WARNING : Feel gagal, bahasa ga tentu, membosankan, poor!Kyu, death chara.

Title: Unless

Author: Lyra25

Cast : Cho Kyuhyun, Park Jungsoo, Lee Donghae, Kim Heechul, Kim Kibum, Shim Changmin, Choi Minho, and Others .

Genre : Family, Hurt-Comfort, maybe Angst

Disclaimer : SuJu milik SMent, membernya punya Tuhan. BabyKyu punya Lyra seorang #Plak!

Rate : T

(Tolong baca AN di bawah ya.)

.

.

.

Unless, chapter 1

.

Heechul mendengus keras ketika Jungsoo mendudukkan Kyuhyun di meja makan. Tapi hyungnya itu segera menatapnya tajam, Heechul malah mendengus lebih keras.

"Cha, Hyung buatkan susu ya?"Kyuhyun hanya mengangguk sekali. Jungsoo tersenyum lembut dan mengelus rambutnya sebelum beranjak pergi.

Meja makan itu lenggang setelahnya. Heechul masih terus menekuk wajahnya sambil menatap Kibum yang sibuk dengan PSPnya, Donghae yang tidur di meja makan, dan Kyuhyun yang terus diam. Ayahnya baru akan pulang 4 hari lagi, itu artinya masih ada 4 hari untuk berbagi meja makan dengan Kyuhyun. Heechul mendengus lagi.

"Hyung kenapa?" Hanya Kyuhyun yang merespon dalam ucapan pelannya.

Dan seperti biasa Heechul benci mendengar dia bicara. "Diam!"

"Nde."

Kyuhyun itu dongsaeng yang patuh.

….

"Hae-ya? Hey, ayo bangun. Kajja kita makan." Jungsoo yang dari tadi mencoba membangunkan Donghae bernafas lega saat adiknya itu akhirnya duduk tegak. Meski dengan mata sebelah tertutup. Lalu dia menguap setelahnya. Efek menonton film horror semalam.

"Aku lapar, Hyung."

Mereka berlima akhirnya berdoa dan mulai mengambil makanan. Jungsoo menyendokkan lauk untuk dongsaeng-dongsaengnya dan berakhir pada Kyuhyun. Dia menuntun tangan mungil bocah 5 tahun itu untuk menunjukan lauk dalam piringnya.

"Mian, hari ini hyung hanya membuat nasi goreng, ini, telurnya di sebelah kiri. Ah, apa Kyunie mau nori?"

Kyuhyun menggeleng. "Apa itu cukup? Atau mau hyung masakkan yang lain?"

Kyuhyun kembali menggeleng dan tersenyum lebar, membuatnya ikut tersenyum. "Cha, makanlah!"

"Hyung, ambilkan jus itu. Aku mau!" Heechul berujar ketus dari seberang meja. Jungsoo mengalihkan atensinya, tidak mau membuat mood dongsaengnya itu tambah buruk.

Jungsoo menuangkan segelas jus dan memberikannya pada Kyuhyun yang berjarak lebih dekat dengan Heechul. "Kyunnie, berikan ini pada Heechul hyung ne." Kyuhyun mengangguk, tapi malah meletakkan jus itu di depan Donghae yang duduk di sebelah Heechul. Kening Heechul berkerut makin kesal.

"Aku di sini, pabo! Itu Donghae!"

Kyuhyun gelagapan, dan saat akan memberikannya pada Heechul, dia malah menyenggol jus itu hingga tumpah di baju Donghae. "Aah!" Donghae berseru kaget.

"U-uh, mi-…"

"YAK!" Kyuhyun tersentak saat Heechul berseru keras. "KENAPA KAU MENUMPAHKANNYA! Lihat! Donghae jadi basah!"

"Heec-…"

Jungsoo sudah akan melerai ketika tiba-tiba Kibum bersuara. "Hyung, sudahlah. Dia tidak sengaja." Padahal biasanya anak itu yang paling acuh apapun yang terjadi.

