Summary : Teror mengerikan menghantui para sahabat itu. Sekolah mereka berubah menjadi lokasi pembunuhan. Dan masa lalu salah satu dari merekalah rahasianya. Tapi siapa?
Rated : T
Genre : Horror, Thriller, Mistery, Friendship, lil' bit Humor
Author : Park EunSang/BB, with help from two 'absurd' brothers
Warning : Bad!EYD, Failed!Humor, newbie author, typo(s) haunted, OOCness overload, little hint of Sho-ai
Seoul, 29 Oktober 2015 -Jimin & Jungkook's Apartement
Semenjak kemarin Jungkook mendiamkannya. Semenjak pertengkaran kecil mereka waktu itu Jungkook tidak sama sekali tidak berbicara dengannya. Bahkan teman-teman mereka menyadarinya. Jungkook semakin pendiam. Jungkook memang pendiam, tapi tidak pernah sependiam ini. Bahkan Taehyung dan Hoseok merubah panggilan mereka kepada Jungkook. Yang semula 'orang yang sedang belajar bisu' menjadi 'patung hidup'. Hah... mereka itu aneh-aneh saja!
Jimin menghilangkan bayangannya tentang keabsurdan sahabat-sahabatnya. Dia melayangkan pandangannya pada Jungkook yang menonton siaran olah raga di ruang tengah. Dia tahu Jungkook marah padanya. Dia tahu Jungkook kecewa akan perkataannya. Tapi dia bisa apa? Dia hanya tidak ingin merepotkan Jungkook lebih lama lagi.
Terlebih lagi... bagaimana caranya supaya Jungkook tidak marah lagi padanya. Satu-satunya orang yang bisa membuat Jungkook berhenti marah adalah dirinya. Iya... dirinya. Jimin tersenyum pedih. Dia tersadar bahwa seluruh hidup Jungkook berpusat padanya. Tapi sekarang dirinya sudah tiada.
'Apa yang harus kulakukan, Hyo-ie'
"Jungkookie~" panggil Jimin. Sepasang kaki pendeknya "Ehem!" Ah... Jeongsahamnida! Maksudnya sepasang kakinya melangkah kearah yang lebih muda yang masih memusatkan perhatiannya kepada kotak ajaib yang bisa mengeluarkan suara dan gembar bergerak yang bernama televisi.
Jimin melihat apa yang sedang ditonton adiknya. Ah.. ternyata pertandingan smack down. Walaupun Jimin tidak terlalu menyukai tayangan seperti ini, tapi Jimin mengenal salah satu pemainnya. Tidak hanya wajahnya yang cukup tampan sehingga membuat sang author fanfic ini klepek-klepek ataupun karena sering muncul di beberapa film terkenal. Tapi juga karena orang tersebut sering mengingatkannya kepada maknae salah satu boyband –yang lagunya sering digunakannya untuk menari- bentukan ahjussi bulat yang bernama Gerakan Cowok Anti Peluru. Baiklah pikiran Jimin mulai ngawur.
"Jungkookie~" Jimin semakin mendekatkan dirinya kepada sang adik. Posisi Jungkook yang membelakanginya membuat Jimin tidak bisa melihat ekspresi Jungkook. Ditambah lagi Jungkook yang memang irit ekspresi.
"Jungkookie mianhada!" Jimin melingkarkan kedua lengannya di leher Jungkook mencoba memeluk yang lebih muda tanpa memperdulikan sofa yang memisahkan tubuh mereka.
"Mianhae... aku tahu kau kecewa. Tapi kumohon maafkan aku! Kau boleh memarahiku. Tapi tolong jangan mendiamiku seperti ini! Aku janji tidak akan mengatakan hal seperti itu lagi! Aku janji tidak akan pergi dari sisimu lagi! Tapi kumohon jangan seperti ini Kookie-ah! Jangan seperti ini... aku-" pelukan Jimin mulai melonggar. Suaranya bergetar.
"Sudahlah..." suara Jungkook membuat Jimin mendongak.
"Gwenchanha! Aku sudah memaafkanmu."
