Disclaimer : Not mine.

Warning : Many Mistakes, and OCC.


.

..

.

Semua orang tahu...

''Pergi dari sini! Virus itu akan menular pada kami!'' Desa yang indah, tapi tidak seindah dengan suasana yang ada. Aku termenung meratapi kebodohanku. Mereka takut padaku, mereka takut akan apa yang aku bawa. Adikku, satu-satunya keluargaku yang masih hidup yang kini sedang berusaha berjuang melawan penyakit yang sangat mematikan.

''Kak... Tinggalkan saja aku.'' Aku meringis mendengar suara jeritnya yang lemah. Sungguh betapa menyedihkannya dirimu. Mengeratkan sedikit peganganku demi menggendong adikku, lalu aku berjalan pergi. Meninggalkan Desa yang takut akan Virus yang dibawa adikku.

''Kak..''

''Diamlah Kushina.'' Sedikit tak rela hati ketika aku berkata tegas kepadanya. Dia adikku yang manis, tapi tidak semanis keadaannya. Terpuruk, antara hidup dan mati. Kurasakan tubuh bergetar adikku, keadaan tangan yang dingin yang aku rasakan. Aku merasa, bahwa ini adalah akhir dari kami berdua.

''Kak, seharusnya kakak jangan menolongku.'' Jangan menolongmu, kau ingin aku hidup dengan kesalahan yang mendalam. Kau pikir aku melakukan ini untuk siapa, tentu untukmu. Kau adalah keluargaku, satu-satunya. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri ketika aku melakukan itu padamu.

''Nanti kakak tertular Virus putih milikku.'' Siapa yang perduli tentang itu, biarpun aku tertular Virusmu, setidaknya aku akan mati bersamamu. Aku tahu perasaanmu Kushina, aku tahu tentangmu.

''Kak.. Tolong, tinggalkan aku disini.''

Kehidupan itu... Memang mengerikan sekaligus menyenangkan.

.

'Buah ini akan berguna untukmu, makanlah. Dan rubahlah dunia ini sesuai dengan isi hatimu.'

Masih teringat dengan apa yang dikatakan sosok kakek aneh yang aku tolong waktu itu. Aku memandang buah yang berbentuk aneh dalam genggamanku, mataku mencoba mengekspos semua bentuk dari buah ini. Putih dengan corak yang bergelombang, bentuk yang mirip seperti buah pir. Tapi buah apa ini.

'Itu adalah buah iblis. Kau akan tahu kegunaannya ketika kau memakannya.'

Buah iblis ya, aku tidak pernah mendengar nama buah itu didunia ini. Aku baru mengenalnya. Kututup mataku, sedikit menarik nafasku dan mengeluarkannya. Ada sedikit keraguan ketika melihat buah ini. Apalagi dengan namanya yang bersangkut paut pada kata Iblis. Ini sangat mengerikan.

Bagaimana jika aku memakannya lalu aku mati keracunan. Percaya pada orang asing bukanlah sebuah pilihan, tidak ada keraguan lagi. Aku akan membuangnya. Bagaimana bisa buah itu bisa berguna untukku agar menyembuhkan penyakit Kushina. Ini gila dan diluar dugaanku.

''Kak.. Tolong aku.'' Suara jerit yang lemah itu berhasil menarikku dari alam pikiran. Aku segera beringsut demi memeluk erat adikku. Rambut merah yang menjutai itu aku elus, mencoba menenangkan betapa menyakitkannya rasa yang diderita Kushina. Dapat aku lihat wajahnya memucat, bibir yang membiru dengan keadaan tubuh yang dingin. Apakah Kushina?

''Kushina. Bertahanlah.'' Aku semakin erat memeluknya, aku tidak kuat melihat wajah sekarat adikku saat ini. Aku menangis, aku tahu dengan menangis tidak akan menyelesaikan masalah. Dalam kegentingan ini, sempat aku melirik ke buah iblis yang aku letakkan disamping tubuhku. Apakah benar akan berguna? Aku memegangnya lalu tanpa berpikir panjang aku langsung memakannya. Jika saja ini beracun, maka itu bagus menurutku. Supaya aku bisa pergi bersama dengan adikku dengan tenang.

''Uueekk.. Rasanya tidak enak.'' Aku baru tahu bahwa buah itu memiliki rasa yang tidak enak sama sekali. Aku melihat kearah tanganku, dan seluruh kondisi tubuhku. Tidak ada tanda-tanda keracunan, bahkan aku tidak muntah-muntah.

''Bodoh kau!'' Aku meloncat kebelakang karena kaget dengan sebuah suara yang tiba-tiba muncul. Aku sedikit mengeratkan gendonganku pada Kushina karena tadi hampir merosot jatuh akibat aku meloncat. Aku memandang orang ini.. dan sepertinya aku mengenalnya.

