Chapter 7

.

.

.

.

"Souma! Apa yang telah kau lakukan pada Erina-chiii!" Seru Yuuki sambil menjambak kerah baju Souma. Pria itu menggeleng cepat tidak mengerti, membuat perempuan itu makin marah.

"Souma! Kami sudah dengar semuanya dari Ishiki-senpai, kau yang telah menciptakan tanda laknat di sekujur tubuh Nakiri-san dan membuatnya terancam oleh Azami.." jelas Ryouko. Souma pun akhirnya paham situasi, rahasianya telah terbongkar dan sekarang Erina pasti di bawa oleh bapak mesum itu pergi dari sini.

"Begitu ya.. berarti aku harus bertindak.." ujarnya dengan sangat jantan sambil membawa koper berisi pisau dapurnya, sontak semua orang kaget dan langsung peka akan apa yang dilakukannya. Pasti lelaki serampangan ini akan menantang Azami Shokugeki, mereka pun menarik lengan Souma bersama-sama.

"Jangan Souma! Kau mau menghancurkan hidupmu dengan tantangan itu?!" Seru Ryouko.

"Iya! Jangan lakukan hal berbahaya lagi! Mungkin saja ia akan langsung membunuhmu jika kau kalah pertarungan ini.." Yuuki juga melerainya. Namum Souma menepis mereka, menatap mereka dengan mantap.

"Jangan khawatir teman-teman.. yang kulakukan sekarang adalah untuk bertanggung jawab atas apa yang telah kulakukan pada Erina.. dan juga aku tidak ingin wanita yang ku cintai di rebut begitu saja!" Ucapnya penuh semangat. Yuuki dan Ryouko pun melepaskannya, mereka tidak bisa menahan semangat berapi-api itu.

"Souma-kun! Semangat! Rebut kembali wanita yang kau cintai itu!" Tiba-tiba Megumi datang dan menyemangatinya dengan berat hati. Souma pun tersenyum padanya.

"Ya! Terimakasih Megumi! Kau datang untuk selalu menyemangatiku.." Souma pun menghilang di balik pintu depan asrama. Air mata Megumi jatuh tiada henti, menghilangnya Souma berarti ia juga harus merelakan cintanya pada pemuda yang jelas hanya menganggapnya sebagai teman. Yuuki dan Ryouko pun memeluk Megumi dengan penuh haru.

.

.

"Hei! Apa yang kalian lakukan?! Kenapa menangis disini tanpa membantunya?!" Tiba-tiba Hisako, Alice dan Ryou datang ke hadapan mereka, Ikumi, Takumi dan Isami juga datang bersama mereka dengan persiapan senjata yang matang. Masing-masing memakai helem dan membawa tongkat basball seperti mau tawuran. Mereka bertiga cukup kaget dibuatnya.

"Ayo kita serang kastil Nakiri dan rebut tuan putri kita dari sergapan iblis!" Seru Alice penuh semangat, yang lain ikut bersorak. Yuuki dan Ryouko nibrung, Megumi mengusap air matanya dan tersenyum, ia ikut-ikutan untuk menyerang kastil yang penuh penjagaan itu.

"Ehem! Sepertinya kalian sibuk.." dan lagi hal yang tiba-tiba terjadi. Sang koki legendaris yang kemunculannya satu kali seabad ini datang bersama pak tua mantan direktur Tootsuki. Yukihira Joichirou dan Nakiri Senzaemon datang dengan sendirinya ke asrama itu, Fumio sang nenek penjaga asrama juga sepertinya akan ikut bersama mereka.

"Aku punya rencana! Pertama, kalian semua alihkan penjagaan, lalu aku dan kakek tua ini akan menerobos masuk dan menemui Azami untuk menghentikan kepemimpinannya! Yang kedua!" Joichirou menjeda kalimatnya "Yah.. nanti saja deh di kasih tahu.. nah selesai! Semuanya jalankan misi!" Seru Joichirou.

"Apa-apaan itu maksudnya.." keluh Yoshino.

"Entahlah.." sahut Souma.

.

.

.

Singkat cerita, Joichirou berhasil membawa Azami dan central menuju ring Rentai Shokugeki. Setelah berbagai macam kejadian mengejutkan terjadi, keajaiban berpihak ke sisi pemberontak, team Azami kalah dan ia pun mundur dari Tootsuki dengan putus asa, impiannya gagal di tegakkan.

Dengan perginya Azami dan bubarnya Central, kursi dewan elit langsung diisi oleh para pemberontak. Souma menjadi kursi pertama, dan Erina.. menjadi direktur Tootsuki. Sungguh mencengangkan, tapi itulah faktanya.