"Jinjja!" tanya Jimin memastikan. Matanya berbinar penuh harap.
Jungkook mengangguk. Dia melepaskan pelukan Jimin di lehernya. Berbalik dan membawa yang lebih tua ke dalam dekapannya.
"Gomawo Kookie-ah! Gomawo!" Jimin bergumam senang.
Jungkook hanya diam. Dia tidak bohong saat mengatakan dirinya telah memaafkan Jimin. Hell... dia bahkan tidak bisa marah pada Jimin. Jimin adalah hyung yang sangat disayanginya. Dia adalah orang terpenting dalam hidupnya. Terlebih lagi Jungkook sudah terikat janji dengan dirinya. Bagaimana mungkin Jungkook bisa marah? Apalagi jika Jimin sampai menagis karena Jungkook. Jungkook tidak yakin masih bisa hidup jika hal itu terjadi. Oh... andai saja anda tahu Jungkook-ssi... anda sudah sukses mebuat Jimin-ssi meneteskan air mata pada chapter sebelumnya. Jika anda tidak percaya silahkan tanya reader-deul!
"Kookie~ besok hari itu, kan? Mau menemaniku mengunjunginya?"
Jungkook memang tidak menjawab, tapi anggukan kepalanya sudah cukup bagi Jimin.
Bosan.
Ya bosan.
Itulah yang dirasakan Kim Taehyung saat ini.
"Aish... hyung! Kapan kalian selesai?" teriak Taehyung frustasi.
"Yak! Diamlah Tae! Ini sudah ke-39 kalinya kau mengatakan hal itu!" Namjoon balas berteriak. "Lagi pula siapa yang menyuruhmu menunggu kami, hah?!"
Baiklah... mari saya jelaskan. Saat ini semua anggota BTS (BangTan Sonyeondan) sedang berkumpul di ruang OSIS. Kenapa? Sebenarnya hanya Namjoon, Jin, dan Yoongi yang mempunyai urusan. Lebih tepatnya hanya Namjoon.
Hari itu sepulang sekolah, anggota OSIS sedang melaksanakan rapat. Sebenarnya rapatnya selesai, tapi Namjoon masih memiliki banyak tugas sebagai ketua OSIS yang belum terselesaikan jadi dirinya harus tinggal dulu di sekolah. Sebagai sahabat –dan bawahan- yang baik, Jin dan Yoongi ikut membantu. Jimin sebenarnya sudah pulang, tetapi karena khawatir dengan Yoongi akhirnya dia kembali ke sekolah dengan membawa makanan. Dan tentu saja, Jungkook mengikuti. Hoseok dan Taehyung? Hanya ikut-ikutan saja.
Penjaga sekolah sudah pualng sejak tadi. Tapi mereka tidak khawatir terkunci di sekolah karena Seokjin mepunyai kunci cadangan gerbang sekolah. Secara... ayah Jin kan pemilik sekolah.
"Akh... aku bosan!" serunya sambil melempar buku milik Hoseok yang berujung dengan terkena jitakan sang pemilik buku.
"Chim... laper nih! Ada snack gak?" tanya Taehyung. Sekedar info, Chimchim adalah nama panggilan Taehyung untuk Jimin. Kenapa Chimchim? Hanya Taehyung yang tahu.
"Ambil saja di tasku." Kata Jimin tanpa mengalihkan perhatiannya dari TV yang sedang ditontonnya. Sedangkan sebelah tangannya mengelus kepala Jungkook yang sedang tidur di pangkuannya. Permisi, bisa saya fangirlingan sebentar? KYAAA! "Berisik narator!" maafkan saya Namjoon-ssi. Oh, ngomong-ngomong bagaimana di ruang OSIS bisa ada TV? Jawabannya simple. Karena Seokjin menghendaki.
Taehyung pun mengambil snack dari dalam tas Jimin yang tidak dapat saya sebutkan merknya. Lumayanlah.. snack itu dapat mengganjal perut dan membuat Taehyung diam.
Setidaknya...
...untuk sementara.
