Gun and Roses

Main Cast:

Lu Han

Oh Sehun

Other Cast:

Wu Yifan Kim JongIn

Byun Baekhyun Kim Jongdae

Kim Minseok Zhang Yixing

Park Chanyeol Huang Zitao

Kim Joonmyeon Do Kyungsoo

Genre: Crime, Romance, Slice Of Life, Action, Yaoi.

Rate: PG-16

Sinopsis: Dimana Luhan adalah seorang pria berusia 24 tahun yang bekerja sebagai fotografer dan menjalani hidupnya dengan damai. Dan Oh Sehun adalah seorang model tampan dengan segudang rahasia yang memasuki kehidupan Luhan.


Chapter.1 : Who are you?


Diamond Princess Cruise, New York.

12:21 AM (NYT)

Malam itu jam sudah menunjukan waktu lewat dari pukul duabelas malam. Hari sudah berganti, dari Sabtu menjadi Minggu. Tetapi sekumpulan orang yang berada di tempat mewah nan berkelas itu tidak menunjukan tanda-tanda lelah sedikitpun. Para pelayan dengan pakaian rapih berwarna hitam-putih masih sibuk berlalu lalang di dalam ruangan besar tersebut, menyediakan sampanye bagi siapapun yang ingin meminumnya. Sementara pada wanita cantik bergaun mahal serta para pria tampan berdasi yang ada di dalam ruangan itu sibuk bercengkrama dengan satu sama lain.

Hembusan angin di luar kapal pesiar mewah itu tidak terasa karena tebal dan kokohnya dinding yang melapisi kapal berkapasitas ribuan penumpang itu. Sebuah kapal mewah yang di lengkapi fasilitas hotel, hall, restoran, dan lain-lain. Singkat kata, seperti sebuah gedung besar yang lengkap dan berjalan di atas air. Butuh merogoh kocek yang dalam untuk bisa menginjakan kaki dan menikmati fasilitas di kapal ini.

Lalu jika kau bisa menginjakan kakimu di atas kapal itu tanpa mengeluarkan sepeserpun uang, itu berarti kau beruntung, kan? Ya. Seperti itulah nasib seorang pria berusia 24 tahun berkebangsaan China bernama Luhan yang kini berdiri di sudut ruangan dengan segelas sampanye di tangan kanannya. Luhan bukanlah orang kaya yang nominal uangnya sudah tidak terhitung. Luhan juga bukan seorang pengusaha kaya yang memiliki perusahaan dan saham dimana-mana. Ia hanya seorang fotografer dari sebuah majalah terkenal di Korea Selatan yang kebetulan hari ini di tunjuk oleh sang Direktur Utama untuk menemani anaknya mengunjungi sebuah Fashion Show ternama di New York. Walaupun awalnya ia menolak karena Luhan berfikir dirinya tidak akan pantas berada di tengah-tengah ratusan bahkan ribuan orang yang ahli dalam bidang Fashion, tapi pada akhirnya ia menyetujui perintah tersebut karena di ancam akan di pecat dari pekerjaannya. Di jaman seperti ini, memangnya mudah mencari pekerjaan?

Paras Luhan bisa di bilang cukup tampan. Yah, jika ia mengenakan setelan jas serba putih di lengkapi segelas sampanye di tangan kanannya seperti sekarang ini, Orang-orang pasti tidak akan menyangka kalau dirinya hanyalah seorang fotografer.

Jam sudah menunjukan waktu hampir pukul satu pagi, tapi hingga detik ini Luhan masih belum menjumpai batang hidung seorang Kim Hana yang merupakan anak dari Direktur Utama di perusahaan majalah tempat Luhan bekerja. Oh, Hana adalah seorang model. Postur tubuhnya tinggi, badannya ramping, rambutnya di cat warna kemerahan dan ia memiliki bola mata berwarna biru berkat keturunan dari sang Ibu yang merupakan orang Eropa.

