LOVE ME RIGHT

.

.

.

Main cast: Sehun, Luhan, Kai, Kyungsoo, Chanyeol, Baekhyun and other

Main pair: HunHan KaiSoo ChanBaek

Genre: Romance School life

Rate : T-M

Length: Chapter

YAOI. MPREG. Typo

.

.

.

.

Sehun membuka pintu kamarnya, ia mendapati Baekhyun tidur di ranjangnya dan Luhan yang tidur di ranjangnya sendiri.

Luhan mengerjapkan matanya saat menyadari kehadiran seseorang dalam kamarnya, ia menatap Sehun yang berdiri di sampingnya dan tersenyum.

Luhanpun mendudukkan tubuhnya dan membalas senyuman Sehun, ia segera memeluk Sehun.

"Kau sepertinya pulang terlalu pagi." Gumam Luhan menenggelamkan wajahnya pada perut Sehun.

"Apa kau tidak suka ? kau tidak merindukanku ya ?" Luhan menggeleng.

"Tentu saja aku suka, dan aku merindukanmu." Ucap Luhan.

Luhan melepaskan pelukannya, menatap Sehun dengan tatapan polosnya, ia masih memegang ujung jaket yang di kenakan Sehun.

"Aku baru tau jika kau mengganti parfummu, sejak kapan ? apa semalam ?" tanya Luhan memperhatikan tubuh Sehun, sedangkan Sehun menelan ludahnya.

"Kau pasti memenangkannya..."gumam Luhan, lalu menatap Sehun.

"Minuman keras dan juga..."Luhan menghela nafas sambil tersenyum.

"Wanita." Lanjut Luhan lirih

"Lu..Luhan" Luhan menggeleng.

"Tidak, aku percaya bahwa Sehunku tidak melakukannya." Sahut Luhan lalu segera berdiri melepaskan jaket yang di kenakan Sehun.

"Cepatlah mandi !" perintah Luhan.

"Luhan.. aku..."

"Cepatlah Sehun ! kau tidak tahu jika Baekhyun masih tidur ? jangan membuat kebisingan." Potong Luhan cepat. Sehun menatap Luhan sebentar sebelum masuk kedalam kamar mandi.

Luhan mendudukkan tubuhnya di samping kaki Baekhyun sambil mengendus aroma parfum wanita yang sangat menyengat dari jaket Sehun, Luhan tersenyum lirih. Ia mengusap wajah Baekhyun dengan sayang hingga tak sadar jika air matanya ikut keluar.

"Seperti inikah yang kau rasakan Baekhyun ? sakit sekali, apa mungkin kau lebih parah ? ya, kau yang lebih parah dan kau sangat kuat. Aku juga tidak akan menyerah untuk cintaku sama sepertimu, aku janji tidak akan terluka hanya karena ini. Aku harus berjuang sepertimu, karena aku sudah berjanji akan mempercayai Sehun apapun itu." Gumam Luhan lalu menghapus air matanya.

"Luhan ..." Luhan menatap Baekhyun yang kini berusaha untuk duduk.

"Dimana hyungku ?" tanya Baekhyun

"Mungkin sedang berada di kamarnya, aku juga baru bangun." Jawab Luhan.

"Jadi semalam Hyung tidak menemaniku ?"

"Kau bilang hanya sampai kau tertidur, jadi Chanyeol kembali ke kamarnya setelah kau tidur." Jelas Luhan.

"Ahhh...benar juga."

"Kau mau sarapan ?" tawar Luhan.

"Ya, ayo ! tapi aku mau cuci muka dulu."

"Di kamar mandi ada Sehun, kita cuci muka di bawah saja, kamar mandi dapur."

.

.

Luhan dan Baekhyun bergabung dengan Kyungsoo juga Kai, mereka sarapan dengan lahap karena Kai bilang jika ia yang membayarnya sebagai hari jadi hubungannya dengan Kyungsoo.

"Dimana Chanyeol ?" tanya Luhan.

"Entahlah...mungkin sebentar lagi akan bergabung."

Tak lama Chanyeol dan Sehun masuk bersamaan dan menuju kearah mereka.

"Ku rasa aku tidak mengundangmu untuk bergabung." Ucap Kai menatap Sehun dengan tatapan rendah, Sehun hanya berdecih.

"Aku hanya sedang menjemput Luhan, aku tidak akan membiarkan kekasihku mengikuti acara bodoh seperti ini." Balas Sehun menarik Luhan hingga Luhan berdiri dari tempatnya.

"Sehun ah..."gumam Luhan, ia menatap sungkan pada Kai dan Kyungsoo, berusaha meminta maaf atas kelakuan kasar kekasihnya.

"Kita pindah Lu..."desis Sehun membawa Luhan pergi, Luhan bergumam maaf pada temannya, dan Kyungsoo mengangguk paham.

"Brengsek.." umpat Kai masih menatap tajam punggung Sehun

Chanyeol segera duduk di samping Baekhyun, dan Baekhyun menyambutnya dengan senyuman manis.

"Aku ingin tidur bersama hyung semalam, tapi hyung pindah."ucap Baekhyun.

"Kau bilang hanya menemani hingga kau tidur, jadi aku pindah."

"Nanti malam, aku akan tidur bersama hyung. Apa boleh ?" Chanyeol diam sejenak sebelum tersenyum canggung pada Baekhyun.

"Ya, nanti kita tidur bersama." Baekhyun langsung tersenyum senang, mengabaikan tatapan sendu Kyungsoo.

.

.

Luhan hanya diam sambil memakan sarapannya, mengabaikan Sehun yang terus memperhatikannya.

"Kenapa hanya di lihat ? kau tidak suka menunya ?" tanya Sehun, Luhan menggeleng tanpa menatapnya.

"Aku sudah memesan banyak makanan tadi, tapi aku tidak memakannya sama sekali, aku merasa tidak enak pada Kai."gumam Luhan.

"Apa aku harus menggantikan uangnya agar kau merasa lebih baik ? aku akan mengganti uangnya nanti, jangan khawatir." Sahut Sehun, Luhan hanya tersenyum tipis mendengar jawaban dari mulut Sehun.

"Kau sama sekali tidak berubah Sehun." Ucap Luhan masih tersenyum.

Sehun mengernyitkan dahinya, ia tahu jika itu bukan pujian, dan senyum Luhan menandakan sindiran halus padanya.

"Luhan..."

"Jadi bagaimana semalam ? apa menyenangkan ?" potong Luhan.

"Tidak, aku sungguh tidak berbuat lebih dengan wanita yang ada di sana."

"Dia memelukmu, terbukti dari bau parfum yang menyengat di jaketmu."

"Ya, kita hanya berpelukan."

"Dan berciuman ?" Sehun menatap Luhan dalam, lalu menghela nafas.

"Ya, kita berciuman." Jawab Sehun pada akhirnya.

Luhan tersenyum miris lalu memakan sarapannya dengan pelan, tak ingin menatap Sehun.

"Aku bersumpah jika semalam aku tidak melakukan hal lebih, kita hanya berciuman itu saja." Ucap Sehun, Luhan mengangguk.

"Aku mempercayaimu Sehun." Balas Luhan singkat.

Sehun mengatupkan bibirnya, ia tidak akan memaksa Luhan berbicara lebih. Toh Luhan sudah mempercayainya, dan ia sama sekali tidak bohong pada Luhan tentang kejadian semalam, ia tidak sampai meniduri wanita itu karena Sehun jatuh terlelap setelahnya.

"Mau membolos ? aku ingin mengajakmu ke rumah ibuku, ibu kandungku." Tawar Sehun, Luhan hanya mengangguk, ia pikir tidak buruk bertemu dengan Suho.

.

.

