The Dead Man

Rate: T

Length: Chaptered

Genre: Romance / AU

Warning! BL / Min!top Park!bottom / DLDR

.

.

.

By. Red Casper

.

Cerita ini hanyalah fiksi belaka

.

Enjoy

.

.

Chapter 7 [majimak hwi]

.

Jimin berangsur-angsur membaik. Dia selalu menghadiri sesi konselingnya tiap minggu tanpa absen, bahkan di minggu keempatnya, Jimin sudah bisa kerumah sakit sendiri. Dia sudah melarang Yoongi untuk libur tiap jumat hanya untuk menjaganya di rumah sakit, dan Yoongi dengan berat hati setuju karna gajinya yang dipotong hampir 15% karna 4 kali tidak masuk dalam sebulan.

Pada hari terakhir sesi konselingnya dengan Dr. Kyungsoo, Jimin bilang tidak bisa mengatakan bahwa dirinya sudah kembali hidup normal seperti sebelumnya, namun dia hidup lebih baik sekarang. Jimin tidak pernah lagi mencari kuburan dan berat badannya naik karna nafsu makannya sudah kembali. Jimin mengajak Jinki tinggal bersamanya untuk menghemat uang sewa apartemen karna selain membayar apartemen Jimin, Jinki juga ternyata membayar sebuah apartemen kumuh miliknya sendiri.

Jimin sekarang sudah bekerja di sebuah studio dance sebagai instruktur. Sebelum sakit, Jimin memang mengajar di tempat itu, dan pemilik sekaligus ketua dance crew studio itu, Lee Taemin, dengan senang hati menerima Jimin kembali karna Jimin adalah salah satu instruktur dance terbaiknya.

Dan hari itu, hari rabu tanggal 9 maret pukul 6 sore, Jimin berkeliling sebuah supermarket dengan mendorong troli berisi bahan makanan untuk membuat sup rumput laut, stir-fried pork dan kimchi stew. Setelah mendapatkan semua bahan yang ia inginkan, Jimin berjongkok di depan deretan pita warna-warni, memilih dengan kening berkerut, bingung pita mana yang harus dibeli. Dan akhirnya dia memutuskan mengambil gulungan kecil pita warna merah muda. Hari itu adalah hari special dan Jimin sudah sengaja mengambil jam mengajar siang agar malamnya dia bisa melakukan ini semua.

Jimin terlihat mampir disebuah toko jam tangan. Dia membawa semua belajaannya masuk kedalam dan memilih sebuah jam tangan warna hitam dengan design sederhana. Dia membeli jam tangan itu, tersenyum, dan akhirnya berjalan kearah halte bis.

20 menit kemudian Jimin sudah tiba di depan pintu sebuah apartemen yang cukup mewah, mengingat 2 orang anggota polisi dengan gaji tinggi yang menghuninya. Jimin menekan bel 2 kali namun tidak ada jawaban.

"tidak afdol kalau tidak tiga kali" Jimin menekan bel sekali lagi namun belum ada jawaban. Jadi Jimin membuka apartemen itu dan masuk kedalam. Jimin memang sudah diberi tau password pintu apartemen, hanya saja dia tetap tidak enak hati masuk sembarangan karna kekasihnya tidak tinggal sendirian disana.

Dan Jimin memang tidak menemukan siapapun, Namjoon dan Yoongi belum pulang.

Jimin sudah berkutat dengan masakannya segera setelah dia masuk dan setelah semuanya selesai, Jimin masuk ke kamar Yoongi kemudian mengikat kotak jam tangan yang dibelinya dengan pita merah muda. Tersenyum pada hasil pekerjaannya, Jimin menghela nafas kemudian masuk kekamar mandi untuk berendam di air hangat. Sebenarnya dari tadi kakinya sakit karna pegal dan dia senang Yoongi punya bathup dikamar mandi pribadinya

Namjoon dan Yoongi masuk kedalam apartemen tepat setelah Jimin selesai dengan acara berendamnya. Jimin segera mengenakan kaus putih milik Yoongi yang kebesaran dan celana jeans. Namjoon terlonjak saat Jimin membuka pintu kamar Yoongi dengan semangat dan tersenyum pada mereka.

"yatuhan. Aku belum terbiasa dengan kenyataan bahwa ada orang lain yang bisa keluar masuk apartemen kita" kata Namjoon seraya bersandar di sofa dan mengelus dadanya.

