Bared To You

REMAKE Novel by Sylvia Day

Just REMAKE no Plagiat!

Main Cast : Kaisoo

Do Kyungsoo

Kim Jongin

And other cast

Rate : (M)esum

Warning : Genderswitch, Typo(s), Berantakan.

Don't like. Don't Read

NO BASH!

.

.

.

.

Happy Reading

.

.

.

.

Namja itu berdiri disana dengan jas terbuka dan tangannya dimasukan dengan santai ke dalam saku celananya, melihat dirinya saja aku seolah berlari menabrak dinding yang sebelumnya aku tak tahu ada disana.

Aku tersentak dan berhenti, pandanganku terpaku pada pria yang yang lebih luar biasa dari pada yang kuingat. Rambutnya yang Dark Brown mengkilat membuatnya semakin sexy yang merupakan identitas seorang bad boy yang sangat panas dibalik seorang pengusaha sukses, Seperti ibuku pernah bilang, hanya bajingan dan perampok yang memiliki rambut seperti itu. Tanganku mengepal melawan dorongan untuk menyentuhnya, ingin mengetahui apakah rambut tebalnya terasa halus mirip sutra jika disentuh.

Pintu mulai menutup. Dia segera melangkah maju dan menekan tombol di panel untuk menahannya supaya tetap terbuka. "Ada banyak ruang untuk kita berdua, Do Kyungsoo." Suara Bariton yang tak tergoyahkan menyadarkan aku dari lamunan sejenak. Bagaimana bisa dia tahu namaku?

Lalu aku ingat, dia mengambilkan kartu ID-ku ketika aku menjatuhkannya di lobi. Untuk kedua kalinya, aku ingin memberitahunya bahwa aku sedang menunggu seseorang jadi aku bisa turun dengan lift lain, tapi otakku segera kembali beraksi.

Apa ada yang salah dengan diriku? Jelas dia bekerja di Crossfire ini. Aku tidak bisa menghindarinya setiap kali aku bertemu dengannya dan mengapa aku harus menghindar?

Aku melangkah masuk ke dalam lift. "Terima kasih."

Lelaki itu menekan tombol dan melangkah mundur lagi. Pintu tertutup dan lift mulai turun. Aku menyesali keputusanku untuk berada satu lift dengannya.

Sadar akan keberadaan namja itu, kulitku langsung meremang. Aura seksinya semakin memancar diruang sekecil ini, memancarkan sebuah energi seperti magnet seksual yang membuat kakiku bergerak-gerak dengan gelisah. Napasku terengah. dan oh astaga, detak jantungku. Aku merasakan sebuah tarikan yang tak bisa dijelaskan kearahnya, seolaholah ia memancarkan permintaan tanpa kata dan naluri-ku menyesuaikan diri untuk mengikutinya.

"Menikmati hari pertamamu?" Ia bertanya, mengejutkan aku. Suaranya menggema, mengalir di atas tubuhku dengan irama yang menggoda. Bagaimana sih dia bisa tahu ini adalah hari pertamaku?

"Ya" jawabku datar. "Bagaimana denganmu?"

Aku merasakan tatapannya bergeser ke raut wajahku, tetapi aku terus menatap kearah pintu Lift alumunium didepan ku. Jantungku berdebar-debar di dalam dadaku, perutku bergetar dengan liar. Aku merasa seperti diaduk- aduk.

"Well, ini bukan hari pertamaku," jawabnya agak geli. "semuanya berjalan lancar. Dan akan semakin baik seiring berjalannya waktu."

Aku mengangguk dan berusaha tersenyum, karena tidak tahu maksud dari omongannya. Lift melambat pada lantai dua belas dan tiga orang masuk. Aku melangkah mundur memberi ruang untuk mereka, mundur ke sudut lain dari 'Si Dark and Dangerous' itu berada. Hanya saja, Ia justru melangkah mengikutiku. Kami tiba-tiba lebih dekat dari sebelumnya.

Ia membetulkan dasinya supaya terikat sempurna, lengannya menyenggolku saat melakukan itu. Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk mengabaikan kesadaran akutku darinya dengan berkonsentrasi pada percakapan yang berlangsung di depan kami. Tetapi itu tidak mungkin. Dia ada disana. Tepat disana. Sangat sempurna, tampan dan aromanya mengairahkan.