"Akh... aku bosan! Hyung kapan kalian selesai!" kata Taehyung untuk ke-40 kalinya. Bungkus sisa snacknya dia biarkan berserakan.
"Taehyung-ah. Duduklah dengan tenang dan biarkan kami bekerja atau kau bisa mengajak Jimin atau Hoseok bermain PS bersama." Kata Jin lembut. Tolong jangan tanyakan bagaimana bisa ada PS di ruang OSIS! Karena sekali lagi... karena Seokjin menghendaki.
"Tapi aku bosan hyung~" Taehyung terus merengek. Dia mulai berguling-guling di atas karpet. Hoseok ikut-ikutan. Yang lain –kecuali Jungkook yang masih tertidur- menepuk dahi masing-masing.
Taehyung masih tetap merengek sambil berguling sebelum...
BRAK!
Yoongi menggebrak mejanya kesal. Gawat! Yoongi marah!
Sontak Taehyung terdiam dan menelan ludah. Sementara Hoseok langsung duduk di sebelah Jimin dan bertingkah seolah-olah tidak melakukan apa-apa. Dasar licik.
"Kim Taehyung! Kuperintahkan kau untuk berhenti berbicara! Perintahku ini absolut!"
(BB : Kampret! Salah script woy! Itu script fandom sebelah!)
"Kim Taehyung! Jika kau ingin segera pergi dari sini maka diamlah dan biarkan kami bekerja dengan tenang!" seru Yoongi sambil menatap Taehyung dengan tatapan diam-atau-aku-yang-akan-membuatmu-diam. Taehyung langsung merinding.
Di depan TV, Hoseok terkikik. Taehyung yang tidak terima melempar dompetnya ke arah Hoseok dan depat mengenai kepala Hoseok. Dompet itu jatuh dan terbuka dihadapan Jimin.
"Headshot!" Taehyung tertawa nista.
Saat Jimin memungut dompet Taehyung, matanya terpaku pada foto yang terpasang disana.
"Ah... ini!" seruan Jimin menarik perhatian Hoseok. Matanya melongok ke dompet Taehyung.
"Eh?" Namjoon dan Jin yang juga penasaran beranjak dan ikut melihatkan foto tersebut. Sedangkan Yoongi cuek ditempat.
"Wah... siapa ini? Cantik sekali." Tanya Seokjin. Difoto itu terlihat Taehyung dan seorang gadis cantik yang sedang bergandengan tangan. Di bawahnya terdapat tulisan 30/10 When everything end.
"30 Oktober? Itu hari ini kan?" tanya Seokjin. Namjoon mengangguk sebagai jawaban.
Taehyung gelagapan. "Be.. berikan dompetku!" katanya panik. Tangannya segera menyambar dompetnya yang masih dipegang Jimin. Dia segera menyimpan dompet itu di kantung celananya.
Namjoon memincingkan matanya melihat gelagat aneh Taehyung. "Kau kenapa? Memangnya dia siapa sih?"
Tahyung semakin panik. "Bu... bukan siapa-siapa! Eung... hyung aku mau buang air! aku ke toilet dulu ya! Bye!"
Taehyung segera berlari pergi dan membanting pintu ruang OSIS. Sementara yang lain hanya menggendikan bahu tak peduli. Taehyung dari dulu memang aneh kan? Mereka kembali melakukan aktivitas mereka masing-masing.
"Hyung... biar aku menyusul Taehyung." Ujar Hoseok sambil berdiri.
"Eh? Kenapa? Taehyung sudah besar kan jadi tidak perlu ditemani" Tanya Jin heran.
"Bukan masalah itu... masalahnya yang kita bicarakan ini Taehyung. Bisa-bisa setelah dari kamar mandi bukannya kembali ke sini dia malah menghabiskan makanan di kantin." Kata Hoseok.
Seokjin hanya mangut. "ah... benar juga! Ya sudah susul dia sana!"
Taehyung mengeluarkan dompetnya dari saku celananya. Dirinya memandangi foto yeoja cantik itu. 'Bogoshippo!' Taehyung mengingat kenangan indah mereka berdua.