''Kakek!'' Dia kakek yang waktu itu aku tolong dari pencuri, tapi kenapa bisa kakek itu ada disini dan tahu bahwa aku ada disini. Ini sangat mencurigakan, bagaimana jika kakek ini adalah ilmuan gila yang akan menjadikan tubuhku dan tubuh Kushina menjadi bahan penelitihannya. Ini gawat, otakku bekerja negatif.

''Jangan berpikir seperti itu pada seseorang anak muda. Kau terlambat memakan buah itu, dan sekarang mungkin adikmu tidak akan selamat.'' Apa dia bilang! Jangan-jangan dia tahu keadaan adikku. Bagaimana bisa dia tahu?

''Kakek mengetahuinya? Siapa diri kakek yang sebenarnya?'' Aku yakin seratus persen bahwa orang tua ini bukanlah seorang manusia biasa. Mungkin Dewa ataupun Yokai, atau jangan-jangan iblis? Oh mungkin kakek ini Iblis! Dari nama buah yang diberikannya saja Iblis, pasti kakek ini Iblis.

''Aku bukan Iblis. Dan aku adalah Manusia sama sepertimu, tapi aku memiliki keistimewaan tersendiri dari Manusia pada umumnya. Aku bisa membaca pikiran orang lain, seperti saat ini.'' Ini gila, dia memang benar-benar bisa membaca pikiranku.

''Sekarang baringkan adikmu di tanah.''

''Apa ada alasan yang kuat agar aku menuruti perkataanmu.''

''Baringkan atau adikmu akan mati. Aku akan mengambil penyakit itu. Dan sebagai gantinya, rubah dunia ini dengan kekuatan yang ada dalam dirimu.'' Kekuatan yang ada dalam diriku. Hey, jika itu yang dimaksud tenaga aku mempunyainya, tapi sebuah tenaga untuk merubah dunia? Itu adalah hal tergila yang pernah aku dengar, cara untuk merubah dunia adalah dengan otak yang jenius.

''Sudah cepat baringkan dia, biar aku yang menyembuhkannya. Jangan terlalu banyak berpikir dahulu, prioritas utama adalah untuk menyelamatkan adikmu.'' Aku tidak tahu harus berkata apa lagi, tapi perkataan kakek itu ada benarnya. Aku membaringkan adikku dengan sepelan mungkin, mata yang tertutup itu aku kecup pelan dan aku kecup juga dahinya. Jika kakek itu akan menyelamatkan Kushina, maka aku harus menuruti perintahnya.

''Setelah ini, aku akan memberikan sebuah gambaran tentang kekuatanmu. Dan ada 2 buah iblis lagi yang masih aku simpan. Dan nantinya kuharap kau memakannya juga.'' Tangan kakek itu menyentuh bagian tengah dada milik adikku, hey! Itu adalah pelecehan seksual! Ini tidak boleh dibiarkan.

''Ini bukanlah pelecehan seksual. Tolong diam sebentar, dan kosongkanlah pikiranmu. Aku sedang berusaha mengambil penyakit mematikan ini.'' Aku tahu, tapi rasanya melihat tangan milik orang lain menyentuh bagian tertentu milik Kushina, membuatku marah saja. Dasar tangan sudah tua saja— Apa? Tangan itu bersinar! Apa ini sebuah keajaiban?

''Kek?'' Aku tidak bisa menahan kebingunganku akan kejadian yang barusan terjadi didepan mataku sendiri. Tangannya bersinar! Demi apapun itu, itu bukanlah kemampuan Manusia pada umumnya. Manusia tidak bisa seperti itu!

''Manusia memang tidak bisa seperti ini. Tapi berkat apa yang diperjuangkannya, maka Manusia bisa seperti ini.'' Kulihat wajah kakek semakin mengkirut, seakan energi kehidupannya diserap oleh adiknya. Aku tidak tahu ini, aku sungguh tidak tahu akan ini semuanya. Bagaimana mungkin, bagaimana mungkin seorang Manusia bisa seperti itu! Apa yang diperjuangkan kakek ini hingga bisa mewujudkan hal yang mustahil seperti ini.

''Sekarang, aku sudah mengambil penyakit yang ada didalam tubuh adikmu, tinggal kau. Karena kau sudah terkena virusnya, mendekatlah. Aku akan mengambil virus itu.'' Aku kehabisan kata-kata. Aku menurutinya, melangkah maju dan membiarkan tangan tua itu menyentuh dadaku dan detik berikutnya dapat aku rasakan rasa sakit yang begitu besar ada di dadaku.

''Ukhh..'' Tangannya bersinar lagi, tapi aku tidak memperdulikan itu lagi. Sekarang yang aku perdulikan adalah rasa sakit yang ada di tubuhku ini. Tapi lama-kelamaan rasa sakit itu mulai menghilang. Tergantikan oleh hawa sejuk yang begitu segar. Aku merasa seperti terlahir kembali.