Pikiranku terbang jauh, berfantasi tentang bagaimana keras tubuhnya dibalik setelan itu, bagaimana rasanya terhadap diriku, seberapa perkasanya - atau tidak - dirinya...

ketika lift tiba di lobi, aku nyaris mengerang lega. Aku menunggu dengan tak sabar menunggu lift orang – orang keluar dari lift dan begitu aku dapat kesempatan, aku segera melangkah kedepan. Tetapi, sebuah tangan melingkar tegas di pinggangku dan seseorang berjalan keluar disampingku, mengarahkan aku. Ia si "Dark and Dangerous"! Tangannya menyentuh bagian bawah punggungku, di tempat yang begitu rentan berdesir saat mengenai tubuhku.

Kami mencapai pintu putar dan dia melepas tangannya, yang anehnya membuatku merasa kehilangan. Aku melirik kearahnya, berusaha untuk memahaminya, meskipun ia menatapku, matanya tidak menjelaskan apapun.

"Kyungsoo-ya!"

Aku melihat Baekhyun duduk bersandar dengan santai pada tiang marmer di lobi merubah segalanya. Dia mengenakan jeans yang memamerkan kaki panjangnya dan sweater pink imutnya, well, meskipun ia namja tetapi ia bukanlah namja biasa, ia terlahir menjadi namja yang special karena memiliki rahim diperutnya dan wajah yang super cantik. Dengan itu semua, ia dengan mudah menarik perhatian semua orang di lobby. Aku melambat saat aku mendekatinya dan dewa seks melewati kami, berjalan melalui pintu putar dan duduk dengan anggun di belakang sopir Bentley SUV hitam yang pernah kulihat di pinggir jalan kemarin malam.

Baekhyun bersiul saat mobil menjauh. "Wah, wah. Dari caramu memandangnya, itu pasti namja yang kau ceritakan kemarin, kan?"

"Oh, ya. Itu dia."

"Kalian bekerja bersama?" Bekhyun menggandeng tanganku dan menarikku keluar ke jalan melalui pintu biasa.

"Tidak" Aku berhenti di trotoar untuk berganti memakai sepatu Flat untuk jalan, tanganku bersandar baekhyun saat pejalan kaki lalulalang disekitar kami. "Aku tidak tahu siapa dia tapi dia tahu ini hari pertama ku bekerja disini, jadi aku ingin mencari tahu siapa dia"

"Yak kyungsoo..." baekhyun memekik tertahan saat aku melompat canggung dari satu kaki ke kaki lainnya. "Aku tak tahu bagaimana orang bisa menyelesaikan pekerjaan di dekatnya. membayangkannya otakku seperti digoreng."

"sudahlah kyungsoo. Ayo kita jalan. Aku butuh minum."

.

.

.

.

Keesokan harinya dengan sedikit berdenyut di belakang kepalaku yang mengejekku karena minum lebih dari satu gelas anggur. Namun, saat aku naik lift menuju lantai dua puluh, aku tak menyesal mabuk sebanyak itu.

Pilihanku cuma satu antara terlalu banyak mengonsumsi alkohol atau memutar vibratorku, dan terkutuklah jika aku mendapat orgasme yang diberikan baterai dibintangi 'Si Dark and Dangerous'. Bukan berarti dia tahu atau bahkan peduli bahwa ia membuatku begitu terangsang, aku tak bisa lagi berpikir lurus. Namun, sebenarnya aku tak ingin memberikan kepuasan pada fantasi itu.

Aku menjatuhkan barang-barangku di laci bawah mejaku dan ketika aku tidak melihat Nickhun, aku meraih secangkir kopi dan kembali ke bilikku untuk membuka blog bisnis iklan favorit terbaruku.

"Kyungsoo!"

Aku melompat saat ia muncul di sampingku, senyumnya putih mengkilat. "Selamat pagi, Nickhun."

"Hari yang baik. Kurasa kau jimat keberuntungku. Datanglah ke kantorku dan Bawa tablet-mu. apa kau bisa bekerja lembur malam ini?" Aku mengikutinya, menangkap kegembiraannya.

"Tentu."

"Aku berharap kau akan bilang begitu." Dia tenggelam dalam kursinya.

