Tittle : Devil Beside Me chapter 1
Cast : Park Chanyeol ( EXO ), Byun Baekhyun ( EXO ), Oh Sehun ( EXO ), Do Kyungsoo (EXO ), Xi Luhan (EXO ), Kim Jongin (EXO ), Kim Kibum (SHINee ), Choi Minho ( SHINee ), Lee Taemin (SHINee ) and others .
Hai ! hai! Hai!
Aku kembali nih, bawa persembahan baru buat kalian.
Fanfiction dengan tema fantasi ( sesuai hasil voting ) yang bisa dibilang pasaran sih, tapi aku coba dikemas dalam bentuk yang beda, hehehehe, coba di baca dulu deh wkwkwkwkwk.
Untuk Playful Love masih lanjut dan bentar lagi tamat, jadi sambil nunggu itu enaknya ngemil yang ini hehehhe.
…
..
.
Kembali mengingatkan ya kawan, kalau ff ini mengandung unsur kedewasaan dan ini gay's area, jadi kalau kalian gak suka gak usah maksa buat baca ya! Resiko di tanggung pembaca lho wkwkwkwkw…
Devil Beside Me
Chapter 1
By : ParkShiTa
…
…
…
Happy reading
.
.
" Meski terlarang, meski bertentangan aku akan tetap bertahan disampingmu. Rasa yang aku milikki lebih besar dan kuat dari seluruh gunung yang ada. Meski berat aku tak'kan melepasmu, meski sayapku patah aku akan tetap terbang membawamu, meski nafasku habis aku akan tetap mencintaimu."
….
"Aku makhluk terlemah yang Tuhan ciptakan, aku lemah dan tak berguna. Aku bodoh dan tak berdaya. Kakiku tak mampu membawaku berlari secepat dirimu, tanganku tak mampu kukepakan untuk menjadi sayap agar dapat terbang bersamamu, tapi aku punya satu mimpi yang besar. Impian untuk selalu menjadi milikmu, impian untuk terus hidup bersamamu, meski aku tahu aku bukan makhluk abadi sepertimu"
…
..
.
Di dunia ini, Tuhan tidak hanya menciptakan manusia, hewan dan tumbuhan. Walau ketiga makhluk tersebut merupakan makhluk dengan wujud ternyata yang dapat dilihat. Tapi, di dunia yang luas ini yang tak ada batasnya ada juga makhluk-makhluk lain yang Tuhan ciptakan untuk menjaga kelangsungan jagat raya.
Tuhan tidak pernah membedakan makhluk ciptaanya, Beliau menganggap semua itu sama dan berharga. Tidak ada makhluk suci dan makhluk kotor, tidak ada makhluk berakhlak dan makhluk tak berotak, yang ada hanya makhluk terlihat dan tidak terlihat. Atau kau bisa menyebutnya, makhluk siang dan makhluk malam.
Makhluk siang adalah makhluk yang biasa berada di bumi, mereka biasa disebut manusia, yang menurut mereka sendiri adalah ciptaan paling mulia dari Tuhan.
Tidak ada bukti tentang itu, hanya mereka sendiri yang mengklaim diri mereka mulia, berhati besar dan memiliki haklak tertinggi, namun dalam faktanya apa yang mereka perbuat tidak jauh berbeda dengan kumpulan binatang jalanan yang menurut mereka maklhluk ciptaan Tuhan yang tak "berotak".
Tapi eksistensi merekalah yang membuat makluk malam ada, karena manusia makluk yang diciptakan Tuhan dengan perasaan yang mudah goyah, maka kesempatan besar untuk makhluk malam mengambil alih dunia.
Maklhluk malam adalah makhluk yang diciptakan Tuhan pula, hanya saja eksistensi mereka masih diragukan. Kau tidak akan benar-benar mempercayai mereka, jika kau tidak bertemu langsung dengan mereka.
Dan kemunculan mereka, selalu di malam hari. Ketika tubuh manusia lelah, ketika hati dan pemikiran manusia berlawanan arah. Sisi lemah manusia, adalah kekuatan untuk mereka.
Sama seperti malam-malam sebelumnya,kegelapan menyelimuti malam, tapi cahaya bulan purnama yang bersinar menandingi cahaya dari lampu-lampu jalan yang berbaris rapi.
Hari sudah larut dan aktifitas di perkotaan sudah mulai menipis, hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang.
Penghuni rumah mulai terlihat memadamkan lampu dan lolongan anjing menjadi penutup semua kegiatan mereka. Di salah satu rumah, di sebuah kamar kecil nampak seorang lelaki tengah menggeliat dalam tidurnya. Jendelanya terbuka dan angin menerbangkan tirai putihnya.
Samar-samar cahaya bulan mengenai tepat ke wajah berkeringatnya. Ia menggeliat dengan mata tertutup, bergerak gelisah sambil mencengkram sprei tak berdosanya dengan kuat.
"Aakhh.." Ia memekik dan menggigit bibirnya. Matanya masih setia terpejam, dan dari balik selimut yang ia kenakan tiba-tiba keluar sosok tinggi dan tampan.
Rambut berwarna hijau kelam dan rahang wajah yang tegas. Bibir penuhnya terlihat sangat menggoda, apalagi setiap kali ia membasahi permukaan bibirnya dengan ujung lidahnya.
Lelaki tanpa pakaian itu bangkit dan merangkak ketubuh yang lebih mungil. Mengecup permukaan bibir mungil itu dengan lembut, menyesapnya dan memainkan lidah yang lebih kecil.
"Euummhh.." yang lebih kecil mendesah berulang. Lehernya menjadi sasaran berikutnya oleh yang lebih tinggi.
Hisapannya cukup kuat, hingga meninggalkan bekas memerah yang cukup kentara. Bibirnya menuruni dada yang lebih kecil memainkan benda mencuat yang sudah menegang itu. Melahapnya seperti bayi besar.
"Oohh.." desahan itu kembali mengalir dari bibir yang lebih kecil.
Lelaki tinggi itu bangkit, melumuri batang kemaluannya yang sudah tegak dengan liurnya lalu mencoba menerobos lubang yang menjadi favoritnya. Memasukkannya perlahan, pekikan terdengar jelas ditelinganya, jadi ia mencium lawan bermainnya agar rasa sakitnya berkurang.
"Aaah.. saa..kit.."
"Tahan sayang! Aaassshh.." Junior itu berhasil masuk dengan sempurna. Lelaki itu terdiam sebentar mencoba membuat yang lebih kecil nyaman dan tenang.
Di menit berikutnya ia mulai bergerak,sangat pelan seolah ia sedang menyetubuhi anak kecil dibawah umur dengan lubang yang amat sangat kecil. Gerakannya semakin cepat dimenit berikutnya. Menumbuk dengan dalam dan pasti, membuat getaran pelan pada ranjang empuk yang mereka tiduri, menciptakan decitan antara kaki ranjang dan lantai.
"Aaahh..selalu sempit sayang..aaahh...oooohhh.."
"Euuumm..aaahh...teruss..oohh.." yang lebih pendek mendesah sedikit tertahan.
"Oooh sayanng... inihh..nikmathh..aaahh..aaahh..oohh.."
"Eumm,... aah..ahh..ahh.."
Penyatuan tubuh mereka semakin memanas, ranjang itu berdecit bahkan ujung kaki ranjang tersebut ikut bergeser membuat goresan kecil pada lantai. Pergerakan yang konstan dan kuat. Yang lebih tinggi mengangkat kedua kaki yang lebih kecil dan menghujam lebih dalam. Bergerak semakin cepat dan cepat, desahan mereka beradu dengan lolongan anjing dijalanan.
Kamar itu memanas, temperaturnya mendadak meningkat. Tubuh keduanya sudah dibasahi oleh peluh, bibir yang lebih pendek menganga dan matanya setia tertutup. Begitu pula yang lebih tinggi matanya ikut terpejam namun tubuh bagian bawahnya tetap menumbuk dengan irama yang senada.
"oohh...oohh..aahh.."
"Eumm..aahh..oohh..aahh.." Tubuh yang lebih kecil terus tersentak.
"Akuuhhh akann.. aaahh.."
"aaaahh.." Mereka mencapai orgasme mereka. Helaan nafas terdengar, dan yang lebih tinggi menegang ketika mendengar suara langkah kaki yang mendekat.
Ceklek..
"Baekhyun?" pintu kamar tiba-tiba terbuka, seorang wanita berdiri disana, di dekat saklar lampu. Ia meraba dinding dan menyalakan penerangan. Kamar itu normal, hanya ada seorang pemuda mungil yang bergelung di balik selimut, dengan wajah tertidur yang nyenyak.
Wanita paruh baya itu memperhatikan sekeliling dan menggeleng ketika putra sulungnya selalu lupa menutup jendela.
"Anak ini. Selalu begitu. Jika dia masuk angin bagaimana?" kaki pendek itu berjalan mendekati jendela dan menutup benda persegi panjang itu. Lalu berjalan keluar mematikan lampu dan kembali menutup pintu kamar putranya.
Tiba-tiba sosok lelaki tinggi itu menampakan dirinya yang sempat menyatu dengan dinding di sudut ruangan. Ia sudah mengenakan pakaiannya, lelaki itu berjalan mendekat ke arah ranjang. Mata tajamnya menatap kearah tubuh yang kini sedang tertidur di balik selimut hangatnya.
"Kau sepertinya lelah sayang. Aku pergi dulu." Lelaki tinggi itu merendahkan tubuhnya untuk mengecup bibir si mungil, melumatnya sebentar lalu berjalan ke arah jendela.
Membuka kaca jendela tersebut, berjongkok di bingkai jendela, dan Ia menoleh sekali lagi ke arah lelaki mungil yang masih setia menutup matanya, ia tersenyum lalu kemudian melompat dan menghilang bagai ditelan udara.
…
…
…
Baekhyun, sosok lelaki bertubuh mungil dengan wajah yang begitu mempesona membuka mata sipitnya perlahan dan ia merasakan dingin pada tubuhnya. Ia mengerjapkan matanya dan melihat kearah jendela yang terbuka. Ia menguap cukup lebar dan meregangkan otot tubuhnya.
Ketika ia merasakan nyeri disekujur tubuhnya, ia membulatkan matanya dan dengan cepat menyingkap selimutnya. Ia menatap horor kearah spreinya, ada noda kemerahan disana dan juga noda putih yang sama-sama mengering.
Ia sangat mengenal noda-noda ini, itu adalah darah dan sperma yang entah milik siapa, dirinya atau bukan, Baekhyun tidak pernah tahu.
Tubuhnya menegang, nafasnya tercekat, tapi ia mencoba menepik segala pemikiran buruknya, jadi Baekhyun turun dari ranjang dengan tubuh telanjangnya dan segera berdiri di depan cermin. Matanya kembali membulat melihat tubuhnya penuh dengan bercak kemerahan.
"IBUUUUU!" Ia berteriak histeris dan tubuhnya jatuh kelantai.
Pintu terbuka dan menampilkan wanita dengan celemek coklat di tubuhnya. Wanita itu mengernyit dan terkejut melihat penampilan berantakan anaknya.