"maaf" Jimin nyengir

"aku mau mandi" kata Yoongi sambil berjalan menuju kamarnya

Bersamaan dengan itu, Namjoon bergumam "aku lapar"

Jimin menepuk tangannya keras, membuat Namjoon kembali terlonjak dan Yoongi berhenti dari gerakan membuka pintu kamarnya. Mereka menatap Jimin dengan heran.

"Namjoon hyung, Yoongi hyung, pergilah mandi. Aku tunggu diruang makan. Aku memasak kimchi stew dan stir-fried pork"

Yoongi dan Namjoon sontak berguman "wuaaah" bersamaan, kemudian dengan langkah riang pergi ke kamar masing-masing

Jimin sedang menata makan malam mereka di atas meja saat Namjoon keluar dari kamarnya, mengenakan kaus warna hijau gelap tanpa lengan dan celana katun warna hitam. Dia duduk dan menatap semua makanan diatas meja dengan wajah berbinar, "pas sekali aku belum makan seharian"

"ya ampun" Jimin segera menyorongkan mangkuk berisi penuh nasi ke depan Namjoon, "kalau begitu makanlah skarang, hyung"

"ey, kau kan masak untuk Yoongi hyung, mana bisa aku makan duluan" walaupun berkata begitu, Namjoon sudah menahan liur di dalam mulutnya dan keroncongan diperutnya.

Jimin tertawa melihat itu, "sudahlah hyung, makanlah duluan. Aku juga memasak untukmu lagipula Yoongi hyung tidak akan keberatan"

"begitukah?"

Jimin mengangguk dan dengan senyum senang di bibirnya, Namjoon mulai menyantap makanan sambil sesekali menggumamkan nada random –hal yang selalu dilakukannya jika sedang senang. Jimin hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Namjoon, Jimin merasa seperti seorang ibu yang sedang menemani anak termudanya makan setelah lelah bermain.

Yoongi keluar dari kamarnya dengan celana yang sama persis dengan milik Namjoon dan sebuah kaus putih lengan panjang. Rambutnya basah, membuat titik-titik air menetes dibahunya.

"yaampun hyung" Jimin membiarkan Yoongi duduk dan meyorongkan mangkuk nasi padanya, setelah itu Jimin pergi ke kamar mengambil handuk kemudian mulai menggosok rambut basah Yoongi.

"duduk dan makanlah Jim. Aku tau kau juga lelah" tegur Yoongi karna yang Jimin lakukan dari tadi hanyalah mengurusnya dan bayi besar mereka, Namjoon.

"jangan biasakan membiarkan rambutmu basah begitu, hyung. Kau bisa sakit" Jimin mengambil tempat di samping Yoongi dan mulai menyendok makanannya sendiri

"aku sudah hidup begini 27 tahun dan aku baik-baik saja"

"kenapa susah sekali menasehatimu, Min Yoongi?"

"bahasamu, anak bodoh" Yoongi memukul pelan kepala Jimin dengan sendok karna Jimin baru saja menggunakan banmal padanya. Entah karna Jimin sedang kesal atau karna dia memang ingin menjahili Yoongi. Yang Yoongi tau dirinya lebih tua 2 tahun dari Jimin dan pemuda manis itu harus menggunakan bahasa sopan, walaupun Yoongi itu kekasihnya.

Setelah sembuh, Jimin jadi cerewet. Kadang Yoongi merindukan Jimin yang hanya diam tanpa respon ketika Yoongi memeluknya bahkan menciumnya.

Yoongi menggunakan sendok yang dipakainya memukul kepala Jimin untuk makan, jadi Jimin menegur lagi, "jangan pakai sendok itu, hyung. Kotor.."

Jimin menyerahkan sendok baru pada Yoongi dan Yoongi menatap sendok itu frustasi, "kenapa sih kau harus serepot itu? Sudah biarkan saja"

"dengarkan aku, hyung!"

"ish." Yoongi merengut tapi dia tetap mengganti sendoknya kemudian mulai makan dalam diam. Namjoon hanya bisa senyum-senyum melihat tingkah pasangan itu. Yoongi adalah orang yang keras kepala, tapi dia menurut pada semua yang dikatakan Jimin.

"ngomong-ngomong" Namjoon mengangkat suara saat mereka mulai makan dengan tenang, "kenapa kau masak sup rumput laut?"

