Disclaimer : I do not own Naruto.

Warning : OOC. Rate T semi M (?) Untuk ke sekian kalinya, ternyata chapter ini pun semakin 'ternodai' pemirsa.

Rating T untuk adegan kissu-kissu dan kearoganan yang tak boleh ditiru tanpa bimbingan orang tua.

Untuk Hiburan.


Nasty Temper

The Marriage

Tubuh Sai terhantam ke belakang. Eh? Sai tercengang saat merasakan tubuhnya mulai oleng tidak seimbang. Ia sedang terjengkang mundur satu langkah ke belakang. Eh! Dua langkah ke belakang. Eeh?! Tiga langkah ke belakang, sampai Sai sudah kehilangan pijakan. EEEEHH?!

.

.

.

Ino memang selalu enerjik, tapi belum tentu dia agresif. Sai boleh jadi 'agak' polos dan diam tapi belum tentu dia pasif, kan? -well, that's my logic~


Irama jarum jam yang sedang bergeser perlahan-lahan itu entah mengapa terdengar menyesakkan.

Ingin dentangannya dipercepat, tetapi ingin pula diperlambat.

Rasanya, hanya gugup tidak jelas.

Detik berganti menit, lalu berganti jam, sampai akhirnya hari pun berganti sampai pada waktu yang telah dipastikan.

Seperti yang telah si mempelai pria janjikan, ia akan menikahi kekasihnya di puncak gedung yang tinggi. Meski bukan yang tertinggi di kota itu, namun masih bisa efektif untuk 'menawan' mempelai wanitanya.

Jadilah acara prosesi dan resepsi pernikahan pasangan tuan muda pucat dan nona cantik itu bertempat di lantai teratas rooftop hotel utama perusahaan Shimura, yaitu Anbu Sky Root's Hotel and Resort.

Seluruh lantai di gedung hotel di dekorasi sedemikian rupa demi tergelarnya mega acara tersebut.

Prosesi pembacaan janji suci akan dilaksanakan di salah satu ruangan lantai tertinggi hotel, yaitu pada lantai 50. Sedangkan, acara resepsi pernikahan digelar pada satu lantai di atasnya, pada ketinggian 270 m di atas permukaan tanah, puncak tertinggi gedung yaitu lantai rooftop dengan kubah kaca transparan yang bisa digeser atau pun di buka tutup.

Lantai prosesi disulap sedemikian rupa sehingga dekorasinya menyerupai sebuah studio sekaligus galeri seni. Ruangan itu dipenuhi dengan rangkaian bunga segar warna-warni, berbagai karya seni, dan tentu saja, lukisan tersemat di seluruh dinding. Bukan lukisan biasa, namun karya-karya Sai yang sebelumnya tidak pernah dipublikasikan. Ruangan ini khusus dikondisikan untuk tamu VVIP, terutama para kaula tua.

Pagi hari menjelang siang.

Yamanaka Ino sedang berada di sebuah ruang pengantin, satu lantai di bawah tempat aula prosesi dilaksanakan. Seperti pada pernikahannya yang sebelumnya, mempelai pria –Sai- sudah terlebih dahulu memasuki wedding hall untuk menjalani serangkaian upacara adat. Sementara mempelai wanita baru diperbolehkan untuk memasuki aula sesaat sebelum ijab kabul akan dibacakan.

Tubuh semampai Ino telah dibalut dengan gaun pernikahan perpaduan warna putih gading dan perak. Roknya menjuntai panjang memenuhi lantai, ornamen mawar putih transparan menghiasai seluruh rendanya. Sarung tangan putih melindungi lengan jenjangnya sampai atas.

Rambut pirang panjangnya ditarik ke atas dan disatukan dalam sebuah braided bridal updo dengan anyaman bunga-bunga berwarna perak disematkan di setiap sudutnya untuk memperindah ikalannya. Sebuah tudung panjang berwarna putih transparan menutupi wajah eloknya, tergerai sampai ke seluruh tubuhnya. Ia mendesahkan senyuman ketika mengagumi polesan make up yang diaplikasikan ke wajahnya.

Haha.

Sedetik kemudaian, entah mengapa Ino malah mengeluarkan tawa hambar, membuat para pelayan yang sedang terpesona melihat keelokan nonanya menjadi sedikit keheranan.

Rasanya seperti dejavu saja.

Lucu. Kalau ditilik, lucu juga memang.

Perasaan manusia itu sungguh dinamis ya.

Dulu, ketika pertama kalinya ia akan dinikahkan dengan Sai, di momen yang sama seperti saat ini, Ino yakin bahwa dirinya sedang merutuk kesal bukan main. Ia memikirkan bermacam cara untuk menghancurkan pernikahan buatan tersebut.