"APA?! ITU JELAS-JELAS SALAHNYA KARENA DIA BUTA!"

Semua hening.

Detak jam terasa beku hingga Heechul memilih berdiri dan menendang kursi dengan kasar. Kyuhyun kembali tersentak. Hazelnya yang kosong tampak berair. Di detik selanjutnya dia bangkit dan membungkuk ke arah yang salah.

"Mi-mianhe, Chulie Hyung. Kyu tidak melihatnya.." Anak itu bahkan tidak tahu Heechul sudah beranjak pergi, tidak tahu bahwa permintaan maafnya hanya berbalas tatapan sendu.

.

.

.

Heechul tidak tahu kenapa dia bisa semarah itu. Padahal itu hanya sebuah kesalahan kecil. Dia tahu perlakuannya terlalu kasar. Dia tahu tidak seharusnya dia mengatai Kyuhyun. Tapi kemudian bocah 12 tahun itu kembali mendengus keras. "Dasar ceroboh."

"Kenapa juga dia buta." Heechul menendang kerikil dan bergumam kesal. Hari ini dia memilih berangkat dengan bus.

"Itu bukan salahku. Salahnya sendiri menjadi adikku."

"Salah siapa, hyung?" Heechul mendongkak dan menemukan seorang anak kecil seumuran Kyuhyun duduk di pangkuan seorang namja –mungkin kakaknya-. Dia tidak sadar sudah sampai di halte.

Namja dengan seragam Cheongsan JHS itu tertawa kecil. "Mungkin salah Tuhan. Atau salah ikannya? Menurut Minnie salah siapa?"

Anak kecil itu menjilat eskrimnya. "Itu salah Ikan. Dia salah menghitung!" dan menjawab dengan logat cadel. Heechul mendengus, Kyuhyun saja sudah tidak cadel sejak umur 3 tahun. Kemudian dia kembali mengalihkan perhatiannya saat kakak-beradik itu tertawa, tanpa tahu bahwa eskrimnya mulai mencair dan menetes. Lalu jatuh, tepat di celana pemuda itu, mereka berhenti tertawa.

"Hyung.. eskrimnya.. celananya.."

"Ah, gwenchana."Namja itu memaksakan sebuah tawa saat dongsaengnya mulai berkaca-kaca.

"Hyung.. Huwee~…" Dan seperti dugaan Heechul, anak itu menangis keras. Hingga menarik perhatian beberapa orang di halte.

"Anio, gwenchana, Minnie-ya. Hyung bisa ganti celana."

"Jangan marah, Hyungie. Hiks, Mianhae…"

Namja itu tertawa geli dan mengecup pipi gempal Minnie. "Tidak marah. Jangan menangis ne? Hyung akan marah kalau Minnie terus menangis."

"Hiks, Jeongmal?"

"Ne hyu-…. Ah! itu eomma sudah datang." Ucapannya terhenti saat sebuah mobil berhenti tak jauh dari halte.

"Ayo pergi. Jangan nakal, arrachi?"

Heechul tidak tahu kenapa matanya terus terpaku pada kakak-beradik itu. Memperhatikan seorang ahjumma yang turun dari mobil dan mengecup mereka penuh sayang. Kemudian membawa anak kecil itu pergi bersamanya. Gemuruh perih yang familiar menghampiri dadanya. Rasanya janggal sekali saat membayangkan dia yang berada di posisi itu.

"Harusnya dia tidak perlu lahir." Gumamnya penuh benci.

.

.

.

Jungsoo memperhatikan Kibum dan Donghae hingga langkah mereka mulai samar terdengar di pintu utama. Saat sudah tidak terdengar apa-apa, Jungsoo segera beralih ke sisi Kyuhyun yang masih terus menyuap paksa makanannya. Dia mengusap peluh yang mengalir di dahi Dongsaengnya dengan khawatir. Dia tahu Kyuhyun sudah menahan sakit sejak tadi. "Sudah, Kyunnie sudah kenyang kan?"

"Apa makanannya sudah habis, Hyungie?"