"Astaga! Baekhyun!" Ibunya segera meraih selimut dan membungkus tubuh anaknya. Baekhyun menangis dalam pelukan ibunya, dan ibunya hanya bisa mengelus pundak putranya.
"Ibu, aku takut."ucapnya dengan suara yang lirih dan bergetar.
"Tenang sayang. Ada ibu disini." Wanita itu tidak menampakan kecemasan yang berlebihan, namun dahinya setia berkerut dan tangannya tetap mengelus pundak sang putra sulungnya.
"Tapi ibu, bagaimana jika aku_"
"Ssst.. itu tidak akan terjadi. Percaya pada ibu, itu tidak akan terjadi lagi."
"Hiks..hiks.. aku takut."
"Tenang. Hari ini, kau beristirahatlah. Ibu akan meminta izin pada pihak sekolah." Ucap wanita cantik itu sambil mengelus pundak sempit putra sulungnya yang bergetar hebat.
Kibum berdiri di dapur, ia baru saja selesai memasakan sarapan untuk putra bungsunya dan sup ginseng untuk putra sulungnya. Sejak tadi pikirannya berkecamuk, tapi ia berusaha menepisnya.
Bertindak biasa, seolah tidak ada hal buruk yang akan menimpa keluarganya lagi, terutama putra sulungnya, Byun Baekhyun. Ia sama sekali tidak menginginkan hal buruk terjadi lagi, ia hanya ingin kebahagiaan bersama kedua putra kesayangannya.
"Ibu. Aku lapar." suara itu berhasil menyadarkanya dari sebuah lamunan ketakutan dan kecemasan yang ia rasakan. Ia menoleh dan disana, di depan meja makan berdiri putera bungsunya dengan seragam lengkap.
"Iya. Tunggu sebentar sayang. Ibu akan membawanya kesana." lelaki itu tak menyahut dan ia hanya mengambil tempat duduk dengan segera.
"Hyung mana?" tanyanya yang wajah datar, tanpa ekspresi.
"Hyungmu sedang tak enak badan." Sahut Kibum sambil meletakkan sepiring roti isi daging asap dan segelas susu dihadapan Sehun, putra bungsunya yang memiliki wajah tegas, tatapan mata tajam dan kulit seputih susu. Sehun dapat dikategorikan tampan, untuk anak seusianya. Dan Kibum berbangga akan itu.
"Tidak biasanya." Ucap Sehun singkat dengan wajah yang datar, sama sekali tidak berniat untuk menanyakan lebih lanjut perihal keadaan kakak satu-satunya. Anak laki-laki berwajah dingin itu mengunyah sarapannya dengan perlahan dan sesekali melirik ibunya yang kewalahan merapikan peralatan dapur.
"Ibu aku berangkat!" ucap Sehun segera bangkit setelah menyiup susu putihnya hingga tersisa sedikit.
"Kau sudah menghabiskan sarapanmu?"
"Sudah bu." sahut Sehun lalu mengecup pipi Kibum cepat dan berlari kecil menuju pintu rumah.
"Aku berangkat." Ucap Sehun lagi dari pintu rumah. Kibum mengangguk sambil melambaikan tangannya.
…
..
.
Baekhyun terduduk dikamarnya, ia nampak lesu. Ia masih memikirkan kejadian tadi pagi. Ia bahkan masih bisa merasakan sentuhan-sentuhan yang sosok itu berikan padanya. Tapi Baekhyun mencoba menghapusnya, dan melupakan trauma masa lalunya. Ia segera meraih laci nakasnya dan mengambil sebotol obat disana.
"Makan dulu! " suara itu membuat Baekhyun batal menelan obatnya. Ia memasukkan nya kembali dalam botol.
"Mau ibu suapi?"
"Tidak perlu bu. "
"Baiklah, kalau begitu ibu akan bersiap dan berangkat ke kantor dan sekalian mampir ke sekolahmu. Kau bisa sendiri dirumah kan?
"Bisa bu, tenang saja!" Baekhyun tersenyum lalu meraih nampan yang diberikan ibunya
….
….
….
Malam kembali menjemput. Bulan purnama masih nampak penuh, walau malam ini adalah malam kedua bulan purnama namun cahayanya tidak kalah terang untuk menyinari lorong-lorong gelap di sepanjang jalan.
Baekhyun segera berlari ke luar kamarnya ketika mendengar suara bantingan benda pecah diatas lantai, ketika kakinya sampai pada anak tangga terakhir ia terpaku. Disana ada Sehun, adik laki-laki bungsunya yang berdiri dengan tangan terkepal sedangkan ibunya berdiri di balik rak ketakutan.
Mata Baekhyun menuju ke arah piring-piring yang berserakan dan Sehun yang berdiri dengan nafas terengah-engah.
"A..ada apa ini?" tanya Baekhyun takut, suaranya bahkan terdengar gemetar diawal,tapi ia berusaha terlihat tangguh di depan adiknya.
"Baek..baekhyun-ah." suara Kibum melemah, ia menatap anaknya seolah meminta pertolongan.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Baekhyun sedikit tegas, sorot matanya menampakkan kebencian, mendadak wajah tegang Sehun berubah, ia menatap Baekhyun dengan wajah terkejut dan ketakutan.
"Aarrgghh.." Sehun segera berlari menuju kamarnya. Baekhyun terduduk dilantai ketika entah dengan atau tanpa sengaja Sehun yang berlari ke arah kamar dan menabrak pundaknya. Baekhyun terdiam dan ia menatap ibunya sebentar seolah meminta penjelasan.
" Ia pulang kerumah sehabis bermain bersama temannya dengan keadaan marah, ibu bertanya tapi ia tidak menjawab, ibu pikir dia tidak dengar, tapi ketika ibu kembali bertanya dia semakin marah. Dan.. dan kau tahu sendiri apa yang terjadi setelahnya. Piring-piring itu ia jatuhkan dengan kasar ke lantai." ucap Kibum dan Baekhyun hanya menghela nafas.
"Dia semakin besar tapi ia tetap tidak pernah bisa mengendalikan emosinya. Ibu, aku takut."
"Tidak sayang. Kau tidak perlu takut. Dia hanya sedang dalam masa pubertasnya, dia akan mengerti kelak." ucap Kibum sambil mengelus surai kehitaman milik anaknya.
"Ini semua salahku ibu."
"Tidak sayang. Ini bukan salah siapa-siapa, ini adalah takdir." ucap Kibum lagi sambil memeluk tubuh putra sulungnya.
Dari atas, Sehun berdiri menyaksikan bagaimana kakak sulungnya berpelukan dengan ibunya. Sehun menampakan wajah kecewa. Ia menatap tangannya kesal, lalu kembali menutup pintu kamarnya.
Namun tanpa Sehun sadari sesosok menatapnya dari luar jendela. Sosok bersayap dengan jubah berwarna abu-abu. Sosok itu menatap Sehun dalam dari sana, tubuh sosok itu melayang diudara dalam kegelapan dan kemudian mengepakan sayap abunya untuk pergi.
…
..
.
Baekhyun duduk diatas ranjangnya, ia sedang membaca beberapa komik kesukaanya, sesekali ia tertawa kecil dan sesekali hanya tersenyum. Sudah tiga hari ia tidak masuk sekolah, dan ia merasa keadaannya sudah membaik. Ia berpikir mungkin ia memang membutuhkan waktu untuk istirahat dari tugas-tugas berat sebagai seorang siswa tingkat atas.
Tiba-tiba jendela kamarnya terbuka cepat, Baekhyun menoleh dan mulai berjalan mendekati jendelanya.
Ia menarik kedua sisi pintu jendela, ketika dalam usahanya sebuah angin berhembus membuat Baekhyun menutup matanya sambil menggeliat, seolah ada yang sedang mencumbu dirinya dan ketika ia tersadar dengan cepat ia menutup jendela itu. Baekhyun melirik jam dan ia merasa sudah saatnya untuk tidur, jadi ia segera mematikan lampu dan berbaring.
Waktu terus berlalu dan kini menunjukan pukul 02.00 dini hari . Di kegelapan kamar Baekhyun, tiba-tiba dua buah titik berwarna biru menyala, dan itu adalah manik mata milik sosok yang kini duduk diatas kursi meja belajar Baekhyun.
Sosok itu berjalan ke arah ranjang Baekhyun. Sosok dengan jubah hitam panjang hingga ke lutut kakinya ,celana hitam, sepatu kulit hitam, kemeja hitam, semua serba hitam hanya saja kulitnya putih, tubuhnya tinggi dengan bentuk rahang yang tegas. Rambutnya berwarna hijau kelam, matanya berwarna biru laut, dan sayap berwarna hitam yang baru saja menghilang di balik punggungnya.
Sosok tampan itu berdiri disisi ranjang , mengitarinya dan berhenti tepat di sisi kiri Baekhyun. Memandang wajah polos itu dengan dalam, tangannya terulur untuk mengelus mesra pipi Baekhyun. Menggerakkan jemarinya naik turun, merasakan kulit sehalus porselin itu.
Baekhyun menggeliat, tubuhnya terangkat dan bergerak dengan gelisah seperti terangsang. Bulir-bulir keringat mulai menghiasi dahi Baekhyun, suhu dikamarnya mendadak meningkat.
"Aku baru menyentuhmu tapi responmu sangat cepat. Untuk itu aku suka menyetubuhimu sayangku." ucapnya dengan suara yang berat.
Ia menaikki ranjang, tanpa takut Baekhyun akan terbangun. Membuat tubuh Baekhyun berada diantara kedua lututnya yang terbuka, yang bertumpu pada kasur. Ia merendahkan tubuhnya untuk meraup bibir mungil Baekhyun, menyedot kuat permukaan bibir Baekhyun. Lalu ia beralih ke leher putih Baekhyun yang masih dipenuhi oleh jejak-jejak perbuatannya kemarin.
Tiba-tiba sebuah kupu-kupu putih masuk ke dalam kamar, terbang menuju ke arah sosok itu dan di detik berikutnya berubah menjadi sebuah sosok berjubah putih, seluruhnya putih, hingga sayapnya yang kini masih mengembang. Hanya rambutnya yang berwarna hitam kelam, matanya berwarna biru langit dan tubuhnya mungil, sosok yang sangat cantik terutama mata polos tanpa dosa itu.
Sosok yang sedang menikmati tubuh Baekhyun menghentikan kegiatannya, menyadari ada sosok lain di dalam ruangan itu selain dirinya dan Baekhyun. Ia menggeram kesal, ia paling tak suka diganggu, apalagi bila itu adalah kegiatan yang paling ia sukai.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanpa menoleh, sosok yang lebih tinggi berucap.
"Ayah memanggilmu." Sosok putih itu menjawab dengan polos. Dengan pupil mata berwarna biru langit yang begitu indah, bibirnya dimajukan beberapa senti tanpa tujuan dan sorot matanya benar-benar melambangkan keluguan.
"Aku tahu."
"Kau tidak menjawab panggilan ayah." Ucap yang lebih kecil.
"Aku sengaja." Jawab yang tertinggi masih tanpa menoleh, dan masih berada diatas Baekhyun. Suaranya berat dan terdengar begitu dingin, ketika menyapa genderang telinga yang lebih kecil.
"Kenapa?" Tanya yang lebih kecil dengan nada lugu.