Sekitar dua jam yang lalu setelah acara inti dari Fashion Show itu selesai, Hana bertemu dengan beberapa rekan sesama modelnya dan mereka bercengkrama akrab menggunakan bahasa Inggris. Ia juga memperkenalkan Luhan kepada beberapa kenalannya. Walaupun Luhan sebenarnya sama sekali tidak tertarik sekaligus tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan, tapi ia bertahan selama beberapa menit untuk menghormati Hana sebelum akhirnya pamit untuk menjauh dari sekerumunan orang asing tersebut. Dan sekarang sepertinya Luhan menyesali perbuatannya.

Tubuh Luhan sudah lengket. Ia lelah dan mengantuk. Yang ingin ia lakukan hanyalah kembali ke kamar dan tidur. Tapi ia tidak mungkin meninggalkan Hana sendirian karena sesuatu bisa saja terjadi pada perempuan berusia 22 tahun itu dan Luhan adalah satu-satunya orang yang harus bertanggung jawab atas dirinya. Jadi Luhan memutuskan untuk meletakan gelas sampanyenya yang baru di minum sedikit, lalu berjalan menyusuri kerumunan ribuan orang tersebut dengan harapan menemui sosok Kim Hana di antara mereka.

Luhan berjalan dengan pelan dan hati-hati. Kedua bola matanya bergerak menyusuri setiap sudut ruangan. Hampir seluruh ruangan itu di isi oleh model yang rata-rata memiliki postur tubuh serta gaya yang sama, Luhan jadi sulit untuk membedakan mereka. Dan mungkin saja, Luhan sudah melihat Kim Hana tapi ia tidak mengenali gadis itu. Ah, Ini melelahkan.

Belum mau menyerah, Luhan berjalan menuju ke lantai 2. Dari balkon di atas sana ia bisa melihat semua orang yang hadir dengan jelas. Retinanya meneliti setiap manusia yang ada di bawahnya, dalam hati ia berharap menemukan sosok Kim Hana di tengah kerumunan gadis-gadis ber-kaki jenjang yang ada disana.

Alih-alih menemukan Hana, atensi Luhan justru terpusat di satu titik. Seorang pemuda jangkung dengan setelan jas serba hitam yang menggenggam segelas sampanye di tangan kanannya sementara tangan kirinya sesekali di angkat untuk melihat waktu pada jam mahal yang melingkar disana. Gerak-gerik pria itu entah kenapa terlihat sangat mencurigakan di mata Luhan. Tidak seperti orang-orang lainnya, pemuda itu terlihat lebih was-was dan ia bahkan sesekali menekan sesuatu di telinganya dan mengatakan sesuatu. Terlihat persis seperti detektif yang ada di film-film.

Sejak kecil, Luhan memang selalu menyukai hal-hal yang berbau misteri dan kriminalitas. Kecanggihan teknologi yang di tampilkan di film-film tersebut selalu membuat dirinya terkagum-kagum. Luhan bahkan pernah mempunyai cita-cita untuk menjadi Polisi. Tapi impiannya ia kubur dalam-dalam karena Luhan mempunya phobia pada darah.

Masih sibuk mengamati pria yang sama, kini pria jangkung nan tampan itu meletakan gelas sampanyenya pada nampan kosong yang di bawa oleh seorang pelayan yang lewat. Pria itu tersenyum kecil pada si pelayan sebelum akhirnya bergerak ke arah sisi kiri aula sambil menekan telinga sebelah kirinya. Ia terlihat seperti sedang berbicara dengan seseorang melalui alat komunikasi yang tersembunyi. Luhan semakin tertarik dengan apa yang sebenarnya pria itu sedang lakukan. Apa ia benar-benar detektif atau semacamnya?

Klimaksnya, kedua bola mata Luhan melebar ketika pria itu mengeluarkan sebuah pistol dari balik jasnya. Ia menyembunyikan benda itu dengan tubuhnya sebelum berjalan cepat memasuki sebuah pintu yang entah akan membawanya kemana.

Apa-apaan itu tadi? Kemana pria itu pergi? Luhan jadi bertanya-tanya sendiri di dalam hatinya. Ada dua kemungkinan yang terlintas di otaknya saat ini. Kemungkinan pertama adalah, Pria itu adalah seorang polisi atau semacamnya. Dan kemungkinan kedua .. Pria itu mungkin saja adalah seorang pembunuh bayaran.

