Desclaimer © Do not own anything( ͡ ͡° ͜ ʖ ͡ ͡°)

.

.

.

Youkai no Kitsune © Draco

.

.

General Warnings: AU, Strong!Naru, Smart!Naru, Typo, Abal, Suram, etc

Mungkin Aneh, Mungkin Jelek, Mungkin OOC

.

.

.

Genre : Romance, Friendship, Family, Adventure, etc

.

.

.

Rating : M

.

.

.

Peringatan Keras!

-Jika tidak suka tidak usah dibaca, OK!

.

.

.

Summary:

Malam itu, adalah pertarungan terakhirku dengan sahabatku. Untungnya aku selamat. Namun, saat aku membuka mata dan menatap cermin, aku tidak lagi memandangi diriku yang biasa-biasa saja tetapi aura yang kumiliki bukanlah seorang manusia… tetapi Youkai.

.

Draco, in!

.

.

Notification:

"Blablabla" = perkataan yang diucapkan langsung.

'Blablabla' = perkataan dalam hati.

Youkai no Kitsune

Chapter 1


Aku terbangun.

Satu hal yang kurasakan adalah lengan dan kakiku terasa berat seperti sedang berjalan mengarungi air berlumpur. Pakaian yang robek di beberapa bagian membuat angin dingin membelai kulitku, kulit terasa mengeras dengan sendirinya ketika aku merasakan sebuah luka yang cukup parah pada bagian perut, kaki kiri dan tangan kanan.

Kusadari, kalau tubuhku benar-benar sangat parah saat ini.

Lalu aku sendirian, hanya ditemani suara tawa jangkrik yang terasa menghina kondisiku saat ini. Langit malam yang di hiasi oleh beribu bintang tengah menatap kepedihanku, rasa sakit yang kini kurasakan tidak ada bedanya dengan hari-hariku.

Aku membuka mata lebar-lebar menatap bintang-bintang. Aku ingat saat pertama kali melihat bintang sungguhan, dari jendela apartement. Saat itu mereka tampak indah, tapi sekarang, melihat mereka di sini, di sekelilingku, indah rasanya bukan kata yang layak. Aku melihat bintang-bintang di atas sana nampak sangat dekat, seakan jarak kami hanya beberapa meter. Setelah belasan tahun bertarung, kini aku mulai merasakan apa itu kebebasan.

Karena saat ini pun aku sudah bisa membayangkan diriku tinggal di sana. Berada di sana.

…tapi pandanganku mulai menggelap. Kepalaku berdenyut seirama detak jantung, yang sama kerasnya bagiku seperti alarm pagi. Aku panik sekarang dan berjuang untuk tetap sadar. Aku mencoba menghisap udara, tapi tidak ada yang bisa diisap. Aku tenggelam dalam kehampaan.

Tapi jika aku harus mati, pikirku, setidaknya aku bisa mati sambil memandang bintang yang bebas. Apakah ini yang selama ini kuinginkan? Apakah aku selalu ingin merasakan kebebasan sebelum mati? Haruskah aku menyesal ketika pikiran terakhirku adalah kebebasan?

Otot-ototku gemetar, tapi aku tak tahu apakah itu karena keletihan atau kehabisan oksigen. Meskipun aku mencoba untuk merelakan kematianku saat ini, namun instingku menolak untuk melakukan itu. Jariku mencakar-cakar, berusaha mencengkeram apapun yang bisa kucengkeram.

Tapi.

Aku… akan mati.

.

.

.

.

.

[Demi mengabulkan permohonan seorang gadis sampai membahayakan nyawa sendiri. Dasar anak bodoh,] Seekor naga berkulit hijau terang mendekati tubuh Naruto, menatapnya dengan pandangan sendu. [Tapi…]

Dan aura berwarna hijau pun mulai menyala dan terus menyala hingga menyelimuti seluruh tubuhnya, menampakkan sosok gadis dengan surai hijau dengan dua tanduk di kedua sisi kepalanya. Wajahnya terbilang sangat cantik, kulit putih yang cemerlang bagaikan baru saja mandi di kolam susu.

[Uzumaki Naruto,] Personifikasi dari Naga itu pun memejamkan matanya. Ia berjalan menghampiri Naruto-langkahnya yang tenang membuatnya semakin gemetar-lalu berjongkok di sebelahnya. [Tidak seharusnya kau mati seperti ini. Aku bertaruh akan potensi milik dirimu.]