"Pulanglah!" yang lebih tinggi berucap dingin tanpa menjawab pertanyaan yang lebih kecil dan bibir yang lebih kecil mengerucut imut, lalu melangkahkan kakinya untuk mendekati meja belajar Baekhyun dan mendudukan dirinya diatas sana.
"Tapi ayah memintaku memanggilmu." Ucap sosok kecil itu tak mau kalah.
"Tapi aku sedang dalam urusan, adik kecilku." Yang lebih tinggi menatap tajam kearah mata yang lebih kecil. Tatapan membunuh yang bisa membuat siapapun akan merasa seolah tengah menemui ajalnya.
"Tapi ayah memanggilmu." Ucap yang lebih kecil tak mau kalah. Lagi. Untuk kesekian kalinya. Dia hanya terlalu lugu dan naif, menyampaikan apa yang diperintahkan dan mempertahankan apa yang menurutnya benar.
"Aku tahu. Sekarang kau pulang dan katakan pada ayah bahwa aku akan segera menyusul."
"Kapan? Setelah kau menyakiti lelaki tak berdosa ini? Hyung hentikan, kau telah merusak hidupnya."
"Diam!" yang lebih tinggi dan lebih tua berteriak kesal. Jemarinya terkepal disamping tubuhnya.
"Tidak ingatkah perbuatanmu beberapa tahu lalu?"
"Aku bilang diam!" sosok yang lebih tinggi bangkit dan hendak melayangkan pukulannya tapi tangannya tertahan diudara ketika menatap mata tak berdosa milik adiknya.
"Apa hyung akan memukulku?" sosok itu bertanya sambil menatap sekilas kepalan tangan kakaknya yang mengudara dan berhenti di depan wajahnya tanpa takut sama sekali. Mata bulatnya beralih menatap mata kakaknya dengan kedipan yang sangat naif.
"Itu tidak mungkin Kyungsoo sayang." tiba-tiba sebuah sosok lain telah duduk dibingkai jendela yang kini telah terbuka lebar. Duduk dengan satu kaki menjuntai kebawah dan satu lagi tertekuk sebagai tumpuan dari lengan tangannya.
Sosok dengan jubah berwarna abu terang, dari ujung kaki hingga rambutnya berwarna sama, hanya matanya yang berwarna biru langit, kulitnya putih bersih dan bibirnya mungil berwarna merah muda merekah, dia adalah sosok cantik lainnya yang berada diruang itu. Sayapnya masih mengembang dan di detik berikutnya segera masuk ke dalam punggungnya.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya yang tertingi, yang masih setia menindih tubuh mungil Baekhyun.
"Menjenguk seseorang." sahut sosok cantik di jendela.
"Kalian pulanglah! Kenapa mencampuri urusanku?" sosok yang masih berada diatas Baekhyun berucap dingin, acaranya telah diganggu dan dia kesal saat ini. Rasanya ia ingin membakar kedua makhluk penganggu itu jika tidak mengingat ikatan persaudaraan yang mereka miliki.
"Ayah memanggilmu hyung." sosok tinggi itu menatap kesal ke sosok putih tapi dibalas oleh kedipan tak berdosa. Lagi.
"Cepat pulang, jika tak ingin ayah membakarmu." Sosok abu berucap dan sosok tertinggi diruangan itu menghela nafas lalu dalam hitungan detik berubah menjadi kelelawar dan keluar melalui jendela.
"Kau juga pulang Kyungsoo!" ucap sosok abu yang masih setia bertengger di jendela.
"Baik Hyung." sosok putih bernama Kyungsoo itu berubah menjadi kupu-kupu lagi dan keluar melalui jendela. Si sosok abu turun dari jendela, ia mendekati ranjang, menatap Baekhyun sambil menggeleng.
"Kau memiliki keistimewaan, karena itu adikku Chanyeol sangat menyukaimu." sosok itu memakaikan selimut ke arah Baekhyun dan setelahnya menghilang menjadi asap.
…
…
…
Di sebuah dimensi lain dari semesta, di bawah perut bumi ada sebuah istana dengan arsitektur bergaya Eropa dengan warna gelap mendominasi bangunan kokoh tersebut.
Terdengar raungan-raungan memilukan, suara cambuk dan tembakan yang memekikan telinga serta beberapa kobaran api yang terlihat dalam kegelapan.
Chanyeol masuk dengan tergesa, kaki panjangnya berpijak dengan kasar diatas karpet berwarna merah darah itu, lalu pintu utama terbuka dan ia segera berjalan menuju salah satu ruangan terbesar di istana itu.
"Ada apa ayah memanggilku?" ucapnya langsung, meninggalkan tata krama yang selalu diajarkan ibunya. Sosok yang sedang duduk di balik meja kayu menghentikan kegiatannya, dan ia menatap balik dengan mata tajam berwarna hitam kelam.
Ruangan itu sangat besar dengan delapan jendela besar yang mengelilinginya. Dan terdiri dari interior yang cukup mengerikan, beberapa tengkorak sebagai pajangan dan barang-barang berwarna merah dan hitam yang mendominasi.
"Kau kembali menemuinya?" tanya yang lebih tua.
"Aku merindukkannya."sahut Chanyeol acuh melupakan fakta bahwa pria dihadapannya ini adalah ayahnya, orang yang jauh lebih tua darinya dan sepantasnya mendapat hormat darinya.
"Ayah tak melarangmu, tapi ibumu marah pada ayah."
"Ibu?" yang lebih muda mengerutkan keningnya, responnya akan selalu berbeda ketika mendengar nama itu. Jujur ia cukup sensitive mendengar nama "ibu" .
"Iya, dia tidak suka kau menyetubuhi lelaki manusia itu terus menerus."
"Ayah tahu sendiri kan? Pintuku menuju dunia manusia hanya terbuka pada 5 malam pada bulan purnama sebelum bulan penuh itu berubah menjadi bulan mati. Dan gara-gara hukuman kalian beberapa tahun lalu aku tidak bisa menemuinya. Jadi sekarang aku ingin memuaskan diriku."
"Ayah tahu."
"Lalu?"
"Tapi ayah tidak bisa menolak permintaan ibumu."
"Ayah terlalu lemah di depan ibu." ucap Chanyeol kesal. Dimana letak ketegasan ayahnya, ketika berhadapan dengan ibunya, Chanyeol selalu mempertanyakan itu.
Sosok yang lebih tua yang penampilannya tak jauh beda hanya berbeda pada warna rambut, dimana pria yang lebih tua berwarna hitam kelam dan juga matanya berwarna hitam dengan gradasi merah api terkadang.
"Siapapun akan seperti itu Chanyeol. Kau pun juga."
"Aku membencinya." ucap Chanyeol, si sosok berjubah hitam dengan rambut hijau kelam dan mata berwarna biru langit yang kini mengertakan gigi-gigi gerahamnya.
"Oh benarkah?" tiba-tiba suara lembut terdengar bersamaan dengan pintu ruangan yang terbuka. Menampakan sosok serba putih mulai dari ujung kaki hingga kerambut dan sayap, dengan mata berwarna biru langit.
"I..ibu?" Chanyeol terkejut dan bergerak kikuk.
"Sayang, apa yang kau lakukan disini? Kau akan kepanasan, jika ayah mertua tahu bagaimana?"
"Tidak! aku sudah meminta izin pada ayah. Lagipula tak apa bila sekali-kali malaikat berkunjung ke neraka." Sahut sosok cantik itu sambil berjalan anggun menuju kedua orang yang dicintainya.
"Baiklah. Sekarang Chanyeol, kau selesaikan urusanmu dengan ibu, ayah harus kembali bekerja. Dan Luhan!" Tiba-tiba nada sang ayah meninggi mengalihkan pandanganya pada sudut pintu ruangan.
"Keluar dari persembunyianmu, lalu kau bantu pekerjaan ayah. Ada banyak jiwa kotor yang akan masuk neraka dan harus ayah beri persetujuan. Bantu ayah mendatanya!"
"Baik." sahut sebuah suara lesu karena ketahuan lalu muncul sosok berjubah abu dari balik dinding.
"Ikuti ibu, Chanyeol!" dan Chanyeol hanya bisa pasrah, seperti kata ayahnya tak ada yang bisa menolak permintaan seorang malaikat seperti Taemin, putra mahkota dari raja seluruh malaikat dilangit, lebih tepatnya lagi seseorang yang ia panggil ibu.
Taemin mengelus pundak Luhan ketika akan berjalan keluar ruangan dan Luhan hanya mengangguk.
"Dimana Kyungsoo?" tanyanya pelan pada Luhan.
"aku rasa ada dikamarnya." Sahut Luhan dengan lembut juga.
"Baiklah." sahut Taemin lalu benar-benar menghilang di balik pintu besar.
Taemin membuka sebuah pintu perlahan, dan udara dingin segera menembus kulit Chanyeol. Ibunya adalah malaikat, jadi tidak akan bertahan hidup dalam panasnya neraka, untuk itu ia memiliki sebuah ruangan yang dibuat Minho khusus untuknya ketika ia ingin berkunjung.
Dan Chanyeol sangat membenci harus berkunjung keruangan ini, karena kekuatannya akan selalu melemah bila berhadapan dengan tempat sedingin kutub utara ini. Taemin duduk disebuah kursi panjang. Chanyeol berjalan dan duduk dihadapan ibunya.
"Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik ibu, setelah hukuman yang ibu berikan." Ada sebuah kalimat sindiran disana tapi Taemin hanya tersenyum melihat wajah kesal putranya. Bagaimanapun dia seorang malaikat, dia sudah biasa bersabar menghadapi kondisi apapun. Karena kemarahan adalah pantangan terbesar seorang malaikat, apalagi seorang pangeran seperti Taemin.
"Itu hanya hukuman ringan." Sahut Taemin sambil tersenyum lebih lebar.
"Bagaimana bisa seorang malaikat memberikan hukuman?" gerutu Chanyeol yang masih mampu di dengar oleh Taemin, dan lagi-lagi sosok itu hanya tersenyum menanggapi sikap kasar putranya.
"Kenapa tidak? Jangan lupa, dikehidupan malaikat juga ada kesalahan, kesempurnaan hanya milik yang Maha Kuasa."
"Aku mengerti. Ibu selalu mengatakan itu berulang kali, dan kata-kata itu seolah menjadi mantra dalam otakku." Sahut Chanyeol malas. Ia menyandarkan tubuhnya pada sofa dan merasakan sensasi dingin yang menjalar di punggungnya. Ia kemudian kembali memperbaiki posisinya .
"Ibu adalah malaikat yang memiliki anak setengah iblis, tentu ibu harus sedikit tegas daripada malaikat lainnya." Chanyeol tidak bergeming, ia hanya menghela nafas sambil membuang wajahnya.
"Ibu tahu kau tertarik pada Byun Baekhyun. Tapi bukan berarti kau bisa melakukan itu seenaknya. Kau tidak ingat kesalahan fatal yang kau lakukan beberapa tahun lalu?"
"Aku ingat."
"Jangan lupa jika Baekhyun adalah manusia dengan keistimewaan, ditubuhnya terdapat rahim dan bisa kapan saja mengandung benih yang selalu kau tanamkan padanya tiap malam."