"Luhan!"

Fikiran Luhan langsung buyar begitu saja ketika sebuah suara melengking khas perempuan memanggil namanya. Ia memutar badannya cepat dan menemukan Kim Hana-orang yang sedaritadi di carinya-berdiri di hadapannya dengan sebuah senyuman khas seorang model yang tidak pernah luntur dari bibirnya.

"Ah, kau mengejutkanku." Gumam Luhan, lalu di balas dengan kekehan dari sang lawan bicara.

"Maaf, Aku hanya takut kau tidak mendengarku," kemudian Hana memutar-mutar jari telunjuknya di sebelah telinganya, "Terlalu banyak suara disini, bukan begitu?"

Luhan mengangguk setuju. "Ya, memang." jeda sebentar, kemudian, "Oh, aku mencarimu daritadi. Kapan kau berencana kembali ke kamar? Aku sudah sangat lelah."

"Aku juga mencarimu! Aku bisa membayangkan bagaimana kau berdiri sendiri seperti orang bodoh di tempat yang asing ini." Gurau Hana di iringi tawa kecil, "Terlebih lagi kau sangat payah dalam bahasa Inggris, ya kan?"

Luhan memutar bola matanya malas, "Baiklah, kau sudah selesai menghinaku, hm?"

Hana tertawa centil lalu mendorong bahu Luhan pelan, "Aku bercanda, jangan seperti itu." katanya. "Omong-omong, aku sudah selesai jadi kita bisa kembali ke kamar sekarang."

"Ah, akhirnya." Luhan akhirnya bisa bernafas lega.

Kemudian keduanya berjalan bersama untuk keluar dari aula dan menuju ke kamar mereka masing-masing yang letaknya bersebelahan. Sepanjang perjalanan, Hana tidak henti-hentinya berbicara soal model-model tampan yang ia temui di acara hari ini. Walaupun ia sudah di jodohkan dengan seorang anak dari pengusaha kaya di Korea, tapi tetap saja ia berperilaku seolah-olah ia adalah gadis muda yang masih dalam proses pencarian pendamping hidup. Luhan benar-benar tidak mengerti.

Ketika keduanya sampai di depan pintu kamar masing-masing, Hana tiba-tiba bersuara, "Ah, Luhan,"

Luhan yang sudah membuka pintu kamarnya dan siap untuk masuk menghentikan gerakannya. Ia menoleh dengan alis terangkat, "Ya?"

"Kita akan kembali ke Korea hari ini dan mengambil penerbangan pagi, Jadi pastikan kau tidak bangun terlambat, oke?"

Luhan hanya menanggapi dengan anggukan sebelum akhirnya keduanya memasuki kamar mereka masing-masing dan mengunci kembali pintu.


Hakdong Apartment, Seoul.

5:30 AM (KST)

Luhan benci pesawat.

Luhan benci penerbangan jauh.

Luhan benci berada di dalam pesawat selama ber jam-jam.

Karena setelahnya ia pasti akan merasakan Jet Lag yang sangat amat parah. Seperti sekarang ini. Ketika sampai di apartmentnya, Luhan langsung menjatuhkan dirinya di atas kasur dan terbaring lemas bagaikan manusia tak bertulang. Keringat dingin bercucuran di dahinya dan nafasnya tidak beraturan. Kepalanya terasa pusing, seperti masih melayang-layang di atas awan. Pada saat seperti inilah Luhan merasa keputusannya untuk tinggal sendirian benar-benar bukan ide yang baik. Karna pada saat seperti ini, jika sesuatu terjadi padanya maka tidak akan ada satupun orang yang tau dan tidak akan ada yang menolongnya.