Gadis itu mengulurkan tangan ke dada Naruto. Aura berwarna hijau menyelimuti tangan kanannya bersamaan dengan ribuan cahaya yang berhamburan keluar dari tangan tersebut. Pada saat itu juga, tangan kanan yang tadinya hilang kini kembali utuh, luka-luka yang membekas di seluruh tubuhnya pun menghilang.

Tapi, beberapa corak hitam mulai menyelimuti tangan tersebut.

[Hiduplah dalam kekuasaanku, Uzumaki Naruto.]

~• ~•~ •~

Draco The Apocalypse.666

~• ~•~ •~

Area yang ia lewati sekarang adalah pemakaman. Sejauh mata memandang, hanya pohon besar menjulang, seperti pohon jati, tapi daun-daunnya nampak kering, dengan beberapa kelelawar hinggap pada bagian ranting.

Naruto tidak tahu harus berkomentar apa, hanya diam. Mana mungkin ia tahu apa yang terjadi saat ini. Saat paru-parunya terasa seperti terisi oleh oksigen, ia dengan cepat menarik napas dengan cepat berkali-kali selama belasan detik. Kemudian, ketika ia menyadari kalau tangan kanannya telah kembali, Naruto langsung melebarkan matanya karena terkejut. Tak lupa ia sempat melihat bercak-bercak hitam membentuk sebuah simbol di tangan kanannya. Tak mau ambil resiko akan menimbulkan kecurigaan, Naruto akhirnya melilitkan kain sampai menutupi tangan kanannya secara menyeluruh.

Setelah sampai di ujung jalan setapak yang membawanya sejauh ini, Naruto menghentikan langkahnya hanya untuk melihat seorang pria tengah menunggunya dengan satu tangan menggenggam sebilah pedang, dan langsung melesat kearahnya dengan kecepatan sangat tinggi.

Terkejut dengan apa yang baru saja ia lihat, Naruto langsung merogoh kantung ninjanya dan mengambil kunai jikkukan kemudian melemparkannya kearah dimana pria tersebut sedang berlari. Saat pria tersebut menghindarinya dengan menundukkan kepalanya, Naruto mengangkat sudut bibirnya membentuk sebuah seringaian.

Di mata orang lain, atau tepatnya mata orang yang tahu betapa berbahaya dan mematikannya kemampuan ini, maka mereka akan langsung mengatakan bahwa Naruto telah mengalahkannya dengan telak. Andai saja yang kini ia lawan adalah Jiraiya dan bukannya pria di depannya, maka tak ada keraguan dalam hati Naruto bahwa pertarungan itu pasti akan berakhir dengan kekalahannya. Kalau saja Jiraiya yang sedang berlari di depannya, sang Gama Sannin pasti sudah lebih dulu menyebar chakranya untuk mengacaukan chakra Naruto agar tak bisa memakai Fuuin yang ada pada kunai tersebut.

Kalau saja yang berdiri di depannya adalah Jiraiya, mungkin Naruto tidak akan berdiam diri sementara musuhnya sudah bergerak. Karena Jiraiya takkan pernah membiarkan Naruto berpikir ataupun mencari celah yang mampu di eksploitasi sehingga membuatnya kalah.

Tapi sayang, di depannya bukanlah Jiraiya.

Pria itu hanyalah seseorang yang tidak tahu betapa hebatnya seorang shinobi, mereka hanya merasa kalau apa yang di lemparkan oleh Naruto hanyalah sebatas senjata tajam. Tapi tak tahukah pria tersebut kalau senjata itulah yang mampu membasmi seribu pasukan dalam tempo waktu lima belas menit.

Dan ketika pria tersebut melihat pemuda di hadapannya telah diselimuti oleh kilatan kuning, ia baru saja tersadar kalau apa yang baru saja ia lakukan adalah sebuah kesalahan. Namun nampaknya, pria tersebut tidak hanya di kejutkan oleh hawa keberadaan pemuda itu sudah berada di belakangnya, tetapi juga sebuah bola berwarna biru yang berputar layaknya ratusan cincin di dalamnya itu telah menyentuh punggungnya.

Perlahan pria tersebut sadar kalau sosok pemuda di depannya bukanlah sosok yang bisa ia kategorikan sebagai 'Kelas bawah'. Setelah selama ratusan tahun, kini ia telah sadar kalau ini adalah serangan pertama yang mampu mengenainya setelah sekian lama. Maka ia telah memutuskan sesuatu.