Namun lihatlah sekarang, ia sedang gugup bukan kepalang. Jantungnya malah berdebar kencang karena alasan yang sangat berbalikan dengan kala itu.

Ino takut acara pernikahannya kali ini tak berjalan lancar dan berakhir gagal. Gadis itu menarik napas dalam, mengatur ritme respirasi untuk ke sekian kalinya di pagi itu.

Suara mikrofon dari arah ruangan pernikahan mulai terdengar. Tamu undangan pun sudah banyak yang berdatangan. Tak berapa lama lagi, sang mempelai wanita akan dipersilakan memasuki ruangan pernikahan. Hati si gadis tambah berdebar-debar.

Akhirnya, waktu itu pun tiba jua. Ino mulai digiring menuju tempat kekasihnya. Seluruh ruangan yang sedaritadi khidmat mendadak riuh dengan helaan takjub para hadirin saat melihat mempelai wanita melangkah memasuki ruangan. Sosoknya . . sungguh cantik, anggun dan begitu elegan.

Berjalan di pusat perhatian, Ino melangkah perlahan dengan elegannya untuk mencapai tempat seorang pemuda yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.

Ino menelan ludahnya. Dari balik tudungnya, ia melihat Sai sedang duduk beberapa meter di sebrangnya. Pemuda itu memakai tuksedo hitam dan terlihat tampan seperti biasanya. Bukan pemandangan baru sih, tapi sosok si pemuda yang tengah duduk menantinya itu jadi membuat jantung ino berpacu dua kali lebih cepat dari detak normalnya.

Untuk ke sekian kalinya, Sai selalu berhasil dibuat tercengang. Meski wajah gadisnya tertutup oleh tudung transparan, Sai, begitu pun para hadirin, yakin bahwa nona berambut pirang itu sedang terlihat sangat cantik di balik tudungnya.

Kedua mempelai telah duduk berdampingan, kini waktunya sang penghulu mulai menuntun mempelai pria untuk membacakan kalimat sakral penentu kelangsungan hubungan keduanya. Langsung berlanjut ke pelaminan kah, atau harus diulang kah?

Rupanya Sai menunjukkan kesiapan dan keteguhannya untuk meminang Ino, karena hanya perlu satu kali saja ia membacakan ijab sah itu dengan tegas dan lantang, sampai akhirnya para saksi mengatakan bahwa keduanya telah resmi menjadi pasangan . . suami istri.

Ino dan Sai berpandangan, bertukar senyuman dari balik tudung tipis yang masih menghalang, lalu sama-sama menghembuskan kelegaan.

Sedang duduk di antara para saksi, sambil melihat gadis kesayangannya telah resmi jatuh ke tangan lelaki lain -selain dirinya dan ayahnya-, Deidara terlihat agak sesenggukan meskipun suaranya disamarkan. Disamping kedua pengantin, ayahanda dan ibunda Ino, juga Danzo sama-sama terlihat menyunggingkan senyum senang sekaligus haru. Kedua keluarga itu kini telah resmi berbesan.

Para tamu undangan sempat bersorak lega sebelum kembali khidmat saat pasangan pengantin itu melanjutkan pada acara tukar cincin. Sai dan Ino mulai saling berhadapan. Disibakannya tudung transparan pengantin wanita oleh si pemuda yang kini telah resmi menjadi suami dari gadisnya. Ino segera menyambut tatapannya dengan senyuman hangat.

Saat itu juga jantung Sai terasa berhenti berdetak untuk sejenak. Tepat sekali dugaannya. Dilihatnya, istrinya itu sedang nampak begitu elok karena pemakaian make up yang mempercantik wajahnya. Tetapi, make up terindah yang sedang terpasang di wajah Ino adalah senyuman manisnya yang sedang merekah itu. Sai merasa senyuman itu seolah sedang mengambil seluruh napasnya.

Kemudian, dengan perlahan keduanya saling menyematkan cincin pernikahan pada jari manis masing-masing secara bergantian. Selanjutnya, prosesi itu diakhiri oleh sebuah ciuman di kening sang mempelai wanita.

Akhirnya, setelah melalui perjalanan yang dipenuhi banyak rintangan yang menghadang seumpama pegunungan terjal, hubungan Sai dan Ino telah sah diikat dalam tali pernikahan.

.

.

.

Siang hari yang damai di ibu kota Negara Api.

Sebuah acara pernikahan mewah sedang dilangsungkan.

Prosesi yang sakral telah berhasil dilaksanakan dengan lancar, selanjutnya resepsi pernikahan pun digelar.

Para tamu undangan khususnya para pemuda mulai bergumul di antrian untuk memasuki area resepsi pernikahan.