Dulu, sebelum Luhan hidup sendiri di Korea dan bekerja sebagai fotografer seperti sekarang, Luhan hidup bersama kedua orangtuanya di tempat kelahirannya, China. Mereka hidup normal dan serba berkecukupan disana. Hingga akhirnya sang Ibu meninggal dan sang Ayah mulai sibuk berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain untuk urusan bisnis, Luhan akhirnya memutuskan untuk kuliah di Korea dan memutuskan untuk menetap disana. Luhan tidak mau harus mengikuti sang Ayah yang terus-terus berpindah negara setiap bulannya. Lagipula ia tidak berniat melanjutkan bisnis sang Ayah, Jadi ketika Luhan menginjak usia 19 Tahun, saat itulah ia memulai hidupnya sendiri.

Meskipun begitu, hingga kini sang Ayah masih sering mengiriminya uang dalam jumlah tertentu. Walaupun Luhan tidak pernah tau lagi dimana Ayahnya dan seperti apa rupanya sekarang.

Pandangan Luhan mulai kabur, sinar cahaya lampu yang berada tepat di atasnya mulai terlihat berbayang-bayang. Luhan merasa seperti melayang-melayang sebelum akhirnya semuanya gelap dan ia tidak sadarkan diri.


Photo Studio, Seoul.

07:45 am (KST)

Bip!

Mesin berbentuk kotak itu mengeluarkan bunyi sekali ketika Luhan menempelkan kartu tanda pengenalnya pada bagian Scan mesin tersebut. Setelah data dirinya muncul secara singkat pada layar kecil disana, Barulah Luhan melangkah memasuki studio foto. Sebuah ruangan sederhana yang menjadi tempat Luhan mencari setiap keping won untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Suasana studio cukup ramai seperti biasanya. Hari ini beberapa properti baru di datangkan dan Luhan bisa melihat beberapa orang asing mengangkat-angkat kardus di dalam sana.

Luhan memasuki ruangan lainnya, sebuah ruangan dengan tiga buah komputer, sofa, rak buku, dan tetek bengek lainnya yang sudah menjadi teman akrabnya sehari-hari. Di sinilah tempat dimana foto-foto yang ia ambil di olah dan di pilah, untuk mendapatkan foto terbaik dari yang terbaik.

Oh, Luhan tidak menempati ruangan itu sendirian. Ia bersama Kim Jongdae, Ia bertugas sebagai pencari model dan ia juga memiliki peran penting sebagai peningkat mood dalam tim mereka. Dan Zhang Yixing, seorang pekerja keras berkebangsaan China yang kerap membantu Luhan dalam urusan fotografi dan juga editor foto.

Selain Yixing dan Jongdae masih banyak lagi orang-orang yang kerap bekerja sama dengan Luhan setiap harinya. Si penata busana Byun Baekhyun, Penata pencahayaan Do Kyungsoo, dan juga si penata properti Kim Minseok. Baiklah, kalian akan bertemu dengan mereka semua nanti.

Yixing sedang sibuk dengan komputernya ketika Luhan melangkah memasuki ruangan. Pria berusia 23 Tahun itu bahkan tidak menyadari keberadaan Luhan. Ia memang selalu seperti itu ketika sedang fokus pada pekerjaan, Jadi Luhan hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil terkekeh pelan dibuatnya.

Ketika Luhan membuka jaketnya dan meletakan tasnya di atas sofa, baru pada saat itulah Yixing menyadari keberadaan Luhan. "Oh, Luhan!" Sapanya dengan mata berbinar. "Kau sudah kembali dari New York?"

Luhan mendengus pelan, kemudian mengangkat bahunya santai, "Begitulah," katanya singkat, kemudian mengambil kameranya dari lemari dan membawanya ke meja di samping Yixing, "Kalau belum, mana mungkin aku ada disini?"

"Ahh, pasti menyenangkan jalan-jalan di luar negri. Oh, kau juga naik kapal pesiar, kan?"

Memang harus di akui, menginap dan menikmati fasilitas di salah satu kapal pesiar termewah di Dunia adalah salah satu pengalaman yang cukup menyenangkan. Luhan mengangguk membenarkan, "Ya. Tapi kapal itu terlalu besar sampai aku rasanya harus menetap disana selama satu bulan untuk menghafal denah kapal tersebut." Jawab Luhan sambil sibuk membersihkan lensa kameranya.