"Tidak setiap malam, hanya 5 malam saat bulan purnama, saat bulan penuh, ingat itu ibu!"
"Sama saja. Yang jelas kau menidurinya bertubi dalam kurun waktu dekat. Dia tidak seperti kita Chanyeol, dia manusia , makhluk terlemah yang Tuhan ciptakan."
"Aku paham." Sahut Chanyeol tak tertarik dengan topik yang mereka bahas sekarang. Chanyeol sudah mendengar nasehat ini ribuan kali, dan ia bersumpah ia ingin membakar orang hidup-hidup tiap kali ibunya menasehatinya mengenai dirinya yang selalu meniduri Baekhyun.
"Jika kau paham, kenapa kau tetap melakukannya?" nada Taemin tetap tenang, namun tersirat sebuah paksaan disana.
"Jawabanku sama, aku menginginkannya." Sahut Chanyeol acuh.
"Berhenti bermain-bermain dengan manusia!" ucap Taemin sambil merangkai bunga-bunga berwarna putih di vas bunga kecil diatas mejanya.
"Tidak bisa ibu. Bukankah aku sudah pernah meminta pada ibu agar tidak membahas tentang itu. Aku iblis dan aku harus berada disekitar manusia."
"Benar. Kau memang harus menyesatkan pikiran mereka, tapi bukan meniduri mereka hingga mengandung." Taemin nyaris kehilangan kesabarannya, tapi kemudian ia menghela nafas. Membiarkan emosi menguasainya sama saja dengan membiarkan Chanyeol menang, dan Taemin tak menginginkan para iblis menguasai sama sekali.
"Lalu sekarang bagaimana keadaan cucu ibu?" tanya lelaki berparas cantik itu dengan senyuman yang selalu menghiasi wajahnya.
"Dia baik. Dia tumbuh dengan baik." Suara Chanyeol terdengar melemah, setiap menyinggung tentang cucu ibunya, ia merasakan sebuah rasa bersalah yang besar menghinggapinya. Dan Chanyeol membencinya.
"Kau sudah menjenguknya?"
"Belum. Aku takut. Dia setengah iblis, tentu dia akan peka ketika merasakan kehadiranku." Taemin mengangguk paham , lalu menghela nafas.
"Ibu hanya ingin kau tidak menyakiti manusia terlalu banyak."
"Aku tahu."
"Bagus, ayo sekarang peluk ibu!" ucap Taemin lalu merentangkan tangannya. Chanyeol mendekat dan pasrah ketika Taemin memeluknya erat.
"Kau tetap putra ibu yang menggemaskan."
"Aku sudah besar bu, dan sebentar lagi aku akan menjadi raja iblis menggantikan ayah. Jadi jangan memperlakukanku seperti ini di depan anak buahku."
"Ibu mengerti." Taemin menirukkan cara menjawab Chanyeol dan itu membuatnya berdecak kesal.
Terlahir sebagai setengah iblis membuat Chanyeol terkadang membenci kelahirannya, terutama dirinya yang terlahir dari seorang malaikat.
Ia bukannya tak mensyukuri, atau bahkan memang tak pernah bersyukur atas kelahirannya dan kepemilikan atas ibu yang telah melahirkannya, bagaimana pun ia iblis, ia tidak pernah bersyukur atas apapun yang telah ia miliki sekarang. Bahkan gelar pangeran yang ia sandang sekarang bukanlah hal yang menurutnya patut untuk ia syukuri.
Itulah naluri seorang iblis, hanya memiliki sebuah rasa benci. Tapi pernyataan itu seolah di tepik keras oleh Yunho dan Taemin yang membawa perubahan pada dunia mereka. Dunia iblis dan malaikat.
Berabad-abad yang lalu, iblis dan malaikat diciptakan oleh Tuhan untuk menjaga kestabilan dunia jauh sebelum manusia diciptakan. Raja Iblis pertama adalah kakak kandung dari Raja malaikat pertama pula. Dahulu Iblis dan malaikat hidup berkesinambungan. Walau Sang Pencipta memberikan dua tempat yang berbeda untuk mereka.
Dimana iblis menghuni kerajaan di dasar tanah dan malaikat menghuni kerajaan diatas langit. Keduanya mendapat tempat yang istimewa, sampai suatu ketika terjadi peperangan untuk memperebutkan para manusia, ketika manusia diciptakan pertama kali.
Kaum iblis merasa mendapat ketidakadilan karena sejak manusia dibentuk , para malaikat selalu berada disekitar mereka dan manusia terlahir memiliki 100 % hati malaikat, bersih dan suci oleh karena itu kaum iblis mengadakan peperangan.
Sebelum pertumpahan darah merenggut lebih banyak korban lagi dan dunia dalam keadaan kacau, Sang Pencipta turun dan menyelesaikan semuanya. Dan Beliau membuat sebuah kesepakatan.
Jadi sejak manusia dilahirkan akan ada seorang iblis dan malaikat yang berada disampingnya, untuk menjaganya hingga tiba saatnya dimana manusia itu sudah mampu menggunakan hati dan pikirannya untuk bertindak maka kaum iblis dan kaum malaikat sama-sama boleh bersaing untuk merebut hati manusia.
Oleh karena itu, semenjak diikrarkannya keputusan itu kaum iblis dan kaum malaikat menjadi musuh selama berabad-abad.
Suatu ketika, saat generasi ke seribu dari kaum iblis dan kaum malaikat. Terjadi sebuah perubahan. Pangeran mahkota dari kerajaan Infernus, putera semata wayang raja iblis bertemu dengan putra mahkota dari kerajaan Nubes dan mereka saling jatuh cinta.
Pangeran Minho yang akan diangkat menjadi raja iblis membawa kabur Pangeran Taemin, karena hubungan mereka ditentang oleh kedua belah pihak. Pangeran Taemin adalah lelaki yang lemah lembut, memiliki kecantikan yang tiada tara dan kesempurnaan yang luar biasa, sedangkan Pangeran Minho memiliki ketampanan yang diluar akal sehat. Tampan, tegas, beribawa, kejam dan keras.
Hubungan mereka mengalami banyak cobaan, bahkan pangeran Taemin nyaris diturunkan ke bumi dan dihapus ingatannya oleh sang raja, namun Minho datang dan memporaporandakan kerajaan Nubes kerajaan para malaikat.
Sampai akhirnya Sang Pencipta turun lahi untuk menyelesaikan semuanya dengan memberikan jalan tengah.
"Cinta mereka tidak salah. Tak ada yang salah, hanya sebuah perbedaan yang membuat hal itu terlihat tidak pantas. Mereka saling mencintai, dan cinta adalah sebuah perasaan tulus dan murni yang aku ciptakan untuk semua mahklukku. Apa aku pernah berkata jika iblis dan malaikat tak boleh bersama? Apa aku pernah membuat suatu pernyataan bila persamaan jenis kelamin membuat dua buah insan tak boleh saling mencintai? Aku menciptakan kalian sama. Entah lelaki, wanita, tua, muda, kaya, miskin, malaikat ataupun iblis. Kalian sama dimataku. Jadi tak ada yang perlu kalian perdebatkan lagi, biarkan mereka merasakan cinta."
Bersamaan dengan itu semua kaum iblis dan malaikat memutuskan untuk menyetujui hubungan iblis dan malaikat itu, tapi bukan berarti mereka bisa hidup bersama. Taemin adalah malaikat yang diciptakan dari butiran salju pertama yang turun kebumi, sedangkan Minho diciptakan dari api neraka terpanas di dasar perut bumi . Karena itu bara-air, panas-dingin tidak bisa bersama namun tetap bisa berdampingan.
Taemin tetap tingal di langit dan Minho tetap tinggal di dasar perut bumi, hanya sesekali mereka bertemu untuk melepaskan rasa rindu mereka. Lagipula jika Taemin ke neraka maka ia akan kepanasan dan melemah, jika Minho ke surga ia akan kedinginan dan kekuatannya lenyap.
Untuk itu ketika mereka menikah, Minho membuat sebuah ruangan khusus untuk Taemin di dalam istananya yang semuanya terbuat dari es.
Dari hubungan mereka, lahir putera pertama mereka yang mereka beri nama Sharlu De Vardenschothan atau dipanggil Luhan. Luhan berarti keadilan, keindahan dan ketegasan. Luhan adalah iblis setengah malaikat. 70% dalam dirinya adalah malaikat, dan 30 % adalah iblis, itu mengapa perawakannya sangat lemah lembut seperti Taemin, tapi sifatnya sedikit keras seperti Minho.
Luhan lahir dari angin surga dan sedikit api neraka, kelahirannya juga bertepatan dengan perayaan surga kala itu, sehingga ketika ia lahir nyanyian surga berdentang dengan keras.
Lalu dua ratus tahun kemudian, mereka kedatangan putera kedua mereka yang diberi nama Chanttadier De Vashcardhayeol atau singkatnya, Chanyeol. Chanyeol berarti, kekuatan, kesaktian, ketangguhan, dan kewibawaan. Chanyeol adalah 70% iblis dan 30 % malaikat ia adalah kebalikan dari Luhan.
Chanyeol lahir ketika kaum iblis menang menguasai hati manusia, ketika kerajaan Infernus berada dalam kejayaan dan Chanyeol terlahir dari api murni neraka dan bertepatan dengan gerhana matahari. Ia terlahir ketika kegelapan menguasai dunia, itu sebabnya ia sangat keras dan sangat kejam, walau terkadang ia lemah apalagi bila di depan ibunya dan terlihat sama dengan ayahnya, akan tidak berdaya bila berhadapan dengan sosok malaikat bernama Taemin.
Lalu seratus tahun setelah kelahiran Chanyeol kemudian lahirnya si bungsu , dengan mata bulat yang indah. Ia terlahir ketika salju pertama turun di hari natal, mereka memberikannya nama Kyeoimanuel De Sharvingsooffscarr atau lebih singkatnya Kyungsoo. Dimana Kyungsoo berarti kemurnian, kebaikan, kasih sayang, dan ketulusan.
Berbeda dengan kedua saudaranya, Kyungsoo adalah murni malaikat, dalam artian ia sama sekali tidak memiliki darah iblis dalam dirinya, begitu kata peramal ketika Kyungsoo menangis untuk pertama kalinya, hanya saja semua orang bingung dengan warna rambut Kyungsoo yang hitam legam.
Jika ia murni malaikat seharusnya rambutnya putih seperti malaikat yang lain, tapi sepertinya itu tidak terlalu menjadi masalah. Minho berkata itu wajar, bagaimana pun Kyungsoo harus memiliki ciri khas dari dirinya walau hanya warna rambut saja.
Karena Kyungsoo murni malaikat ia sangat disayang oleh raja malaikat, itu sebabnya ia boleh keluar masuk surga dengan leluasa, walaupun ia tetap tinggal di neraka bersama ayah dan kedua saudaranya, di kamar khusus yang dibuat Minho untuknya. Sama seperti milik Taemin.
Sedangkan Luhan, ia memiliki akses menuju surga di waktu tertentu saja, seperti perayaan atau pun hari penting lainnya, jika tidak maka ia harus meminta penjaga untuk menyampaikan pesan bahwa ia ingin bertemu ibunya dan ibunya akan memberikan kunci masuk untuknya.