Lantai rooftop hotel dihias dengan suasana garden party, lengkap dengan sebuah kolam renang besar sebagai pusatnya. Tempat resepsi ini diperuntukkan bagi kaula muda, karena para sesepuh dan paruh baya telah ditempatkan di ruangan lain, yaitu ruangan VVIP yang telah khusus disediakan.

Sebuah lorong semak bunga bush cover di pintu masuk menyambut para tamu undangan untuk menggiring mereka memasuki area resepsi, lalu mengantarkan mereka pada jalan setapak menuju area rooftop. Berjajar di tepian jalan, foto-foto prewed Sai dan Ino terpampang dengan dekorasi yang sedemikian indah dan rapi, membuat setiap orang yang memandangnya ber-woah takjub sekaligus berdecak kagum.

Artistik. Elegan. Mewah. Adalah beberapa kesan yang diciptakan.

Para tamu disuguhi dengan pemandangan indah dari setiap foto yang sangat memanjakan mata tersebut.

Seorang gadis cantik berambut pirang tengah terduduk mengayunkan kakinya pada dahan sebuah pohon ek besar, sambil mengapitkan rambut panjangnya ke belakang telinga, ia melongokkan kepalanya ke bawah pada arah kekasihnya yang sedang berdiri di permukaan tanah sambil mendongak ke arahnya. Gaun putih tulang yang sedang dipakainya dan rambut pirang panjangnya terlihat terbang disapu angin. Sang pemuda tampan itu menjulurkan dua tangannya ke atas kepala, seolah siap menunggu gadisnya untuk meloncat kapan pun dari dahan pohon itu . . ke dalam dekapannya.

Seperti itulah, barangkali deskripsi singkat dari foto pertama. Foto kedua menunjukkan pemandangan bebalonan terbang di sebuah taman ria, berada di pusatnya adalah citra Sai dan Ino yang sedang saling memandang.

Foto ketiga menunjukan sosok Sai dan Ino yang sedang tiduran terlentang di atas hamparan padang daisy berwarna putih. Keduanya saling bergandengan tangan dan beradu pandang.

Foto selanjutnya menunjukkan siluet dua orang yang sedang berpelukan di bawah naungan sinar mentari senja, berselimutkan suasana indah pedesaan, dengan latar tebing sebuah pegunungan.

Foto yang lain menunjukkan citra Sai yang sedang memakaikan sebuah mahkota anyaman bunga lily pada Ino yang sedang menggandeng lengan pemuda itu, sambil keduanya berdiri diam bermandikan butiran hujan.

Dan foto-foto lainnya yang tidak kalah indah dari beberapa yang di deskripsikan itu. Rupanya, sang pengarah gaya yang tak lain adalah kakak sang mempelai wanita, telah melakukan interogasi besar-besaran pada kisah kencan pasangan muda itu.

Lebih jauh ke dalam, tersemat di dinding pelaminan, sebuah lukisan seorang gadis berambut pirang panjang sedang menatap para tamu undangan dengan sorot hangat netra birunya. Anyaman mahkota bunga bermacam warna tersemat di puncak kepalanya, membuat sosok gadis itu nampak seperti seorang putri raja. Senyuman hangat nan manis yang sedang terpasang di bibir ranumnya membuat sosoknya yang sudah cantik menjadi tambah berkilauan. . . Indah sekali, lukisan itu . . Membuat seluruh hadirin berdecak kagum.

Benar. Para tamu memberi banyak perhatian pada lukisan besar putri itu, yang tak lain adalah citra dari sang mempelai wanita. Lukisan itu adalah lukisan khusus Yamanaka Ino yang sengaja dibuatkan oleh Sai, sesuai dengan janji yang sudah mereka buat. Romantis juga ya, saat dipinang dengan lukisan cantik.

Tamu undangan yang terdiri dari banyak kolega bisnis maupun kawan dekat dari kedua mempelai sudah banyak yang berdatangan. Mereka mulai memberi banyak ucapan, juga kotakan hadiah yang perlahan menumpuk di sudut pelaminan.

Baik sahabat-sahabat Ino maupun para sahabat Sai tentu saja hadir di acara pernikahan mewah itu, tapi akan sangat panjang bila interaksi mereka diceritakan satu-satu. Yang jelas, kedua kelompok remaja tanggung berbeda gender itu masing-masing memberikan satu buah kotak hadiah. Deidara, sang kakak, juga tidak mau kalah. Sambil memeluk adiknya erat-erat, ia memberikan satu kotak besar berwarna ungu yang bersikeras ia tekankan agar hadiahnya itu di dahulukan.

Siang menjelang sore.