"Ah, aku benar-benar ini, kau tau?" kata Yixing dengan nada sedih yang dibuat-buat. Sementara Luhan hanya terkekeh kecil, lalu Yixing kembali melanjutkan pekerjaaan di komputernya.

"Ngomong-ngomong, dimana Jongdae? Belum datang?"

"Dia sudah datang tadi, pagi-pagi sekali, tumben. Tapi kemudian ia pergi lagi, Katanya menjemput model baru untuk pemotretan busana Musim gugur."

Alis Luhan terangkat, "Model baru?" Telinganya tadi tidak salah dengar, kan?

"Ya, model baru." Yixing membenarkan. "Kau tidak tau kalau kontrak Nam Doojeon sudah habis?"

Luhan menggeleng polos.

"Aku baru saja memberitahumu." Sahut Yixing. "Dan persiapkan dirimu untuk bekerja sama dengan orang baru lagi."

'Menyebalkan.' Fikir Luhan.

Luhan membereskan kembali peralatan pembersih lensanya sebelum akhirnya kembali memasangkan lensa pada kameranya. Ia mengambil gambar Yixing secara sembarangan, untuk mengetes kameranya.

"Aish. Cobalah pada objek lain, kau menyebalkan." Omel Yixing ketika dirinya tiba-tiba di kejutkan dengan kilatan flash dari kamera milik Luhan.

"Maaf, maaf." gumam Luhan sambil terkekeh dan menghapus foto tersebut dari kameranya. "Aku keluar dulu." Pamitnya, sambil mengalungkan kameranya di leher dan berjalan keluar dari ruangan kerjanya.

Beberapa kardus sudah tersusun rapih di sudut ruangan ketika Luhan kembali ke studio foto. Di depan kardus-kardus itu terlihat Minseok yang sedang sibuk mendata barang-barang tersebut dengan sebuah iPad di tangannya.

Luhan berjalan menghampiri pemuda yang sedang sibuk tersebut, "Pagi yang sibuk, Minseok-ah?"

Yang di sebut namanya menoleh, Wajahnya berubah cerah ketika melihat Luhan. "Oh, Luhan! Kau sudah kembali?"

Nah, Luhan mulai bosan mendengar pertanyaan yang sama itu berkali-kali hari ini. "Ya, begitulah." Jawabnya singkat. Tidak mau di tanya lebih lanjut lagi, Luhan segera mengalihkan pembicaraan, "Semua properti ini, kita akan memakainya untuk pemotretan?"

Minseok mengangguk membenarkan, "Oh, iya. Properti lama banyak yang sudah jelek dan tidak layak pakai. Jadi aku meminta Sajangnim untuk membeli beberapa properti baru," Lalu kemudian wajahnya berubah gusar, "Tapi aku tidak tau ia akan membeli sampai sebanyak ini. Aku bingung bagaimana harus mulai mendatanya."

Luhan tertawa kecil kemudian menepuk pundak rekannya itu, bermaksud memberi semangat, "Kau pasti bisa, kawan. Fighting!"

"Aish, kau ini memang paling pintar memberi semangat, eh? Aku yang bekerja keras tapi kau yang justru mendapat liburan ke New York."

"Yah, aku juga bekerja keras, kau tau?"

Minseok tertawa, "Bercanda." katanya singkat, lalu mendorong Luhan pelan untuk menjauh, "Sekarang aku harus bekerja, jadi jangan ganggu aku, mengerti?"

"Eish, kau ini benar-benar.." Luhan mencibir sambil perlahan meninggalkan Minseok.

Tidak jauh ia berjalan, tiba-tiba mata Luhan menangkap sesosok pria berperawakan mungil dengan rambut coklat dan dua gelas kopi di tangannya tersenyum ke arah Luhan dari kejauhan. Byun Baekhyun, tidak salah lagi. Pria itu berjalan dengan riang ke arah Luhan, jadi Luhan memutuskan untuk berhenti melangkah.

"Luhaeeen!"

Nah, Lihat? Dari caranya menyapa orang saja sudah bisa di simpulkan bagaimana kepribadian orang yang satu ini, kan?

