagna.. Bisakah kau membelikanku lasagna ?" Suara Baekhyun terdengar sangat menggemaskan dan memohon.

Chanyeol mendesah pelan. "Tapi sayang, aku harus rapat sebentar lagi."

"Yeolie~, jabang bayi ingin makan itu. Kau ingin anakmu akan jadi anak yang menyedihkan nanti ? Appanya tidak mau menuruti kemauannya."

"Oh, ayolah Baek~ sepulang dari kantor akan aku belikan yeobo."

"Tidak mau ! Aku maunya sekarang."

"Hahhh, baiklah. Aku akan membelikanmu. Tunggu sebentar eoh."

"Saranghae Chanyeolie."

"Nado saranghae Baekie."

Chanyeol menutup telepon dengan helaan berat. Ia melonggarkan kerahnya lalu masuk ke dalam ruangan Sungyeol. Beberapa dokumen yang ia bawa diletakkan di depan Sungyeol. Raut muka Chanyeol mengundang Sungyeol untuk bertanya.

"Kau sungguh sangat kelaparan ? Sampai wajahmu terlihat menyeramkan seperti itu."

"Jangan menggodaku !" Chanyeol memutar bola matanya. "Selesaikan rapat ini tanpa aku. Baekhyun memintaku untuk membelikan lasagna. Hahhh, bahkan si jabang bayi tidak mengijinkan appanya untuk bekerja tenang."

Sungyeol terkekeh pelan lalu menepuk pelan pundak Chanyeol. "Aku bisa mengatur ini nanti. Sekarang pergilah. Ah, aku dengar lasagna dari salah satu restoran terkenal di Dongdaemun rasanya enak sekali. Coba beli saja dari sana. Tidak jauh bukan dari rumahmu ?"

Chanyeol mengangguk. "Terima kasih, kau memang rekan kerja yang bisa diandalkan."

Senyum kecil diberikan atas ucapan Chanyeol. Selanjutnya, Chanyeol meninggalkan ruang kerja Sungyeol dan segera berlari kearah parkir mobil. Ia ingin membelikan apa yang diinginkan Baekhyun dengan cepat. Jika tidak begitu, usahanya akan sia-sia.

Belum sempat ia menghidupkan mobil, dering ponsel terdengar kembali. Lagi-lagi, Chanyeol mengerutkan dahinya. Sang istri menelponnya.

"Maaf Baekie, aku masih belum membelikanmu lasagna."

"Oh, syukurlah kalau begitu. Tiba-tiba aku tidak jadi menginginkan itu. Maaf Yeolie, kau bisa kembali bekerja. Saranghae." Setelah itu sambungan telepon diputus oleh Baekhyun.

Sejenak Chanyeol membiarkan rasa bingung itu berjalan lambat di sekitarnya. Sungguh ngidam Baekhyun cepat sekali berubah-ubah. Tapi ia bersyukur. Setidaknya ia belum repot-repot mengantri untuk mendapatkan lasagna dan meninggalkan rapat penting kali ini.

Lantas ia melanjutkan apa yang menjadi tanggung jawabnya di kantor. Mengambil alih kembali rapat yang sempat ia berikan kepercayaannya untuk Sungyeol.

.

.

.

.

.

Cekleekkk...

Kayu tipis putih itu bergesekan dengan lantai marmer di bawahnya. Setelahnya tampak lelaki tampan dengan wajah lusuh masuk membawa tas kerja. Ia memutar kepalanya, lensa kelamnya menyapu ruangan sekitar. Tak biasanya ia tak menemukan wanita yang tengah hamil tua itu berada di ruang tamu.

Seperti biasa, Baekhyun akan menunggunya hingga larut malam. Tapi kemana ia saat ini ? Chanyeol masuk ke kamar. Helaan nafasnya menghembus lega melihat sang istri tengah membasuh kulitnya dengan lotion lalu tersenyum ketika suaminya menghampiri. Chanyeol mengecup hangat kening Baekhyun.

"Belum tidur ?"

Baekhyun menggeleng. "Aku ingin sesuatu sayang."

"Apa ?" Chanyeol memeluk tubuh buncit Baekhyun.

"Cotton candy." Bisiknya penuh harap.

Kali ini alis Chanyeol bertaut lebih dalam, wajahnya mengerut dan mata yang sedikit membelalak bingung. Sedikit pelan, ia mengusap surai cokelat Baekhyun.

"Cotton candy ? Dimana aku mendapatkan itu sayang ? Mana ada yang jualan jam segini ?" Chanyeol melirik jam di kamarnya yang telah menunjukkan pukul sebelas malam.

Sontak wajah Baekhyun cemberut. Bibirnya mengerucut dilengkapi pipi yang menggembung kesal. Ia marah dan kecewa menjadi satu. "Kalau begitu kau tidak boleh tidur denganku." Tanggapnya lalu berjalan menuju tempat tidur.

Chanyeol tersentak. "Hey, hey, hey, sayang. Baiklah, baiklah. Aku akan mencarikan untukmu. Tunggu sebentar eum ?" secepat kilat ia mengecup pipi Baekhyun kemudian berlalu dari hadapan Baekhyun.