Acara resepsi masih berlangsung meriah dan tertib, hanya beberapa saja tamu yang sudah pulang. Sisanya masih betah lama-lama berada disana. Selain desain dan suasana arena rooftop yang memang sengaja dibuat nyaman, pemandangan dari puncak gedung berdinding kaca itu tak kalah memanjakan mata, membuat orang-orang mengurungkan niat untuk pulang. Apalagi semakin sore, semakin banyak tamu yang berdatangan. Untung saja satu lantai gedung tersebut mampu menampung sepuluh ribu orang, sehingga para tamu tak perlu risau akan berdesakkan.

Setelah cukup lama berdiri di pelaminan, Sai dan Ino mulai merasa pegal untuk melanjutkan acara sungkeman dengan para tamu undangan.

Akhirnya, keduanya dipanggil untuk melakukan sesi pemotretan foto pernikahan di sebuah jembatan tanpa pegangan di atas kolam renang.

Baru saat itulah, Sai dan Ino ditinggal hanya berduaan –para kameramen tidak termasuk hitungan-.

Kini keduanya sedang berdiri di atas pijakan jembatan kolam renang yang telah di dekorasi sedemikian indahnya sehingga kolam renang besar itu nampak seperti sebuah danau di negeri dongeng.

Ino menengok ke arah kerumunan yang masih berkumpul di area perjamuan di sebrang sana.

Phew.

Si gadis mendesah pelan, "Banyak sekali orang yang hadir."

Sai tidak ikut merespon, masih tetap diam, sehingga membuat Ino menolehkan wajah ke arahnya. Dilihat si gadis, pemuda itu sedang memandangnya dalam-dalam dengan penuh perasaan. Membuat gadis itu sedikit melebarkan mata birunya.

Sai tersenyum dan bergumam, "Kau cantik sekali, Ino."

Segera saja kalimat dan tatapan tajam pemuda itu membuat Ino tersipu. Dirasakannya, Sai mengeratkan genggaman tangan mereka. "Akhirnya kita dibiarkan untuk berduaan." bisik pemuda itu.

Benar. Sedari pagi pasangan pengantin itu sudah dikerumuni oleh banyak orang, seperti gula yang dikerubungi para semut.

Ino merona dan hanya mengangguk patah-patah, kenapa ia tiba-tiba merasa gugup?

Tak lama kemudian, para kameramen, pengatur gaya, dan jajarannya datang menghampiri dan segera mengerumuni pasangan pengantin baru itu. Sai dan Ino sudah tahu apa yang harus mereka lakukan karena sebelumnya Deidara telah memberi pengarahan.

Keduanya mulai berdiri berhadapan. Rok gaun pengantin yang sedang dikenakan oleh Ino dibiarkan menjuntai ke bawah jembatan, begitu pula tudung transparan yang telah di apitkan ke belakang kepalanya.

Well, mereka hanya diminta untuk memperagakan beberapa pose yang lumrah dilakukan sepasang pengantin. Sebatas rangkulan, dekapan, rengkuhan dan pelukan, tapi tidak sampai ciuman. Adegan terakhir itu khusus dikondisikan nanti pada sesi lain pernikahan. Haha.

Sai mulai merangkul pinggang istrinya, membawa tubuh semampainya merapat ke tubuhnya sehingga membuat Ino menumpukan satu lengannya pada dada Sai dan merangkulkan lengannya yang lain ke leher pemuda itu.

Di sekeliling mereka para potografer tak henti-hentinya mengambil gambar, bahkan gerakan kecil dari pasangan pengantin baru itu tak akan luput dari bidikkan kamera. Kilatan cahaya dari jepretan mata kamera terus menyoroti keduanya.

Setelah berpose cukup lama, Sai mulai memandang Ino dengan penuh minat. Pemuda itu melayangkan wajahnya untuk mendekat, sehingga onyxnya menatap aqua Ino lekat-lekat. Sontak saja wajah si gadis dibuat memanas.

Merasa kecanggungan mulai menyelimutinya, Ino menyamarkan kegugupannya dengan mengangkat satu alis pirangnya, dan bertanya, "K-kenapa memandangku seperti itu?"

Sai merespon dengan senyuman tipis, lalu pemuda itu bergumam, "Apa salahnya menikmati wajah istriku lama-lama seperti ini?"

Ino tidak menjawab, seketika itu wajahnya langsung teredam rona merah. Tidak ada salahnya sih, tapi kan kalau diungkapkan secara blak-blakan seperti itu . . Ino jadi tersadar sepenuhnya bahwa kini ia sudah sah menjadi istri tuan berkulit pucat itu. Gadis itu sempat tersenyum canggung.

Sai membalas dengan tersenyum jahil. Akhirnya setelah cukup lama menatap aqua bening si gadis, si pemuda memindahkan perhatiannya dari wajah Ino. "Bukan cuma wajahmu," bisik Sai.