"Berapa kali aku harus memintamu untuk berhenti memanggilku seperti itu, huh? Lagipula aku lebih tua darimu, panggil aku hyung!" Hardik Luhan sembari meninju lengan Baekhyun pelan.

Sementara Baekhyun justru terkekeh pelan lalu berkata, "Yah. Itu kah yang mau kau katakan padaku setelah berhari-hari berpisah antar negara, huh? Kau meninggalkanku beberapa hari terakhir dan kau tidak merindukanku?"

"Yah. Jangan berlebihan. Aku hanya pergi selama dua hari dan itu pada hari libur, kenapa kau melebih-lebihkan semuanya, huh?"

"Ah, aku benar-benar kecewa padamu, kau tau?" Baekhyun membuat ekspresi kecewa yang dibuat-buat dan berhasil membuat Luhan geleng-geleng kepala di buatnya. Tapi kemudian pria yang lebih mungil itu justru memberikan segelas kopi pada Luhan, "Walaupun kau tidak pernah membalas perasaan sayangku tapi aku akan selalu sayang padamu, Hyung."

Luhan tertawa pelan kemudian memukul bahu Baekhyun pelan sebelum akhirnya mengambil kopi dari tangan pria mungil tersebut, "Terima kasih, aku tau kau menyayangiku." gurau Luhan, kemudian menyesap kopinya.

Baekhyun akhirnya terkekeh juga, lalu berkata, "Ah, Tadi aku bertemu dengan Jongdae dan dia bersama dengan model baru kita. Kau sudah dengar, kan?"

Luhan mengangguk, "Ya, Yixing memberitauku tadi. Jongdae sudah datang?"

"Ya, dia tadi di parkiran, Kurasa .. " Baekhyun memutar badannya ke belakang, dan tangan kanannya menunjuk ke arah pintu masuk, "Tepat sekali. Itu dia."

Luhan mengikuti arah yang di tunjuk Baekhyun dan ternyata benar saja. Kim Jongdae berjalan masuk dengan seorang pria jangkung yang jauh lebih tinggi darinya berjalan di sampingnya.

Nafas Luhan tercekat ketika melihat pria itu. Bukan, bukan karena wajahnya yang tampan. Tapi karena .. Pria itu, adalah pria yang Luhan lihat di New York beberapa hari yang lalu.

"Dia sangat tampan, kan?" Bisik Baekhyun.

Luhan hanya diam tanpa berkata apapun. Kedua matanya tidak berkedip menatap pria tersebut. Tidak salah lagi. Luhan mengingat dengan jelas wajah itu.

Pria yang berlagak seperti detektif-atau pembunuh bayaran-dengan senjata tajam.

Bagaimana mungkin dia adalah seorang model?

"Woah, Luhan hyung, senang kau sudah kembali!" Sapa Jongdae langsung dengan senyum cerahnya. Sementara yang di sapa tidak bergeming sedikitpun.

Hening.

Baik Jongdae, Baekhyun, maupun si model baru itu, ketiganya sama sama terdiam hening melihat Luhan yang menatap si model baru itu tanpa bernafas dan tanpa berkedip sekalipun.

"Yah, hyung." Baekhyun mencubit lengan Luhan sekali, dan sukses membuat pria itu akhirnya tersadar.

Luhan mengerjap beberapa kali dan menarik nafas yang sedaritadi secara tidak sadar di tahannya. "A-apa? Kau mengatakan sesuatu?" katanya dengan nada polos pada Baekhyun dan Jongdae.

"Mwoya." Baekhyun menatap Luhan bingung, "Ada apa denganmu, hyung?"

"Ah, maaf, maaf, aku kurang fokus."

Jongdae tertawa pelan, kemudian mengarahkan tangannya di depan pria jangkung yang tadi sukses membuat Luhan membeku selama beberapa detik. "Hyung, perkenalkan. Ini Oh Sehun. Dia adalah model baru untuk busana musim gugur kita kali ini."