Aku mengambil salah satu kursi dimana aku pernah duduk pada hari sebelumnya dan segera membuka program notepad.

"Jadi," ia mulai, "kita sudah menerima sebuah RFP (Permohonan untuk Penawaran) dari Kingsman Vodka dan mereka menyebutkan namaku. Baru pertama kali terjadi."

"Selamat!"

"Aku menghargai itu, tapi mari kita simpan dulu saat kita sudah benar-benar menerima di kontraknya. Kita masih harus menawar, jika kita bisa melewati permohonan untuk tahap penawaran, dan mereka ingin bertemu denganku besok malam."

"Kyungsoo, Apa pendapatmu tentang Kingsman vodka?" tanyanya Nickhun lagi.

"Eh ... eum ... Sejujurnya, aku belum pernah mendengarnya."

Nickhun menjatuhkan diri kembali ke kursinya dan tertawa. "Terima kasih Tuhan. Kupikir aku satu-satunya orang yang tidak tahu."

"Apa yang bisa kulakukan untuk membantu? Selain menyelidiki vodka dan lembur?"

Bibir Nickhun mengatup sejenak sambil memikirkan hal itu. "Catat ini ..."

Kami bekerja sampai makan siang dan setelahnya sampai kantornya kosong, memperoleh beberapa data awal dari ahli strategi. Saat itu jam tujuh lewat sedikit ketika smartphone Nickhun berdering, mengejutkanku dari keheningan.

Nickhun mengaktifkan speakernya sambil terus bekerja. "Hei, sayang."

"Apakah kau sudah memberi makan gadis malang itu?" Pinta suara lembut melalui telepon.

Nickhun Melirikku melalui gelasnya menembus dinding kantor, "Ah ... Aku lupa."

Aku segera membuang muka, menggigit bibir bawahku untuk menyembunyikan senyumanku.

Suara dengusan terdengar sangat jelas diseberang. "Baru dua hari di tempat kerja, dan kau sudah membuatnya lembur dan mati kelaparan. Dia bakal mengundurkan diri."

"Sial. Kau benar Tifanny sayang..."

"Jangan memanggil 'Tifanny sayang' didepannya! Apakah dia menyukai masakan Cina?" Aku memberikan Nickhun tanda jempol keatas.

Nickhun menyeringai. "Ya, dia suka."

"Baiklah. Aku akan tiba di sana dua puluh menit lagi. Beri tahu keamanan aku akan datang."

Kurang lebih dua puluh menit kemudian, aku mendengar suara heels Tifanny melewati pintu ruang tunggu. Dia seperti penguasa dunia, mengenakan setelan dengan rok sedikit mini yang dipadukan dengan sepatu bot yang terlihat sangat modis.

Kami bertiga duduk mengelilingi meja Nickhun mengeluarkan kung pao Chicken dan brokoli daging sapi diatas piring kertas, ditambah porsi nasi putih pulen, lalu makan dengan sumpit.

Aku mengetahui bahwa Tifanny adalah seorang Model, dia dan Nickhun sudah menjadi pasangan sejak kuliah. Aku menonton mereka berinteraksi dan merasa kagum dan sedikit iri. Hubungan mereka begitu rukun yang membuatku senang untuk menghabiskan waktu bersama mereka.

"Omo kyungsoo-sshi. Kau makan banyak sekali tapi badan mu… Dimana kau membuangnya?"

Aku mengangkat bahu. "Aku ke gym. Mungkin itu membantu ...?"

"Jangan pedulikan dia," kata Nickhun, menyeringai. "Tiffany hanya iri. Dia berusaha keras menjaga bentuk tubuhnya seperti 'model'."

"Brengsek." Tifanny melempar pandangan masam pada pasangannya. "Mungkin aku harus membawa dia keluar untuk makan siang dengan kru. Aku bisa menang uang taruhan seberapa banyak dia bisa makan."

Aku tersenyum. "Itu menyenangkan."

"Ha!. Aku tahu kau punya kilatan agak liar. Ada dalam senyumanmu."

Aku menuduk melihat makananku, aku tidak mau membiarkan pikiranku mengembara pada kenangan betapa liarnya aku dulu pada saat fase pemberontak, merusak diri sendiri.