Luhan masih sedikit beruntung dibandingkan Chanyeol. Karena darah iblis sangat kental dalam dirinya, ia bisa dibilang paling tidak disukai oleh raja malaikat, tapi menjadi cucu kesayangan dari raja iblis.
Sejak Chanyeol lahir sampai sekarang ia hanya pernah 5 kali mengunjungi surga, ia tidak suka berada di tempat kelahiran ibunya karena semua penghuni surga akan membicarakannya, daripada ke surga ia lebih suka berkunjung ke dunia manusia.
Sehingga berkunjung ke dunia manusia menjadi kebiasaannya, ia sangat suka mengerjai manusia dan mempengaruhi hati mereka, dan hal tersebut menjadi sebuah hiburan tersendiri baginya.
Dan ketika malam bulan purnama beberapa tahun lalu, dibawah cahaya bulan yang terang, dikegelapan lorong gang sempit, disitulah ia bertemu dengan Byun Baekhyun untuk pertama kalinya. Bocah laki-laki dengan rambut hitam berponi, tubuh mungil dan mata bulan sabit yang menangis sesegukan di sudut gang yang sempit dan lembab.
Chanyeol yang ketika itu sedang berdiri diatas gedung pencakar langit, memperhatikan dengan seksama bagaimana barang milik bocah lelaki itu dirampas dan tubuhnya dihajar. Chanyeol tentu senang melihat sebuah kejahatan karena itu berarti kaumnya akan menang, tapi tidak ketika melihat mata sipit itu membengkak.
Ia dengan bodohnya menghampiri bocah itu dan mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata si bocah yang ketakutan ketika melihatnya. Dan ditempat itu pula, untuk pertama kalinya ia merenggut kesucian seseorang. Semua berjalan begitu cepat, bocah itu malah menggeliat ketika merasakan sentuhan dari Chanyeol dan dorongan entah darimana membuat Chanyeol melakukan lebih.
Semenjak malam itu, Chanyeol selalu mendatangi si bocah 5 malam saat bulan penuh. Dan selama 5 hari itu juga Chanyeol selalu meniduri Baekhyun. Hingga suatu hari Chanyeol menerima kenyataan jika bocah berusia 13 tahun itu mengandung anaknya. Baekhyun adalah lelaki dengan keistimewaan dan Chanyeol tidak tahu itu.
Baik pihak ayahnya maupun pihak ibunya tahu dan mereka marah besar, lalu menghukum Chanyeol dengan melarangnya untuk turun kebumi sampai bulan baru ke sepuluh berhasil ia lalui, dan itu cukup lama bagi Chanyeol.
…
…
…
Chanyeol tersadar dari lamunanya ketika pintu kamarnya terbuka dengan lebar, dan Luhan berdiri disana sambil tersenyum.
"Apa?" tanya Chanyeol kesal. Menatap kakak sulungnya yang selalu membuat dirinya kesal. Luhan memang sosok kakak yang baik, itu bagi Kyungsoo, sedangkan bagi Chanyeol sendiri Luhan tak jauh berbeda dari iblis berwajah malaikat.
"Turun! Kita makan." Ucap Luhan santai.
"Aku tidak lapar."
"Aku tidak peduli, hanya turun dan kita duduk bersama! " ucap Luhan sambil berjalan masuk dan duduk diatas meja Chanyeol.
"Aku tidak ingin." Chanyeol menjawab dengan malas, ia hanya butuh sendiri dan ia tidak terlalu menyukai tradisi makan malam, dimana seluruh anggota keluarga berkumpul dan membicarakan sesuatu yang membuat telinganya sakit.
"Kau pikir aku ingin? Ini perintah ayah."
"Jawabanku tetap tidak, sekalipun kakek yang meminta." Bentak Chanyeol. Luhan mengedikkan bahu, ia memijakan kakinya pada lantai marmer tersebut dan berjalan kearah pintu. Chanyeol adalah lelaki dengan kepala terkeras yang ia kenal,tapi hanya satu yang bisa melunakan kekeras kepalaan Chanyeol. Ibunya.
"Sayangnya ini bukan permintaan kakek, ini permintaan ibu. Hmm.. jika aku jadi kau, maka_" ucapan Luhan terputus, karena Chanyeol bangkit dengan cepat dengan wajah kesal dan malas. Luhan tersenyum dalam hati, ibunya memang ancaman terhebat yang pernah ada.
Bahkan ayahnya yang berstatus raja iblis, raja terkejam dari seluruh raja yang ada pun langsung melunak di depan ibunya, entah pesonanya atau kemarahannya yang membuat Taemin disegenai, Luhan dan yang lain tidak pernah bisa menemukan jawabannya.
Pertanyaan itu hampir mirip seperti ketika seseorang bertanya padanya 'Luhan, menurutmu sampai kapan neraka ini akan berhenti memasukkan jiwa-jiwa kotor yang meninggal?'
.Pernah. atau lebih seperti Tidak. . Yah, kurang lebih seperti itu, jangan lupakan ekspresi wajah bodoh Luhan ketika menjawabnya.
"Baik aku turun sekarang." ucap Chanyeol jengkel. Dan Luhan kembali bersorak dalam hati.
Chanyeol paling malas jika harus berurusan dengan ibunya, ia hanya takut akan melukai ibunya dan jika hal itu terjadi ia tak tahu berapa orang yang akan membencinya termasuk ayahnya.
Jadi Chanyeol turun mengikuti Luhan dan menuju ke arah ruang makan dengan sebuah meja panjang di dalamnya.
Chanyeol melihat seluruh keluarganya berkumpul, dan disana ibunya dan Kyungsoo duduk dengan sebuah energi yang membentuk medan salju mengelilingi mereka, hanya mereka berdua.
Butiran-butiran salju transparan yang melayang membentuk sebuah lingkaran yang berukuran pas dengan tubuh masing-masing pemiliknya. Medan tersebut menjaga suhu tubuh keduanya agar tidak terbakar oleh panasnya api neraka.
"Ah akhirnya anak kedua ibu turun. Makanlah!" Ucap Taemin dengan wajah bahagianya. Untuk ukuran seorang ibu, sikap Taemin terlihat wajar. Tipikal ibu-ibu yang suka mengurus semua hal pribadi anaknya, tapi untuk ukuran malaikat dia bisa dikatakan "sedikit" atau mungkin "cukup" berlebihan.
"Hm." sahut Chanyeol malas. Mereka lalu makan dengan berisik, kecuali Kyungsoo dan Taemin yang makan dalam diam, menaati sebuah tata krama dan disana ada Chanyeol juga yang terdiam, tapi itu bukan tata krama melainkan sebuah perasaan kalut yang menyelimuti hatinya, karena biasanya Chanyeol yang paling berisik.
Bertengkar dengan Luhan memperebutkan hal yang tidak penting adalah tradisi keduanya ketika makan, atau Chanyeol yang selalu menganggu Kyungsoo juga merupakan hal wajib dalam kamusnya lalu berakhir dengan Minho yang marah besar dan membakar seluruh hidangan mereka diatas meja bisa dibilang ini sebagai hidangan penutup dalam setiap makan malam mereka. Tapi kali ini Chanyeol tidak menjadi dirinya, ia terlihat lebih pasif dari biasanya, menatap tidak tertarik pada hidangan yang ada dihadapannya.
Menu makanan mereka jauh berbeda, Chanyeol, Luhan dan Minho menyantap hidangan berbagai macam daging yang diolah sedemikan rupa, sedangkan Taemin dan Kyungsoo hanya memakan sayuran dan beberapa jenis bunga yang hanya ada di langit dan ditanam khusus di kebun istana di langit.
Itu bukan tanpa sebab, melainkan malaikat memiliki pantangan untuk tidak menyakiti termasuk membunuh binatang untuk dijadikan makanan. Walau Kyungsoo tinggal dengan ayahnya tapi ia tetap tidak bisa makan daging, ia pernah sekali mencoba tapi ia berakhir dengan muntah dan kekuatannya melemah selama seminggu semenjak itu ia anti dengan yang namanya daging.
"Ayah?" panggil Chanyeol.
"Apa?"
"Bisakah ayah mengurangi hukumanku? Bisakah aku turun ke bumi 5 malam setelah bulan purnama seperti dulu? Tidak hanya pada saat bulan purnama kesepuluh saja?"
"Hukuman tetaplah hukuman."
"Tapi aku tersiksa ayah."
"Lalu kau pikir apa Baekhyun tidak tersiksa?" tanya Minho tanpa mengalihkan tatapannya dari pisau dan garpu yang sedang mengiris sepotong daging di hadapannya.
"Sejak kapan ayah memikirkan perasaan manusia?" Chanyeol geram dan sedikit membentak. Dan diantara kekesalannya ia mengingat satu nama.
"Pasti ini ulah ibu." Chanyeol menatap geram ke arah ibunya, dan Taemin hanya tersenyum sambil mengedikkan bahu.
"Chanyeol, dengar_"
"Aku tidak mau dengar." Chanyeol bangkit sambil membanting sendoknya dan berjalan ke luar dari ruang makan. Minho menggeram emosi, dan terlihat api yang membara dari tubuhnya, tapi ketika Taemin menyentuh tangannya api itu padam.
"Turuti saja kemauannya!"
"Tapi_"
"Dia sedang jatuh cinta, dan orang yang jatuh cinta tidak akan pernah mau menerima keputusan apapun." dan Minho mengangguk. Bagaimana pun ia pernah merasakan menjadi muda dan hormone sialan yang meledak-ledak tidak pasti di dalam dirinya.
"Dia benar-benar sudah dibutakan oleh lelaki bernama Baekhyun itu ibu." Taemin tersenyum ke arah Kyungsoo dan mengusak rambutnya.
"Cepat atau lambat kau akan merasakannya juga sayang, ayo selesaikan makan kalian karena sebentar lagi ibu harus kembali kelangit."
"Ibu akan kembali? Tidak mau bertahan lebih lama lagi disini?" Tanya Luhan dengan bibir penuh dengan makanan. Taemin menggeleng sambil tersenyum lalu memberikan air pada putra sulungnya.
"Tidak sayang, ibu sudah berjanji pada kakek akan pulang segera."
"Tapi aku masih merindukan ibu." Luhan memasang wajah bersedih. Ia masih begitu merindukan ibunya, mereka benar-benar jarang bertemu apalagi saat ini Luhan disibukan dengan tugasnya membantu sang ayah membuatnya tidak bisa melayani ibunya dengan baik ketika beliau berkunjung ke neraka seperti sekarang.
"Aku juga." Balas Kyungsoo dengan mata polosnya, Luhan berdecak.
"Kau kan enak tinggal datang ke surga, sedangkan aku harus menunggu perayaan dulu, dan itu masih lama." Ucap Luhan sambil menatap kesal kearah Kyungsoo, dan Kyungsoo hanya mengedipkan matanya lugu.
"Tapi, ibu_"
"Jangan lakukan itu pada ibu kalian, bagaimana bila kakek marah pada ibumu?" ucap Minho menyela, ia tidak tega melihat wajah sedih istrinya.