Baekhyun duduk di salah satu bangku penonton di samping lapangan basket, ia lebih memilih melihat hyungnya berlatih dari pada masuk kelasnya sendiri.

"Kenapa tidak masuk kelas ?"

Baekhyun mendongak, ia mendapati Hangeng berdiri di sampingnya lalu beralih duduk di sampingnya. Baekhyun hanya diam, bingung harus bereaksi seperti apa.

Ia masih bingung dengan ingatannya, hyungnya bilang jika mereka baik baik saja tapi di ingatannya hubungannya jauh dari kata baik baik saja. Baekhyun mengingat semuanya, hanya saja ia sedang menyangkalnya.

"Kau mau membolos lagi ?" tanya Hangeng saat Baekhyun tak meresponnya, Baekhyun hanya mengangguk dan bergumam.

"Bisakah ayah pergi ? aku.. aku merasa tidak nyaman." Gumam Baekhyun tapi Hangeng bisa mendengarkan dengan jelas.

"Ahh..baiklah, jangan terlalu sering membolos, kau paham ?" Baekhyun mengangguk, Hangeng pun segera pergi.

Tak lama setelah kepergian Hangeng, pelatih meniupkan peluitnya pertanda istirahat. Baekhyun segera melambaikan botol yang ia bawa pada Chanyeol, Chanyeol dengan senang hati berlari kecil ke arah Baekhyun.

"Terimakasih." Ucap Chanyeol mengusak rambut Baekhyun setelah menerima botolnya.

Chanyeol mendudukkan dirinya di samping Baekhyun sambil meneguk airnya, sementara Baekhyun memperhatikannya.

"Hyung.."

"Ya ?" Chanyeol menoleh, Baekhyun tersenyum.

"Aku bingung." Ucap Baekhyun.

"Maksudmu ? bingung karena apa ?" tanya Chanyeol.

"Aku mengingat bahwa hubungan kita tidak baik baik saja, aneh kan hyung ? ingatanku sangat buruk, aku menyesal telah mengingatnya." Jawab Baekhyun dengan bibir mengerucut, tapi tak lama ia tertawa, sedangkan Chanyeol terpaku, apa Baekhyun sudah mengingat semuanya ? pikirnya.

"Jangan terlalu keras mengingatnya Baek." Gumam Chanyeol

Baekhyun menatap Chanyeol yang menunduk, Baekhyun menangkap kegelisahan dari raut wajah Chanyeol. Baekhyun semakin takut jika ingatannya benar, tapi ia kembali menggelengkan kepalanya, kembali menyangkal.

"Hyung.."

"hm.."

"Aku ingin meminta sesuatu." Chanyeol menegang, ia takut Baekhyun meminta hal yang aneh seperti kembali menjadi kekasihnya mungkin.

"A..apa itu ?"

"Aku ingin pergi ke taman bermain, lotte world." Chanyeol menghela nafas lega lalu menatap Baekhyun dengan senyum manis, ia mengangguk.

"Kita berangkat nanti sore, bagaimana ?" tanya Chanyeol membuat Baekhyun berbinar.

"Benarkah ?"

"Tentu saja." Ucap Chanyeol, menarik hidung mungil Baekhyun dengan gemas, membuat Baekhyun tertawa senang.

"Ada syaratnya." Ucap Chanyeol membuat Baekhyun membuka mulutnya untuk protes.

"Sekarang kembalilah ke kelasmu, adik hyung bukanlah pembolos."lanjut Chanyeol, dengan berat hati Baekhyun pun mengangguk.

.

.

Suho duduk di depan Luhan dan Sehun setelah menyuruh pelayan rumahnya mengambilkan makanan ringan dan air minum untuk keduanya.

"Jadi, apa kalian benar benar sudah mengikat hubungan kalian ?" tanya Suho sedikit ragu.

"Ya" jawab Sehun singkat.

"Bagaimana bisa ? ahh.. maksud ibu, bukankah hubungan kalian bisa di bilang sangatlah buruk ?"

"Ya, ini karena ibu yang menyuruhku untuk mendekatinya dan merawatnya." Suho tersenyum.

"Luhan sangatlah baik, aku tidak yakin dia mau bertahan lama denganmu, sikap kalian saling bertolak belakang." Luhan tersenyum canggung, ada benarnya ucapan Suho, apa ia yakin hubungannya akan bertahan lama ? sementara Sehun sudah melukainya sekalipun ia sudah memaafkannya.

"mengapa ibu bicara seperti itu ?" desis Sehun menatap ibunya datar.

"Lihatlah ! dengan sikapmu yang seperti itu ibu semakin tak yakin Luhan mau mempertahankanmu." Cibir Suho, Sehun menatap Luhan sebentar, dan ia dapat melihat keraguan di mata Luhan. Sehun sangat ingat jika ia baru saja menghapus setitik kepercayaan Luhan padanya, ia akan berusaha menahan diri agar kepercayaan Luhan padanya tak terhapus seiring berjalannya waktu.

"Luhan sangatlah pengertian, dan dia juga sangat mempercayaiku. Aku yakin ia tak akan meninggalkanku, benarkan Lu ?"

"Hah ? hehe tentu saja." Jawab Luhan masih dengan senyum canggungnya.

"Luhan, jika kau merasa tidak nyaman dengannya jangan memaksakan diri, ceritakan padaku dan bertanyalah padaku, aku sudah mengenalnya karena aku ibunya. Aku tahu bagaimana sikapnya, dan aku juga tau bagaimana untuk menanganinya." Ucap Suho, laki laki itu menangkap keraguan dari mata Luhan, ia sangat tau jika anaknya sangatlah buruk maka dari itu ia lebih memikirkan perasaan Luhan.

"Tidak, aku sangat nyaman bersamanya." Balas Luhan memberikan senyum manisnya, membuat Suho ikut tersenyum.

"Kalau begitu kalian istirahatlah ! lain kali jangan mau jika Sehun mengajakmu membolos." Ucap Suho, Luhan hanya mengangguk.

"Kami ke atas." Setelah mengatakannya, Sehun segera membawa Luhan ke kamarnya, Suho hanya tersenyum melihat anaknya, ia harap Luhan dapat merubah sikap buruk Sehun, karena Suho dapat melihat cinta dari setiap tatapan dan perilaku Sehun pada Luhan, ia yakin jika Sehun akan luluh karena cintanya pada Luhan. – Suho hanya belum tahu bagaimana Sehun tumbuh di Amerika-

Luhan duduk di tepi ranjang milik Sehun, sementara Sehun sedang mencharger ponselnya, lalu ia mendudukkan tubuhnya di samping Luhan.

Sehun sangat tahu jika Luhan masih memikirkan tentang kegiatannya semalam, dan Sehun tidak akan memaksa Luhan untuk memaafkannya begitu saja, ia cukup sadar diri jika kelakuannya memang di luar batas normal dalam hubungannya, maka dari itu Sehun akan memperlakukan Luhan dengan baik setelah ini, ia akan menahan diri dan akan mendengarkan setiap perkataan yang keluar dari bibir mungil kekasihnya.

"Kau pasti masih merasa tidak nyaman." Gumam Sehun, menatap Luhan yang terus menunduk.

Luhan mengalihkan pandangannya pada Sehun dan tersenyum.

"Tidak, aku baik baik saja dan merasa sangat nyaman." Balas Luhan masih tersenyum.

Sehun menangkup wajah Luhan, mengusap pipi chubby Luhan dan menatap mata bening Luhan dengan sorotnya yang tajam.

"Jangan perlakukan aku seperti wanita Sehun, aku tetaplah laki laki meskipun dalam hubungan kita kau dominanku." Kekeh Luhan melepaskan kedua tangan Sehun dari pipinya. Sehun tersenyum setelah mengacak rambut Luhan.