''Buah yang kau makan tadi adalah Ito-Ito no Mi, kekuatan yang dapat memanipulasi benang sesukamu. Dan kedua buah ini adalah Oto-Oto no Mi dan Pika-Pika no Mi.'' Hah? Nama buah yang sangat aneh sekali. Tapi aku yakin orang tua ini lebih mengetahui tentang buah aneh itu. Aku melihat kedua buah yang dibawa oleh kakek ini. Masing-masing memiliki bentuk dan warna yang berbeda. Oto-Oto no Mi dengan bentuk bundar warna silver, dan apa itu? Ada aksen seperti nada dalam lagu? Itu sangat aneh sekali. Dan Pika-Pika no Mi dengan warnanya yang kuning. Buah Iblis lagi?

''Masing-masing memiliki kekuatan yang berbeda. Usahamu dalam berjuang melawan kerasnya hidup ini membuahkanmu hasil yang setimpal. Kau akan mendapatkan kekuatan yang hebat. Dan jika kau sudah terbiasa dengan kekuatan yang terkandung didalam buah ini. Kau harus menaklukkan dunia dengan kekuatanmu. Ubahlah sesuai dengan hatimu.''

''Makanlah kedua buah ini.'' Aku dengan reflek menangkap buah yang dilemparkan Kakek itu kepadaku. Menatap kedua-duanya dengan seksama lalu aku makan sedikit dan pada akhirnya aku muntahkan lagi. Sungguh rasanya tidak enak sama sekali.

''Bagus, dan sekarang aku akan mengirimmu ke Istana Dewa, sekarang para Dewa dan Dewi telah menunggumu.'' Aku melihat tubuh kakek bersinar terang, aku terkejut. Sekarang apa lagi yang akan terjadi. Para Dewa dan Dewi menungguku? Benarkah itu? Bukankah Dewa hanyalah mitos semata, tapi ternyata itu memang ada. Aku merasakan tubuhku menghangat dan dapat aku rasakan juga bagian setiap tubuhku mulai menghilang.

Mungkin Kakek ini sedang berusaha memindahkanku ke Istana Dewa seperti yang tadi dibicarakan. Tapi apakah Kushina ikut denganku? Jika tidak ikut maka aku tidak ikut juga. Aku akan keluar dari Istana itu jika aku tidak bisa menemui Kushina disana.

''Aku ingin Kushina ikut denganku.''

''Tentu saja, kau dan adikmu. Akan menjadi sosok yang berpengaruh dalam pembentukan dunia ini. Jadi adikmu akan ikut denganmu. Sampai bertemu lagi, Uzumaki Naruto.''

.0o0o0o0.

_Istana Dewa dan Dewi_

''Amaterasu, kau sudah memerintahkan Kakek itu untuk memindahkan Uzumaki kesini bukan?'' Sosok agung dalam balutan jubah emas, kursi dengan aksen yang tak kalah mewah menjadi dasar duduknya. Batu pertama maupun pernak-pernik kekayaan ada di situ. Wajah tua yang tegas dengan mata putih yang mengarah pada sosok Dewi cantik yang bernama Amaterasu. Lengkap sudah wibawa yang tercipta dari sosok tersebut.

''Ya, tapi kenapa dia belum juga memindahkannya kesini ya? Mungkin terjadi sesuatu padanya Zeus.'' Amaterasu, begitu nama itu dipanggil dalam kalangan Dewa-Dewi. Sosok Gadis anggun dalam balutan kimono hitam sesuai dengan kondisi rambut yang hitam menjuntai indah. Dia duduk dalam jejeran kursi yang ditujukan setiap Dewa. Meja dengan ukuran yang panjang menjadi landasan jamuan mereka semua. Zeus selaku pemimpin Dewa hanya mengangguk diam. Tapi detik berikutnya senyum tulus tercipta diwajah tuanya.

''Akhirnya, dia datang juga.'' Dan seluruh Dewa-Dewi yang sedang duduk santai mulai berdiri dari kursinya. Arah pandang mata mereka serentak menuju kearah cahaya putih yang berada di Altar emas sang Dewa. Dan ketika cahaya menghilang. Seluruh Dewa-Dewi langsung tertunduk hormat tapi tidak dengan Zeus, dia hanya berjalan santai menuju ke Altar yang dimana terdapat ekspresi Naruto yang terkejut bukan main.

''Selamat Naruto, perjuanganmu dalam kehidupan membuahkan hasilmu hingga sampai disini. Orang yang terpilih dari langit, bahkan Dewa kehancuran sekalipun menghormatimu. Kau akan menjadi pendidik di dunia ini. Jadi kami semua akan mendidikmu menjadi yang terkuat di dunia ini.'' Aku tidak tahu apa yang terjadi disini. Aku tidak pernah tahu bahwa diriku bisa seperti ini, aku dihormati oleh Dewa? Ini sungguh membuatku bingung. Aku adalah Manusia biasa, bahkan derajatku lebih rendah dibandingkan mereka semua. Tapi kenapa mereka menunduk hormat kepadaku.