"Baiklah." Luhan menyerah, ia menyandarkan tubuhnya pada kursi yang ia duduki sekarang, dan menghela nafas kecewa. Kyungsoo ikut menghela nafas lalu kemudian melanjutkan acara makannya.
"Luhan, ibu berjanji akan kesini lagi dalam waktu dekat. Jadi jangan marah ya?"
"Aku tidak marah." Ucap Luhan tanpa menatap ibunya, ia lebih memilih menatap piring makanannya tanpa selera.
"Oh manisnya anak ibu, sini biar ibu peluk." Ucap Taemin lalu menghampiri putranya dan memeluknya erat, Kyungsoo dan Minho tersenyum melihat bagaimana kemesraan Taemin dan Luhan.
Tapi tidak dengan Chanyeol yang hanya menatap kesal dari lantai atas. Ia ingin merasakan hal seperti itu, tapi ia tidak terbiasa dengan hal-hal yang membawa nama cinta dan kasih sayang. Ketika Minho menoleh dan mendapati putra keduanya menatap kearah mereka dengan wajah cemberut dan mata mereka bertabrakan, Yunho tahu apa yang ada dipikiran putranya tapi Chanyeol segera menghilang dalam sekejap.
…
…
…
Baekhyun menuruni anak tangga dengan wajah murung, lalu ia menghampiri ibunya yang sedang duduk di depan meja makan.
"Iya tidak mau makan malam lagi?" Pertanyaan ibunya membuat Baekhyun menggeleng lemah dan ia segera mengambil duduk dihadapan ibunya.
"Baiklah, nanti ibu akan bicara padanya. Ayo sekarang kita makan!" Kibum membalikan piringnya dan Baekhyun lalu mulai menyendokkan nasi.
"Ibu!" suara itu mengalihkan mereka, disana berdiri Sehun dengan wajah yang tertunduk.
"Ma..maafkan aku." Ucapnya dengan suara yang lirih. Wajahnya masih tertunduk dan jemarinya sibuk memilin ujung baju kaosnya. Kibum dan Baekhyun cukup terkejut, namun kemudian Kibum tersenyum sedangkan Baekhyun ia memilih membuang wajahnya.
"Ibu memaafkanmu." Ucap Kibum tersenyum lalu menarik putra bungsunya untuk duduk dan bergabung dalam acara makan malam.
Acara makan malam telah selesai sejam yang lalu, dan kini Baekhyun sedang duduk di depan meja belajarnya untuk mengerjakan beberapa tugas yang diberikan gurunya. Kamarnya dalam keadaan gelap, hanya lampu belajar yang menjadi sumber penarangan dalam kamar minimalis itu. Dari celah jendelanya, sebuah angin berhembus pelan. Baekhyun menggeliat lagi ketika angin itu menyentuh tengkuknya.
Mata Baekhyun tertutup dan ia meletakkan pulpennya diatas kertasnya lalu meremas benda itu keras. Ia menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi mendongakkan kepalanya dengan leher yang bergerak kekiri dan kekanan secara sensual.
Samar-samar mulai nampak sosok yang berdiri dibelakang Baekhyun sambil membungkuk dan memberikan kecupan-kecupan mesra dileher lelaki mungil itu. Sosok itu melepas kancing piyama Baekhyun satu persatu, lalu meraih tangan Baekhyun dan membawanya bangkit dari kursi belajar dan berjalan kearah kaki ranjang.
Chanyeol duduk di sisi ranjang masih memegang tangan Baekhyun yang matanya setia terpejam. Baekhyun berdiri di depan Chanyeol, dengan kancing piyama yang seluruhnya terbuka menampakkan perut datarnya dan kulit putihnya dengan bekas bercak keunguan yang masih jelas.
Chanyeol mendekatkan tubuh Baekhyun, menjilat perut itu dengan sensual dan seduktif, membuat gerakan jilatan melingkar pada pusar Baekhyun. Baekhyun menggeliat kegelian, dan tangannya bergerak untuk meremas rambut Chanyeol.
Chanyeol menjauhkan tubuhnya, lalu menarik kaki Baekhyun dan membuat kedua kaki itu menyelip diantara pinggangnya, ia memangku Baekhyun dengan tangan masih menggerayangi punggung Baekhyun.
Chanyeol membawa lelaki mungil dengan mata terpejam itu pada sebuah ciuman mesra, hangat dan penuh nafsu. Bibir mereka bertautan, dan Chanyeol menyedot bibir bawah Baekhyun dengan keras. Memainkan lidah Baekhyun dengan lidahnya, lalu menarik-narik bagian bibir Baekhyun dengan mesra.
"CHANYEOL!CHANYEOL!CHANYEOL!" panggilan itu bergema dan mendengung ditelinga Chanyeol, tapi Chanyeol seolah tuli, ia masih melanjutkan kegiatan panasnya dengan lelaki yang ia puja tubuhnya.
"PULANG SEKARANG! ATAU HUKUMANMU BERTAMBAH!" suara itu terdengar semakin keras, dan ancaman yang tersirat di dalamnya membuat Chanyeol menghentikan kegiatannya.
"Brengsek!" Chanyeol menurunkan tubuh Baekhyun membuat lelaki mungil itu kembali berdiri dihadapannya, ia menatap Baekhyun mengelus pipi yang lebih mungil hingga Baekhyun menggeliat mengikuti arah elusan Chanyeol.
"Aku harus pergi lagi sayang. Tapi aku berjanji, besok aku akan menyetubuhimu lagi."
BLASH
Sosok Chanyeol kembali lenyap, dan beberapa detik kemudian mata terpejam Baekhyun mulai terbuka. Ia mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya menyadari jika ia sedang berdiri di depan ranjangnya dengan baju piyama yang kancingnya terbuka semua.
Ia segera berlari kearah cermin , lalu melihat ada jejak baru dileher dan dadanya. ia menggapai bibirnya dan ia merasakan bibirnya menebal, basah dan lengket.
"Ia benar-benar kembali." Ucap Baekhyun sambil menatap dirinya di cermin dengan tubuh menegang dan tangan yang bergetar.
….
Chanyeol berjalan dengan tergesa kedalam istananya, kaki panjangnya melangkah dengan cepat, rahangnya mengeras, dan tatapannya tajam, lalu disetiap langkahnya meninggalkan jejak kobaran api kecil.
"SEKARANG APALAGI!" Ia berteriak membuat seluruh pintu dalam istana itu tertutup seketika. Dan tubuhnya mengeluarkan kobaran api yang besar. Sosok Luhan muncul dihadapannya dengan wajah malas, Chanyeol menggeram dan nyaris menyerang Luhan sebelum kemudian Luhan mengeluarkan pelindung berupa medan angin berbentuk lingkaran disekitar tubuhnya.
"Apa yang kau inginkan hah?" Tanya Chanyeol dengan wajah kesalnya.
"Mana aku tahu, aku hanya mencoba memanggilmu yang tak menjawab panggilanku sejak tadi." Ucap Luhan masih bersiaga membuat pertahanan untuk dirinya.
"Tapi kau tak perlu memangilku menggunakan speaker telepati bodohmu itu."
"Aku hanya sedikit berteriak, aku tidak tahu efeknya akan sangat parah." Sahut Luhan dengan wajah tanpa bersalah. Kobaran api disekitar Chanyeol membesar.
"TAPI KAU MEMBUATKU NYARIS TULI BODOH!" Chanyeol memekik kesal.
"Mana aku tahu? Lagipula siapa suruh tidak menjawab panggilanku?" sahut Luhan tak mau kalah, ia masih bersiaga takut-takut adik iblisnya itu akan menyerangnya.
"Aku sedang sibuk seharusnya kau tahu itu." Ucap Chanyeol dengan rahang mengeras dan tangan mengudara yang mengeluarkan kobaran api.
"Ck! Menyetubuhi manusia itu kau bilang sebuah kesibukan? Lalu bagaimana denganku yang harus membantu ayah untuk mendata jiwa-jiwa yang baru masuk?"
"Bukan urusanku."
"Seharusnya aku yang menjadi raja iblis, bukan kau. Dasar pemalas mesum, yang suka memperkosa manusia ketika ia tidur."
"APA?" Kobaran api yang tadi sempat mengecil kembali membara, bahkan hampir menyentuh langit-langit istana yang sangat tinggi itu.
"HENTIKAN!" ucapan itu membuat keduanya menoleh, lalu Chanyeol terkejut ketika melihat api disekelilingnya padam seketika. Ia mencoba menengadahkan telapak tangannya untuk mengeluarkan apinya tapi sia-sia, apinya tidak keluar sama sekali.
"Ayah~" Chanyeol memekik dengan sedikit rengekan kearah Minho yang menuruni tangga dan berjalan kearah mereka dengan tatapan tajam. Jika Chanyeol dan Luhan bukan putranya, bisa dipastikan siapapun yang melihatnya akan mati ditempat.
"Aku menyita kekuatanmu sampai batas waktu yang tidak ditentukan." Ucap Minho dingin dan tatapan tajam pada Chanyeol.
"Tapi_"
"Tak ada tapi-tapian. Kau sudah terlalu banyak melanggar Chanyeol, dan apa yang selalu ayah katakan dengan tidak menggunakan kekuatan di dalam istana?"
"Ini bukan salahku,tapi_"
"Kau tak berubah." Ucapan Minho membuat Chanyeol terdiam. Ia menatap tajam kearah Minho lalu beralih kearah Luhan yang kini sedikit merasa bersalah pada Chanyeol, lalu benteng pertahanan yang Luhan buat hilang seketika.
Chanyeol geram, lalu menghilang. Luhan menatap Minho dengan wajah menyesal, dan setelahnya ia menghilang. Minho menutup matanya.
"Kemana perginya tata krama tentang memberi salam ketika meninggalkan orangtua?" lalu setelahnya Minho pun menghilang.
Chanyeol berbaring diatas ranjang besarnya, dengan sprei berwarna hitam kelam bahkan bantal dan selimutnya juga. Ia menyandarkan tubuhnya dikepala ranjang, dengan wajah kesal. Lalu ketika pintunya diketuk Chanyeol menoleh dan tidak berniat menjawab karena ia tahu itu Luhan.
"Chanyeol,ayolah buka pintunya. Aku ingin bicara." Ucap Luhan diluar sana. Walau mereka memiliki kekuatan berteleportasi tapi mereka tidak bisa seenaknya masuk ke dalam ruangan siapapun diistana itu jika si pemilik ruangan membentenginya dengan lapisan udara tak terlihat.
Lapisan itu ibarat kunci, jika si pemilik lupa membentenginya maka siapapun bisa masuk, tapi jika si pemilik membentenginya maka siapapun yang ingin masuk harus meminta izin pada sepemilik, apalagi bila dilapisi ganda seperti Chanyeol sekarang, itu akan sangat sulit untuk ditembus.
"Aku mohon. Sebagai gantinya aku akan merayu ayah untuk mengembalikan kekuatanmu." Lalu seketika pintu itu terbuka, Luhan berdiri disana sambil tersenyum, tapi ia masih belum bisa masuk, Chanyeol masih belum membuka lapisan terakhirnya.