'Dimana kau sekarang?' pikirnya
Tiba-tiba...
BZZZTTT
"Hyung! Taehyungie dan Hoseokie kemana sih? Memangnya buang air sampai selama ini ya?" tanya Jimin pada Jin. Sudah hampir 45 menit Taehyung dan Hoseok pergi tapi belum ada satupun dari mereka yang kembali.
"Entahlah! Aku juga tidak tahu." Jawab Jin. Dirinya juga mulai khawatir. Sifat keibuannya mulai keluar. Sebagai yang paling tua diantara mereka sudah sewajibnya dia memastikan keselamatan mereka kan.
"Aku khawatir hyung." Gumam Jimin.
BZZZTTT
"HUAH!/HIII/SHIT!/EH?/EUNG?"
Tiba-tiba saja listrik padam yang mengakibatkan berbagai repon yang berbeda dari mereka. Jin yang sontak berteriak, Jimin menjerit tertahan, Yoongi yang tanpa sadar langsung mengumpat, Namjoon terkejut, dan Jungkook yang bangun dari tidurnya.
"Fuck! Kenapa listriknya harus mati sekarang sih? Padahal pekerjaanku tinggal sedikit lagi!" Jangan tanya saya Yoongi-ssi tanyakan saja pada listriknya.
"Ah... bagaimana ini hyung?" tanya Jimin panik. Dirinya memang tidak menyukai kegelapan. Itu mengingatkannya pada... masa lalu.
"Aku tidak tahu, Min." Jin ikut panik.
"Hyung! Ayahmu lupa bayar tagihan listrik ya?" sungguh Yoongi-ssi... pertanyaanmu itu benar-benar tidak penting.
"Enak saja kau!" Seokjin-ssi.. tolong jangan emosi.
"Lebih baik kita keluar dan mencari sesuatu untuk penerangan. Sekalian kita cari Hoseok dan Taehyung juga." Kata Namjoon. Sekolah mereka memang tidak mengijinkan murid-muridnya membawa alat elektronik kecuali Laptop. Makanya pada saat seperti ini mereka menjadi kerepotan. Dan tentu saja Seokjin tidak menghendaki hal ini.
"Ah... kau benar! Kajja!"
"Hwe... gelap sekali! Aku tidak bisa melihat apapun!" Taehyung meraba-raba dinding disebelahnya. Berjagaa-jaga agar tidak menabrak sesuatu.
"Kenapa harus mati lampu sih? Yak! Kau listrik! Tidak bisa kau menyala?!" sepertinya mati listrik ini juga berdampak pada kesehatan mental Taehyung. Saya harap setelah ini dia tidak mencoba mempelajari bahasa listrik.
TAP... TAP... TAP...
DEG!
"Sialan! Kenapa gelap sekali sih?"
"Yang namanya listrik padam ya sudah pasti gelap! Kau itu aneh hyung!" Namjoon mencibir gerutuan Yoongi.
Saat ini mereka ber-5 sedang menusuri koridor sekolah guna mencari alat penerangan. Namjoon berjalan di depan dengan Jin tepat di belakangnya. Sedangkan Jimin berjalan sambil memeluk lengan Jungkook dan Yoongi. Jimin-ssi maruk ah! Saya kan juga mau...
"Yoongi-hyung~ Jungkookie~ aku takut!" rengek Jimin yang hanya direspon oleh gumaman keduanya. Kadang teman-teman mereka heran bagaimana Jimin bisa betah dengan orang macam mereka berdua. Yang satu setadar triplek, yang satu segalak ibu-ibu PMS.
TAP... TAP... TAP...
Suara tapak kaki membuat mereka ber-5 sontak berhenti.
"Apa... itu?" tanya Jin takut. Tangannya mencengkram erat bagian belakang seragam milik Namjoon.
"Entahlah! Mungkin itu suara langkah kaki milik Hoseok dan Taehyung... mungkin..." jawab Namjoon. Dirinya juga mulai ikut merasa takut namun dia tetap memberanikan dirinya sendiri.