Aku tidak pantas dihormati, dan aku tidak pantas untuk dipuja. ''Keyakinanmu dan sifatmu telah membuktikan, bahwa kau memang orang yang terpilih dari langit. Uzumaki Naruto, apakah kau ingin sebuah kekuatan?'' Kekuatan? Sudah berapa kalinya aku mendengar kata itu. Aku tidak butuh kekuatan, yang hanya aku butuhkan adalah hidup sederhana dengan adikku tercinta. Menikmati masa-masa yang normal menjadi seorang Manusia dalam menjalani kehidupan. Itu yang aku mau.

''Memang ini berlainan dengan pemikiranmu Naruto. Tapi kamu adalah sang surya, penegak keadilan yang akan mendamaikan alam semesta ini. Kau terpilih untuk itu. Dan kau hidup untuk itu. Kami akan membantumu mencapai tujuanmu hidup didunia ini.''

''Aku tidak akan bisa melakukan itu. Aku hanyalah Manusia biasa.''

''Untuk itulah, kami akan membantumu. Melatihmu hingga menjadi kuat, dan menjadi ujung tombak dalam penegak keadilan dari alam semesta ini. Uzumaki Naruto. Mulai saat ini kau dan adikmu akan hidup abadi.'' Aku melihat Kakek tua yang merupakan Dewa itu menyiramku dengan air yang jernih tapi baunya sungguh sangat memabukkan. Aku melihat kearah adikku yang terbaring dan tertidur pulas di atas karpet merah yang mewah. Aku tidak pantas untuk menerima keabadian ini. Menurutku ada banyak Manusia lain yang mestinya lebih baik daripada diriku yang pantas mendapatkan air keabadian ini. Aku terlalu banyak dosa, apakah mereka tidak mengetahuinya?

''Kau sudah bersih dari segala macam Dosa. Dan dalam hitungan puluhan tahun kedepan, kami akan melatihmu dan menjadikanmu terkuat diantara kami.'' Aku memandang Kakek yang tadinya berdiri sekarang menunduk hormat padaku. Aku kaget, sekali lagi aku tidak pantas untuk dihormati.

''Tolong, jangan menunduk seperti itu.''

''Inilah rasa hormat kami sebagai gurumu, kami merasa sangat tersanjung ketika kami semua diberi amanat untuk melatih sang ujung tombak keadilan. Jadi tidak perlu malu dan tidak enak hati, derajatmu lebih tinggi daripada kami yang ada disini.'' Aku merasakan desiran aneh dalam hatiku. Sesuatu yang tenang sekaligus membawa debar-debar yang tak kunjung berhenti. Inikah rasanya dihormati oleh kalangan Dewa-Dewi.

''Namaku Zeus, Dewa yang memimpin seluruh Dewa. Dan aku beserta para Dewa-Dewi akan melatihmu.''

.

.

0o0o0o0o0

30 Tahun kemudian..

''Tamaito!'' 30 tahun sudah ya? Sudah lama sekali aku mendekam disini dengan adikku, menjalani beberapa aktivitas hingga latihan. Umur yang bertambah tetapi tidak mengalami penuaan, dan ini berkat air suci keabadian. Kekuatan, yah kekuatan yang sangat mustahil dimiliki oleh Manusia pada umumnya. Namun aku memilikinya—untuk merubah dunia. Aku memandang kedepan, Zeus sedang berusaha menghindari beberapa buah peluru yang terbuat dari benang yang aku ciptakan.

Dia bergitu lincah, berbeda dengan Hercules yang hanya menghandalkan kekuatan saja. Kelincahan dan kekuatan yang dimiliki oleh Dewa Zeus sangatlah hebat. Tidak heran dia mendapatkan gelar sebagai pemimpin seluruh Dewa. Aku sedikit menggerak-gerakkan jariku, mencoba mengontrol benang yang aku ciptakan untuk menusuk tubuh Zeus.

''Goshikito!'' Benang lima warna yang aku ciptakan tidak berhasil mengenai Zeus, tapi benang itu mengenai beberapa tiang bangunan yang ada di tempat pelatihan waktu ini. Aku bergerak ke kanan ketika sebuah panah yang terbuat dari petir melesat menuju arahku. Satu dan terus menerus berdatangan, aku meloncat kesana kemari demi menghindarinya.

Walaupun sebenarnya tidak perlu, karena aku memiliki kekuatan Pika-Pika no Mi yang merupakan Logia, serangan apapun tanpa didukung adanya Haki maka tidak akan mempan pada tubuhku. Namun ini adalah gerakan reflek, jadi wajar kalau menghindar. Aku terdiam sebentar, bukankah tadi Zeus sudah mendengar suaraku? Ah, sepertinya latihan ini akan segera berakhir.

''Zeus-Sensei. Anda mendengar suaraku kan?''

''Tentu saja aku—celaka!''

''Aku tidak ingin anda terluka Sensei, maukah anda menyerah?'' Aku sudah lelah dan ingin cepat-cepat makan, lagipula kenapa aku bisa lupa untuk menggunakan kekuatan bunyi ku ya? Haduh sepertinya efek belum makan membuat otak tidak berpikir jenius.