"Buka dulu yang ini, aku ingin masuk." Dan Chanyeol memutar bola matanya malas, lalu jemarinya bergerak melingkar dan lapisan tembus pandang itu terbuka, Luhan berjalan dengan senang menghampiri adik keras kepalanya.
Ia mendudukan dirinya diatas ranjang Chanyeol, memantul-mantulkan pantatnya seperti anak kecil. Chanyeol yang memperhatikan kakaknya mengernyit heran, lalu menendang bokong Luhan hingga lelaki cantik itu terjatuh ke lantai.
"Aauu.. sakit bodoh!" bentak Luhan. Chanyeol hanya menatap Luhan tanpa berselera.
"Keluar jika tak ada yang ingin kau bicarakan!" ucap Chanyeol dingin, masih dengan posisinya berbaring diatas ranjang.
"Kau benar-benar kasar bocah iblis. Bagaimana pun aku kakakmu."
"Lalu?"
"Setidaknya perlakukan aku sebagai seorang kakak!" Luhan melipat kedua tanganya di depan dada.
"Dan apa kau pernah memperlakukanku sebagai seorang adik?" Tanya Chanyeol. Luhan terdiam, lalu kemudian tersenyum bodoh. Ia mendekat kearah Chanyeol dan memeluk leher adiknya kencang.
"Yak! Lepaskan! Apa yang sedang kau lakukan?" Protes Chanyeol, tapi Luhan tetap memeluk erat leher Chanyeol.
"Aku ingin menunjukan betapa aku menyayangimu."
"Menyingkir!" Kembali Luhan terhempas ke lantai. Chanyeol menatap geram kearah kakaknya, dan Luhan menatap jengkel kearah adiknya.
"Cepat katakan! Aku ingin pergi setelah ini!"
"Ck! Menemui Baekhyun lalu menyetubuhinya?" Chanyeol menatap geram kearah Luhan, kakaknya itu memang patut terlahir sebagai malaikat berhati iblis, karena wajahnya yang cantik berbanding terbalik dengan perilaku dan ucapannya yang sadis.
"Keluar, atau_"
"Ini tentang anakmu." Ucapan Luhan berhasil membuat Chanyeol bungkam.
…
…
…
Kibum mengetuk pintu berwarna coklat tua di depannya dengan perlahan, ketika si pemilik memberi izin masuk dengan sedikit berteriak ia membuka pintu itu dengan sebuah nampan di tangannya.
"Kau sedang apa sayang?" tanya Kibum ketika melihat putra bungsunya sedang asyik berbaring diatas ranjang. Sehun yang sedang tengkurap segera membalik tubuhnya dan mengambil posisi duduk.
"Tidak ada." Sahutnya singkat, lalu menatap segelas susu putih yang diberikan padanya, ia meminumnya dengan cepat, lalu mengembalikan gelas kosong itu pada Kibum. Ketika Kibum bangkit, Sehun menahan tangannya.
"Ada apa?" Tanya Kibum heran.
"Ibu?"
"Kenapa Sehun?" Wanita cantik itu kembali bertanya, melihat sikap aneh putra bungsunya membuatnya sedikit was-was.
"Maaf." Sehun menundukan kepalanya, Kibum tersenyum lalu mengelus surai anaknya dengan lembut.
"Kau tidak salah sayang, ibu_"
"Maaf bu, aku tidak bermaksud menyakiti ibu. Hanya saja aku tidak bisa menahan emosiku."
"Ibu mengerti. Ibu sama sekali tidak marah, dan ibu sudah memaafkanmu sayang."
"Terima kasih ibu." Sehun memeluk tubuh Kibum, dan Kibum membalasnya.
"Baiklah, sekarang kau tidurlah. Bukankah besok kau harus kembali sekolah?"
"Iya bu, aku akan tidur kalau begitu. Selamat malam."
"Malam sayang." Kibum mengecup kening putranya, lalu berjalan menuju pintu setelah sebelumnya memadamkan lampu kamar bercat biru tersebut.
Di lain kamar, Baekhyun sedang duduk diatas ranjangnya sambil menatap kearah jendela kamarnya yang sudah tertutup. Ia menatap kearah cahaya bulan purnama yang masih terlihat penuh, padahal bulan purnama sudah berlalu 3 hari yang lalu.
Baekhyun disana, sedang memfokuskan matanya untuk mengagumi betapa cantiknya cahaya bulan, dan ia terus bertanya-tanya dalam hatinya bagaimana bisa bulan bercahaya secantik itu.
Ditengah lamunannya, ia mendengar suara pintu kamarnya yang diketuk.
"Baek, apa kau belum tidur? Jangan begadang sayang, itu sangat tidak baik bagi kesehatanmu." suara Kibum terdengar dibalik pintu.
"Baik bu, aku tidur sekarang." Ucap Baekhyun lalu segera membaringkan tubuhnya dan mematikan lampu tidurnya.
Ketika lampu itu padam, dua titik cahaya kembali bersinar dalam kegelapan. Dan perlahan cahaya bulan memperlihatkan dengan jelas sesosok dalam kegelapan itu. Dia Chanyeol, sang putra iblis setengah malaikat yang selalu memperhatikan Baekhyun dalam kegelapan.
Chanyeol turun dari atas meja belajar Baekhyun, melangkah mendekati sosok yang terbaring itu, lalu ia mulai meniupkan udara sangat pelan yang mengarah kearah lelaki mungil itu. Udara itu bukanlah udara biasa, melainkan udara yang bisa membuat siapapun akan tertidur lelap bila terkena terpaannya.
Dan itulah yang selalu Chanyeol lakukan pada Baekhyun selama ini, agar ketika ia menyetubuhi si mungil, Baekhyun tak akan terbangun dari tidurnya.
…
..
.
Pagi harinya Baekhyun terbangun dengan tubuh yang menggigil kedinginan, ia membuka matanya perlahan dan mendapati jendelanya terbuka lebar, lalu ia menyibak selimut yang hanya menutupi setengah tubuhnya.
Baekhyun menggeleng pelan, lagi-lagi sisa sperma yang mengering menghiasi spreinya. Dengan mata berkaca-kaca Baekhyun bangkit, tubuhnya terasa begitu sakit dan ia memilih untuk segera mandi lalu bersiap ke sekolah.
Baekhyun selesai 39 menit setelahnya dan kini ia sedang duduk di depan meja makan bersama adik dan ibunya. Tidak ada percakapan yang berarti diantara ketiganya, hingga akhirnya Baekhyun memutuskan untuk berangkat sekolah.
Baekhyun dan Sehun selalu berangkat sekolah naik bus, karena mereka tidak memiliki mobil pribadi untuk mengantar dan menjemput mereka sekolah, apalagi Kibum seorang sekretaris di sebuah perusahaan percetakan yang memiliki jadwal yang cukup padat hanya untuk sekedar mengantar kedua putranya.
Baekhyun dan Sehun bersekolah di gedung yang bersebelahan, Baekhyun di Victory Senior High School dan Sehun di Victory Junior High School. Usia mereka hanya terpaut 7 tahun, dimana Baekhyun yang memimpin karena sebulan lalu baru saja meniup lilin ulang tahun ke 20 nya. Baekhyun harus terlambat dua tahun karena sebuah kejadian yang tidak ia harapkan terjadi.
Walau mereka memiliki arah yang sama, tapi Baekhyun tidak pernah sekalipun berjalan bersama Sehun. Ia bahkan tidak pernah terlibat pembicaraan serius dengan adik bungsunya. Entah mengapa Baekhyun hanya tidak suka Sehun berada disekitarnya.
"Hyung boleh aku duduk disini? Bus benar-benar penuh pagi ini." Ucap Sehun dengan wajah memelas, Baekhyun yang sudah mengambil duduk di pinggir jendela melirik sebentar lalu menatap sekilas ke seluruh penjuru bus. Ia bangkit dan membiarkan Sehun duduk dibangku itu sedangkan ia memilih berdiri.
Sehun menghela nafas, menatap kecewa bangku kosong di sampingnya yang semula di duduki Baekhyun. Padahal seharusnya mereka bisa duduk berdua, tapi Sehun tahu kakaknya tidak akan pernah mau berada disampingnya.
Baekhyun adalah murid teladan, dan ia mendapat banyak pujian dari semua guru atas prestasinya. Tak jarang ia selalu di daftarkan pada perlombaan akademis yang membuatnya selalu berhasil pulang dengan piala kemenangan, itu sebabnya pihak sekolah begitu menyayangi Baekhyun.
Tapi dimana ada pecinta, pasti ada pembenci. Jika semua guru menyukai dan mencintai Baekhyun dengan kesopanan yang dimiliki lelaki mungil itu, maka kebencian ia dapatkan dari teman-temannya.
Hampir seluruh teman sekelasnya membenci Baekhyun, karena menganggapnya adalah penjilat dan tukang cari muka. Itu mengapa Baekhyun sangat dijauhi oleh temannya, bahkan Baekhyun tidak memiliki teman dekat sejak ia duduk di tingkat satu.
Walau begitu, Baekhyun tidak memperdulikannya. Ia hanya menghabiskan seluruh waktunya di perpustakaan ketika jam istirahat atau jam kosong dan segera pulang ketika pelajaran berakhir. Ia tidak pernah sekalipun pergi bersama teman-temannya seperti kebanyakan remaja lain, karena tidak ada seorang pun yang mau mengajaknya keluar.
"Penjilat!" Baekhyun hanya menatap tulisan di buku tugasnya dengan wajah datar, ketika ia menarik keluar buku itu dari dalam lokernya. Ia menghela nafas lalu menutup lokernya pelan dan memilih menuju perpustakaan.
Perpustakaan begitu sepi karena tempat itu sangat dihindari oleh kebanyakan siswa, jadi Baekhyun merasa tenang di tempat ini. Ia merasa seperti tidak memiliki gangguan sama sekali.
Memiliki waktu berkualitas yang cukup banyak membuat Baekhyun mampu mempelajari banyak hal, dan itulah yang membuatnya selalu unggul dalam seluruh pelajaran akademis. Ia cepat belajar dan begitu tekun, maka tak salah ia mendapat predikat siswa teladan selama tiga tahun berturut-turut.
…
..
.
Baekhyun beranjak dari kursinya ketika kelas tambahan fisika berakhir dan ia hendak berjalan keluar dari kelasnya. Tapi guru Choi memanggilnya, sehingga mau tidak mau Baekhyun menghampiri guru tersebut. Membuat beberapa temannya mencibir atas sikap ramah tuan Choi padanya.
"Ada apa Tuan Choi?" tanya Baekhyun. Pria itu tersenyum memperlihatkan lesung pipinya, lalu menatap kearah Baekhyun tanpa bisa diartikan.
" Bantu aku membawa buku-buku tugas ini, sekalian aku ingin memberitahumu nilai rata-rata kelas." Ucap guru Choi dan Baekhyun mengangguk lalu mengambil alih setumpuk buku tugas.
Mereka berjalan menuju ruang guru, dimana ruangan tersebut dalam keadaan sepi, bahkan koridor sekolah juga sangat sepi. Sekarang pukul 21.00, semua guru dan murid tingkat satu dan dua sudah pulang lebih dulu, hanya kelas tiga dan beberapa guru yang menjalani kelas tambahan, itupun sudah banyak yang pulang, kelas guru Choi adalah kelas terakhir.