"RASENGAN!"

Blar.

Saat tubuhnya terjembab ke permukaan tanah, sekilas tatapannya dan pemuda itu bertemu. Dalam tatapan singkat itu, ia menemukan sesuatu yang asing. Perasaan yang membuat orang lain akan takut, sesuatu yang ditujukan pada sesuatu yang belum pernah mengenal siapakah dirinya.

"Aku takkan bertanya siapakah engkau. Tapi kenapa kau berniat untuk menyerangku, Jii-san?" tanya Naruto pada sosok yang tengah terjatuh terjembab ke permukaan tanah. Sedikit banyak Naruto mengetahui bahwa sosok di depannya ini adalah seorang Pemimpin, terlihat jelas pada pin yang berada di dada pria tersebut.

"Kau lumayan… hebat," jawab pria tersebut sambil mencoba untuk bangun dari jatuhnya. Untuk sesaat mereka terdiam dalam suasana yang lengang, sebelum pada akhirnya pria itu melanjutkan. "Aku pikir kau adalah penyusup, datang ke tempat ini dan mampu menembus barrier dengan mudah. Terlebih lagi aura yang kau miliki ini membuatku tertarik, bukan begitu Kitsune?"

"Aku… tak tahu." Jawab Naruto dengan wajah datarnya. "Ketika aku bangun, yang kutahu adalah partnerku telah pergi. Menyisakan inti kekuatan miliknya yang menyatu dengan milikku. Mata biruku telah berubah menjadi merah dengan iris vertikal dan auraku bukanlah lagi seorang manusia. Tapi, bukan itu yang kau tanyakan bukan? Kau bertanya apakah aku ini Kitsune, bukan?"

Mengabaikan ekpsresi yang ditunjukkan oleh pria tersebut, Naruto mendongakkan kepalanya. "Kau bisa menyebutku sebagai Youkai no Kitsune, lebih tepatnya mantan Kyuudaime Jinchuriki, penjara untuk Bijuu kesembilan, Kyuubi."

Mendengar sesuatu yang membuatnya sangat tertarik, pria tersebut mengulurkan tangannya. "Perkenalkan, aku adalah Tenmei Mikogami. Aku seorang manusia."

"Benarkah?" Naruto menyipitkan matanya. "Merasakan auramu, aku pikir kau bukan sekedar manusia seperti biasanya. Lebih tepatnya manusia yang memiliki keberkahan dari sesuatu" Naruto mencubit dagunya, sebelum ia menyadari sesuatu. "Tengeki (Divine Power)? Mungkinkah… kau seorang Exorcist?"

"Oh, Menarik sekali… tapi kau benar. Aku seorang Exorcist," Tenmei menepuk tangannya sambil memasang wajah takjub. "Lalu, apa yang kau rasakan ketika memasuki Barrier Youkai Gakuen?"

"Hmm, aku belum begitu mengenal tentang makhluk-makhluk ini. Tapi dari perjalananku selama ini, aku hanya tahu kalau ada werewolf dan manusia di sana."

"Benar… kau memang menakjubkan untuk seorang Kitsune. Tapi kau belum tentu mengetahui siapakah aku yang sebenarnya."

Naruto menaikkan sebelah alisnya. "Kau yang sebenarnya?"

"Aku adalah salah satu dari Three Dark Lords, Satu dari Tiga penguasa mutlak yang ada di dunia ini."

"Jadi, kau menganggap dirimu sebagai pemimpin," Naruto memasang kedua tangannya di depan dada, wajahnya memasang pose berpikir keras sembari sesekali mengangguk. "Apa kau memiliki informasi lengkap tentang dunia ini?"

"Meh, kau meremehkanku, Nak. Aku memiliki semua informasi yang kau cari itu."

"Lorong dimensi?"

"Ya, aku juga tahu itu dan apa saja yang menghubungkannya."

"Aku mendengarkan."

Tenmei tersenyum kecil. "Kalau begitu jadilah tamuku."

~•~

"Karena itulah, aku meminta bantuanmu untuk melindungi sekolah ini…" jawab Tenmei ketika telah mencapai pada akhir pembicaraan.

"Melindungi dari apa? Kupikir kau lebih dari cukup untuk melindungi sekolah ini."