Ino mendesah lega saat Sai sudah tidak menatap matanya, namun sesaat kemudian segera merasa panik saat ia melihat manik Sai malah digerakkan untuk terus turun ke bawah. Gadis itu merasa netra hitam si pemuda mulai menggerayangi tubuhnya. Benar saja, onyx Sai memang sedang terang-terangan diarahkan pada bibirnya. . . lehernya . . tulang selangkanya . . Ino menelan ludah. Kini tatapan liar mata gelap Sai sudah ditempatkan pada . . bagian dadanya?

Ino langsung merasa merinding. Apa yang sedang dilihat pemuda itu sekarang?

Sai kembali menempatkan tatapannya pada manik biru Ino yang sudah membelalak. Sambil tersenyum polos, pemuda itu melanjutkan, "Sepertinya aku sudah tidak sabar ingin menikmati seluruh tubuhmu malam ini, Ino."

Sontak Ino menahan napas, sementara Sai kembali berbisik, "Terutama, dua bantalmu itu membuatku ingin cepat-cepat menidurimu." Sai mengerlingkan matanya ke arah bawah, menunjuk pada buah dada si gadis dengan kerlingan jahilnya.

Tentu saja Ino langsung dibuat menegang. Manik birunya dikerjapkan satu kali.

Sedetik kemudian, dengan spontan si gadis melonggarkan pelukannya, lalu kedua tangannya mulai direntangkan ke depan untuk mendorong paksa badan Sai menjauh dari tubuhnya. Namun tak pernah disangka oleh Ino, gerakan tiba-tibanya itu mampu membuat si pemuda terdorong ke belakang.

Tubuh Sai yang tidak siap menerima dorongan tiba-tiba tersebut jadi terhantam ke belakang.

Eh?

Sai tercengang saat merasakan tubuhnya mulai oleng tidak seimbang. Ia sedang terjengkang mundur satu langkah ke belakang.

Eh!

Dua langkah ke belakang.

Eeh?!

Tiga langkah ke belakang, sampai Sai sudah kehilangan pijakan di permukaan kasar jambatan. Refleks, satu lengan Sai diulurkan ke depan secara mengenaskan dengan harapan si gadis akan meraih tangannya.

EEEEHH?!

Ino yang sadar akan perbuatannya segera membelalakan mata. Dengan segera tangannya pun disodorkan ke depan dan menangkap lengan Sai.

BYUURR!

Seketika itu, keduanya terjatuh ke dalam kolam.

Terdengar sayup-sayup kegaduhan di kerumunan.

Tak lama kemudian, sepasang kepala berbeda warna rambut mulai menyembul ke atas permukaan.

Sai yang masih tercengang berdiri dengan kaku, tangan kanannya merangkul pundak Ino dan tangan kirinya masih menggenggam erat tangan Ino. Ia hanya mampu terdiam sambil mengerjapkan mata sebanyak dua kali.

Sementara tubuh basah si gadis tampak sedang mengejang.

Oh Tuhan, apa yang telah dilakukan Ino di hari pernikahan mereka kali ini?

Ia telah benar-benar mendorong tubuh Sai masuk ke dalam kolam. Lebih buruknya, beratus meter di belakang mereka, para tamu pasti sedang menontoni keduanya yang tercebur menggelikan ke dalam kolam dengan bodohnya.

Uh, yang benar saja. Apa yang telah ia lakukan?

Ino yang telah beres tercengang langsung menempatkan dua telapak tangannya untuk menutupi wajahnya. Gadis itu malu setengah mati. Ia tidak peduli dengan dirinya, tapi ia telah benar-benar mempermalukan image suaminya, kan?

Melihat perilaku aneh Ino dan merasakan tubuh si gadis yang mendadak bergetar, Sai langsung mengambil napas pelan. Ia mulai tertawa.

Pemuda itu paham dengan apa yang sedang terjadi. Perlahan, ia meraih pergelangan tangan Ino yang sedang menutupi wajahnya.

Mendengar suara tawa yang bersumber dari arah depannya, si gadis segera mengintip dari balik jemarinya. Dirasakannya tangan hangat Sai telah menggenggam pergelangannya.

Perlahan, Ino menurunkan tangannya, lalu mulai mendongakkan wajah. Si gadis dapat melihat Sai yang sedang terpingkal puas sekali. Pemuda itu menatap aquamarine Ino dan tertawa makin keras, seolah sedang sengaja mentertawakannya. Sementara si gadis masih tetap tercengang.

Sai mulai menundukkan wajahnya ke depan, lalu menempatkan dahinya di dahi si gadis. "Kau benar-benar melakukannya, Ino." Ujar Sai di sela tawanya.

Ino sempat terhenyak. Kemudian, si gadis yang sesaat tadi merasa ingin menangis mulai ikut tertawa. Ia lega jika Sai malah menganggap kejadian ini lucu.

Ino merangkul pemuda itu ke dalam sebuah pelukan, lalu berbisik. "Maafkan aku, sungguh."