Nickhun menyelamatkan aku. "Jangan ganggu asistenku. Dan kau tahu apa tentang wanita liar sih?"

Tifanny tersenyum, tidak melanjutkan lagi pembicaraannya.

Pada saat kami selesai makan, itu sudah jam delapan dan cleaning service telah tiba. Nickhun bersikeras memanggilkanku taksi.

"Haruskah besok aku datang pagi-pagi?" Tanyaku.

Tifanny membenturkan bahunya pada Nickhun. "Kau pasti sudah berbuat baik dikehidupan masa lalumu sehingga bisa mendapatkan yang satu ini."

"Kurasa berpasangan denganmu dalam hidup ini memenuhi syarat," Nickhun berkata singkat.

"Hei, apa yang kau katakana!" Tifanny protes.

Nickhun memberikan tatap putus asa padaku yang hangat penuh kasih untuk pasangannya. "Dan bagaimana itu sangat membantu?"

.

.

.

Aku dan Nickhun sibuk sepanjang hari Kamis mempersiapkan untuk pertemuan jam 16.00 dengan tim dari Kingsman. Kita memesan makan siang dengan dua tim kreatif, yang mana akan ikut serta dalam proyek iklan ketika nantinya sudah sampai pada titik proses; kemudian kami meninggalkan catatan ke Websitenya Kingsman tentang kehadiran kami dan social media saat ini sudah melebihi target.

Aku merasa agak gugup saat jam menunjukkan 15.30 karena aku tahu lalu lintas akan menjadi menyebalkan, tapi Nickhun bekerja dengan tenang setelah aku menunjukkan jamnya.

Saat jam menunjukkan 15.45 dia bergegas keluar dari kantornya dengan tersenyum lebar, sambil mengangkat bahu untuk memakai jasnya. "Bergabunglah denganku, Kyungsoo."

Aku mengerjapkan mata ke arahnya dari mejaku. "Sungguh?"

"Hei, kau bekerja keras untuk membantuku mempersiapkannya. Tidakkah kau ingin melihat bagaimana kelanjutannya?"

"Ya, benar sekali." Aku bergeser berdiri. Mengetahui penampilanku akan menjadi refleksi pada bosku, aku merapikan rok pensil hitamku dan meluruskan manset dari lengan panjang blus sutraku. Dengan kombinasi secara acak, kemeja merahku sangat cocok dengan dasi Nickhun.

"Terima kasih."

Kami menuju lift dan sekilas aku agak terkejut saat lift itu naik bukannya turun. Ketika kami mencapai lantai paling atas, ruang tunggunya jauh lebih besar dan lebih banyak hiasan dari salah satu abad dua puluh. Tergantung keranjang berisi tanaman pakis dan tercium aroma lili, pintu kaca es itu tertulis sangat jelas Kim Corp dengan huruf maskulin, dengan huruf maskulin tebal.

Kami minta ijin masuk, kemudian diminta untuk menunggu sebentar. Kami berdua menolak ditawari air putih atau kopi, dan kurang dari lima menit setelah kami tiba, kami diarahkan ke ruang konferensi tertutup. Nickhun menatapku dengan mata bersinar saat resepsionis meraih pegangan pintu. "Siap?"

Aku tersenyum. "Siap."

Pintu terbuka dan aku diberi isyarat masuk duluan. Aku memastikan untuk tersenyum cerah saat aku melangkah masuk ... senyum di wajahku membeku saat melihat pria itu bangkit berdiri saat aku melangkah masuk.

Aku tiba-tiba berhenti menghambat ambang pintu dan Nickhun berjalan cepat di belakangku, membuatku tersandung ke depan. 'Dark and Dangerous' menangkap pinggangku, mengangkat menarikku berdiri dan langsung ke dadanya. Udara dengan cepat meninggalkan paruparuku, segera diikuti kehilangan akal sehat yang kumiliki. Bahkan aku merasakan lapisan pakaian diantara kami menembus otot bisepnya bagaikan batu di bawah telapak tanganku, otot perutnya seperti lempengan keras. Ketika dia menarik napas dalam-dalam, putingku mengeras, terangsang oleh dadanya yang melebar.