''Baiklah, sepertinya kau ingin cepat-cepat makan Naruto. Kemampuan Oto-Oto mu memang sungguh menyebalkan. Membuat telinga sang lawan rusak merupakan kemenangan besar, karena pusat keseimbangan tubuh ada di telinga.''

''Ayo cepat sensei, aku sudah lapar. Aku sudah mencium bau masakan yang super enak dari sini. Sekarang aku boleh keluar kan?''

''Ya Kau boleh keluar, lagipula sudah 30 tahun kau dikurung disini. Ayo.'' Aku hanya melambai pelan kepada Zeus yang merupakan guruku selama ini begitu juga dengan para Dewa dan Dewi disini. Aku mempersilahkan guruku terlebih dahulu untuk berjalan didepan, karena orang tua harus dihormati. Apalagi Zeus adalah guruku.

.0o0o0o0o0.

_Tempat makan_

''Akhirnya kalian menyelesaikan latihan kalian. Bagaimana keadaanmu setelah bertarung dengan Naruto tadi Zeus-dono?'' Terlihat Hades sedang menikmati beberapa cemilan buah yang ada di meja makan itu. Aku hanya tersenyum sebagai seorang murid yang menghormati gurunya, Hades lebih mengerikan dibandingkan Zeus—jika itu soal model pelatihannya. Hades lebih terkesan menyiksa daripada memberi latihan kepadanya secara pelan dan lembut.

Aku tahu, kepribadian setiap Dewa maupun Dewi berbeda-beda. Sebaiknya aku berhenti untuk membanding-bandingkan model pelatihan mereka. Baik itu secara kasar maupun halus, itu semua akan berdampak pada kekuatanku nantinya bukan? Dan itu tidak akan menjadi sebuah masalah.

''Kau tidak akan percaya ini Hades, aku telah kalah olehnya.'' Zeus berjalan menuju ke kursi yang dimilikinya dan duduk untuk menyantap beberapa cemilan yang ada didepannya. Beberapa pelayan mulai menyiapkan segala sesuatu bagi sang majikan mereka. Aku hanya bisa tersenyum, lalu aku menyusul duduk disamping Kushina.

''Hahaha, sepertinya jabatan pemimpin para Dewa harus dinobatkan pada Naruto. Lihatlah, bahkan sang pemimpin Dewa saja kalah hahahaa...'' Hades tertawa berlebihan, mengakibatkan beberapa kunyahan buah yang belum ia telan meluncur keluar. Oh, itu sama sekali tidak mencerminkan sikap Dewa. Pasti Zeus-sensei akan marah.

''Ahh Hades.. Apa kau tahu petir merah?'' Hades seketika bungkam ketika mendengar perkataan itu dari Zeus, aku yakin Hades sedang menahan ketakutannya sekarang ini. Bagaimanapun juga dia kan Dewa dunia bawah, tidak seharusnya seorang pemimpin dari suatu kekuasaan menunjukan ketakutannya bukan? Ah Hades mendapatkan sebuah pelajaran berharga.

''Y-ya, aku tahu. Baiklah sekarang lebih baik kita makan saja oke.'' Dan perkataan dari Hades tadi disusul tertawaan dari semua Dewa-Dewi yang ada di meja makan ini. Ini sangat lucu, apalagi ketika melihat wajah Hades yang terlihat garang mencoba menahan ketakutannya yang gagal itu, hahaha.

''Hey! Berhentilah tertawa, atau aku akan mencabut nyawa kalian!''

''Sudahlah, kita kesampingkan masalah tadi. Kita makan dulu, tidak baik jika membiarkan makanan menjadi dingin.'' Aku hanya mengangguk sebagai rasa kesetujuanku akan perkataan dari Dewi Amaterasu, dia begitu anggun dan berwibawa. Aku yakin pasti suaminya tampan dan berwibawa juga. Setiap perkataannya selalu menenangkan hati, apakah ini yang dinamakan keistimewaan para Dewi? Mungkin seperti itu.

''Aku belum menikah Naruto-kun.'' Waduh, aku sampai lupa bahwa mereka bisa membaca pikiranku. Tapi seorang Dewi Amaterasu belum menikah, itu sangatlah mustahil sekali.

''Rasanya mustahil sekali.'' Amaterasu menjawab perkataanku dengan senyuman.

''Naruto-kun mau menjadi suamiku?'' Ah itu adalah jawaban yang sangat vulgar menurutku. Bagaimana jika ada yang cemburu disini, bisa-bisa aku dibenci oleh kalangan Dewa laki-laki.

''Aa.. entahlah.'' Aku yakin Amaterasu sedang mengerjaiku saat ini, lihatlah senyumannya itu yang seakan mengejekku. Uhk, andai saja dia bukan guruku.