"Tidak usah dipaksakan. Kyunnie tidak sesak kan?"

"Hae hyung bilang jangan menyisakan makanan. Nanti mereka menangis."

"Gwenchana, mereka tidak akan menangis. Sekarang jawab hyung, apa sesak?" Jungsoo kembali bertanya cemas. Bahkan sangat jelas ada kesakitan dalam gelengan dongsaengnya. Jika saja Kyuhyun bisa melihat betapa pucat wajahnya, dia akan tahu semua kebohongannya sia-sia.

"Jeongmal?"

"Um!"

"Appo?" Jungsoo mengusap dada Kyuhyun lembut, merasakan detakan tak wajar dari balik tulang rusuknya yang sedikit menonjol. Tapi Kyuhyun menggeleng keras kepala.

Jungsoo tak menyerah, berpindah sedikit ke kiri dan menekan satu spot agak keras. "Hnghh… Ah!" Benar saja, tubuh kecil Kyuhyun sedikit terlonjak, dan nafasnya mulai saling mengejar. "Hyungh…"

Tatapan Jungsoo menyendu. "Kalau sakit, bilang hyung, Kyunnie. Kajja, kau belum minum obat kan?"

Jungsoo segera menggendong Kyuhyun ke kamar, dan berjalan tergesa-gesa. Dia tidak mau Kyuhyun kambuh meskipun hanya serangan kecil. Bahkan tangannya yang menopang punggung Kyuhyun dapat merasakan samar detakan menyakitkan itu. Jantung rusak itu… Entah kenapa Jungsoo sedikit merasa benci pada eommanya.

"Aaah, Hyung tiba-tiba malas ke sekolah. Hyung bacakan komik, ne? Otte?"

.

.

.

Meski sudah familiar dalam keadaan seperti ini, Jungsoo tidak pernah dapat terbiasa. Dia menyayangi Kyuhyun. Sangat menyayanginya hingga ikut merasa sakit saat Kyuhyun terluka. Dongsaengnya itu jatuh tertidur beberapa saat setelah meneguk obatnya, tepat saat komik yang dibacakan Jungsoo memasuki halaman ke 7. Dan sekarang dia terlelap dalam nafas beratnya.

Padahal Jungsoo selalu berdoa agar Kyuhyun terus sehat, tapi kenapa Tuhan seolah tuli?

Sebuah erangan tiba-tiba mengalihkan tatapan sendunya. Jungsoo mengusap lembut kening Kyuhyun, tapi bukannya tenang, adiknya itu malah mengerang lebih keras.

"Kyunnie…"

"Hgnghhh… hh.."

"Saeng? Gwenchana? Kyu!"

"Hyunghh… hyungh…" Jungsoo semakin cemas hingga akhirnya hazel itu membuka lambat. Dia sudah akan bernafas lega saat tiba-tiba raut Kyuhyun berubah panik dan segera meringkuk menjauh. Seperti ketakutan.

Jungsoo semakin cemas dan berusaha meraih Kyuhyun dalam rangkulannya. "Ini hyung, Kyunnie. Hey, tenanglah.."

Tangan Kyuhyun mengapai-gapai panik. "H-hyung? Dimana?"

"Sssh… tenanglah, Kyuhyunnie. Kau bermimpi buruk, um?" Kyuhyun akhirnya mulai tenang meskipun masih meringkuk takut di pelukan protektif Jungsoo. Anak itu mencoba mengangguk pelan, dan Jungsoo menghela nafas dengan tangan yang beralih mengusap rambut Kyuhyun.

"Mimpi apa hm?"

"Heechulie Hyung? Pulang?"

"Gwenchana, Kyunie hanya mimpi. Heechulie hyung masih sekolah."

Seperti biasa, saat tertekan, Kyuhyun selalu bermimpi buruk yang berakhir dengan tubuhnya yang menghangat –panas. Hanya dengan goncangan kecil imun lemahnya dapat dengan cepat terusik.

"Mian, Hyung. Mian."