Setelah hari yang panjang seperti neraka itu berlalu, Tootsuki kembali berjalan normal. Tapi tidak semuanya, karena orang nomor satu di Tootsuki sekarang adalah Yukihira Souma yang baru satu tahun di Tootsuki. Ia menjadi sibuk dengan banyak tantangan Shokugeki yang berdatangan padanya. Begitu pula Erina yang disibukkan dengan bisnis, ia menjadi Direktur dan disibukkan dengan banyak sekali pekerjaan yang ia tanggung.

Akibay kesibukan masing-masing, mereka jadi jarang bertemu. Erina menjadi gelisah setiap kali ia ingin menemui Souma malah di halangi dengan pekerjaan.

"Maaf ya cucuku, kau harus menanggung beban berat di umurmu yang sangat muda.." ujar Senzaemon sambil menyeruput secangkir teh di ruang Direktur Erina. Erina menggelang pelan.

"Mau bagaimana lagi, aku sudah di percayai memegang Tootsuki ini.. maka sudah kewajibanku menanggung semua ini.." jawabnya. Senzaemon tersenyum lebar, benar-benar cucunya yang sangat tangguh.

"Kalau begitu biarkan kakek tuamu ini memberimu hadiah kecil.." ujar Senzaemon kemudian. Erina sedikit tertarik dengan apa yang dibicarakan oleh kakeknya.

"Tinggalkan segala urusanmu untuk 2 hari ini, biar aku yang menangani sisanya.. bersenang-senang menghabiskan masa mudamu yang berharga.. kau punya pacar kan? Temui dia sebelum dia menjadi sibuk lagi.." sambungnya. Erina terbelalak, tak disangka kakeknya tahu ia punya pacar.

"Ke-kenapa kakek tahu?!"

"Oh?! Alice yang memberi tahu.. kau menyembunyikan fakta itu karena kau takut dengan ayahmu kan? Sekarang jangan khawatir.. aku akan melindungimu apapun yang terjadi.. lagian tujuan Yukihira Souma masuk Tootsuki adalah untuk bertemu denganmu.."

Sontak Erina merah padam, ia tak menyangka akan apa yang di katakan kakeknya. Ia pun tersenyum lebar, sambil menundukkan kepala kehadapannya.

"Terimakasih kakek, aku akan menemuinya.."

.

.

.

Souma menatap langit dari balik jendela kamar asramanya. Ia hanya merenungkan akan betapa sepinya ia tanpa ada Erina yang selalu mengomelinya.

"Ya ampun.. aku rindu dengan dada besarnya.." ujarnya sambil menghela nafas panjang.

"Apa kau cuma rindu dengan dadaku?! Souma bodoh?!" Tiba-tiba Erina muncul di depan kamarnya dengan pakaian wanita karirnya. Souma segera menoleh, melihat Erina yang sudah berada di depannya membuatnya berdebar-debar, mungkin dia sudah kangen berat.

"Kau cantik sekali, Erina.." sapanya seolah mengalihkan pembicaraannya, Erina pun tersipu malu dibuatnya.

"Hmp! Dasar mesum tukang gombal!" Responnya sambil memalingkan kepalanya.

Tiba-tiba Souma memeluknya, begitu erat dan hangat, Erina langsung meleleh akan pelukan yang ia rindukan itu.

"Aku bukan sedang menggombal.. aku benar-benar sangat merindukanmu.." ucapnya lembut di telinga gadis itu. Erina tersipu dangan wajah yang merah, ia pun melingkarkan tangannya ke pinggul pria yang sangat ia cintai itu.

Lama-lama Erina merasakan ada yang aneh, ada sesuatu yang keras menyentuh kulitnya.

"Tu-tunggu.. Souma-kun.. jangan bilang sekarang... Kyaa!" Erina terjerit saat tangan Souma jahil meremas bokongnya.

"Kenapa? Apa kau tidak merindukan tubuhku juga?!" Tanya Souma polos. Erina dibuat kesal akan kepolosan yang menyimpang itu.

"Dasar mesum! Dari awal kau memang cuma rindu dengan tubuhku huh?!"

"Hehehe, siapa juga yang tidak rindu dengan tubuh cantikmu ini.." Souma memijat payudara besar milik Erina dengan nafsu. Erina dibuat tak berkutik, Souma memang benar-benar pandai membuatnya tidak berkutik.

"Terserah kau saja!"

"Are.. marah toh.."

"Bukan gitu?!"

"Ya sudah kalau begitu malam ini lakukan sampai pagi!" Souma pun langsung menindih tubuh Erina ke ranjang dengan semangat.

"A-apa?!"

.

.

.

.

.

END

.

.

.

Akhirnya selsai hutang dengan satu fanfic ini. Syukurlah bisa di tamatin.

Buat yang review, follow, favorit, dan juga silent rider yanh telah membaca komik ini hingga terakhir saya ucapkan TERIMAKASIH BANYAK!