Tenmei pun tertawa kecil sembari menyanggah dagunya dengan satu tangan. "Para Dark Lords memiliki aturan untuk tidak menyerang monster lain, jika melanggar maka kami akan dihukum oleh Dewan. Karena itulah, aku membentuk sebuah organisasi bernama Students Police Committee (SPC) untuk menangani beberapa masalah internal."

Mengabaikan fakta kalau ia memang tidak tahu apa-apa, Naruto hanya mengangguk paham.

"Dunia monster dikuasai oleh 3 Dark Lord dari berbagai ras yang berbeda. Pertama dan yang dipercaya sebagai yang terkuat, seorang vampire berdarah murni bernama Akasha Bloodriver (Head Of The Dark Lords), kedua yaitu aku, Tenmei Mikogami seorang Exorcist. Dan ketiga adalah Touhou Fuhai, dia memang agak misterius tapi untuk seorang Kitsune sepertimu akan bertemu dengannya dengan cepat. Hati-hati dengan kekuatannya yang bernama Hougetsu Jigen-Tou, kau bisa mati hanya dalam satu pukulan."

"Oke, oke… aku paham betapa mengerikannya Dark Lords. Tapi mengingat aku pernah melukaimu, berarti aku masih memiliki kemungkinan untuk menang melawan mereka bukan?"

"Yah. Jadi, setelah mengetahui dunia macam apa yang kau datangi… apa yang akan kau lakukan?"

Naruto terdiam sesaat mendengar pertanyaan itu, ia memikirkan apa yang harus ia lakukan. Mencari jalan pulang? Bagaimana?-jika pun ia bisa kembali, tak ada harapan kalau desanya akan tetap utuh. Mungkin ia bisa kembali menggunakan prinsip Ruang dan Waktu dari Formula Tahap Akhir Hiraishin, tapi mempelajari itu semua membutuhkan waktu yang sangat lama.

"Aku sedang memikirkannya."

"Ah, kalau begitu kenapa kau tidak menerima permintaanku? Yang kuinginkan hanya satu, mengawasi pergerakan para monster yang berada di dalam Youkai Akademi. Imbalannya, kau mendapatkan pengalaman, tempat tinggal, uang, dan… wanita."

"Wanita? Aku tak tahu kalau kau terpesona pada makhluk yang merepotkan" ujar Naruto dengan datar, bagaimanapun juga ia sudah memiliki pengalaman untuk merasakan betapa pahitnya berurusan dengan wanita.

Tenmei menghembuskan napas perlahan. "Kau benar-benar menarik, Naruto-kun. Tidak hanya memiliki kemampuan yang unik, tapi jiwamu seperti sudah terukir untuk fokus pada hal-hal yang penting. Bukan hanya dari pandangan mata, tapi seluruh tubuhmu, baik itu tangan maupun kedua kaki," Satu hal yang membuat Tenmei menaikkan alis matanya adalah perban yang melilit tangan kanan pemuda itu. Tenmei melihat adanya aura yang begitu asing, nampak ada energi negatif yang lain. Ketika ia ingin bertanya apa yang ada di balik perban itu, ia mengurungkan niatnya. Bagaimanapun juga Tenmei tahu, ia tidak boleh membiarkan rasa ingin tahunya akan membawanya dalam masalah yang rumit. "Jadi, bagaimana?"

Naruto hanya menjawab dengan anggukan kecil ke arah Tenmei.

"Baiklah, kau akan mulai tinggal di asrama," Naruto memberikan perhatiannya ke arah kunci yang disodorkan oleh Tenmei. Wajah pria itu seperti berubah menjadi sangat senang. "Untuk keperluan sekolahmu, aku akan mengirimkannya nanti. Kau boleh melihat-lihat sekeliling sekolah jika ingin."

"Ya…"

..o.O.o..

Dan Naruto menghentikan langkahnya.

Ia merasa bahwa: dirinya yang sekarang sangat berbeda.

Pada awalnya, Naruto tidak tahu alasan kenapa semua hal yang berhubungan dengan kepribadian dirinya di masa lalu seakan terhapus begitu saja. Digantikan oleh seorang Naruto yang memiliki kepribadian baru, dan ia mengetahui semua itu belum genap dua minggu.