"Aku tidak tau harus berkata apa, kau sangat menggemaskan dan aku menyukainya. Kemarilah !" Sehun sedikit mengangkat tubuh Luhan membuat Luhan memekik tertahan karena terkejut, posisinya berpindah di pangkuan Sehun dengan posisi menyamping, membuatnya malu.

"Sehun... sudah kubilang jangan perlakukan aku seperti wanita." Cicit Luhan.

"Aku tidak memperlakukanmu seperti wanita, seperti inilah aku memperlakukan kekasihku." Balas Sehun, ia memeluk Luhan erat sambil menciumi pipinya dengan gemas, entah mengapa ia sangat gemas pada kekasih mungilnya.

"Bagaimana jika ibumu membuka kamar dan melihat kita ? atau pelayan rumah ?" gumam Luhan.

"Mereka harus keluar tentu saja, mereka tidak boleh membuat kekasihku malu, termasuk ibuku." Luhan tersenyum kecil, ia ingin Sehun tetap bersikap seperti ini, ia tidak ingin melihat Sehun yang kasar dan Sehun yang liar seperti semalam.

"Sehunnie..." Sehun tersenyum, panggilan itu lagi, terdengar menggelikan memang, tapi Sehun sangat suka saat panggilan itu keluar dari mulut kekasihnya, terdengar sangat menggemaskan.

"Ada apa sayang ?" tanya Sehun, menegakkan tubuh Luhan agar bisa menatapnya.

Wajah Luhan memerah, pria itu menunduk malu tak berani melihat Sehun membuat Sehun kebingungan.

"Ada apa sayang ? katakan, aku akan mendengarkan dengan baik. Tatap mataku !" Sehun menarik dagu Luhan agar menatapnya.

"Sehunnie... jangan menertawakanku, aku bersungguh sungguh." Ucap Luhan masih dengan wajah memerahnya menatap Sehun dengan mata berkaca kaca, mungkin karena rasa malunya, dan Sehun semakin gemas.

"Katakan sayang, aku janji tak akan menertawakanmu." Balas Sehun bersungguh sungguh.

Luhan mengatur nafasnya sebelum menempelkan bibirnya pada bibir Sehun, pemuda itu memejamkan matanya.

Sehun yang terkejut hanya bisa mengerjap, membiarkan bibir Luhan menempel pada bibirnya, ia hanya ingin membuat Luhan merasa nyaman dengan tidak membuat pergerakan dan suara apapun.

Perlahan Sehun bisa merasakan bahwa Luhan menyesap bibirnya dengan lembut, bukan melumat, Luhan hanya menyesapnya. Sehun juga bisa merasakan bibir Luhan yang bergetar, mungkin kekasihnya sangat gugup saat ini.

Tak lama Luhan menundukkan kepalanya, membuat bibir mereka tak lagi saling menempel.

"Sehunnie..."

"Hmm..."

"A..aku melakukannya karena ingin menghapus jejak wanita jalang yang semalam menciummu." Sehun tersenyum.

Sehun menarik dagu Luhan, dan ia segera melumat bibir Luhan, lembut dan juga dalam. Sehun terus melakukannya, melumat bibir bagian atas dan bawah secara bergantian, mengabaikan Luhan yang kewalahan membalasnya.

Luhan sendiri tersenyum disela sela ciuman Sehun, ia melingkarkan tangannya pada leher Sehun dan mendekap Sehun lebih erat. Luhan bahagia, ia senang karena Sehun menghargai usahanya. Luhan juga sedikit demi sedikit melupakan kejadian tadi pagi, atau semalam untuk Sehun. Luhan hanya ingin percaya pada Sehun, ia yakin bahwa Sehun tidak akan meninggalkannya, ia juga yakin bahwa Sehun pasti sangat mencintainya.

Sehun melepaskan tautan mereka, mereka berdua mengatur nafasnya yang tiba tiba memburu. Luhan menundukkan wajahnya yang memerah sementara Sehun tersenyum sambil mengusap lelehan saliva yang berada di sekitar sudut bibir Luhan hingga dagunya.

"Apakah sudah cukup ? atau jejaknya masih belum hilang ?" tanya Sehun semakin membuat Luhan bersemu, Luhan hanya mengangguk.

"Aku malu Sehun..." gumam Luhan yang langsung menyembunyikan wajahnya di antara ceruk leher Sehun.

Sehun terkekeh, ia mengusap punggung Luhan dengan lembut sambil mengecupi bahu Luhan.

"Maafkan aku, sungguh aku menyesal telah mencium wanita itu. Maaf, maafkan aku." Ucap Sehun masih mengusap punggung Luhan dan mendekapnya lebih erat.

"Aku memaafkanmu, asal kau tidak mengulanginya lagi." Balas Luhan.

"Aku janji sayang." Luhan tersenyum, ia merasa senang karena Sehun berkata jujur padanya, meskipun ia harus merasakan sakit tapi tak apa asal Sehun berkata jujur padanya.

.

.

Baekhyun berlari ke arah kamar Chanyeol, ia mengetuknya dengan tidak sabar, dan setelah mendengar suara Chanyeol yang menyuruhnya masuk ia segera membuka pintunya.

"Kau sudah siap ?" tanya Chanyeol sambil memakai parfumnya.

"Ya, ayo !" jawab Baekhyun semangat.

Pria mungil itu segera menarik tangan Chanyeol keluar.

Sesampai di depan Lotte World Baekhyun memekik senang, mereka memutuskan untuk naik bus menuju Lotte World karena Baekhyun tidak mau menaiki motor Chanyeol yang besar, dia bilang jika tubuhnya akan semakin terlihat kecil saat naik motor itu.

"Kita naik wahana apa ?" tanya Chanyeol

"Kau yang memimpin perjalanan ini." Lanjut Chanyeol

"Tapi kau yang membayarnya." Sahut Baekhyun cepat, Chanyeol terkekeh lalu menganggukkan kepalanya.

"Aku ingin Pharadh's Fury"ucap Baekhyun dengan semangat.

"Baiklah ! kita menuju Pharadh's Fury !" balas Chanyeol tak kalah semangat, ia tersenyum lebar mendapati Baekhyun yang tertawa lepas, rasanya sudah lama sekali mereka tak melakukan hal seperti ini berdua, dan Chanyeol menyesalinya, maka dari itu ia akan memanfaatkan hari ini dengan baik.

"Chanyeol, sekarang Camelot Carrousel !"

"Itu kekanakan Baek."

"Ck, padahal aku ingin sekali." Gerutu Baekhyun, bibirnya mengerucut sebal.

"Baiklah, aku akan menunggumu disini sementara kau berputar dengan kuda kuda itu." Ucap Chanyeol pada akhirnya, Baekhyun melompat senang, ia menanti Chanyeol yang sedang membelikan tiket untuknya.

Chanyeol berdiri mengawasi Baekhyun yang tampak senang menaiki wahana itu, ia jadi tersenyum saat Baekhyun melambaikan tangan dan tersenyum manis padanya, sesekali Baekhyun akan berteriak seperti. " Ini sangat menyenangkan, kau akan menyesal tidak ikut naik dengan ku!" ya, kira kira seperti itulah teriakannya.

Chanyeol benar benar merasa bebannya terangkat saat ini, biarkan ia egois untuk hari ini, karena hari ini ia akan bersikap sebagai kekasih Byun Baekhyun, bukan sebagai kakak dari Byun Baekhyun. Biarlah Baekhyun menganggapnya apa, tapi Chanyeol benar benar akan menikmati ini sebagai kencan mereka.