"Hae hyung basahkarena Kyu tidak bisa melihat."

"Tidak apa-apa. Dia 'kan sudah ganti celana."

"Tapi Heechulie hyung juga marah karena Kyu buta. Mian, hyung."

Mata Jungsoo berkedip memanas saat menatap mata coklat basah Kyuhyun begitu memancarkan luka. Jungsoo tahu semuanya bermula dari keluarganya yang memang sudah Jungsoo sadari hancur sejak lama. Di puncaknya, Kyuhyun hanya nyawa yang dihembuskan tanpa meminta, tanpa diminta. Bahkan sejak lahir, dia selalu kesakitan, matanya tak pernah dapat menyapa dunia. Tapi kenapa dia yang terus disalahkan?

"Kyuhyunnie tidak salah."

Dia hanya lahir di keluarga yang salah, hadir pada situasi yang tidak seharusnya.

.

.

.

.

"Hyung, Damo kenapa menyendiri terus?" Donghae mencebilkan bibirnya, mengeluh tentang salah satu ikannya yang terus menyendiri dan diam- sangat diam.

"Mungkin dia sedang berdoa sebelum makan." Jungsoo menjawab asal, dan tertawa setelahnya saat melihat ekspresi serius Donghae. "Um! Ikan yang pintar. Cha, makanlah." Lalu tangan kecilnya menaburkan serbuk makanan ikan ke dalam kolam kecil itu. Donghae tertawa senang.

Jungsoo hanya dapat tersenyum kecil, di matanya, Donghae yang masih berbalut seragam elementary itu tampak sangat menggemaskan. Namja 15 tahun itu segera meraup Donghae dalam pangkuannya saat adiknya itu mulai masuk dalam kolam dan menganggu ikan-ikan.

"Hae-ya, kau membuat mereka ketakutan."

"Tapi mereka jadi bersama-sama."

"Itu berbahaya. Lain kali jangan berjalan dalam kolam, kau bisa terpeleset." Donghae hanya mengangguk mendengar teguran Hyung-nya, lalu menjulurkan kakinya hingga akhirnya terbenam dalam air kolam yang dingin –mengikuti Jungsoo. "Hyung, ayo beli jaring yang baru." Donghae menunjuk jaring kecil –yang sering di pakai untuk menjaring kotoran- di sisi kolam. "Nde. Nanti hyung temani ne?"

"Um. Ah! Hyung, Heechulie hyung belum pulang?"

"Belum. Ini belum jamnya pulang, Hae. Hae yang pulang terlalu cepat."

"Kibummie?"

"Seperti biasa."

"Kyuhyunnie?"

"Di kamar. Sedang tidur."

Donghae melirik jam di sisi dapur yang diberi penanda. "Sudah minum obat?"

"Belum. Dari tadi dia terus tidur. Mungkin Kyunie saaangat mengantuk." Jungsoo mencoba menjawab dengan riang, menumpukan dagunya di bahu Donghae dan berayun ke sana-kemari. Tapi senyumnya luntur saat melihat ekspresi keruh Donghae, tangannya beralih mengusap helai Donghae lembut. "Kenapa, hm?"

"Ani. Tadi pagi, Heechulie hyung tidak berangkat dengan Hwang Ahjussi. Dia marah, kasihan Kyunnie. Chullie hyung jahat."

"Ey, Hae tidak boleh bilang begitu. Heechulie marah karena dia sayang Hae." Jungsoo tidak ingin adik-adiknya saling membenci, keluarganya sudah cukup rusak untuk itu.

"Tapi kenapa Chullie Hyung marah Kyunnie? Hae juga pernah menumpahkan susu di buku tugasnya, tapi dia tidak marah."

"Itu artinya dia sayang Hae. Hae juga tidak sengaja 'kan?"

"Tapi Kyunnie juga tidak sengaja! Dia bahkan tidak bisa melihat. Apa… Chullie hyung tidak sayang Kyunnie?" Donghae menampik keras, meski mengecil pada akhirnya. Dan Jungsoo tertegun. Dia bisa merasakan dengan jelas kesedihan dalam tanya sederhana itu. Tapi mulutnya bungkam.