Entah mengapa, rasanya Sai tidak bisa berhenti bertawa. "Ino. Sepertinya semua orang sedang memperhatikan."

Ino merasakan tubuhnya kembali menegang.

"Lagipula, para potografer itu tidak berhenti mengambil gambar kita." Bisik Sai melanjutkan, "Apa mereka pikir ini disengaja?"

Benar saja. Para kameramen tidak menghentikan pekerjaan mereka, meski sedikit kebingungan karena merasa bahwa pemotretan di dalam air tidak masuk ke dalam rencana.

Ino mengeratkan pelukannya. "Apa yang harus aku lakukan?" ia terdengar frustasi. Mereka pasti sedang terlihat bodoh sekali.

Dirasakannya Sai mengangkat bahu. "S-Sai . ." lirih Ino, gugup.

Tiba-tiba saja Ino melihat sehelai kelopak bunga mawar melayang-layang di udara di depannya, lalu kelopak merah itu hinggap di pundak suaminya. Ino terkesiap saat semakin banyak helaian bunga ikut jatuh melayang pada udara di sekeliling keduanya. Membuat keduanya segera memutar badan sambil mendongak. Ternyata sedang terjadi hujan taburan kelopak bunga mawar merah.

Sedang berdiri di tepi kolam, Deidara mendelik ke arah mereka sambil memegangi sebuah keranjang bunga dan menaburkan isinya ke kolam. Sesaat kemudian ia melemparkan keranjang yang sudah kosong ke atas tanah berumput hijau.

Plok Plok Plok.

Ia segera menyeringai lebar sambil bertepuk tangan, membuat para kameramen yang sedang mengambil gambar ikut menolehkan kepala ke arah lelaki berambut pirang itu.

"Tepat seperti yang kurencanakan!" ucap Deidara. "Pasangan pengantin sampai rela masuk ke dalam kolam demi totalitas pemotretan ini." lelaki itu mulai memutar kepalanya ke arah sekitar sambil menunjuk-nunjuk ke arah orang-orang yang sedang membawa kamera. "Kalian tahu apa yang harus dilakukan, kan?"

Eh?

Semua kameramen di sana serentak mengangguk lalu menyebar ke berbagai sudut. Ada pula yang sampai ikut terjun ke dalam kolam renang lalu kembali mengambil gambar.

Deidara membisikkan sesuatu sambil melambaikan tangannya ke arah pasangan pengantin yang masih berdiri di depan kolam. Lelaki itu masih menyeringai. Mungkin seringaian mencemooh, jail atau menolong. Ah, entahlah. Bisikannya tidak pernah kedengaran oleh adiknya.

Sai dan Ino saling beradu pandang. Si pemuda kembali tertawa sementara Ino mengangguk paham sambil tersenyum lebar. Sepertinya mereka disuruh untuk terus berpose seolah adegan ini memang disengaja.

Haha. Sang kakak kadang-kadang bisa jenius juga.

Kilat cahaya dan suara jepretan kamera kembali memeriahkan suasana sore itu.

Angin semilir menyapu kulit wajah sepasang pengantin.

Helaian kelopak mawar berwarna merah bertebaran mengelilingi keduanya. Ada yang mengambang di atas permukaan air, ada pula yang hinggap di tubuh kedua mempelai.

Sai kembali menatap istrinya dengan penuh minat. Ino menyambut tatapannya dengan senyuman hangat.

Terbawa suasana, keduanya saling mendekat, menutup jarak di antara wajah mereka sambil mulai berciuman.

Kedua bibir saling mengulum satu sama lain. Kehangatan ciuman itu mulai menjalar ke seluruh tubuh, menetralkan dinginnya air kolam yang sedang membasahi mereka sampai ketinggian sedada.

Di belakang mereka, mata sang kakak langsung terbelalak melihat kelakuan keduanya. Sementara khal layak mulai berkumpul di tepi batas area perjamuan untuk menyaksikan sesi pemotretan yang tidak biasa itu.

Mereka ber-wah dan berdecak kagum saat melihat pasangan pengantin dan para potografer yang melalukan pemotretan dengan penuh totalitas. Tidak tanggung-tanggung beberapa potografer dan pasangan pengantinnya sampai turun masuk ke kolam renang. Beberapa yang lain tetap di atas kolam untuk mengambil foto dari berbagai angle.

Alhasil, poto-poto pernikahan mereka menjadi sangat mengagumkan karena nampak terlihat begitu alami dari pose-pose candid sang pengantin. Mulai dari saling menarik tangan saat hendak tercebur, sampai pose berciuman di tengah air kolam.

Kejadian tidak direncanakan itu berakhir dengan hasil yang mengagumkan.