Chanyeol sungguh tak bisa menahan senyumnya melihat Baekhyun tertawa lepas, hingga Baekhyun berlari ke arahnya dengan wajah berbinar.

"Yang tadi sangat menyenangkan, kau benar benar akan menyesal sekarang." Ucap Baekhyun menggebu gebu setelah turun dari wahana yang ia naiki.

"Ya, aku menyesalinya sekarang, harusnya aku berada di sampingmu tadi." Balas Chanyeol mengusak rambut Baekhyun.

"Jadi, kita akan kemana lagi ?" lanjut Chanyeol.

"hmmm... sekarang yang lebih menantang." Gumam Baekhyun.

"French Revolution !" ucap mereka bersamaan.

"Ya ! French Revolution !" teriak Baekhyun semangat.

Mereka berjalan ke arah wahana itu, dan menanti giliran mereka. Chanyeol menatap Baekhyun yang berbinar, begitu juga Baekhyun yang tersenyum malu mendapati Chanyeol menatapnya seperti itu. Chanyeol mengingat kencan pertamanya dulu bersama Baekhyun, mereka memilih wahana ini dengan semangat, dan Chanyeol sangat bahagia hari ini karena kejadian itu terulang lagi.

Mereka berteriak bersama seiring cepatnya wahana yang mereka naiki bergerak, mereka menggenggam tangan satu sama lain dengan erat, berteriak dengan puas seakan melepaskan seluruh beban pikirannya lewat teriakan itu.

"Kau tidak pusing ?" tanya Chanyeol setelah mereka turun.

"Tidak, ini sangat menyenangkan. Apa kau pusing ?" tanya Baekhyun balik, Chanyeol tersenyum lalu menggeleng.

"Sekarang Aeronauts Balloon Ride, setelah itu kita jalan jalan sebentar lalu makan malam, kau setuju ?" ucap Baekhyun

"Tentu saja, ayo !" Chanyeol menarik Baekhyun untuk menaiki wahana itu.

Mereka menaiki semacam balon udara yang mengelilingi Lotte World, mereka dapat melihat semuanya dari atas sini, mereka juga dapat mendengar teriakan orang orang yang sedang menaiki wahana.

"Chanyeol.." panggil Baekhyun pelan, Chanyeol menatapnya dengan senyum manis, Baekhyun pun membalasnya.

"Aku menikmati perjalanan ini." Lanjut Baekhyun.

"Aku setuju, aku juga menikmati ini. Kelihatannya kau benar benar menikmatinya hingga kau tidak memanggilku dengan sebutan hyung lagi." Balas Chanyeol, Baekhyun tersenyum canggung.

"Aku sudah mengingat semuanya.." gumam Baekhyun, ia takut Chanyeol akan berubah saat ia mengatakannya, jujur saja Baekhyun tidak bisa membohongi dirinya sendiri dengan menyangkal semua ingatannya, karena semakin menyangkalnya Baekhyun akan semakin mengingat semuanya dengan jelas, dan itu benar benar menyiksa.

"Mengingat tentang apa ?" tanya Chanyeol menatap Baekhyun dengan tatapan penuh.

"Mengingat tentang hubungan kita,mengingat bahwa kau kekasihku ahh..tidak kita sudah putus." Lirih Baekhyun dengan raut sedih.

Chanyeol menarik dagu Baekhyun agar menatapnya.

"Mari selesaikan kencan ini dengan baik dan tanpa penyesalan, aku sangat menikmati ini Baekhyun, aku juga yakin jika kau sangat menikmatinya juga. Aku sama sepertimu, aku merindukan saat saat seperti ini, sangat merindukannya, terutama senyuman dan semua permintaanmu padaku, aku benar benar merindukannya. Syukurlah kau sudah mengingat semuanya, jadi aku tidak merasa kencan sepihak hari ini." Ucap Chanyeol bersungguh sungguh.

"Kau tidak keberatan ?" tanya Baekhyun ragu, seingatnya Chanyeol paling menghindari ini setelah mereka berpisah.

"Sama sekali tidak." Jawab Chanyeol tegas,Baekhyun tersenyum lalu memeluk Chanyeol erat.

"Kita berkencan sekarang, aku tidak percaya ini. Ini sebuah pelukan untuk kencan kita, aku memberikannya padamu." Gumam Baekhyun, ia sangat bahagia, dia berharap bahwa malam ini takkan pernah berakhir.

"Dan ini..." Chanyeol menarik dagu Baekhyun lalu mengecup bibirnya lama, sangat tenang dan penuh kasih sayang.

"Kecupan untuk kencan kita, kita nikmati malam ini dengan bahagia sebelum hari esok datang." Lanjut Chanyeol, Baekhyun masih tersenyum. Ia tidak peduli apa yang akan terjadi besok, ia hanya ingin menikmati malam ini, karena mungkin ini akan menjadi malam panjang terakhirnya bersama Chanyeol sebelum laki laki itu memutuskan untuk bertunangan minggu depan.

Setelah itu Chanyeol mengecup bibir Baekhyun berulang ulang, sesekali ia akan melumatnya karena Chanyeol sungguh merindukan bibir manis Baekhyun.

Mereka berkeliling Lotte World mencari stan makanan untuk makan malam mereka, mereka saling melemparkan senyum saat tatapan mereka bertemu, dan keduanya merasakan perasaan hangat saling menggenggam tangan satu sama lain.

"Kau ingin langsung pulang, atau masih ingin menaiki wahana lain ?" tanya Chanyeol setelah mereka selesai makan malam.

"Hm..sebenarnya aku sudah lelah, tapi... satu wahana lagi tidak apa kan ?" Chanyeol mengangguk.

"Conquistador." Ucap Baekhyun.

"Tapi kita baru selesai makan, kita cari wahana yang lebih ringan."

"Tidak mau, aku ingin wahana itu, setelah itu kita pulang."

"Tapi Baek.."

"Ck..." Baekhyun berdecak kesal, ia memanyunkan bibirnya dan menatap Chanyeol sengit.

"Baiklah, ayo !" balas Chanyeol pasrah.

Mereka kembali mengantri untuk wahana yang akan mereka naiki.

Mereka berteriak dengan keras saat perahu yang mereka naiki mulai bergerak naik turun, semakin tinggi dan semakin cepat. Perutnya seolah tergelitik dan nyeri saat perahu itu turun dengan cepat lalu naik lagi, begitu seterusnya hingga perahunya benar benar berhenti dan mereka turun.

"Ahh... kepalaku pusing." Keluh Baekhyun memegangi kepalanya.

"Benarkah ? apa sangat pusing ?" tanya Chanyeol khawatir.

"Perutku..mual" ucap Baekhyun, ia mengernyitkan dahinya sambil menutup mulut.

Chanyeol segera membawa Baekhyun ke toilet terdekat, ia memijat tengkuk Baekhyun, sementara pria mungil itu mengeluarkan seluruh makanan yang baru saja ia makan tadi.

"Sudah kubilang, cari wahana yang ringan. lihat! Kau jadi mual sekarang." Ucap Chanyeol, ia memberikan Baekhyun air mineral.

"Itu salahmu ! mengapa kau tidak mencegahku ?" kesal Baekhyun, ia tidak mau di sudutkan sekalipun ia yang salah, terlebih orang itu Chanyeol.

"Bagaimana bisa itu salahku ? jika kau tidak mengerucutkan bibirmu dan menatapku sengit aku tidak akan membiarkanmu."

"Kau menyalahkanku ? disini aku korban hingga aku mual !" teriak Baekhyun semakin kesal, ia melemparkan botol yang di berikan Chanyeol dengan asal.

Dengan cepat Chanyeol menggendong Baekhyun di punggungnya, membuat Baekhyun memekik.

"Apa yang kau lakukan ? turunkan aku !" bentak Baekhyun.