Walaupun demikian, Naruto harus mengakui bahwa hatinya sedang bergejolak, tercabik antara keinginan untuk menghancurkan sesuatu dan hasrat untuk mengetahui kebenaran. Dia tak yakin apa yang harus ia lakukan. Di satu sisi, Naruto merasa bahwa dirinya ini sudah digantikan oleh sifat buas Kurama yang selalu memiliki keinginan untuk mencabik sesuatu. Naruto sudah tidak kenal lagi apa itu rasa takut pada sesuatu, ia tak tahu kenapa terlihat buram yaitu perasaan untuk melindungi ataupun kasih sayang. Yang ada hanya satu… hancurkan.

Karena itulah, Naruto tidak perlu sungkan-sungkan untuk menganggap bahwa dirinya ini adalah Kitsune. Karena kejadian itu sama sekali bukan salah Naruto juga tak bisa lepas dari segala hal yang menimpa dirinya. Terlebih lagi-

Suara kecil yang berasal dari jarak beberapa meter di depannya merenggut Naruto dari renungan. Dan dia terdiam, sungguh terdiam, saat ia melihat sosok gadis yang dikatakan Tenmei sebagai vampire dan pria yang ia rasakan sebagai manusia.

"Aku tidak ingin berteman dengan Makhluk Gaib juga!"

Sang pria pun membuang mukanya, merasa seperti menyesali apa yang baru saja ia perbuat. Jujur saja, Tsukune merasa malu karena berani-beraninya membentak seorang perempuan. Lalu, ia pun berlari.

"Tsukune!"

Memejamkan matanya dalam waktu singkat, mata Naruto terbuka perlahan. Penglihatannya yang sangat tajam bahkan bagi remaja seusianya mengamati sekelilingnya dengan ketelilian mendalam, dan langsung mengenali arah yang diambil pria bernama Tsukune itu sebagai Lorong Dimensi yang menghubungkan antara dunia manusia dengan dunia lain.

Tapi satu hal yang membuat Naruto menyipitkan matanya adalah seorang monster yang tengah menunggu dari balik pepohonan, jika dilihat dari gelagat dan gerak-geriknya maka monster itu memiliki niat lain. Mengeluarkan sedikit chakra berwarna kuning keemasan dari tubuhnya, Naruto mulai merasakan sifat negatif yang dikeluarkan oleh monster tersebut.

Sembari melangkah dengan santai namun pasti, Naruto mengangkat tangan kanan dan menyingsingkan rambut pirangnya. Di pergelangan tangan kirinya terlukis sebuah simbol lingkaran kecil yang kemudian ia sentuh dan aliri sedikit chakra. Fuuin penyimpanan itu mulai teraktivasi dengan munculnya sebuah ledakan asap kecil, sebuah kunai jikkukan dengan gagang berornamen oranye kini telah melilit jari telunjuknya.

Naruto menarik napas panjang dan bersiap. Hari ini, dan mungkin untuk setiap harinya, dia akan mulai menghadapi situasi semacam ini.

~•~

Pria itu hampir tak bisa mempercayai apa yang ia lihat, sepanjang hidupnya tak pernah sekalipun bertemu dengan orang yang bisa menghilang dan muncul hanya dalam waktu 0,5 detik. Kedua tangannya berkelebat, menghantamkan kedua kepalan tangannya tepat ke arah kepala musuhnya.

Pada detik itu juga, sebuah kilatan berwarna kuning kembali mengambil alih pandangannya yang kemudian muncul di belakangnya. Ditemani oleh angin yang berputar secara tiba-tiba, mata pria itu semakin membesar saat ekor matanya menemukan sebuah bola berwarna biru yang berputar sangat cepat.

"Rasengan!"

Saizo Komiya, Monster bangsa Orc yang memiliki ketahanan dan bentuk fisik di atas rata-rata itu terhempas ketika bola berwarna biru itu menghantam punggungnya. Walaupun agaknya Naruto tahu alasan kenapa Saizo menyerang Tsukune dan Moka adalah rasa cemburu yang berlebihan. Saizo menyukai Moka, namun Moka sangat dekat dengan Tsukune.

Ironis.

Tidak, bukannya Naruto ingin mengulang kembali perasaannya di masa lalu pada teman rekan setimnya. Tapi Naruto tak bisa memungkiri kalau apa yang namanya perasaan itu memang merumitkan.