X

X

X

Sesi pemotretan itu berakhir. Kedua mempelai akan kedinginan jika dibiarkan terlalu lama berendam di dalam air.

Sai keluar duluan dari dalam kolam. Ia melepas tuksedonya sebelum kembali berjongkok untuk menyematkan jas tersebut menyelimuti tubuh si gadis bagian atas. Lalu sai mengulurkan tangannya untuk membantu istrinya naik. Setelah itu Sai menggendong Ino ala bridal style.

Hadirin sontak riuh.

Ino yakin para wanita yang hadir disana sedang melihat iri dirinya yang tengah digendong mesra oleh sang suami.

Untuk sementara, acara resepsi pernikahan itu terus berlanjut tanpa kehadiran pengantinnya karena kedua mempelai sedang berganti pakaian.

Di dalam kamar, Sai dan Ino belum berhenti tertawa. Sai masih menggendong tubuh gadisnya yang basah. Akhirnya untuk sementara keduanya bisa melarikan diri dari runtutan acara resepsi yang tidak kunjung usai.

Sai mulai menurunkan tubuh Ino. Gaun panjangnya yang kebasahan itu terasa sedikit berat. Rambut Ino yang basah sedikit tergerai berantakan, meski make up yang dipakainya tidak luntur terkena air kolam. Sai menanggalkan tuksedo basahnya yang sedang memberatkan pundak Ino. Mereka sudah aman sekarang.

"Setelah seharian menahan diri untuk bersikap elegan, pada akhirnya kau menyerah juga, Ino." Cibir Sai, masih tertawa.

Mendengarnya, tawa Ino langsung terhenti. Bibirnya mulai berkedut. Gadis itu melangkah ke depan dan memukul dada Sai dengan cukup keras. "Kau yang menyebabkanku kehilangan keanggunan untuk kesekian kalinya, Tuan Sai." protes Ino.

Sai menahan pukulan gadis itu dengan menggenggam erat kedua tangan Ino menggunakan masing-masing tangannya. Kini tawa Sai sudah tergantikan oleh sebuah seringaian. Untuk ke sekian kalinya di hari itu, Ino merasakan si pemuda menatapnya dengan penuh minat. Pemuda itu sempat mendelik sekali ke arah gaun Ino yang sudah mulai transparan.

Raut kesal Ino yang tadi sempat hadir segera tergantikan oleh kepanikan. Entah mengapa perasaannya tiba-tiba berubah tidak enak . . Gadis itu mencoba mundur ke belakang tapi Sai malah menarik tubuhnya ke depan.

Cup!

Nampaknya, pemuda itu masih berminat untuk meneruskan aksi mereka di kolam tadi. Kedua tangan Sai mengunci tangan Ino sementara mulutnya mengunci mulut si gadis. Ino yang sempat akan protes langsung mengurungkan niat saat sentuhan hangat bibir Sai mulai membuat dirinya terlena. Sai mengulum bibir istrinya lambat-lambat, lalu mulai menurunkan jajahan bibirnya menuju leher si gadis dan menghisap kulit lembut disana lama-lama.

Ino menggeliat saat merasakan Sai mulai menjilati lehernya yang sedang basah, "Ssai-"

Si gadis dibuat terkesiap Saat si pemuda tiba-tiba menggendongnya lagi, lalu membaringkan dirinya di atas kasur. Manik biru Ino segera melebar saat ia melihat Sai sudah mengurungnya di atas sana.

"S-sai, acaranya masih belum selesai, k-kau tahu-" Ino bicara dengan cepat dan terbata.

Tetapi Sai kembali membungkamnya dengan menempatkan sebuah ciuman di bibirnya.

"Mmph," desah Ino.

Setelah cukup puas mencium bibir istrinya, Sai kembali menurunkan ciumannya agar bibirnya bisa menyapu lembut tenggorokan Ino.

"S-sai," si gadis mulai mencengkram kerah kemeja suaminya.

Saat Sai terus menurunkan kepalanya ke bawah, Ino langsung menahan pemuda itu dengan menjambak rambut hitamnya. "Mereka akan segera datang kesini untuk mengganti baj-"

Tok Tok.

Ah, benar saja. Belum juga Ino menyelesaikan ucapannya, daun pintu sudah diketuk seseorang dari luar. Sai sempat mendesah kecewa sebelum melepaskan kurungannya atas tubuh gadisnya. Ino langsung mendesah lega. Kasur yang sedang diduduki mereka dibuat basah karena menyerap air yang menetes dari tubuh keduanya.

Si gadis yang sudah menarik tubuhnya untuk duduk segera melemparkan tatapan menusuk pada suaminya itu.

Namun, si suami malah kembali merapatkan tubuhnya ke arah Ino. "Mari lanjutkan malam nanti." Bisik Sai dengan nada menggoda, lalu ia menarik dirinya untuk berdiri.