Chanyeol tetap berjalan tanpa menurunkan Baekhyun, ia juga tidak peduli saat Baekhyun mulai memukuli kepala dan bahunya. Chanyeol justru tersenyum, sikap Baekhyun sudah kembali dengan sempurnya. Chanyeol benar benar merasa bahwa ini adalah kencan mereka yang sesungguhnya, karena di setiap kencan mereka dulu pasti ada saja yang Baekhyun ributkan hingga mereka memulai pertengkarang kecil.

"Diamlah sayang, bukankah kita sudah sepakat untuk kencan dengan bahagia ? Aku tahu aku salah karena tidak mencegahmu, maafkan aku Ok ? jadi berhenti memukulku." Ucap Chanyeol lembut.

Baekhyun menghentikan aksi pukulnya, ia tidak habis pikir mengapa Chanyeol mau saja meminta maaf padanya, padahal jelas jelas ia yang salah bukan Chanyeol.

"Aku mencintaimu..." cicit Baekhyun sebelum mengecup pipi Chanyeol, Chanyeol tersenyum.

"Aku lebih mencintaimu." Balas Chanyeol.

"Chanyeol, jangan tinggalkan aku..." gumam Baekhyun, Chanyeol terkekeh.

"Chanyeol jawab ! jangan pernah meninggalkanku, aku tersesat selama kau meninggalkanku." Gerutu Baekhyun, ia bersungguh sungguh dengan ucapannya karena benar, ia tersesat saat Chanyeol melepasnya.

"Aku janji, aku tak akan melepaskanmu lagi." Baekhyun tersenyum haru, ia memeluk leher Chanyeol lebih erat, menyandarkan kepalanya yang masih sedikit pusing di bahu tegap Chanyeol, ia tidak peduli jika minggu depan ia akan melepaskan orang yang ia cintai, ia hanya ingin malam ini menjadi miliknya dan Chanyeol.

.

.

.

Tok..Tok..

"Masuk !"

Setelah mengatakan itu Jessica dapat melihat pria paruh baya berjalan ke arahnya, lalu memberi hormat padanya.

"Jadi, bagaimana ?" tanya Jessica

"Putra anda masih tetap berhubungan dengan Luhan, mereka semakin terlihat mesra, ku pikir mereka sedang menjalani hubungan yang lebih dari sekedar teman." Jawab pria paruh baya itu takut, Jessica mendecih, tak menyangka jika Sehun seberani itu.

"Lalu ? dia gay ?" pria paruh baya itu terlihat gelagapan.

"Ti..Tidak, maksud saya bukan seperti itu. Tapi saya juga melihat bahwa putra anda sedang mengikuti balap motor, dan saya melihat dia berciuman dengan perempuan disana, bahkan putra anda menyentuh perempuan itu dengan intim, saya pikir anak anda bukanlah gay." Jelasnya, Jessica mendengus.

"Balap motor ?"

"Ya, ini barang bukti mengenai kegiatan putra anda yang anda minta." Ucap pria paruh baya itu sambil memberikan beberapa foto Sehun yang ia ambil secara sembunyi sembunyi.

Jessica tertawa remeh melihat foto Luhan dan Sehun yang berada di rumah sakit, di parkiran rumah sakit, di sekitar sekolah dan juga beberapa foto Sehun yang mengajak Luhan ke rumah ibu kandungnya, beberapa yang lain adalah foto Sehun bersama teman temannya dan juga Sehun yang sedang berada di area balap motor, fotonya benar benar lengkap.

"Kapan foto ini di ambil ?" tanya Jessica memperlihatkan foto Sehun yang memasuki rumah ibunya bersama Luhan.

"Fotonya masih baru, sekitar 2 jam yang lalu." Jawab Pria paruh baya itu.

"Wah... ini menarik sekali. Aku yakin jika Kris tidak tahu mengenai hubungan keduanya haha..." tawa Jessica.

"Kau akan mendapatkan balasan karena bersikap kasar padaku Sehun, Suho akan menerima balasannya dan aku yakin kau akan bertekuk lutut untuk meminta maaf dariku. Aku juga sangat yakin jika Kris akan segera meninggalkan ibumu jika ia tahu yang sebenarnya." Desis Jessica.

"Baiklah, terus pantau kegiatannya, cari tahu pria asal mana Luhan dan cari tahu siapa saja yang dekat dengannya, kau boleh pergi."

Pria paruh baya itu memberikan hormat lagi sebelum keluar dari ruangannya.

"Aku yakin setelah menguak semuanya, ibumu akan menendang Suho jauh jauh Kris, atau yang lebih buruk ia akan menyakitinya terlebih dahulu." Jessica menyeringai, masih menatap foto foto yang berjejer di meja kerjanya.

.

.

"Nana ?"

Perempuan yang merasa di panggilpun menolehkan wajahnya, lalu perempuan itu tersenyum manis sambil melambaikan tangannya.

"Kai !" pekiknya senang, ia segera menghampiri Kai seolah mereka sudah kenal sejak lama.

"Mencari Chanyeol ?" tebak Kai.

"Ya , katakan saja seperti itu. Tapi sebenarnya, aku kemari karena aku mencarimu."

"Mencariku ? ada apa?"

"Tidak ada, hanya ingin bertemu dan berbincang sedikit. Aku ingin mengenalmu."

Kai terkekeh, ia menggaruk tengkuknya dengan canggung.

Sementara di sebrang sana Kyungsoo menatap datar Kai dengan Nana -tunangan Park Chanyeol- yang sedang tertawa, ia tahu semuanya dari Kai tenatang hubungan Nana dan Chanyeol yang sebenarnya. Dan Kyungsoo berani bertaruh jika perempuan itu tertarik pada kekasihnya, terlihat jelas dari tatapan matanya saat menatap Kai.

Kyungsoo berjalan mendekat, ia ingin menarik Kai dari perempuan itu. Apa maksud perempuan itu yang tiba tiba mendekati kekasihnya, apa ia berniat untuk menghancurkan hubungannya ?

Semakin dekat Kyungsoo dapat mendengar percakapan keduanya, dan itu membuatnya muak.

"Kulit tan mu sangat sexy, kau cocok sekali dengan tipe pria idamanku. Kau pasti tau kan jika para model sepertiku sangat menyukai pria tampan dengan kulit tan ?"

"Benarkah ? wahh... aku beruntung sekali." Kekeh Kai

"Dan sepertinya aku tertarik padamu Kai, apa kau keberatan ? maksudku, aku benar benar menyukaimu saat..."

"Masuk!"

Ucapan Nana terhenti saat mendengar seseorang datang sambil menatap Kai datar lalu menyuruhnya masuk, itu Kyungsoo.

"A..apa ?" tanya Kai terkejut, ada apa dengan Kyungsoo ?

"Aku bilang masuk ! dan apa apaan tadi ? beruntung ?" ulang Kyungsoo masih dengan wajah datarnya, Kyungsoo juga melirik Nana sekilas saat wanita itu mengernyitkan dahinya.

"Apa kau pelatihnya ? atau kau guru disini ?" tanya Nana, raut wajahnya terlihat tak yakin karena wajah dan tubuh Kyungsoo tidak meyakinkan.

Kyungsoo menatap sengit wanita yang sedang bertanya padanya.

"Ya, aku pelatih dan gurunya ! jadi apa yang kau lakukan dengan muridku ? setauku kau bukan dari sekolah ini, jadi jika tidak ada kepentingan lagi, kau bisa keluar lewat sana." Tunjuk Kyungsoo pada pintu gerbang sekolah.

"Kyungsoo.."panggil Kai

"APA ?" balas Kyungsoo kesal.

"Nana maafkan aku, Dia.."