Apa Heechul tidak sayang Kyuhyun? Dia bahkan ingat Heechul pernah meminta pada Birth Wishnya agar Kyuhyun mati saja dan ditukar dengan eomma mereka. Jungsoo tidak sadar setitik air matanya menitik jatuh. Padahal saat itu Heechul masih kecil, tapi kenapa itu terdengar begitu… jahat?

Donghae yang merasa tidak mendapat jawaban, mencoba berbalik untuk melihat hyungnya. Tapi matanya malah bersibobrok dengan tatapan kosong Kyuhyun yang berdiri di sisi pintu. "Eoh, Kyu?!"

Begitu mendengar suara Donghae, Kyuhyun tersenyum lebar –terlalu lebar. Jungsoo pun tersentak dari benaknya dan ikut menoleh, lalu tersenyum. "Kemari, Kyu."

"Jungsoo hyung di sini?"

"Ne, Hyung menemani Hae. Ayo kemari, 7 langkah."

Kyuhyun tersenyum lebar lagi, lalu mulai menghitung langkahnya dan mendekat pada Jungsoo.

"Cha, Hyung kira Kyu masih tidur." Jungsoo segera mendudukan Kyuhyun di sisinya, lalu menyentuh dahi Kyuhyun sebentar. Donghae juga berpindah ke sisi Kyuhyun dengan semangat dan menyentuh dahinya dengan ekspresi sok serius. "Kyu demam?"

Kyuhyun menggeleng lucu, membuat Donghae mencubit kedua pipinya hingga melar. "Appo, hyungie~"

"Pipi Kyunnie seperti Dappi, bulat."

Mereka tertawa, tawa yang manis sekaligus miris. Dalam hati, Jungsoo mengucap harap. Bahkan meski dibenci, Jungsoo ingin Kyuhyun terus bahagia. Meski terluka, Jungsoo ingin Kyuhyun selalu tertawa. Agar meski tidak membaik, setidaknya tidak akan ada yang memburuk. Kyuhyunnya sudah terlalu sering menangis.

"Demamnya sudah turun, tapi Kyunnie harus tetap minum obat. Kajja!"

.

.

.

.

"Hyungie…"

"Um?"

"Kapan Hyung dan Hae hyung pergi membeli jaring?"

.

.

.

Cahaya TV masih berpendar di ruangan itu, dengan seruan heboh dari film yang mereka tonton. Jarum jam sudah membidik angka 8 malam, dan mereka sudah berkumpul di ruangan itu sejak 2 jam yang lalu. Hawa canggung masih menggantung di antara kelima anak itu. Padahal sejak tadi Donghae terus berceloteh tentang segala hal, dari lebar ke lebar, dari panjang ke panjang, dan terus seperti itu. Tapi Kibum tetap sibuk dengan PRnya, Heechul dengan stoples biscuit dalam pelukannya, dan Kyuhyun yang tertidur di paha Jungsoo.

Saat seperti ini adalah satu-satunya waktu mereka untuk berkumpul. Padahal tadinya Jungsoo bermaksud untuk memperbaiki suasana di antara mereka, tapi malah berakhir dengan Heechul yang merengut dan kembali marah-marah.

Jungsoo menegakkan duduknya saat mendengar suara dari halaman depan. "Hae-ya, coba kecilkan suara TVnya. Sepertinya tadi ada suara mobil."

Suara TV mengecil. Ruang keluarga itu berubah senyap hingga terdengar ketukan sepatu dari depan. Mereka sontak berbalik dan menemukan seorang pria paruh baya dalam balutan jas kantor yang gagah, meski tampak lelah, wajah itu mengulas sebuah senyum hangat. "Appa?"

"Appa!" Donghae segera berlari memeluk ayahnya, dan Kangin –Tuan Cho- menangkupnya dalam sebuah pelukan.