Wanita manis itu terkekeh lucu melihat tindakan cepat dari sang suami. Meskipun ia sedikit kelewatan tapi namanya keinginan dari sang bayi ia bisa apa ? Toh, suaminya juga menurutinya. Sementara Chanyeol sedikit mengingat dimana ia bisa mendapatkan itu dengan cepat. Ia ingat kalau teman SMA nya dulu –Minho- pernah memiliki mesin pembuat cotton candy. Segera ia menelpon untuk dibuatkan. Agar sesampai disana ia bisa langsung mengambilnya.

Beberapa saat dilalui Chanyeol dengan tergesa, ia kembali ke rumah setelah mendapatkan apa yang diinginkan Baekhyun. Senyumnya merekah senang. Langsung saja ia masuk ke dalam rumah. Matanya terbelalak mendapati Baekhyun tengah terlelap menunggunya di sofa ruang tamu.

"Yeobo~ .." Chanyeol mengangkat tubuh Baekhyun dan akan membawanya ke kamar. Tapi Baekhyun lebih dulu terbangun. Ia menggeleng, meminta Chanyeol menurunkannya.

Chanyeol memberikan cotton candy itu. "Ini seperti yang kau inginkan." Lelaki tampan itu mengecup pipi Baekhyun.

Bukannya senang, wajah Baekhyun malah terlihat lebih murung. Ia mengusap dada sang suami seakan dirinya merasa bersalah. "Maaf Yeolie, aku sudah tidak menginginkan itu lagi.." gumamnya lirih tak ingin menyakiti Chanyeol.

Chanyeol mendesah pelan. Ia memutar bola matanya. "Lalu, ini bagaimana ?"

"Kau makan saja."

"Tapi Baek ? Kau sungguh tidak ingin ini ?" Suara Chanyeol terlihat kecewa. Baekhyun menggeleng lemah penuh rasa bersalah.

Chanyeol menghela nafas panjang. Ia mengalah dan membawanya ke dapur. Setelah itu ia pergi ke kamar untuk berganti pakaian dan tidur. Seharian ini sungguh membuatnya lelah. Baekhyun menunggu di tempat tidur sampai Chanyeol selesai dengan 'ritual'nya. Tak lama Chanyeol muncul di depan Baekhyun yang hendak menaikkan kakinya untuk tidur. Namun lagi-lagi, Baekhyun menahannya. Ekspresi Baekhyun membuat Chanyeol harus kembali menghela nafas. Pasti ada yang diinginkan wanita sipit ini.

"Temani aku nonton bola Yeol.." pinta Baekhyun lirih dilengkapi wajah tersipu malu.

Chanyeol tersentak dengan permintaan Baekhyun. Ia mengerjabkan matanya berulang. Nonton bola ? Oh, itu bukan kebiasaan Baekhyun. Bahkan Baekhyun saja tidak menyukai permainan itu. Lalu kenapa ia ingin nonton bola ?

"Ayolah Yeolie.. Saat ini Arsenal sedang bertanding dengan Chelsea ..." Rengek Baekhyun seraya menarik-narik piyama Chanyeol.

"Kenapa tiba-tiba kau ingin nonton bola ?"

Baekhyun menggeleng. Ia menunduk dengan bibir mengerucut lucu. "Aku juga tidak tahu. Dari tadi anakmu menendang-nendang. Terus aku ingin nonton bola." Sahutnya menggemaskan.

Rasa yang sempat terkumpul untuk marah mendadak longsor seketika sikap imut dan menggemaskan dari Baekhyun terlihat sepasang iris Chanyeol. Lantas kedua sisi bibir Chanyeol terangkat. Detik berikutnya ia mulai menggendong Baekhyun menuju ruang televisi.

"Mau aku buatkan minuman hangat untukmu sayang ?" Chanyeol menyenderkan tubuh istrinya pada sofa. Baekhyun memilih untuk duduk di bawah walaupun awalnya diprotes Chanyeol.

Baekhyun menggeleng pelan. "Duduklah, sebentar lagi akan dimulai." Tangannya menepuk space di sebelahnya. Chanyeol menurut, ia melingkarkan tangannya di pinggang sang istri dan mulai menikmati permaian bola sepak itu.

Kedua pasang mata itu memperhatikan apa yang ada di layar datar. Senyum Baekhyun terpancar cerah ketika beberapa lelaki tampan itu sedang memainkan satu bola di kaki. Bahkan bibir tipisnya mengucap beberapa nama pemain Arsenal maupun Chelsea dengan antusias membuat Chanyeol keheranan. Dalam pikiran Chanyeol bertanya terus, sejak kapan Baekhyun menghafal nama-nama mereka ?

Chanyeol yang notabene menyukai bola juga ikut berceloteh seperti Baekhyun. Tak jarang umpatan ia berikan ketika Ramsey tak mampu memberikan assist yang baik kepada Ozil agar dieksekusi untuk menjebol gawal Courtois. Bukan hanya itu saja, ketika Costa maupun Lukaku tak mampu menembus lini pertahanan yang dijaga oleh Koscielny bibir Chanyeol juga mengumpat. Sempat ia mengatakan bahwa ia lebih baik daripada kedua striker yang di pasang Jose Mourinho saat ini.