"Untuk apa meminta maaf ? cepat masuk !" potong Kyungsoo semakin kesal, ia menarik lengan Kai agar segera masuk.

"Nanti akan ku hubungi, aku minta maaf." Ucap Kai pada Nana, ia merasa kasihan dengan perempuan itu.

"Berani menghubunginya mati kau Kim Kai !" desis Kyungsoo.

"Ha..haha.." Nana tertawa dengan hambar.

"Ahhh..aku mengerti sekarang, Kai sama seperti Chanyeol, mereka Gay. Tidak apa apa Nana, kau bisa temukan pria setampan Kai di luar sana." Ucapnya menghibur diri sendiri.

"Tapi Kai sangat tampan" gerutunya kesal, wanita itu mengerucutkan bibirnya.

.

"Sayang ada apa denganmu, mengapa kau jadi marah marah seperti ini ?" tanya Kai saat Kyungsoo membawanya kedalam kamar.

Kyungsoo hanya diam, ia membuka bukunya dan segera mempelajari materi yang ia catat.

"Kyungsoo..."

Kyungsoo menutup bukunya dengan kasar, lalu menatap Kai tajam.

"Apa kau tidak sadar jika perempuan itu sedang menggodamu ? dia terlihat jelas tertarik padamu. Kau bilang kau tidak akan memperlakukanku seperti yang teman temanku alami ? tapi mengapa kau bersikap seperti itu padanya ? bagaimana bisa kau bersikap seperti itu sementara kau sudah berjanji pada kekasihmu ! mati saja kau Kai !" teriak Kyungsoo kesal.

"Ohh...astaga, kekasihku benar benar cemburu.. menggemaskan sekali." Ucap Kai gemas, ia mencubit kedua pipi tembam Kyungsoo, Kyungsoo menepisnya dengan kasar.

"Bailkah sayang, dia Nana tunangan Chanyeol. Aku sangat tahu jika ia tertarik padaku, tapi aku berani bersumpah jika aku tidak tertarik padanya, sungguh. Aku ingin memperkenalkanmu sebagai kekasihku tadi, tapi kau malah menarikku, aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya jadi aku meresponnya dengan baik dan berusaha memberi pengertian padanya, jadi jangan cemburu karena aku mencintaimu." Jelas Kai.

"Benarkah ?" tanya Kyungsoo masih dengan bibir yang mengerucut, sungguh menggemaskan.

"Tentu saja, jika aku tidak mencintaimu aku tidak akan kembali ke Korea dan meninggalkan orang tuaku di Jepang." Jawab Kai tegas, ia tersenyum manis pada Kyungsoo.

"Maafkan aku.." gumam Kyungsoo, Kai menariknya dan segera memeluknya erat.

"Tidak apa apa..kau tidak salah sayang."

"Aku sangat egois mengancammu seperti itu, seharusnya aku tidak memisahkanmu dengan orang tuamu, seharusnya aku harus lebih sabar untuk menunggumu, seharusnya kau menjelaskan padaku jika ibumu benci Gay, dengan begitu aku tidak akan mengancammu seperti itu, aku takut ibumu semakin membenciku." Ucap Kyungsoo, ia merasa bersalah membuat Kai terpisah dari orang tuanya.

"Sstt... aku tidak menyesal dan ini bukan salahmu, aku kembali ke Korea karena keinginanku. Aku sama seperimu, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak melihatmu lebih lama, maka dari itu aku menyetujuinya, lagipula ayahku tidak keberatan, kau jangan khawatirkan ibuku ok ?"

"Aku mencintaimu Kai, sangat sangat mencintaimu."

"Aku juga sangat sangat mencintaimu Do Kyungsoo."

Akhirnya Kyungsoo tersenyum, ia yakin jika Kai tidak akan meninggalkannya.

.

.

Chanyeol mengangkat tubuh Baekhyun ke kamarnya, Baekhyun tadi tertidur dalam perjalanan saat menaiki bus. Chanyeol melepaskan sepatu dan jaket yang Baekhyun pakai lalu menyelimutinya, setelah itu Chanyeol segera mandi dan berganti pakaian.

Chanyeol berbaring di samping Baekhyun, mengagumi betapa lucunya wajah Baekhyun. Chanyeol tak habis pikir mengapa di saat sedang tertidur wajah Baekhyun masih saja terlihat sangat manis, hingga membuat Chanyeol gemas.

Tapi Chanyeol mengernyit saat mendengar nafas Baekhyun tak beraturan, dan ia bisa melihat pergerakan bibir Baekhyun yang berusaha untuk meraup udara.

Chanyeol segera meletakkan punggung tangannya pada dahi Baekhyun dan ia terkejut saat dahi Baekhyun terasa panas, Chanyeol segera berlari menuju kamar Kyungsoo untuk menanyakan hal apa yang harus ia lakukan.

Hingga dengan tergesah ia membuka pintu kamar Kyungsoo tanpa mengetuk dan mendapati sahabatnya tengah berciuman di dalam sana.

"C..Chanyeol" panggil Kyungsoo terkejut, wajahnya memerah karena katahuan sedang berciuman, sedangkan Kai berdecak kesal.

"Maaf, tapi aku butuh bantuanmu Kyungsoo."

"Ada apa?"

.

.

Kyungsoo mengambil meletakkan haduk kecil di dahi Baekhyun, lalu menarik selimutnya hingga sebatas dada, sedangkan Chanyeol hanya diam memperhatikan apa yang di lakukan Kyungsoo.

"Jika handuknya mulai mengering, celupkan lagi pada mangkuk itu. Itu bisa mengurangi suhu tubuh Baekhyun yang meningkat. Besok pagi setelah ia bangun bilang padaku, aku akan membuatkannya bubur dan memberikannya obat." Ucap Kyungsoo, Chanyeol hanya menangguk dan mengucapkan terima kasih.

.

.

Luhan dan sehun memasuki area sekolah pagi pagi sekali, mereka baru saja pulang dari rumah Sehun, dan Luhan memaksa Sehun agar segera pulang karena ia tidak ingin membolos lagi, dengan bantuan Suho akhirnya Sehun mau kembali ke sekolah.

Sehun merebahkan tubuhnya di ranjang, ia memainkan ponselnya bermalas malasan.

"Kau akan tidur lagi ?" tanya Luhan yang kini meletakkan makanan yang di bawakan Suho di meja.

"Mungkin, lagi pula kelas masih di mulai 2 jam lagi." jawab Sehun yang mulai meletakkan ponselnya, Luhan hanya mengangguk lalu keluar.

"Mau kemana ?" tanya Sehun saat matanya yang hampir terpejam melihat Luhan keluar.

"Aku ingin keluar untuk olah raga, sayang sekali jika tubuh muda mu kau gunakan untuk tidur di pagi hari yang cerah ini." Jawab Luhan sambil melangkah pergi, Sehun segera berdiri mengikuti Luhan.

Mereka berada di lapangan sepak bola, Luhan dengan semangat menendang bola kesana kemari agar Sehun tidak bisa merebutnya.

"Kau baik juga di bidang ini" ucap Sehun. Luhan tersenyum bangga masih dengan bola di kakinya.

"Tentu saja, aku seorang atlet."

"Ku pikir kau hanya bisa berenang."

"Aku bisa sepak bola, aku bisa basket, aku bisa tenis meja, aku bisa segalanya karena aku Luhan." Sahut Luhan dengan senyum lebar, membuat sudut bibir Sehun secara reflek ikut tertarik ke atas.

"Sepertinya kau juga harus masuk MMA, kita bisa duel di atas ring." Balas Sehun membuat Luhan cemberut.

"Kau tahu jika aku penakut, dasar!" kesal Luhan, lalu kembali menggiring bola untuk berkeliling lapangan.