"oh iya" mengingat sesuatu, Jimin memindahkan mangkuk berisi sup rumput laut agar dekat dari jangkauan Yoongi dan Namjoon, "karna hari ini Min Yoongi berusia 28 tahun"

"bahasamu, Park Jimin" tegur Yoongi lagi, walaupun kali ini dia tidak bisa menahan senyumnya. Yoongi sendiri bahkan tidak ingat kalau hari ini dia berulang tahun, sedangkan Jimin mau bersusah-susah menyiapkan semua ini untuknya.

"eh? Hari ini tanggal 9 ya?" Namjoon yang juga sepertinya lupa dengan ulang tahun teman masa SMA-nya itu menengok kalender di atas kulkas. Setelah yakin dia melihat angka 9 disana, Namjoon berteriak keras "selamat ulang tahun, Yoongi hyuuunggg!"

Yoongi sedang senang, jadi dia hanya tertawa menanggapi ucapan berlebihan Namjoon. Walaupun begitu, dia dan Jimin sudah menutup telinga mereka dengan tangan.

"jadi hadiahku mana?" tagih yoongi. Dia menatap Namjoon dan Jimin bergantian sambil menyendok sup rumput laut ke mangkuknya.

"aku akan memberimu izin libur 2 hari tanpa potong gaji, terserah kapan kau akan menggunakannya. kau senang kan?" Namjoon menyahut dari balik mangkuknya.

Yoongi memutar bola matanya, "hadiah payah" katanya, kemudian dia menatap Jimin.

"apa?" Jimin mengedarkan padangannya pada semua makanan di meja, "ini tidak cukup?"

Yoongi mengerucutkan bibirnya, sejenak menatap semua piring dan mangkuk dimeja makan yang hampir kosong, kemudian tersenyum seraya bergerak mencium pipi Jimin membuat wajah Jimin bersemu merah hingga ke telinga. "terima kasih, sayangku"

"ehem" Namjoon batuk dengan sengaja kemudian meletakkan mangkuk kosongnya dimeja, "aku akan membiarkan yang satu itu karna kau ulang tahun, hyung. Tapi lain kali tolong jangan saling cium mencium di depanku –setidaknya jangan melakukannya saat Jinnie tidak ada."

.

.

Namjoon segera masuk ke kamar dan langsung tertidur setelah makan malam. Sedangkan Yoongi sedang mengenakan jaket biru tua kesayangannya untuk mengantar Jimin pulang. Kekasihnya itu biasa menolak diantar pulang dengan alasan dia ingin merasakan duduk, berdiri hingga bersempit-sempitan di dalam bis seperti dulu. Tapi sekarang sudah terlalu malam untuk Jimin pulang sendirian jadi Yoongi memutuskan akan memaksa Jimin agar mau diantar.

Jimin masuk kekamar setelah mencuci piring, keningnya berkerut melihat Yoongi sudah siap dengan jaket dan kunci mobilnya, "mau kemana hyung?"

"mengantarmu pulang. Aku tidak terima penolakan"

Jimin tersenyum kemudian mengunci pintu kamar dengan perlahan. Dia mengapit lengan kanan Yoongi dan membawanya duduk ditempat tidur, "jangan terburu-buru begitu, kau terlihat seperti ingin mengusirku"

Yoongi tertawa dan merangkul bahu Jimin, "aku tidak bermaksud begitu, Jim. Kau tau aku malah senang kau disini, tapi ini sudah malam dan Jinki bisa saja khawatir mencarimu"

"aku sudah bilang pada Jinki hyung kalau aku tidak akan pulang"

Yoongi mengerjap bingung, "kau tidak akan pulang?"

Bukannya menjawab, Jimin malah bangkit dari duduknya dan berlari kecil ke kamar mandi membuat Yoongi semakin bingung menatap punggung kekasihnya yang menghilang di balik pintu kamar mandi.

Tidak sampai 5 menit Jimin keluar dari kamar mandi sambil tersenyum penuh arti dengan tangan dibelakang punggung dan pita merah muda di leher. Dia duduk disamping Yoongi kemudian mencium pipi kekasihnya. Jimin memberikan kotak kecil yang dihiasi pita pada Yoongi yang diterima dengan perasaan senang bercampur bingung. Kejutan yang lain dari kekasihnya.

"harganya tidak seberapa sih" ujar Jimin saat Yoongi membuka kotak kecil berisi jam tangan itu.

Yoongi tertawa pelan kemudian memeluk kekasihnya, "aku tidak peduli apapun hadiahnya, sayang. Kau sudah ingat ulang tahunku saja aku sudah senang"

Jimin tersenyum merasakan hangat tubuh Yoongi, dia kemudian mengelus pundak Yoongi dengan sayang, "jadi kau tidak peduli pada hadiah lainnya?"