Oh tidak. Aku dikutuk. Serangkaian gambaran kilat terlintas di pikiranku, menunjukkan seribu cara aku bisa tersandung, jatuh, membuat kekeliruan, tergelincir, atau jatuh di depan dewa seks selama beberapa hari, minggu, dan bulan mendatang.

"Halo lagi," gumamnya, getaran suaranya membuat sakit seluruh tubuhku. "Selalu menyenangkan bertemu denganmu, Kyungsoo."

Aku memerah karena malu dan bergairah, tak bisa menemukan kekuatan untuk mendorong menjauhkan diri meski ada dua orang lain di dalam ruangan bersama dia. Itu tidak membantu bahwa perhatiannya adalah semata-mata padaku, tubuh kerasnya memancar menimbulkan kesan memperlihatkan kebutuhan yang kuat.

"Tuan Kim," kata Nickhun dibelakangku. "Maaf tentang kejadian di pintu masuk."

"Jangan khawatir. Ini adalah salah satu yang patut dikenang."

Aku terhuyung-huyung diatas hak tinggiku ketika Kim menurunkan aku, lututku melemah karena kontak dengan seluruh tubuhnya. Dia berpakaian hitam lagi, dengan kemeja dan dasi keduanya berwarna abu-abu muda. Seperti biasa, ia tampak begitu tampan.

Bagaimana rasanya menjadi orang yang luar biasa menarik? Tidak mungkin dia bisa pergi ke manapun tanpa menyebabkan gangguan.

Nickhun mengulurkan tangannya, menahanku untuk memudahkan aku untuk kembali berdiri.

Tatapan Kim tertuju pada tangan Nickhun yang sedang memegang sikuku sampai aku dilepaskan.

"Sudah baik kan." Nickhun mengendalikan diri. "Ini asistenku, Do Kyungsoo."

"Kami sudah pernah bertemu." Kim menarik kursi di samping kursinya. "Kyungsoo."

Aku menatap Nickhun meminta petunjuk.

Kim mendekat dan memerintah dengan pelan, "Duduk, Kyungsoo."

Nickhun mengangguk singkat, tapi aku sudah duduk di kursi di bawah perintah Kim, tubuhku mematuhi secara naluri sebelum otakku menolak.

Aku berusaha untuk tidak gelisah selama satu jam berikutnya saat Nickhun diberi pertanyaan terus menerus oleh Kim dan dua direktur Kingsman.

Aku mengagumi bagaimana ketenangan Nickhun terus di bawah tekanan - tekanan yang diberikan Kim, yang dengan mudah mendominasi pertemuan ini.

"Bagus sekali, Tuan Ahn" Kim sedikit memuji saat mereka selesai. "Aku menunggu RFP bila saatnya tiba. Apa yang menarik perhatianmu untuk mencoba Kingsman, kyungsoo-sshi?"

Kaget, aku berkedip. "Maaf?"

Intensitas tatapannya membakar. Rasanya seolah-olah seluruh fokusnya ditujukan padaku, yang hanya memperkuat rasa hormatku pada Nickhun yang sudah berhasil bekerja di bawah beratnya tatapan selama satu jam.

Kursi Kim disusun paralel dengan meja, menghadap kearahku. Tangan kanannya bertumpu pada permukaan kayu yang halus, jari-jari panjang elegannya membelai berirama diatasnya. Aku melihat sekilas pergelangan tangannya diujung mansetnya dan untuk beberapa alasan gila, pemandangan kulit keemasan sedikit terlihat dengan taburan cahaya rambut gelapnya membuat organ intimku berdenyut meminta perhatian. Dia begitu terlihat...jantan sekali.

" Di antara semua konsep yang disarankan Nickhun manakah yang paling kau sukai?" tanyanya.

"Aku pikir semuanya brilian."

Wajahnya yang tampan tanpa ekspresi ketika ia berkata, "Aku akan mengosongkan ruangan ini untuk memperoleh pendapatmu yang jujur, kalau itu yang dibutuhkan."

Jariku melingkar di sekitar ujung sandaran tangan kursiku. "Aku hanya memberikan anda pendapat jujur saya, Tuan kim, tetapi jika Anda ingin tahu, saya pikir kemewahan menggiurkan yang murah ini akan menarik bagi demografi terbesar. Tapi saya kurang..."