Naruto berhenti tepat pada jarak satu meter dari tubuh Saizo. Dan kalau melihat ekspresi yang terukir di wajahnya, Naruto bisa menyimpulkan bahwa Orc yang satu ini pasti sangat shock saat melihat kecepatan jurusnya. "Cinta akan membuatmu buta."

Hanya dengan memberikan jawaban yang pendek, dan sama sekali tidak memiliki pengalaman untuk mengatakan itu Naruto yang sadar apa yang baru saja ia katakan pun langsung down seketika. Jujur, Naruto langsung sangat malu saat ini. Ia tidak tahu alasan kenapa ia mengatakan itu, terlebih lagi ia yang tidak tahu apa-apa tentang hal tersebut. Dengan wajah memerah sembari menahan panas yang terus hinggap di wajahnya, dan hanya akan menambah rasa malu jika tetap berada di sini, maka dari itu ia memutuskan untuk pergi.

Kalau saja Youkai Akademi diperbolehkan membunuh musuhnya, sebuah niat yang tak sedikitpun berusaha ia sembunyikan kalau bagaimana lawannya memiliki spesies dengan kemampuan unik, maka Naruto mungkin sudah bukan lagi orang yang bisa diajak kompromi dan langsung melancarkan sebuah serangan mematikan dari awal.

"Hiraishin!"

Naruto lenyap dalam kilatan sinar kekuningan, dan sampai satu detik kemudian, suara 'gedebuk' telah memenuhi tanah kosong yang ada di tengah-tengah hutan itu.

: Draco :…

Dua puluh empat jam kembali berlalu saat dimana Naruto telah pergi dari asramanya. Tidak mempedulikan kamarnya yang merupakan kamar khusus yang diberikan oleh Tenmei untuknya seorang karena menerima perintah langsung dari salah satu Dark Lord.

Naruto menguap sembari mengusap tengkuknya berkali-kali. Berjalan menuju sekolah yang memiliki jarak teramat jauh itu membuat Naruto berkali-kali harus merutuk dalam hatinya. Paling tidak ia sempat lupa menaruh satu kunai jikkukan pada bagian sekolah untuk memudahkannya berpindah tempat dalam waktu singkat.

Hanya saja kali ini…

"Aku tersesat."

Memejamkan matanya dalam waktu yang cukup lama, kini tampaklah iris mata dengan sedikit perbedaan dari sebelumnya. Iris matanya yang tadinya vertikal berwarna merah kini telah berubah menjadi tanda plus ditambah dengan corak oranye mulai memenuhi sekitar matanya.

"Sage mode!"

Setelah beberapa saat Naruto memandangi daerah sekelilingnya dan mendapati bahwa jarak sekolah masih terlampau jauh pun menghela nafasnya dengan berat. Tapi dari sudut pandangannya, ia menemukan dua figur yang dimana kini mereka tengah menciptakan sebuah romansa indah dengan bunga-bunga sakura yang bertebaran, baik itu saling mendekap, saling tatap, dan lain sebagainya.

Singkat cerita, ia menemukan dua sosok di ujung sana yang tengah bermesraan.

Mengenal siapa salah satu dari sosok itu, Naruto pun langsung menaikkan satu alisnya. "Tsukune? Sedang apa dia sama tuh cewek?"

Serempak, kedua kakinya melangkah menuju arah mereka. Tanpa membuang waktu, Naruto pun mengangkat satu tangannya. "Yo!"

Tsukune dan Kurumi yang tengah 'panas'pun terpaksa berhenti saat mereka melihat sosok pemuda yang kini tengah berdiri di samping dengan ekspresi tanpa dosa membuat cewek berambut biru itu menggeram pelan. Tidak menyadari kalau ada keberadaan orang lain di sekitar sini, Kurumi pun menatap tajam Naruto.

Untuk sejenak, Naruto melihat cewek dengan rambut biru itu tengah membaca semacam mantra sebelum akhirnya menatap kearah bola matanya.

"Charm!"

Dalam sekejap, sebuah gelombang muncul dari matanya yang memancarkan sesuatu semacam hal yang mampu membuat orang lain tunduk kepadanya. Naruto yang masih bingung dengan apa yang terjadi hanya bisa memandang Kurumi dengan ekspresi seperti orang idiot.

Merasa bahwa efek dari jurus [Daya Tarik] nya telah berhasil, Kurumi kembali berdiri dan melipat tangannya di depan dadanya dengan gaya merendahkan.