Pria yang akhirnya Luhan ketahui bernama Oh Sehun itu membungkukan badannya sambil tersenyum sopan, "Mohon kerjasamanya."

Sementara Baekhyun membalas sapaannya, Luhan justru kembali terpaku dan lagi-lagi tidak bisa mengalihkan pandangannya dari sosok Oh Sehun.

Luhan yakin sekali ia tidak salah orang. Oh Sehun adalah orang yang ia lihat di New York waktu itu. Saat itu Luhan tidak sedikitpun mengalihkan pandangan jadi ia yakin dengan apa yang di lihatnya. Hanya saja, Oh Sehun yang hari ini berada di depannya sedikit berbeda. Tidak terlihat serius, tegang, dan menakutkan. Lebih terlihat ramah, sopan, dan ia bahkan mempunyai senyuman yang hangat.

"Aku Byun Baekhyun tapi kau bisa memanggilku Baekhyun. Aku bertugas sebagai pengatur busana. Dan ini .. " Baekhyun menoleh ke arah Luhan yang masih sibuk dengan fikirannya sendiri. Ia menghela nafas berat, sebelum akhirnya kembali tersenyum ramah pada Sehun, "Ini Luhan hyung, dia adalah fotografer yang akan memotretmu nanti." katanya, berinisiatif untuk memperkenalkan hyungnya yang sedang entah kenapa itu.

Sehun mengangguk mengerti, lalu tersenyum pada keduanya. "Senang bertemu dengan kalian."

"Nah, kalau gitu, Baekhyun-ah. Langsung saja antar Sehun ke ruang ganti, pemotretan di mulai satu jam lagi." kata Jongdae.

Baekhyun mengangguk, "Baiklah. Sehun, ikut aku."

"Ah, ya." Sehun membungkuk singkat pada Jongdae dan Luhan sebelum akhirnya berjalan mengekori Baekhyun.

Bahkan ketika Sehun pamit, Luhan tidak bergeming dan masih sibuk memperhatikan pemuda itu. Hingga akhirnya Jongdae menghampirinya dan memukul kepalanya sekali, barulah Luhan kembali mendapatkan akalnya.

"Yah, kau ini kenapa? Aku tau dia tampan tapi apakah kau harus memperhatikan dia sampai seperti itu?"

Luhan meringis sambil mengusap kepalanya pelan, "Jongdae-ya. Dimana kau menemukan orang seperti dia?"

Jongdae mengangkat alisnya karena tiba-tiba Luhan berbicara dalam bahasa China. Ia memang bukan orang China, Tapi Jongdae adalah orang yang cerdas dan cukup menguasai berbagai bahasa asing.

Jongdae melirik Sehun dan Baekhyun yang sedang berhenti sebentar untuk berbicara dengan Minseok dan Yixing, kemudian menjawab, "Seseorang memperkenalkan dia padaku."

"Seseorang?"

"Ya."

"Siapa?"

"Apa pedulimu? Memangnya itu penting?"

"Tidak, maksudku, apa kau yakin dengan kualitasnya? Kau tidak bisa membawa siapa saja kesini dan menjadikannya model hanya karna ia tampan."

"Yah. Ada apa denganmu hari ini, huh? Kau tau aku tidak pernah memilih orang yang salah. Apa kau meragukanku sekarang?"

"Tidak, bukan begitu." Ah, bagaimana menjelaskannya pada Jongdae?

Jongdae menepuk pundak Luhan beberapa kali sambil berkata, "Beritau aku jika ia melakukannya dengan buruk. Aku bertaruh apapun untukmu." katanya, sebelum akhirnya pergi meninggalkan Luhan.

Luhan terdiam di tempatnya. Ia menoleh ke arah Sehun yang masih berdiri di samping Baekhyun dan berbicara dengan Minseok dan Yixing.

Oh Sehun ... siapa kau sebenarnya?


Cie kan post ff baru lagiiii. huhu hunhan lagi hunhan lagi. kangen hunhan banget jadi begini deh ;'( Gimana cerita kali ini? semoga pada suka yaaa. Jangan lupa fav, follow, sama review! Makasih banyaaakkkk 3