"Bukankah appa pulang 3 hari lagi?"

"Ternyata selesai lebih cepat. Meeting di majukan dan berjalan lancar. Lain kali kau harus ikut appa saat perjalanan bisnis, Jungsoo-ya. Sudah saatnya kau mulai belajar memegang perusahaan."

Jungsoo hanya mengangguk patuh dan Tuan Cho tersenyum sambil beralih mengangkat bungkusan di tangannya. "Ah ya, apa kalian sudah makan? Appa sempat singgah di restoran tadi."

.

.

Keluarga itu sudah akan memulai makan saat Jungsoo menyadari bahwa si bungsu sudah terbangun, dan sekarang adiknya itu berdiri di sisi tangga. Sejak kapan dia di situ?

"Ah Kyunnie! Hyung di sini. Ayo makan, appa sudah pulang dan membawa banyak makanan!" Donghae berucap lebih cepat dan melambai riang, seakan Kyuhyun dapat melihatnya.

"Jungsoo hyung?" Kyuhyun bertanya pelan.

"Hyung di sini, Kyu. Kajja, kita makan." Jungsoo sudah akan melangkah menuju Kyuhyun saat ayahnya berucap dingin.

"Biarkan anak itu di sana. Aku hanya ingin makan dengan anak-anakku." Sangat dingin. Jungsoo terdiam sebentar, tapi kemudian kembali melanjutkan langkahnya. "Cho Jungsoo!" tuan Cho mendesis tertahan, tapi Jungsoo seakan tuli dan berbalik saat sudah berada di sisi Kyuhyun. Anak sulungnya itu membungkuk dalam. "Mian, appa. Aku akan makan dengan dongsaengku malam ini."

Lalu Jungsoo meraih Kyuhyun dalam gendongannya. Melangkah pergi saat mendengar ayahnya menggeram marah.

"CHO JUNGSOO!"

Lalu terdengar benda yang dibanting pecah. Salah satu kepingan kecilnya bahkan mencapai sisi kaki Jungsoo. Tapi seakan tidak terusik, anak sulung keluarga Cho malah terus melangkah santai dan menutup telinga adiknya. "Hyung punya lagu baru. Kita dengarkan di kamar ya. Otte?"

.

.

.

Ini… hanya mimpi buruk 'kan, Hyungie?

.

.

.

TBC

Mian lama, silakan bakar Lyra T_T

AN:

Lyra tau FF Broship dengan prinsip poorKyu kayak ini sudah terlalu mainstream, maafkan otak Lyra yang menstrim ini T_T, maafkan juga kalau ada kesamaan dengan ff lain ne? Lyra ga niat plagiat, suwer.

FF ini udah punya alur pasti, cuma plotnya masih meraba-raba. Jadi lama buat bikin 1 chapter. Sama seperti The One, Lyra sangaaat kekurangan plot. Dan Lyra tau chap ini ga memuaskan, penulisan Lyra emang menurun, Lyra sadar. Mungkin karena udah lama ga nulis.

Soal WN Death Chara, itu belum tentu buat Kyuhyun ya ^^.

Ah ya, chap kemaren ga ada yang nyadar Kyu buta ya? Padahal udah ada clue looh. *Berarti Lyra gagal bikin clueT_T.

Dan, jeongmal gumawo untuk yang udah sempetin review, fav/follow, juga silent readers. Lyra seneng ff ini dapat sambutan^^. Tapi mian, Lyra ga bisa balas review satu-satu, soalnya sekarang buru-buru, chap ini bahkan kebut Lyra tulis dari habis sahur. Mian ne? T_T #Bow

.

Chap selanjutnya? Hanya Update jika review mencukupi.

Fast Update? Sumbangin plot ya, kalau cocok Lyra bakal pakai (PM). (berlaku juga buat The One kalo pengen di update) Sumpah, Lyra blank buat bikin plot saat ini, padahal ide chap-chap kedepan udah numpukT_T.

Gumawo, dan selamat berpuasaa~ #DeepBow

.

.

.

Lyra