"Sekarang, kau pergilah! Kau mengganggu kami saja." perintah Kurumi terdengar santai dengan seringai mengerikan khasnya, membuat Naruto menaikkan satu alisnya.

"Kenapa kau menyuruhku?" jawab Naruto dengan wajah yang terlihat datar, yang berhasil menghancurkan reaksi dari Kurumi yang langsung shock.

"K-kau! Kau tidak berpengaruh dengan kemampuanku?"

"Aku tidak tahu apa yang kau katakan, aku datang cuma karena ingin bertanya pada cowok itu." Naruto berjalan sambil mengepalkan satu tangannya, yang dimana jari telunjuk dan tengah mengacung ke udara. Kemudian Naruto menghunuskan kedua jarinya ke dada Tsukune.

Kurumi mengamati situasi dan menggertakkan giginya sembari memutar otak demi mencari jalan keluar. Sial bagi Kurumi, dia mendapati bahwa situasi ini benar-benar tidak menguntungkan. Ia tidak hanya berada di lokasi yang tidak ia kenal, tapi juga sedang melawan musuh yang sama sekali tidak terpengaruh oleh kemampuannya. Dan ketika melihat Tsukune berhasil sadar dari pengaruhnya, Kurumi pun mendecih pelan sembari mengembangkan sayap Succubusnya dan pergi dari sana. Meninggalkan Tsukune yang hanya terbengong bego di tempatnya.

"Hei! Apa yang manusia lakukan di tempat ini?" Kalimat tersebut sebenarnya bervolume pelan, namun mampu melabrak gendang telinga sampai terasa bergema karena terdapat intimidasi disana. "Youkai Akademi bukanlah sekolah tempat manusia menempuh pendidikan, disini adalah tempat dimana para makhluk supranatural berkumpul."

Tsukune hanya memberikan Naruto sebuah tatapan dengan mata lebar yang menyiratkan panik. "Kau tahu siapa aku?"

"Tentu saja, kau adalah satu-satunya manusia yang berani masuk ke kandang buaya tanpa membawa senjata." Naruto tersenyum tipis yang terkesan takjub. "Terlebih lagi kau mampu selamat dari pukulan Saizou Komiya, Orc yang kemarin kau lawan."

"J-jadi kau-"

Naruto menganggukkan kepalanya tanpa ragu. "Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan, membiarkan saudaraku sendiri dalam bahaya bukanlah sifatku."

"Jadi kau manusia juga?" Tsukune menelan ludahnya, merasakan ketegangan yang menyelimuti udara. Terkejut, dan tidak percaya dengan ucapannya sendiri. Tapi jika ditambah lagi dengan apa yang Naruto ucapkan, ia jadi benar-benar yakin kalau pemuda di hadapannya ini memanglah manusia.

"Koreksi, mantan manusia." Naruto menjawab cepat, karena dia sudah membayangkan siapa dirinya yang sebenarnya. Dengan inti dari Kurama yang bersatu dengan dirinya, Naruto yakin seratus persen kalau semua yang dimiliki Kurama mulai dari penampilan, kekuatan, kegelapan dan bahkan merubah sisi kemanusiaan Naruto yang dulunya selalu bersikap seperti manusia kini lebih terkesan tidak peduli dengan mereka.

"Kenapa kau berkata seperti itu? Bukankah-"

"Tidak ada manusia yang tetap dianggap sebagai manusia jika tangannya telah ternoda oleh kaumnya sendiri. Tapi aku tidak peduli," Naruto menjawab, nada suaranya pelan namun terdengar di pendengaran masing-masing dan memiliki beban yang memberatkan bagi yang mendengarnya. "Lagipula aku kemari hanya untuk bertanya kepadamu, apa yang akan kau lakukan jika mampu kembali ke tempat asalmu?"

"A-aku…" Tsukune menundukkan kepalanya dalam-dalam, merasakan emosi negatif yang mulai terpancar dari wajahnya.

"Sudah kuduga," Naruto memotong dengan dingin. tatapannya seperti terpaku ke Tsukune, mungkin jika ada monster yang berada di sekitar sini akan merasakan kegelapan yang mulai menyelimuti pemuda itu seperti berkobar dari tubuhnya. "Tidak ada yang salah jika manusia hidup dalam kebimbangan, karena itulah mereka… hidup penuh dengan perasaan, berbeda hal nya dengan para monster. Mereka memilih untuk hidup dalam sebuah garis hukum, yakni hukum rimba. Siapa yang lemah lebih baik ditindas."