"Saya setuju." Kim Berdiri dan mengancingkan jasnya. "Kau memiliki arah tujuan, Tuan Ahn. Kita akan kembali minggu depan."

Aku duduk sejenak, terpana oleh kejadian yang sangat cepat. Lalu aku melihat Nickhun, yang tampaknya bimbang keheranan antara gembira dan bingung.

Aku berdiri diatas kakiku,berjalan menuju ke arah pintu. Aku sangat sadar Kim berjalan di sampingku. Cara dia bergerak, anggun bergairah dengan arogan, luar biasa merangsang. Aku tak bisa membayangkan dia tidak berhubungan seks dengan baik dan menjadi agresif tentang hal itu, mengambil apa yang ia inginkan dengan cara yang membuat seorang wanita menjadi liar untuk memberikan padanya.

Kim disampingku sepanjang jalan menuju lift. Dia berbicara beberapa hal pada Nickhun, aku rasa tentang olahraga, tapi aku terlalu fokus pada caraku bereaksi padanya jadi kurang peduli terhadap pembicaraan kecil ini. Ketika lift tiba, aku menarik napas lega dan buru-buru melangkah kedepan bersama Nickhun.

"Sebentar, Kyungsoo" kata Kim halus, tangannya menahan belakang sikuku. "Dia akan segera turun," katanya kepada Nickhun, wajah bosku terkejut saat pintu lift tertutup.

Kim tidak mengatakan apa-apa sampai lift itu turun kebawah, kemudian ia menekan tombol lagi dan bertanya, "Apakah kau berhubungan seks dengan seseorang?"

Pertanyaan yang diminta begitu saja butuh beberapa saat untuk memproses apa yang ia katakan.

Aku menarik napas dalam-dalam. "Mengapa itu menjadi urusanmu?"

Dia menatapku dan aku melihat apa yang sudah pernah aku lihat pertama kalinya kita bertemu - besarnya kekuatan dan kontrol sekeras baja. Keduanya menyuruhku mengambil langkah spontan kembali. Dan lagi. Setidaknya aku tidak jatuh kali ini, aku sudah membuat kemajuan.

"Karena aku ingin berhubungan seks denganmu, Kyungsoo. Aku perlu tahu apa yang menghalangiku, jika ada."

Tiba-tiba rasa sakit diantara pahaku membuatku meraih dinding untuk menjaga keseimbangan. Dia mengulurkan tangan supaya aku stabil, tapi aku menahan dia dengan menekuk tangan keatas. "Mungkin aku hanya tidak berminat, Tuan Kim."

Sebuah senyum misterius menyentuh bibirnya dan membuatnya mustahil lebih tampan. Ya Tuhan ...

Suara ding yang menandakan lift mendekat membuat aku melompat, aku gugup begitu ketat. Aku tidak pernah begitu bergairah. Tidak pernah begitu terpikat sampai terbakar dengan orang lain. Tidak pernah begitu tersinggung oleh orang yang membuatku bernafsu. Aku melangkah masuk lift dan berhadapan dengannya.

Dia tersenyum. "Sampai bertemu lagi, Kyungsoo."

Pintu menutup dan aku merosot ke pegangan yang terbuat dari kuningan, mencoba untuk mendapatkan kembali keseimbanganku. Aku baru saja mengumpulkan kesadaranku bersamaan dengan pintu terbuka dan tampak Nickhun sedang mondar-mandir di ruang tunggu di lantai kami.

"Ya Tuhan, Kyungsoo," gumam Nickhun, mendatangiku, mendadak berhenti. "Apa-apaan sih tadi?"

"aku tidak tahu"

Lalu aku absen keluar, ingin segera pulang.

.

.

.

"soo-ya, dia mengatakan apa?" Baekhyun duduk di ujung sofa bersekat putih kami dan menggelengkan kepalanya.

"Aku tahu, kan?" Aku kembali menikmati dengan menyesap anggur. Itu adalah sauvignon blanc didinginkan rasanya segar dan enak. Aku membelinya saat perjalanan pulang. "Itu adalah reaksiku, juga. Aku masih tak yakin aku tidak berhalusinasi dengan percakapannya disaat aku overdosis oleh feromonnya."

"Jadi?"