Sehun dengan cepat berlari mengejar Luhan, dan mereka saling berebut bola hingga keringat mulai bermunculan di tubuh mereka.

"Kau bau!" ucap Luhan saat Sehun merebahkan dirinya di samping Luhan, di atas rumput lapangan yang basah akibat embun pagi, sungguh pagi yang sangat menyegarkan.

"Benarkah ?" Sehun mengendus tubuhnya sendiri, Luhan terkekeh lalu memeluk Sehun dari samping.

"maksudku, bagaimana bisa baumu masih tetap maskulin di saat kau sudah berkeringat, lihatlah bajumu sampai basah." Ucap Luhan, Sehun tersenyum

"Kau sudah mulai berani Lu, bagaimana jika yang lain melihat posisi kita yang seperti ini ?"

"Biar saja, biar mereka tahu jika sekarang kau milikku dan aku milikmu."

"Benarkah ? jadi aku boleh menciummu di depan mereka ?" Luhan menoleh pada sisi kanan Sehun dan Luhan terkejut melihat sudah banya siswa siswi yang juga sedang berolah raga disana.

Luhan segera bangkit sementara Sehun terkekeh, sebenarnya Luhan tidak bersungguh sungguh dengan ucapannya, ia tidak menyangka jika akan banyak siswa yang sudah bangun di hari yang masih sangat pagi.

"A..aku harus segera bersiap." Ucap Luhan gugup, Sehun bangkit dan menahan lengan Luhan.

"Masih ada waktu 1 jam Lu, hanya dengan berciuman kita tidak akan terlambat."

"Sehun!" pekik Luhan lalu segera berlari kecil menjauhi Sehun.

Sehun mengikutinya dari belakang dengan langkah santai tanpa menghilangkan sedikitpun senyum di bibirnya, membuat beberapa wanita dan pria yang berstatus uke menatapnya dengan tatapan memuja.

"Luhan..." panggil Sehun, tapi Luhan segera mempercepat langkahnya membuat Sehun terkekeh.

"Aku hanya ingin morning kiss" ucap Sehun

"Mati kau Oh Sehun!" pekik Luhan saat mendengar ucapan Sehun, lalu segera berlari memasuki asrama.

Di dalam sana Luhan melihat Baekhyun baru saja keluar dari kamar bersama Chanyeol, Luhan melambaikan tangannya.

"Baekhyun !" Baekhyun menoleh dan tersenyum manis saat melihat Luhan menghampirinya.

"Bagaimana keadaanmu ? apa sudah merasa baikan ?" tanya Luhan, Baekhyun mengangguk.

"Dimana Kyungsoo ?"

"Aku yakin sekarang Kyungsoo sedang berada di dapur dengan Kai yang mengganggunya." Jawab Luhan, lalu mereka berdua tertawa.

"Oh, hai Chanyeol." Sapa Luhan dengan senyum cerah, Chanyeol hanya tersenyum tipis.

"Jadi kau mulai belajar menggoda orang lain sekarang ?" Luhan menoleh ke belakang dan mendapati Sehun berjalan kearahnya dengan langkah ringan.

"Siapa yang menggoda siapa ?" balas Luhan sedikit ketus, Sehun menangkup kedua pipi Luhan dengan satu tangannya, membuat bibir Luhan mengerucut.

"Apa apaan senyum itu ?" desis Sehun, Luhan segera menepis tangan Sehun lalu berlari menaiki tangga.

"Ada apa dengan anak itu ?" tanya Chanyeol, Sehun hanya tersenyum sambil menatap Luhan yang berlari di tangga.

"Dia sangat manis bukan ?" ucap Sehun tanpa mengalihkan pandangannya, Chanyeol mengernyit.

"Aku akan menyusulnya." Lanjut Sehun lalu segera berjalan ke arah tangga.

"Dasar..." gumam Baekhyun dengan senyum tipis, Chanyeol menatapnya.

"Kau mau sarapan dulu atau mandi ?" tanya Chanyeol

"Aku ingin ke halaman dulu, aku ingin menyapa embun pagi."

.

.

Chanyeol merenggangkan otot tubuhnya dengan olah raga pemanasan biasa, sementara Baekhyun menatapinya dari samping.

"Mengapa terus menatapku ? kau seharusnya menyambut embun pagi.." Baekhyun tersenyum.

"Aku hanya bingung harus memanggilmu apa sekarang, Chanyeol ? atau Hyung ? semuanya terasa canggung bagiku setelah aku mengingat semuanya, bahkan menyapa Luhan saja terasa canggung." Ucap Baekhyun masih tersenyum, Chanyeol hanya diam.

"Sepertinya aku harus memanggilmu dengan sebutan hyung... karena kau kakakku." Lanjut Baekhyun, Chanyeol menghentikan aktivitasnya lalu menatap Baekhyun dengan tatapan yang sulit di artikan, Baekhyun terkekeh melihatnya.

"Tenang saja, aku akan menjadi adik yang baik untukmu Chanyeol hyung." Ucap Baekhyun dengan tawa cerah di akhir kalimatnya, Chanyeol tersenyum canggung. Ya, sekarang Chanyeol yang merasa canggung karena Baekhyun memanggilnya dengan sebutan hyung setelah ingatannya kembali.

Chanyeol mengusak rambut Baekhyun pelan, memberikan senyum manisnya pada Baekhyun yang masih setia menatapnya dengan mata berbinar.

"Jadilah adik yang baik, hyung tidak akan meninggalkanmu." Ucap Chanyeol.

Ya, mereka berdua tersenyum manis dengan dada yang sama sama berdenyut sakit. Mereka berdua bodoh dan itu pilihan mereka untuk menjadi bodoh. Chanyeol sudah terlanjur merusak semuanya sejauh ini, dan Baekhyun sudah terlanjur hancur untuk kembali bangkit.

.

.

Luhan berpikir keras mengenai soal matematika di bukunya, ia mencari bantuan pada Baekhyun yang kebetulan duduk di depannya, juga Kyungsoo yang duduk di sebelah kirinya, namun mereka berdua juga sama bingungnya dan berusaha menanyakan pada temannya yang lain.

"Kau berisik Lu, suara mejamu yang kau tarik ke depan dan samping sangat mengganggu." Gumam Sehun yang duduk di samping kanan Luhan, pria itu dari tadi tidur tanpa peduli guru matematika yang menerangkan rumusnya. Ia mengganti jadwal tidurnya yang tadi pagi tertunda karena ia gunakan untuk menemani Luhan bermain sepak bola.

"Ckk... aku kesulitan menemukan jawaban pada rumus ini dan berusaha mencari tahu pada yang lain, lagi pula ini kelas bukan kamar yang bisa kau gunakan untuk tidur." Ketus Luhan, ia lelah mencari jawabannya yang kurang satu nomor dan tugas harus di kumpulkan 15 menit lagi membuat yang lain juga kebingungan mencari jawaban dengan cepat.

Sehun memperbaiki posisi duduknya lalu mengambil buku dan alat tulis Luhan, membuat Luhan kesal.

"Apa yang kau lakukan ? kembalikan bukuku !" pekik Luhan tertahan, ia tidak ingin guru matematikanya melihatnya dan berakhir dengan memarahinya.

"Diamlah!"

"Bagaimana bisa aku diam saat kau mulai mencoret coret bukuku !" Luhan masih berusaha menarik bukunya dari Sehun.

"Oh Sehun aku tidak bercanda, hanya tinggal beberapa menit lagi tugas harus di kumpulkan, lagi pula kau juga harus mengerjakannya, demi tuhan Oh Sehun keluarkan bukumu dan berhenti menggangguku!"