TAP... TAP...
Suara langkah kaki itu semakin mendekat dan mereka ber-5 masih membeku ditempat. Lankah kaki itu semakin mendekat dan mendekat hingga terlihatlah wujud pemilik suara langkah kaki tersebut.
Disana, mereka terlihat sesosok manusia (mereka bahkan tidak yakin itu manusia atau bukan) berdiri jauh dihadapan mereka. Keadaan yang gelap membuat mereka tidak dapat melihat dengan jelas seperti apa wujud orang tersebut. Yang jelas orang itu mengenakan pakaian serba hitam. Sementara wajahnya tertutupi oleh topeng putih berbentuk wajah rubah. Dan yang membuat mereka semakin ketakutan adalah tangan orang itu menggenggap sebuah belati yang amat tajam.
Tanpa sadar mereka terus menahan napas ketika orang atau makhluk tersebut terus berjalan mendekat ke arah mereka. Mereka terus saja menahan napas bahkan ketika makhluk tersebut justru berbelok ke arah lain.
"I... itu tadi apa?" pertanyaan Jimin pun menarik mereka ke alam sadar masing-masing.
Countdown
3
2
1 and...
"GYYAAAA!"
TAP... TAP... TAP...
DEG!
"Su... suara apa itu?" Taehyung bergetar. Keringat dingin mengucur dari dahinya.
TAP... TAP...
"Itu apa? Jangan bilang itu hantu? Tapi memangnya hantu bisa mengeluarkan suara tapak kaki ya? Eh... biasanya di film-film juga begitu? Ah tidak tidak! Sekolah ini tidak berhantu kan? Jangan-jangan sekolah ini bekas rumah sakit? Atau justru kuburan?!" Taehyung-ssi... anda masih mempercayai takhayul macam itu?
TAP... TAP... TAP
GREB!
"Tae!"
"HWAAA! Ampuni saya tuan hantu! Saya tidak salah apa-apa! Tolong ampuni saya! Tolong ampuni anak tak berdosa ini! Jika anda ingin mengambil nyawa orang! Ambil saja nyawa Jungkook! Siapa tahu saat ajal hampir menjemputnya dia bisa mengeluarkan sedikit ekspresi!" Doa macam apa itu?!
"Yak! Ini aku Taehyung pabo!"
"Eh?"
Taehyung membuka sebelah matanya. Wajah garang Hoseok pun terpampang jelas di depan wajahnya.
"Hoseokie hyung! Syukurlah itu kau! Kupikir ada hantu yang mengejarku!" jerit Taehyung sambil memeluk Hoseok senang.
"Hantu... hantu... memangnya ada hantu yang sudi mengejarmu? Lagi pula apa-apaan itu? Anak tak berdosa? Bukannya dosamu itu banyak sekali, hah?!" sepertinya Hoseok baru belajar mengeluarkan kata-kata tajam dari Yoongi.
"Habisnya... disini kan ge.. lap... eh? Hyung! Kau bawa senter?" tanya Taehyung sambil menunjuk senter yang sedang digenggam Hoseok.
"Oh... iya! Memangnya kenapa? Kita tidak dilarang membawa senter ke sekolah kan?" tanya Hoseok.
"Memang tidak... tapi untuk apa kau membawa senter ke sekolah?" Taehyung heran. Jangan-jangan Hoseok itu cenayang yang bisa memprediksi bahwa litrik di sekolah mereka akan padam.
"Iseng." Hah... yang namanya Hoseok tetap saja Hoseok.
To Be Continued
A/N :
ZEN : ni chapter ngaco parah...
Nana : Tumben BB-ssi bikin fanfic ada humornya?
BB : Ya sorry~ abis pas bikinnya gw diganggu dua makluk entu!
Al : Yaahaa!
Koko : We're here!
ZEN : Oppa!
Al, Koko, ZEN : *berpelukan ala teletabis*
Nana : Wah~ reuni saudara yang sudah tidak bertemu selama satu tahun lebih ya?
BB : Tau dah! Reader-deul review juseyo~