''Naruto-kun, setelah ini tolong datang keruanganku ya.'' Ada satu Dewi yang membuatku harus meneguk ludah susah payah. Yaitu Dewi Aphrodite, dia Dewi yang cantik sekaligus paling menggoda menurutku. Bagaimana tidak, aku masih ingat apa yang dia lakukan padaku ketika menjalani pelatihan darinya. Dia hanya mengajarkan bagaimana cara mencari gadis yang baik sekaligus tata cara sex yang benar, lebih tepatnya Kamasutra (Sex Education). Oke itu sedikit membuatku hampir bersetubuh dengannya jika saja Dewi Amaterasu tidak datang untuk menjewer telinga Aphrodite.

''Untuk apa Aphrodite-sensei?'' Aku melihat sebuah senyuman janggal dari wajahnya yang cantik itu—dan sepertinya dia akan menggodaku lagi.

''Kau akan tahu nanti Naruto-kun.'' Aku hanya membalas dengan senyuman kaku, aku menatap kearah Dewi Amaterasu yang juga menatapku, aku berharap dia bisa membantuku lagi.

''Aphrodite, apa kau mau melakukan hal yang senonoh lagi kepada Naruto.'' Syukurlah, Amaterasu mengerti akan keadaanku. Aku sangat bersyukur ada kamu disini Amaterasu-sensei. Aku sedikit mengernyit sakit ketika sebuah cubitan bersarang di perutku. Aku menoleh keasal tangan yang mencubitku barusan. Dan ternyata Kushina, aku memberi kode isyarat dengan wajahku yang mengatakan—ada apa? Tapi dibalas tidak mengenakan sekali oleh adikku ini, kenapa dia begitu cuek padaku ya akhir-akhir ini.

''Tidak kok Ama-chan. Aku hanya ingin Naruto-kun memilihkanku beberapa pakaian dalam yang bagus untuk aku kenakan. Selera Naruto-kun sangat tepat tahu.'' Ah Aphrodite-sensei! Kau membuka kartu AS-ku!

''Oh? Jadi selama ini koleksi pakaian dalam yang ada di lemarimu adalah pilihan Naruto. Aku baru tahu jika Naruto begitu mesum.'' Ah hancur sudah image yang aku jaga selama ini. Harga diriku sudah hancur berkeping-keping. Tapi tidak aku sangka Amaterasu memelukku dengan erat dari samping kursi, hey aku yang tersakiti disini.

''Kalau begitu bagus, aku bisa membuat anak denganmu. Iya kan? Naruto-kun.'' Sekali lagi itu adalah perkataan yang sangat—melebihi vulgar. Err, aku rasa ada banyak pasang mata Dewa yang memancarkan mata merah darah berkilau. Uh, sepertinya suasana akan menjadi sulit disini.

''Amaterasu, Aphrodite. Kalian berdua tolong hentikan perdebatan kalian. Kalau kalian terus menerus melakukan itu, tolong makanlah diluar.'' Satu kalimat mengandung seribu makna. Seribu ocehan mampu ditutup satu perkataan. Sepertinya aku melihat aura wibawa yang telah kembali pada diri Zeus. Dia begitu hebat bisa menyatukan Dewa dan Dewi yang ada di alam semesta ini.

''Baiklah, sekarang silahkan menikmati makanan kalian.'' Dan aku dan semua Dewa-Dewi yang ada di meja makan ini mulai menyantap hidangan yang tersaji didepan kami semuanya. Aku bingung harus memilihih apa, semuanya terasa enak. Tapi ada baiknya memilih makanan yang lebih dekat padaku, apapun makanannya akan aku makan.

''Kak..'' Aku berhenti mengambil beberapa makanan yang tersaji didepanku, ada sebuah tangan yang menghalangi tanganku untuk mengambil makanannya. Aku menoleh kearah Kushina, dan aku dapat melihat sebuah wajah yang begitu tersakiti. Apa aku menyakitinya, ah sialan. Aku tidak becus sebagai kakak.

''Ada apa Kushina?'' Kushina hanya diam, tidak membalas perkataanku saat ini. Lalu beberapa detik kemudian dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan menarik kembali tangannya dari lenganku. Ada apa dengannya, dia begitu pendiam akhir-akhir ini.

''Selepas ini, tolong temui aku di Taman. Ada sesuatu yang harus aku katakan padamu.'' Berbisik? Oh itu tidak akan aku masalahkan, tapi aku baru ingat. Sudah lama sekali aku tidak mengobrol secara bebas dengan Kushina, ya mungkin ini waktu yang tepat, tapi.

''Aku ada banyak janji Kushina. Bisakah lain waktu, selepas ini aku harus keruangan Aphrodite-sensei.'' Aku juga berbisik padanya, mungkin ini maksud Kushina agar tidak mengganggu acara makan yang begitu tenang dari para Dewa-Dewi. Aku melihat wajahnya, kenapa dia begitu kecewa. Mungkin karena aku jarang berinteraksi dengannya. Apa boleh buat, selama ini aku hanya latihan saja.

Tidak ada waktu untuk mengobrol empat mata denganmu Kushina. Tapi mungkin untuk kali ini saja, aku akan membangkang. Sudah lama sekali rasanya aku tidak pernah berbincang dengan Kushina. Untuk kali ini, aku harus menunda janji yang diajukan Aphrodite tadi. Maafkan aku Aphrodite-sensei, anda pasti mendengarnya kan?