Luhan tidak habis pikir dengan kekasihnya yang sialnya sangat tampan itu, pria itu hanya tidur mulai dari memasuki kelas tanpa mengeluarkan bukunya bahkan mejanya masih tertata rapi, dan sekarang tiba tiba ia mengambil bukunya mencoret coret yang entah itu apa yang ia tulis, sungguh Luhan sangat kesal.

Sehun mengembalikan buku dan alat tulis Luhan lalu kembali merebahkan kepalanya di meja, melanjutkan acara tidurnya.

"kau mengarang rumusnya ? bahkan tadi rumus ini tidak di terangkan. Ck... sudah kuduga kau hanya balas dendam padaku karena keberisikanku mengganggu tidurmu!" ketus Luhan

"Kau boleh memukulku jika rumus itu salah." Ucap Sehun dengan mata terpejam, Luhan hanya berdecih lalu segera mengumpulkan tugasnya karena waktu sudah habis.

"Jumlah murid yang hadir 45 dan buku yang terkumpul hanya 42 ? Oh Sehun, Park Chanyeol dan Kim Jong in ?"

Chanyeol berdiri untuk menyerahkan tugasnya, ia baru selesai menyalin jawaban Baekhyun yang tadi ia foto.

"Aku baru masuk kelas matematika 30 menit yang lalu saem, aku tidak mengerti jadi aku tidak mengerjakannya, lagi pula murid yang terlambat di larang mengumpulkan tugasnya, bukankah itu peraturan di kelas matematika ?" ucap Kai / Kim Jong in

"Oh Sehun ?" kini guru matematika beralih pada Sehun yang tak kunjung memberi respon.

Luhan segera membangunkan Sehun, dan Sehun langsung menatap gurunya dengan tajam.

"Tugasmu ?"

"Persetan dengan tugasmu aku tidak peduli!" setelah mengatakan itu Sehun kembali tidur, membuat seisi kelas sedikit gaduh karena keberanian Sehun.

"Nilaimu 0 pada pelajaranku, kau tidak di izinkan mengikutinya lagi jika kau tidak mau mengerjakannya, jangan kau pikir karena kau putra dari pengusaha terkaya aku akan memberikanmu keringanan, karena itu tidak berlaku padaku. Dan... kupikir ayahmu akan malu mendapati putra satu satunya tidak memiliki etika."

Sehun menggeram, kembali menegakkan tubuhnya sambil menatap remeh pada sang guru.

"Mau bagaimana ? tugas yang kau berikan tidak berbobot sama sekali, di Amerika aku sudah banyak mempelajarinya, kupikir aku tidak perlu mengulangnya lagi disini. Dan Saem, aku tidak peduli dengan pengusha kaya yang kau sebutkan tadi, hidupku sama sekali tidak bergantung padanya." Sahut Sehun membuat sang guru naik darah.

"Sehun, kau tidak seharusnya melaan guru." Bisik Luhan, dengan tatapan kecewa.

"Kau ? untuk apa kau masuk dalam kelas ini di saat kau tahu bahwa pelajaranku sangat tidak berbobot ?" guru matematika sangat murka, dan kelas menjadi sepi.

"Aku hanya ingin memastikan bahwa Luhan belajar dengan baik di kelasnya." Luhan menegang saat guru matematika menatapnya, dan ia mengutuk mulut Sehun yang tidak ada sopan santunnya sama sekali, ia juga berjanji akan mengadukan Sehun pada Suho.

"Keluar kau Oh Sehun, kau tidak di perbolehkan masuk dalam perlajaranku !" sehun segera berdiri dan mengambil tasnya.

"Belajar yang baik Lu, akan ku pastikan bahwa guru itu tak akan membuatmu kesulitan." Ucap Sehun sambil mengusap rambut Luhan sebelum pergi, Luhan hanya menahan rasa kesalnya dengan menepisnya kasar.

"Bajingan..." desis Kai dengan senyum remeh saat Sehun melewatinya, Sehun berhenti sejenak untuk menatap Kai.

"Kim Jong in ? Kim Kai ? apa apaan itu ?" balas Sehun dengan tatapan remeh, membuat Kai geram dengan raut wajah yang mengeras.

.

.

" Aku masih penasaran seperti apa Sehun sebenarnya, sikapnya sangat keras." Gumam Luhan yang sekarang berada di kelas vokal bersama Kyungsoo dan Baekhyun.

"Sehun dulu anak yang manis, ia bahkan akan meminta maaf sekalipun itu bukan salahnya, ia sangat perasa, ia tidak bisa melihat orang lain menderita. Tapi seiring berjalannya waktu Amerika mungkin dapat mengubahnya, ia bersikap sangat bertolak belakang dengan sikapnya yang dulu, terbukti dengan sikapnya yang sekarang. Tapi kau harus bersyukur, pria sekeras Sehun bisa mencintaimu, dia akan menjadi pelindungmu Lu." Jelas Kyungsoo, selaku teman kecil Sehun. Luhan mendengus.

"Pelindungku ? dia bahkan sering menyakitiku, bahkan dulu dia memukulku."

"Itu karena dia belum sadar jika ia mencintaimu."

" Dia menyakitiku setelah kita mengikat hubungan."

"Tapi dia melunak jika sedang bersamamu, lihatlah dia bahkan masuk kelas matematika karena ingin menemanimu."

"Dia hanya menumpang tidur dan mempermalukan guru disana." Balas Luhan kesal, Kyungsoo hanya menggeleng samar.

"Suatu saat kau akan mengerti, aku tahu Sehun masih tetaplah Sehun yang dulu sekalipun sikapnya berubah."

"Hei, menyangkut tentang Sehun. Bagaimana bisa dia mengerjakan soal itu ? semua satu kelas salah dan hanya milik Luhan yang benar, itupun karena Sehun yang mengerjakannya. Sepertinya ia tidak berbohong mengenai ucapannya tadi, Amerika sangat hebat. Wajar saja Sehun seperti itu, mungkin dia bosan dengan pelajarannya. Aku tidak menyangka orang seperti Sehun pintar dalam pelajaran matematika." Sahut Baekhyun, Kyungsoo dan Luhan mengangguk setuju.

TBC

Untuk semua readers yang masih setia nunggu FF gaje ini terimakasih banyak, juga buat yang komen, follow dan fav di ucapkan banyak terimakasih.

Gue sadar FF ini ngaret banget, tapi beneran ini gak sengaja, akun FFN nya error dan akhir tahun aku nyoba iseng buat buka akun ffnnya ternyata udah bisa, tapi kagak bisa buat posting T.T terus iseng iseng masukin FF baru ternyata bisa, jadi maaf banget Chapter ini baru bisa di Post.

Maaf juga buat yang kecewa dengan alur ceritanya, ada yang bilang "ini ceritanya HUNHAN tapi kebanyakan CHANBAEKnya" , sekali lagi gue minta maaf. Tapi beneran FF ini bukan khusus buat HUNHAN, ini juga tentang CHANBAEK sama KAISOO, gue cuma mau nyoba buat nampilin konfliknya satu persatu secara gantian, kalo barengan kan kesannya gak ngefeel ( meskipun gue bikinnya mungkin menurut kalian juga tetep gak ngefeel sih T.T) sebagai gantinya gue publish cerita baru cuman HUNHAN doang mungkin couple lainnya cuma sekedar jadi pelengkap cerita, mungkin juga nanti gue bakal buat FF CHANBAEK atau KAISOO kalo sempet :'v

Sekian, sekali lagi maaf atas ngaretnya FF gaje ini, dan juga terimakasih sebesar besarnya buat yang udah nyempetin komen, follow, ngefav. Tenang guys, gue baca semua komennya kok ^^

MIND TO REVIEW ?