Baekhyun terkekeh ketika mendengar Chanyeol layaknya anak kecil yang membanggakan dirinya sendiri. Namun apapun itu Baekhyun menyukainya. Ia mengusap kepala Chanyeol.

"Kau memang yang terbaik sayang. Bahkan kau lebih baik dari Messi sekaligus."

"Hey, yeobo ! Kau belajar menghafal dulu ya sebelum melihat bola ?"

"Apa maksudmu ? Aku juga tahu siapa mereka." Lalu tawa riang terdengar mengalun pelan.

Chanyeol mengeratkan pelukannya dari samping. Menghirup aroma menenangkan dari Baekhyun dan sesekali mengecup ringan leher Baekhyun. Sedangkan wanita sipit itu masih fokus ke arah Giroud cs juga Terry cs yang tengah merebutkan satu bola. Hingga putaran pertama selesai.

Baekhyun beranjak untuk mengambil minum. Rasanya tenggorakannya telah mengering selama berteriak tadi. Ia kembali dengan tangan membawa dua gelas minuman dingin juga setoples makanan.

"Chanyeolie, kau mengantuk ?" Baekhyun mengacak rambut setengah milik Chanyeol.

Chanyeol menggeleng. "Tidak, aku juga ingin melihat babak kedua. Penasaran, kedua tim ini selalu bermain ketat."

"Baiklah.." Baekhyun kembali menatap layar itu. Kedua tim telah saling serang sejak beberapa detik yang lalu. Skor masih sama 0-0.

Sebenarnya Baekhyun sedikit tidak mengerti dengan bahasa bola yang ia dengar. Tapi ia masih menikmati pertandingan itu dengan antusias. Apalagi melihat wajah-wajah menawan dari pemain itu semakin membuatnya semangat. Berharap anaknya memilik wajah setampan Ramsey, Costa ataupun seimut Ozil. Boleh juga seperti Fabregas, ahh.. Apapun itu lah.

Setengah permainan babak kedua berjalan, Baekhyun tak lagi mendengar ocehan Chanyeol yang menggerutu ketika offside, pelanggaran, diving ataupun blunder yang terjadi. Bahkan ketika sorak sorai komentator akibat tendangan Ozil kelewat keras menghujam gawang Chelsea pun Chanyeol tak bergeming.

Baekhyun menoleh, senyumnya mengembang hangat mendapati suaminya tengah tertidur dengan dengkuran halus di pundaknya. Tangannya mengusap lembut pipi Chanyeol. Pelan-pelan ia menidurkan kepala Chanyeol di pangkuannya.

Mata sipit Baekhyun menelusuri setiap inchi kesempurnaan yang tertuang dalam wajah Chanyeol. Karunia Tuhan begitu besar menciptakan makhluk yang seindah ini. Baekhyun terkikik geli ketika memainkan hidung juga bibir tebal yang memabukkannya. Sapuannya menurun menuju dagu dan rahang tajam sang suami. Berulang kali ia mensyukuri karunia Tuhan tersebut. Tampan, bahkan lebih tampan dari lelaki yang sempat ia puja selama mengocek bola.

Meskipun tersirat banyak kelelahan dari garis wajah itu. Baekhyun tak menampik ketampanan yang sangat kentara disana.

Sedikit pelan, ia mengecup punggung tangan Chanyeol. Mengingat perutnya tak mengijinkannya untuk menyentuh kening Chanyeol.

"Maafkan aku Yeolie, aku selalu merepotkanmu. Kau rela melakukan apapun yang aku inginkan walau itu sedikit berlebihan sih, terima kasih telah menjadi suami yang sangat perhatian dan peduli kepadaku. Terima kasih..."

"Saranghaeyo nae Yeolie, tidur yang lelap dan mimpi indah.."

.

.

.

.

End Of this Chapter.

.

.

First,aku minta maaf yaa kalo gak nepatin janji kemarin.. ada alasan kenapa aku belom post kemarin, alasannya adalah paket data dan aku dibuat jengkel sama Indosat.

Masa iya, indosat susah banget waktu aku mau daftar paketan. Trus sekalinya daftar ada kesalahan di sismtemnya eh hilang dah data yang udah aku daftarin.. -.-

Nangis, beli pulsa lagi buat paketan..

Miris eh..

Maaf yaa, jadinya baru bisa update sekarang..

Bagaimana? Sesuai keinginan gak? Semoga gak mengecewakan yaa!

Tenang, untuk sequel ini gak ada masalah yang berarti amat kok, isinya nanti kebanyakan fluff ya walaupun ada satu dua chapter yang menyedihkan.. :D :D

Sekali lagi reviewnya yaa..

.

Oh ya, untuk nama-nama pemain bola itu kalau udah gak ada di timnya maklumin aja yaa, males aku ganti namanya, soalnya ff ini sebenarnya udah lama aku buat.. :D

.

Jadi sekali lagi silahkan direview.. ^^,

.

.

Terima kasih

.

.

Best Regards

.

.

~Deer Luvian~