'Ya aku tahu Naruto-kun, gunakanlah kesempatan ini untuk mengobrol lama dengan adikmu.' Hum, tidak kusangka Aphrodite-sensei bisa telepati. Aku yakin pasti semua Dewa-Dewi disini bisa melakukan seperti itu.

'Ya tentu saja bisa. Kau harus berterima kasih kepadaku Naruto, karena pikiranmu sekarang ini hanya bisa dibaca olehku. Aku membelokkan semua keistimewaan mereka. Jadi besok datang keruanganku oke.' Ah, baiklah. Bagaimanapun juga ini semua berkatmu Aphrodite-sensei. Terima kasih.

''Kushina, aku akan menemuimu di Taman nanti. Aku juga sudah lama tidak mengobrol denganmu. Aku ingin seperti dulu lagi.'' Seketika wajah Kushina terlihat senang dan gembira ketika mendengar perkataanku melalui bisikan tadi. Mungkin inilah yang terbaik.

''Terima kasih Kak. Aku sayang kakak.'' Ya, aku tahu itu adikku yang manis.

.

.0o0o0o0o0o0.

_Taman Dewa-Dewi_

''Kakak masih ingat waktu kakak selalu menemaniku ketika sakit.''

''Ya, aku masih mengingatnya. Memangnya ada apa?'' Aku baru tahu Kushina tumbuh menjadi sosok gadis yang cantik. Mungkin ini karena aku tidak pernah melihatnya. Selama 30 tahun, ya 30 tahun hanya ada di sangkar latihan menunggu beberapa Dewa ataupun Dewi datang demi melatihku. Tidak pernah keluar, bagaimanapun juga ini demi pertumbuhanku. Jadi aku tidak akan mempermasalahkan itu.

''Terima kasih ya kak. Kakak selalu menemaniku.'' Aku tersenyum menanggapi senyuman Kushina yang merekah tulus. Wajahnya telah berubah begitu juga sikapnya, dia benar-benar tumbuh menjadi idaman setiap pria. Aku yakin Kushina akan mudah mencari jodohnya nanti. Aku sedikit merubah posisi dudukku di kursi Taman ini, sudah lama tidak pernah duduk membuat pantatku pegal saja.

''Ya, itulah tugasku sebagai seorang kakak bagimu Kushina'' Aku menatap awan yang berwarna jingga, menyejukkan sekaligus menenangkan. Kau tahu Kushina, entah kenapa setiap kali aku bersamamu selalu menenangkan seperti ini. Rasanya damai, berbeda dengan kebanyakan orang yang bersama denganku. Mungkin karena ini tali persaudaraan kita yang kuat ya.

''Kak, bolehkah aku bertanya sesuatu.'' Ku pandang wajahnya yang sedikit tertunduk, menatap tanah dan memainkan jari kakinya disana. Kushina? Kau mengalami perubahan yang sangat banyak.

''Bertanya apa? Tidak biasanya kau seperti ini. Biasanya langsung ceplas-ceplos begitu saja. Tanyakan saja Kushi—!?'' Aku terkejut, Kushina melompat dan menduduki tubuhku, dia begitu cepat bahkan aku tidak melihat pergerakannya tadi. Aku terjatuh berserta dengan Kushina yang berada diatasku. Ada apa dengannya.

''Kakak tahu?''

''Tahu apa Kushina? Dan jangan seperti ini, nanti ada yang melihat dan berpikiran yang tidak-tidak.'' Aku berusaha mengangkat tubuhnya dari tubuhku, tapi Kushina menolak. Aku semakin terkejut ketika wajahnya semakin mendekatiku, ada apa dengan dirimu Kushina.

''Kak, aku mencintaimu. Tolong jangan pandang perempuan lain selain diriku kak.'' A-apa katanya? Mencintaiku!

''Kushina! Aku kakakmu, sadarlah! Jangan sampai setan merasuki pikiranmu!'' Aku berteriak kepadanya, tapi kemudian aku terdiam dengan muka yang sangat khawatir. Kushina menangis, air matanya menetesi wajahku, tangan putih memegang kedua pipiku dan detik berikutnya dia menenggelamkan wajahnya pada leherku. Menutupi segala wajahnya yang terlihat menyakitkan.

''Aku tahu itu kak.. Aku tahu. Aku sangat membenci diriku sendiri ketika memiliki perasaan ini kepadamu kak. Tapi, kenapa bisa.. kenapa bisa selama 30 tahun ini aku tidak pernah bertemu denganmu justru membuat perasaanku semakin membesar. Aku benci ini kak!'' Aku... aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Yang aku lakukan sekarang mungkin yang benar adalah terdiam, mengikuti dan mendengar perkataan dari Kushina.

Aku bahkan tidak tahu bahwa kau mencintaiku Kushina. Apalagi sebagai lelaki, ini sangatlah bertentangan dengan moral Manusia pada umumnya. Aku ingin sekali memelukmu saat ini juga, tapi melihat kau yang memiliki rasa seperti itu kepadaku. Aku rasa mendiamimu adalah pilihan yang tepat saat ini.