Yoongi melepaskan pelukan mereka dan kembali menatap kekasihnya dengan bingung, "lagi?"

Jimin mengangguk tapi kemudian memasang wajah pura-pura sedih, "tapi karna kau tidak peduli yaahh…"

Yoongi mencubit dengan gemas pipi Jimin, namja itu selalu saja membuat Yoongi ingin menggigitnya

"baiklah. Aku peduli. Jadi, ada hadiah apa lagi?"

Yoongi mengerutkan keningnya ketika Jimin bangkit dari duduknya dan dengan malu-malu mulai membuka celana jeansnya, "apa yang kau lakukan Jim?"

Jimin tidak menjawab, dia membiarkan celananya lepas meninggalkan kaus kebesaran Yoongi ditubuhnya yang mungil kemudian dengan perlahan bergerak duduk di pangkuan kekasihnya.

Jimin mengangkat dagunya dan Yoongi bisa melihat pita merah muda melingkar longgar di leher jejang itu, "hadiahnya adalah aku. Kau bisa memilikiku seutuhnya saat kau menarik ujung pita ini."

Yoongi menatap pita di leher Jimin sambil menelan ludah dengan susah payah. Nafsu Yoongi memang selalu terpancing hanya dengan sentuhan dan ciuman Jimin, salahkan hormonnya,tapi selama ini dia sudah sekuat tenaga menahannya karna Jimin sendiri yang menghentikannya saat nafsu itu hampir membuat Yoongi meniduri Jimin yang belum sehat, dan karena itu Yoongi berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak 'menyentuh' Jimin sebelum mereka menikah.

Tapi hari ini Jimin sendiri yang menawarkan dirinya, membuat Yoongi berperang dalam batin. Dia benar-benar ingin menepati janji untuk menyentuh Jimin setelah janji suci terucap diantara keduanya, tapi Jimin yang hanya mengenakan baju kebesaran dan duduk dipangkuannya sangatlah menggoda.

"kau tidak suka hadiah yang ini?"

Yoongi tersadar Jimin sudah menatapnya dengan wajah sedih dan bergerak menjauhkan diri. Tapi Yoongi menahan pinggang Jimin dan membuatnya tetap duduk dipangkuan Yoongi.

Pria pucat itu melepas jaket birunya kemudian menatap tepat kemata Jimin yang balas menatapnya, "aku menyukainya, sayang. Sangat-sangat meyukainya. Hanya saja aku sudah berjanji pada diriku sendiri akan melakukannya setelah kita menikah"

Jimin terperangah mendengar kata-kata Yoongi,dia mengerjap "kita akan menikah?"

"tentu saja. Kau pikir aku masih tahan tinggal ditempat yang beda denganmu setelah selama ini kita terpisah? Hari ini umurku bertambah dan aku ingin segera menghabiskan sisa umurku untuk hidup bersamamu, lalu tidur sambil memelukmu dan bangun disambut senyum manismu"

"oh, aku mencintaimu hyung" Jimin memeluk erat leher kekasihya membuat Yoongi tertawa sambil terbatuk. Dia menepuk pelan bahu Jimin untuk memberitahunya bahwa Yoongi akan mati tercekik jika Jimin tetap memeluknya seperti itu.

Jimin melepaskan pelukannya dan dengan cepat meraih bibir Yoongi dengan bibirnya sendiri. Mata Yoongi terbuka lebar, ini pertama kali Jimin menciumnya duluan, tapi kemudian matanya perlahan terpejam menikmati setiap pagutan Jimin dibibirnya. Tangan Yoongi bergerak mengelus punggung Jimin yang terlapis kaus tipis miliknya. Dia langsung menyadari Jimin tidak memakai apapun selain kaus tipis itu, Jimin menanggalkan semuanya bahkan pakaian dalamnya.

Jimin menyudahi sesi making out mereka dengan nafas terengah dan wajah merah padam. Ibu jarinya mengelus mata Yoongi yang masih terpejam, dia kemudian meninggalkan satu kecupan di kening kekasihnya.