Baekhyun meletakkan tumpukan buku itu diatas meja, dan hendak pamit sebelum tangannya ditarik kasar oleh guru Choi dan tubuhnya di tekan diatas meja.
"Tu-tuan Choi? A-apa yang anda lakukan?" tanya Baekhyun terbata. Pria itu tersenyum, lalu menatap kearah tubuh sintal Baekhyun terutama pantat berisinya.
"Aku tidak tahu mengapa, tapi setiap melihat tubuhmu aku memiliki keinginan untuk merasakannya." Mata Baekhyun membulat, ia mencoba melawan, tapi tubuhnya ditekan diatas meja.
Pria itu , seseorang yang ia panggil guru kini malah membuka sabuk celananya, dan menurunkan celana seragam Baekhyun. Baekhyun ingin berteriak, tapi mulutnya di sumpal dengan gulungan kertas, sedangkan tangan Baekhyun dilipat kebelakang.
Guru Choi menurunkan celana Baekhyun, lalu meremas-remas pantat Baekhyun dari luar celana dalamnya, dan setelahnya ia menurunkan celana Baekhyun memperlihatkan pantat berisi milik Baekhyun yang putih dan mulus.
"Woaaah, pantatmu benar-benar menggiurkan." Baekhyun menangis, tapi ia tidak bisa melawan.
Guru Choi menurunkan wajahnya dan menjilati lubang anus milik Baekhyun, membuat Baekhyun semakin meronta. Ia merasa hina, ia tidak ingin diperlakukan seperti ini. Baekhyun sudah mencoba melawan tapi tenaganya kalah jauh, Baekhyun terus menangis dalam diam, dan meraung dalam hatinya, berharap seseorang datang untuk menyelamatkannya.
…
..
.
Chanyeol, Luhan, Kyungsoo dan Minho duduk di depan meja makan. Chanyeol nampak murung dan tidak bernafsu untuk menyantap makanan lezat yang tersaji di depan matanya.
"Ada apa?" tanya Minho. Chanyeol menoleh lalu menghela nafas.
"Besok adalah hari terakhir bulan purnama penuh. Itu artinya aku harus menunggu sebulan lagi." Ucap Chanyeol tidak bersemangat. Minho menggeleng dan Luhan terkikik. Lalu ketika mata Luhan dan Chanyeol bertemu ada aliran listrik yang terlihat.
"Sebulan bukan waktu yang lama." Ucap Minho.
"Cukup lama untukku ayah." Sahut Chanyeol lagi.
"Kau berlebihan Chanyeol. Apakah dengan tidak menidurinya sehari saja membuatmu tidak bernyawa seperti ini? Baekhyun memang candu yang hebat." Chanyeol hanya menghela nafas, lalu ia bangkit dari duduknya.
"Aku selesai." Ucapnya lalu menghilang.
Chanyeol tiba diatas ranjangnya dan ia nampak tidak bersemangat, lalu ia memilih untuk mengunjungi dunia manusia. Ia menghilang lagi dan kali ini muncul diatas atap sebuah gedung tinggi.
Chanyeol memperhatikan dengan seksama dengan mata tajamnya melihat titik merah, dimana kejahatan-kejahatan terjadi, dan Chanyeol tersenyum bangga melihatnya. Suara tangisan, suara minta tolong, jeritan kesakitan semakin menambah semangatnya.
"AKu mohon tolong aku hiks… jangan..hiks.." tiba-tiba suara yang familiar menyapa pendengaran Chanyeol. Ia memfokuskan pikirannya, dan ia tahu itu adalah suara Baekhyun. Dengan cepat ia segera berubah menjadi kelelawar untuk bisa terbang bebas dan mencari keberadaan Baekhyun.
"Sial." Gerutu Chanyeol lalu merubah dirinya menjadi bentuk semula ketika sampai di koridor sekolah. Ia mencari suara Baekhyun dan ia mendengar suara tangisan hati Baekhyun dari dalam sana. Ia menembus pintu dan mendapati tubuh Baekhyun setengah telanjang, dan seorang pria paruh baya yang menghisap penis Baekhyun.
Chanyeol mengeluarkan kekuatannya, tapi kemudian ia tersadar bahwa menggunakan kekuatan di dunia manusia adalah pelanggaran, apalagi menyakiti manusia. Ia bisa dihukum setelah ini, tapi masa bodoh. Dengan cepat ia membuat sebuah vas bunga melayang dan menghantam kepala pria itu hingga pingsan.
Baekhyun terdiam, nafasnya terengah. Dan ia terkejut melihat sosok guru Choi yang terkapar di lantai dan sebuah vas bunga yang pecah, ia mengedarkan pandangannya ke sekitar dan ia tidak melihat apapun.
Chanyeol berdiri disudut ruangan sambil memperhatikan wajah terluka Baekhyun. Ia ingin mendekat, tapi takut jika Baekhyun akan ketakutan ketika melihatnya. Jadi ia hanya bisa memperhatikan dari kegelapan, bagaimana tubuh ringkih Baekhyun mencoba bangkit.
Baekhyun berjalan dengan terseok-seok, dan mata yang sembab. Berulang kali ia menghapus air matanya sambil berjalan menuju rumah. Chanyeol terus mengikutinya sebagai seekor kelelawar. Hanya ingin memastikan jika Baekhyun selamat sampai dirumah.
Ketika Baekhyun sudah berbelok di suatu gang, Chanyeol menghentikan acara mengikutinya, dan memilih terbang dengan arah yang berlawanan. Ia harus menjalankan tugasnya, ia tidak bisa terus berada disamping Baekhyun.
PLAK
Suara itu membuat Chanyeol menghentikan kepakan sayapnya dan ia kembali terbang kearah dimana ia meninggalkan Baekhyun tadi. Sial. Chanyeol melihat Baekhyun dicegat oleh tiga orang preman, dan kini tubuh Baekhyun di tekan di tembok gang.
Chanyeol geram, ia kembali merubah dirinya dan berdiri di bawah kegelapan, menyaksikan bagaimana preman itu menampar Baekhyun dengan keras dan menyobek seragam Baekhyun.
Chanyeol seharusnya senang, karena sebuah kejahatan terjadi, tapi nyatanya ia malah merasa kesal. Ia dilemma, ia tidak tahu harus melakukan apa. Dan ketika salah satu preman itu membalik tubuh Baekhyun dan melepaskan celana seragam Baekhyun, barulah Chanyeol merasakan emosinya memuncak.
Tanpa pikir panjang, Chanyeol segera menghilang dan muncul dibelakang ketiga preman itu. Menampakan dirinya dengan jubah hitam, yang membuat ketiga preman itu ketakutan. Dan dengan emosi di puncak kepala Chanyeol melayangkan tiga pukulan pada preman itu hingga ketiganya pingsan di tempat.
Chanyeol menarik tubuh Baekhyun lalu membungkusnya dengan jubahnya dan membawa tubuh itu menghilang darisana.
Chanyeol meletakkan Baekhyun diatas ranjang dalam keadaan pingsan. Ia menatap wajah tertidur dan damai Baekhyun. Dengan perlahan Chanyeol naik keatas ranjang, menindih tubuh mungil itu dan menciumnya dengan perlahan.
Lalu dengan teliti ia membuka seragam Baekhyun, membuat tubuh lelaki mungil itu dalam keadaan setengah telanjang. Chanyeol mengecup leher Baekhyun, lalu menjilati dada lelaki itu dan menghisap putingnya.
Setelah itu Chanyeol menurunkan tangannya menuju celana seragam Baekhyun yang memang sudah terpelorot, lalu memasukan jarinya kedalam lubang anus Baekhyun membuat Baekhyun menggeliat.
Setelah puas Chanyeol mengeluarkan penisnya dari balik celana hitamnya, ia tidak melepas pakaiannya karena ia akan melakukannya dengan cepat, ia hanya ingin menghapus jejak orang-orang yang telah melecehkan Baekhyun tadi.
Chanyeol memasukan penisnya perlahan membuat dirinya merasakan sensasi nikmat yang selalu ia dapatkan dari Baekhyun.
"Aaaaahh…kau selaluuhh nikmat Baekhyun." Ucap Chanyeol sambil mendesah. Ia kemudian bergerak dengan lembut dan mulai menyodok penisnya ke dalam lubang anus Baekhyun.
Semakin lama Chanyeol semakin menambah kecepatannya. Ia terus menggerakan tubuhnya dengan gerakan pelan namun seirama dengan decitan kasurnya.
"Aaah…Baek…Hhmm.." Chanyeol terus menggeram, penisnya di jepit dengan erat oleh anus Baekhyun. Chanyeol kembali mengecup bibir Baekhyun sambil menggerakan tubuh bagian bawahnya.
"Aaaahh..akuuhhh sampaihhhh." Chanyeol menyemburkan spermanya di dalam tubuh Baekhyun, lalu nafasnya terengah. Sebenarnya ia belum puas, tapi ia tidak ingin menyakiti Baekhyun terlalu berlebih.
Ia melihat Baekhyun menggeliat merasakan semburan hebat dari sperma miliknya, ketika Chanyeol akan mencabut penisnya, ia tersentak karena merasakan tubuh Baekhyun menegang.
"K-kau?" Chanyeol terkejut bukan main, melihat Baekhyun yang berada dibawahnya kini membuka mata sambil menatapnya dengan tatapan ketakutan. Chanyeol juga menegang dan ia benar-benar terkejut, sampai ia tersadar bahwa ia belum meniupkan angin penidur untuk Baekhyun.
Sial. Chanyeol mati kutu, dan Baekhyun hanya menatapnya penuh ketakutan sambil melirik bagian tubuh mereka yang masih menyatu. Keduanya masih saling tatap dengan tatapan yang berbeda. Sampai akhirnya,
"CHANYEOL! INI DARURAT!" panggilan dari Luhan yang begitu keras menyapa pendengaran Chanyeol, membuatnya tersadar dari keterkejutannya.
..
..
..
TBC
..
..
..
NB : Infernus = tempat di dasar perut bumi / api perut bumi
Nubes = tempat terindah / tempat diatas langit/ cahaya langit
Aaaahh~ gimana ? apa sesuai dengan ekspektasi kalian atau ini malah jauh mengecewakan?
Yang ngevote genre fantasy mana suaranya ? kekekekeke..
Kalo memang ini mengecewakan , aku gak keberatan kalau cerita ini di stop kok heheheh, tinggal bilang ajah, atau perlu perbaikan ya tinggal komen ajah..
Tapi aku harap kalian suka ya, wkwkwkwkw…
Untuk adegan NC nya maaf gak hot, mungkin karena ide adegan NC ku udah habis di Playful Love hahaha, tapi aku bakal berusaha buat nyari ide lain hahahaha…
Sekian dulu ya teman-teman, kita bertemu di next chap kalau memang kalian menyukai genre ini kekekeke…
Seperti biasa, mari saling menghargai. Dan jangan lupa jaga kesehatan kalian. Serta selalu ingat jika Chanbaek adalah real, jika Chanbaek bukan sekedar berteman, mereka lebih, mereka lebih daripada teman. Mereka adalah takdir.
Okay? Sekian ya dari aku, bye..
ParkShiTa