Aku melipat kedua kakiku ke bawah di atas sofa dan bersandar ke pojok. "Jadi apa?"

"Kau tahu maksudku, Soo-ya." baekhyun Meraih netbooknya dari atas meja kopi, kemudian menyilangkan kakinya.

"Apa kau akan menerimanya?"

"Aku bahkan tidak mengenalnya. Aku bahkan tak tau nama belakangnya, baek. dan ia melemparkan tawaran itu padaku."

"Dia tahu nama belakangmu, soo-ya." Baekhyun mulai mengetik di keyboard-nya. "Dan bagaimana masalah dengan vodka? Meminta atasanmu secara khusus? Tanganku menjumput rambutku yang lepas, berhenti disitu. "Nickhun sangat berbakat. Jika Kim memiliki sedikit saja naluri bisnis, ia akan mengambil dan memanfaatkannya."

"Aku akan bilang dia tahu bisnis." Baekhyun memutarkan netbook-nya dan menunjukkan home page Kim Corp, yang memamerkan foto Crossfire yang mengagumkan. "Itu gedungnya, Soo-ya. Kim Jongin pemiliknya."

Sialan. Mataku tertutup. Kim Jongin. Aku pikir nama itu cocok untuknya. Nama itu seseksi dan seelegan maskulin pria itu sendiri.

"Dia memiliki orang-orang untuk menangani pemasaran untuk anak perusahaannya. Mungkin puluhan orang untuk menanganinya. "

"Berhentilah bicara, Baekhyun-ah!"

"Dia Seksi, kaya, dan ingin menidurimu. Jadi apa masalahnya?"

Aku menatapnya. "Ini akan menjadi canggung bertemu dengannya sepanjang waktu. Aku harap bisa bertahan dengan pekerjaanku untuk waktu yang lama. Aku benar-benar menyukainya. Aku sangat menyukai Nickhun. Dia benar-benar melibatkan aku selama proses itu dan aku sudah banyak belajar dari dia."

"Daebak, Dia belum tiga pulih, soo. Umurnya baru dua puluh delapan tahun. Pikirkan staminanya" centil baekhyun.

"Pikirkan sikap kasarnya, soo-ya. Aku tersinggung, baek. Bagaimana bisa ia melemparkan kata –kata itu begitu saja di sana. Aku benci merasa dianggap seperti vagina berjalan."

Baekhyun berhenti dan memandangku, matanya melunak dengan simpati. "Maafkan aku, baby girl. Kau begitu kuat, jauh lebih kuat dari aku. Aku melakukan ini karena aku hanya tak ingin melihat mu terus-terusan membawa beban emosional masa lalumu seperti aku."

"Aku sudah tidak memikirkannya, hampir sepanjang waktu." Aku membuang muka karena aku tidak ingin bicara tentang apa yang kita lalui di masa lalu. "Bukannya aku ingin dia mengajakku keluar untuk berkencan. Tapi harus ada cara yang lebih baik untuk memberitahu seorang wanita bila kau ingin mengajaknya ke tempat tidur."

"Kau benar Soo-ya. Dia seorang douche yang sombong. Biarkan dia bernafsu padamu sampai mengalami blue ball (ereksi terus menerus :p). Biar tahu rasa dia." Itu membuatku tersenyum. Baekhyun selalu bisa melakukan itu. "Aku ragu bahwa pria itu pernah mengalami blue ball dalam hidupnya, namun itu adalah fantasi yang menyenangkan."

Baekhyun menutup netbook dengan tegas. "Apa yang harus kita lakukan malam ini?" "Kupikir aku ingin keluar melihat studio Krav Maga di Brooklyn." Aku telah mengumpulkan sedikit keterangan setelah bertemu Kris Wu selama latihanku di Equinox dan saat seminggu telah berlalu, pikiran bahwa memiliki penyaluran energi fisik secara kasar untuk melepaskan stress tampak makin lama makin ideal. Aku tahu itu tak akan mendekati seperti melakukannya habis-habisan dengan Kim Jongin, tapi aku menduga ini akan jauh kurang berbahaya bagi kesehatanku.

.

.

.

.

.

TBC

Adakah typo disana?

Nama cast yang belum diganti?

Mohon kritik dan sarannya.

Oke langsung di Review aja.

Hanna

KAISOODYO