''Aku benci ini.''

.

.0o0o0o0o0.

''Kurasa memisahkan mereka berdua mustahil ya Zeus-dono.'' Para Dewa maupun Dewi kini tengah berdiri di depan cermin Yata yang dimana disitu terlihat bayangan Naruto dan Kushina yang sedang bercengkrama di Taman Dewa. Zeus yang mendengar perkataan Izanami hanya mengurut keningnya frustasi.

''Ya, kurasa kau benar Izanami. Kupikir dengan memisahkan mereka selama 30 tahun, perasaan terkutuk yang ada dalam diri Kushina akan menghilang. Tapi kenyataannya berbeda sekali.'' Hades menanggapi nada bicara Zeus dengan hembusan nafas lelah, Zeus juga seperti itu bukan?

''Anda juga seperti itu, anda masih saja mencintai Hera-dono walaupun sudah kami pisah beratus tahun.'' Zeus menanggapi perkataan Hades dengan tenang, ya itu karena posisi Zeus berada di paling depan. Jika saja dibelakang maka Hades maupun Dewa-Dewi lainnya pasti akan melihat wajah memerah milik Zeus. Sedangkan Hera sang istri Zeus yang merupakan adik Zeus merona ketika namanya dengan sang suami disebut-sebut.

''Itu berbeda dengan mereka Hades. Aku Dewa, sedangkan mereka Manusia.''

''Apa bedanya jika menyangkut tentang cinta Zeus-dono. Bahkan hamba yang tadinya main-main mencintai Naruto jadi sungguh-sungguh mencintainya. Ini memalukan sekali.'' Dewi Aphrodite mengutarakan isi hatinya, ya gadis yang satu ini akan selalu mengeluarkan isi hatinya tanpa pandang bulu. Mungkin itu sudah bawaan dari lahir.

''Hah~ Aku setuju dengan Aphrodite. Cinta memang seperti itu bentuknya Zeus-dono. Tidak mengenal apapun.''

''Kalian berdua membuat pikiranku semakin pusing saja. Tapi tetap tidak bisa, cinta Kushina telah salah. Tidak seharusnya Kushina mencintai kakaknya sendiri!''

''Anda juga tidak seharusnya mencintai adik anda sendiri bukan?'' Ah perkataan yang satu ini berhasil menancap di ulu hati sang Dewa Zeus. Dan pelakunya hanya tersenyum tanpa dosa.

''Sudah aku katakan Hades! Itu berbeda! Aku Dewa dan mereka Manusia!''

''Apa bedanya jika menyangkut tentang cinta Zeus-dono. Bahkan hamba yang tadinya main-main men—''

''AH! Diamlah, kalian membuat suasana semakin panas saja. Apa maksudnya perkataan milik Aphrodite yang akan diulang lagi olehmu Hermes!'' Hermes hanya menggaruk kepalanya yang mempunyai rambut kuning seperti kilat yang menyala.

''Melawak sedikit, seperti yang anda katakan, suasana semakin panas. Dan jika tidak disertai lawakan suasana akan semakin bertambah panas hehe'' Zeus membalasnya dengan menggeram frustasi, percuma saja usaha mereka selama 30 tahun ini demi menghanguskan perasaan itu dari Kushina. Yang diperkirakan perasaan itu akan hancur jika dipisah tapi justru perasaan itu semakin kuat jika dipisah. Ah ini sedikit membuatnya bernostalgia dengan Hera pada waktu itu.

Jika dipisah tidak bisa.. Lalu Zeus harus melakukan cara apa biar perasaan Kushina menghilang. Sepertinya ia akan melibatkan seluruh Dewa maupun Dewi cinta disini.

.

.

To be continued.


A/N : Waduh, bukannya publish Fic yang satunya malah buat lagi ya . Ya mau bagaimana lagi, aku sedang kena WB di fic itu. Berniat mencari inspirasi dengan main game eh malah kecanduan. Jadinya idenya ke game mulu deh. Ini aku buat setelah membaca karangan seseorang yang dimana Dewa Olympus dengan Dewa lainnya bersatu. Dan Zeus yang jadi pemimpinnya disini, tapi ada satu lagi Dewa terkuat yang belum muncul. Bahkan Zeus pun akan bertekuk lutut padanya. Tunggu saja , Insya allah kalau saya tidak WB. Dan disini ada bumbu Incest-nya, kalau yang tidak suka incest mohon jangan baca ya.

Dan buah Oto-Oto no Mi aku membuatnya sendiri, aku terinspirasi karena aku membaca buku medis tentang unsur telinga yang merupakan pusat keseimbangan dari tubuh. Apabila saluran keseimbangan tubuh rusak maka semua reflek, kepekaan, kefokusan, dan gerak tubuh tidak akan maksimal.

Ya pokoknya seperti ini, lanjut tidak nih . Review ya.