Tsukune tidak menjawab, dan hanya mengepalkan kedua tangannya secara bersamaan serta menutup matanya. "Bisakah…"

"Huh?"

"BISAKAH KAU MENGAJARI AKU CARA BERTARUNG?!"

Naruto mengerutkan alis matanya. "Kau itu manusia, setiap manusia memiliki batasan. Bahkan meskipun kau mengetahui cara bertarung, itu tidak mengubah fakta kalau dirimu hanyalah permainan anak kecil. Ah, itupun kalau musuhmu masih memberikanmu hidup." Provokasi itu membuat Tsukune mengeratkan rahangnya.

"Aku tidak peduli! Asalkan aku bisa berguna bagi mereka, aku akan melakukan apapun!"

Naruto menarik sudut bibirnya, tersenyum, bahkan meskipun kutukan yang selalu menimpa dirinya selalu ada. Kutukan dimana dirinya hanya memiliki secuil perasaan manusia. Dan karena semua itulah ia tidak mempunyai hak untuk menolak permintaan seorang manusia yang ingin menjadi kuat.

Naruto mengusap wajahnya sambil menarik napas panjang. Tak satu detik kemudian, ekspresi wajahnya sudah jadi keras ketika ia menatap Tsukune lurus-lurus. "Aku tidak akan berhenti walaupun kau menjerit kesakitan. Aku bahkan tidak akan berhenti walaupun kau memohon dan mengiba agar aku membunuhmu saja." Naruto berkata tanpa mengubah ekspresi. "Jadi, apakah kau siap, Tsukune Aono?"

"Ha'i!"

Pemuda yang memiliki marga Namikaze itu mengulas senyuman lebar sebelum akhirnya ia melemparkan sebuah kunai jikkukan kearah Tsukune. Dia tidak bisa memutuskan jika harus membiarkan Tsukune dalam bahaya ketika dirinya sedang tidak bersama manusia bodoh ini.

Setidaknya untuk saat ini, Naruto hanya perlu memutuskan bahwa melatih Tsukune akan menjadi sebuah keputusan yang benar atau keputusan yang salah.

To be Continued…

A/N: Cerita ini adalah pengganti dari Fic The Death Knight milik hamba. Karena mau dilihat dari segi manapun, cerita yang itu terlihat amburadul dan terlihat aneh. Mungkin yang ini juga? Tapi hamba tidak terlalu mempusingkan bagaimana harus memperbaiki cerita yang The Death Knight, karena hamba merasa kalau yang terbaik adalah memutuskan untuk buat yang baru. Walaupun memang, cerita yang satu ini hamba ambil dari cannon.

Untuk soal dunia shinobi, hamba memutuskan bahwa dunia shinobi telah hancur. Dan cerita ini dimulai ketika pertarungan Naruto dan Sasuke yang terakhir, itu menjadi bukti bahwa Naruto telah kehilangan tangan kanannya.

Untuk kenapa Naruto bisa ke dimensi Rosario? Sebenarnya hamba cuma bisa memberikan jawaban yang simpel. Naga hijau yang menyembuhkan Naruto lah yang membawa Naruto ke dimensi lain, bagaimanapun juga dunia shinobi sudah hancur.

Penampilan Naruto berubah? Yah begitulah. Akibat penggunaan energi kyuubi/inti kekuatan Kyuubi yang bersatu dengan energinya, maka secara otomatis penampilannya juga berubah. Disini rambutnya pirang, kemerahan pada bagian ujungnya, matanya merah vertikal dan garis-garis yang ada di pipinya pun juga menghilang.

Di chapter awal, hamba mengulas kalau Naruto belumlah mengenal betul aura para monster. Sepanjang perjalanannya bersama Jiraiya, Naruto baru bertemu dengan ras seperti kaum kodok, werefolf, troll, iblis dan lainnya. Karena itulah, ia hanya mengenal beberapa aura di antara mereka saja.

Hmm, penggunaan kata yang rumit sudah jadi bagian dari diri hamba. Mohon maaf jika ada kekurangan ataupun kesalahan kata demi kata, hamba mohon dimaafkan.

.

.

Arigatou dan Salam Ez-Life

-Hidup itu mudah, jangan dibuat sulit-


Draco, out!