Jimin akan bergerak bangkit dari duduknya saat Yoongi kembali menahan pinggangnya. Jimin menatap Yoongi dengan bingung, sedangkan Yoongi balas menatapya dengan tatapan sayu, "soal hadiahku" katanya dengan suara berat yang membuat Jimin merinding, "aku ingin mengambilnya kalau kau tidak keberatan memberikannya sekarang"

"kau bilang akan mengambilnya setelah kita menikah"

Jimin mengatakan itu dengan ekspresi menggemaskan membuat Yoongi mencengkram baju bagian pinggang Jimin dengan kuat, menahan diri untuk tidak menyerang Jimin sekarang "kita akan menikah, sayang. Pasti. tapi ciumanmu tadi membuatku, err 'bangun' dan aku rasa aku tidak akan menolak kalau kau bersedia memberikannya skarang"

Jimin tersenyum penuh arti saat menyadari tatapan Yoongi padanya sudah ditutupi kabut nafsu. Jimin tau Yoongi mencintainya, dan Yoongi tidak perlu bertanya karena Jimin juga merasakan hal yang sama. Dia sudah memikirkan baik-baik tentang rencana membiarkan Yoongi 'menikmati Jimin' dihari ulang tahunnya, jadi dia mengangkat dagunya membiarkan untaian pita merah muda menggantung disana, "kalau begitu bukalah"

Yoongi tersenyum kemudian dengan lembut menarik ujung pita yang tersimpul dileher Jimin dengan giginya secara perlahan. "kau boleh menggunakan banmal padaku kali ini, dan desahkan nama Min Yoongi sekeras yang kau bisa. Aku akan menyukainya"

Yoongi berbisik dengan suara berat penuh nafsu membuat jantung Jimin berdetak kencang dan tiba-tiba perutnya sakit. Tapi dia tetap disana memeluk leher Yoongi yang sedetik kemudian sudah membaringkannya di tempat tidur dan memulai kegiatan mereka dengan ciuman yang panas dan panjang.

The end

"ng, hyung. Kau tau kau yang pertama untukku. Aku belum pernah melakukan ini sebelumnya"

"iya sayang, aku akan hati-hati. Tolong jangan banyak bergerak"

"tolong pelan-pelan padaku"

"aku tau. Diamlah"

"…"

"diamlah Park Jimin"

"aku diam, hyung"

"tapi tubuhmu tidak"

"hyung ini sudah larut. bagaimana kalau kau terlambat ke kantor besok?"

"aku akan menggunakan hadiah payah Namjoon. Jangan banyak bergerak sayangku atau aku akan membuatmu tidak bisa jalan seminggu"

"uh, oke aku diam"

The Real End

A/N:

last chapter update!

Ini balesan review ya, buat yang chap 6...

Chaniie97 endingnya up yeey, gimana? Semoga memuaskan yaa…

jchimchimo Jimin masih polos soalnya. Hahahaha

Dhewii Kim he'eh. Rahasia nih ya (bilang rahasia ditempat begini sih. Hahaha) saya orang yang excited-nya berlebihan dan ga sabaran bikin saya capek sendiri tiap excited sama sesuatu termasuk FF ini. Hahaha. soal adegan itu, saya masih ga kuat nulis begituan. Liat aja chap terakhirnya. Hahaha. tungguin yaa~

minchimin diapa-apain gimana? (pura-pura polos) seperti yang saya bilang diatas, saya ga kuat nulis begituan. Tapi saya akan coba nulis Lime di FF fantasy. Hahahaha

JiminVivi aduh, tolong jangan mengharapkan hal seperti itu dari saya. Hahaha

skyfly1911 emang Yoongi kurang ajar menistakan Jimin (?) hahaha

Tiwi21 ga mau end? Saya tunda nih chap terakhirnya (udah publish, tunda gimana), hahaha. makasih udah suka TDM yaa~ soal FF fantasy itu tungguin aja yaa~ of course Jimin!bottom.. kita sejalan kalo soal itu, tenaaang…

Thanks for give TDM so much love; I'm happy to death.

Maaf saya selalu motong bed-scene, soalnya…demi Park Jimin, saya ga kuat soal begituan. Makasih banyak atas supportnya selama seminggu ini. Semoga endingnya memuaskan dan ketemu lagi di FF saya selanjutnya~ makasiiihhhhh…

Thanks to: readers, reviewers and followers yang setia menanti tiap chap Fic ini. Miniminidiotyang selalu bantuin tanpa diminta tiap saya bingung dengan sesuatu. and the last, my writer senior, the other ghost, Fusso and Fatso,yang selalu dengan sangat senang hati mengkritik karya saya. Thank you very much, I love you guys more.

And…..

ppai ppai…

*pyong* (menghilang)

Deep Bow, Red Casper