Pemuda itu mulai berjalan menuju pintu, meninggalkan Ino yang wajahnya kembali merona merah.

Entah mengapa Ino merasa lega saat mereka berdua masih harus melewati serangkaian acara resepsi. Ino menenggelamkan wajahnya ke dalam satu telapak tangannya sambil menhembuskan napas panjang. Sepertinya batin dan mentalnya masih belum dipersiapkan sepenuhnya.

Nampaknya, Sai dan Ino memang harus menunda 'acara utama' mereka setelah keduanya resmi menjadi pasangan suami istri setelah seluruh rangkaian acara resepsi pernikahan yang melelahkan itu rampung.

Yang sabar ya, Tuan Sai.

Barangkali acara di siang hari itu memang terasa panjang dan melelahkan. Tapi kegiatan di malam pernikahan nanti tidak akan kalah dan melelahkannya. Malah mungkin akan lebih ke menyenangkan dan menggairahkan~

.

.

.

Finish.


A/N.

Aku malas sekali untuk menjelaskan pernikahan mereka secara detail di awal-awal karena itu aku tuliskan garis besarnya saja. Prosesi pernikahan di fiksi ini awalnya dikutip dari adegan ftv (mainstream banget ya) yang pas mau ijab kabul tiba-tiba si mempelai cewenya kabur karena ga mau di nikahin (chap 2), jadilah adegan nikahnya seperti diatas lol

That's all. YEAY.

Hola, cerita di fiksi Nasty Temper ini sepertinya telah usai sampai disini. Hubungan keduanya telah sampai pada pernikahan. Jadi . . . ya beginilah endingnya~ hehehe

Setelah sekitar dua bulan lebih, akhirnya fiksi ini bisa rampung jua. Aku menyelesaikan fiksi ini rusuh sekali, jadi maaf jika menemukan banyak kekurangan.

Aku baru menemukan sinyal kenceng yg pas, jadinya baru sempet update *kangenwifi*

Terimakasih banyak kepada semuanya yang telah mendukung keberlangsungan fiksi ini sedari awal, aku senang sekali :)

Mari berteman denganku di facebook VikaKyura :)

Silahkan tuliskan komentarmu di kotak review, aku masih sangat menunggu repiyu dari kalian~


-Special Thanks-

Terimakasih kepada teman-teman atas waktumu, favmu, followmu, reviewmu dan semuanya.

*membungkuk*

Shiroe Ino / Becky407 / zielavienaz96 / JI Niji / Ryuki Akira / Ryunee97 / UchiHaruno Sya-Chan / donyagu / nariezka / Miss Utun / hana109710 Yamanaka/ chris rafael / Blonde8 / Diana860 / Neko no Kitsune / Yuuki Azusa / narunako / FloweRara / Lmlsn / Mustika447 / Scarleet Rin / De-chan Here / Alwi arki / / ChenoaFairlee / block-c / DiRa-cchi 7ack / Dobe Amaa-chan / gigants / Haru.C.23 / Kikuuuu / mikahiro-shinra / Vlatipus / silverqueen98 / setyanajotwins / piyupiyup / Chic White / Praha / Zharafirna Linn / / auliaputri100 / 30 / Miss Divania Cherry / Nuyusshu / ernykim / Hoshi Riri / Fushimi Yuuna / cloudsky7 / lady purple rose / pbalqisf / Dinamrdliana / AutumnSpring98 / rossaria / tamiino ciao / de-chan (guest) / Minori Hikaru / Shinna (guest) / Haru (guest) / shirayuki miu / Erica719 / Mina no Bell / hima (guest) / JelLyFisH (guest) / anna (guest) / Xenoa Fahrer / xoxo (guest) / Amber Lamarr / wurinastiti16 (guest) / odet (guest) / uchiha della (guest) / Cissy123 (guest) / Oh Se Naa / Ryuui Momochi (guest) / blablabla (guest) / iin (guest) / Shin (guest) / ASKvirus1001 / Esce R / Evy Bestari Putri / / affsaini / arisaarishima27narutouzumaki10 / claire nunnaly / hiru nesaan / ruwettoyo / rei (guest) / azurradeva / Guest (anonim)

dan semua pembaca yang tidak bisa aku sebutkan satu-satu (karena aku tidak tahu namamu)~


Kepada semuanya yang telah memfav, memfollow, mereview, dan membaca cerita ini sedari awal . . terimakasih banyak yaa, aku senang karena mempunyai kalian yang telah mendukungku ^^

Dan kepada yang sedang membaca fiksi ini sekarang, Terimakasih banyak juga^^

Semoga suka dan mari lanjutkan untuk mencintai pasangan Sai dan Ino!

Salam,

VikaKyura.