Menjalin hubungan secara sepihak memang buruk, apalagi jika berada di pihak yang dimanfaatkan. Tapi Sasuke tak akan pernah menyerah bahkan jika harus menyeret lelaki bebal macam Uzumaki Naruto untuk terikat dengannya.

Naruto © Masashi Kishimoto

Rated : T

Warning : AU, BL, OOC, typos, bahasa nggak baku, eyd hancur


chapter 1 : benci jatuh sendiri


"Sudah kubilang jangan menungguku."

Pemuda bersurai blonde itu memutar bola matanya malas begitu melirik ke arah lelaki yang kini menyandarkan punggungnya pada pintu kelas dengan wajah sedatar papan triplek. Tangan kanannya memegang ponsel sementara tangan kirinya berkacak pinggang. Terpaksa ia harus mematikan layar hpnya sejenak dan menyimpannya ke saku seragam demi meladeni siswa kelas sebelah ini.

Uchiha Sasuke-hanya menatapnya dalam diam. Memang ia lebih memilih keluar kelas setelah menyelesaikan ulangan hariannya dibanding duduk manis di bangku seperti siswa teladan walaupun pada dasarnya dia memang siswa paling penurut dan minta dituruti. Untuk apa berdiam diri di bangku hanya untuk menjadi patung penyambut teman-temannya selesai mengerjakan?

Lalu dengan berbekal ijin toilet, ia menyelinap dan berdiri di ambang pintu kelas kekasihnya-secara sepihak-diam asyik menonton keadaan kelas si blonde yang berbanding jauh dengan kondisi kelasnya. Ia tak takut dituding menipu guru, toh mulut masih bisa disumpal dengan benda bernama uang dan kedudukan.

"Apa kau meninggalkan kelas hanya untuk mencari ribut disini?" ketus sang blonde benar-benar terusik dengan kehadirannya.

"Mencari ribut? See, tanganku disini tak menggerayangimu." sahutnya datar membuat lawan bicaranya melotot.

"H-Hei! Sejak kapan kau bicara kotor-"

Sasuke langsung memotong perkataan kekasihnya. "Kotor? Ini bersih. Kalau kotor, apa pantatmu berkeringat, Manis?"

Uzumaki Naruto-pemuda baik-baik disini (secara mental)-langsung merinding. "Pergi sana!" usirnya yang tak direspon sama sekali.

"Kau tinggal duduk. Dan aku mengawasimu."

Naruto menghela napas berat. "Untuk apa kau mengawasiku?"

"Karena kau kekasihku, dan aku cemburu kau dekat dengan siapapun." katanya santai.

"Siapa yang bilang aku pacar mu!?" marah pemuda pirang itu tak terima.

Sasuke bersidekap. "Aku."

Safir biru laut itu menyipit tajam. "Gah! Pergi sana!"

Tampaknya Sasuke senang dengan tingkah pacarnya. "Yang benar 'Gay! Sini sayang!' " katanya dengan mimik datar tapi nada menantang.

Naruto menunjuk tepat di wajah Sasuke. "Kau! Pergi!"

Namun yang didapat hanyalah Sasuke balas menoyor kepalanya dan menunjuk meja Naruto. "Kau. Duduk manis. Biarkan aku mengawasimu."

Naruto langsung membalikkan badannya dan duduk di kursinya tanpa memperdulikan keberadaan sang Uchiha lagi. Mulutnya sibuk mendumel tentang Sasuke tanpa henti.

Yang tak ia sadari hanyalah Sasuke sebenarnya dari tadi memperingati siswi di kelasnya untuk mendekat ataupun mencampuri urusannya. Bahkan Naruto tak bisa melihat keadaan itu dimana seharusnya sang Uchiha yang menjadi idola dikerubungi oleh fangirlsnya.

"Dasar aneh! Ayam! Tomat-freak gila! ARGH brengsek!" dumelnya.

Naruto tak pernah mau menjalin hubungan dengan pria.

Sama sekali tidak.

Jawabannya? Karena dia juga seorang pria sejati.

Lalu pria sejati + pria sejati = gay kekal abadi.

Demi kolor milik Jiraiya-sensei yang tak sengaja dibawanya, Naruto masih mencintai dada wanita dan kenapa ia malah merasa diikat oleh satu orang menyebalkan macam Uchiha Sasuke?

Ia malah sudah dalam tahap PDKT dengan gadis sampul majalah remaja, Hyuuga Hinata, yang mempunyai banyak penggemar juga pengagum rahasia.

Lalu kena santet apa seorang bidadari macam Hinata bisa dekat dengan pemuda tampang tukang malak seperti Naruto? Atau memang murni?

Siapa yang tahu? Yang pasti, Naruto menaruh dendam pada cowok Uchiha itu!

Masa dia dipacari begitu saja secara sepihak!? Laki lagi! Memangnya gaya macho bungsu Uzumaki ini belum membuktikan dirinya lelaki sejati? Para gadis saja bisa patuh pada Naruto dalam beberapa menit tahap perkenalan*

*catatan : karena takut kena bogem

Sayangnya Naruto meragukan kemampuan pacar sepihaknya dalam menaklukan gadis bermuka boneka sekalipun dengan waktu seperkian detik. Hanya menatap gadis itu mungkin saja sudah luluh, puja kerang ajaib.

"Kupikir malah kau yang beruntung Nar!" Seorang pemuda bersurai coklat mengambil paksa kursi di sebelahnya tak merespon deathglare Uchiha bungsu di ambang pintu kelas.

Beraninya bulu anjing itu mendekati Naru-ku! batinnya geram.

Namun yang namanya Inuzuka Kiba takkan pernah paham meski sudah diberitahu berulang-ulang. Ia malah melambaikan tangan pada Sasuke bersamaan dengan tangan satunya merangkul pemuda pirang di sebelahnya erat. Dikira Sasuke senang dengan kedekatannya dengan pacarnya lalu menobatkannya menjadi lelaki termacho bulan ini.

Apa nyambungnya coba? -_-

"Lihat deh! Masa seganteng itu kamu maki?" tanya Kiba heran membuat temannya bergidik. "Otot perutnya aku jamin pasti membuatmu puas!"

Naruto mendorong Kiba dan memandangnya aneh. "K-Kau gay!?" tudingnya ngeri.

Kiba membelalakan matanya. "Kau homophobia!?"

Kemudian keduanya memasang muka sok tercengang, lalu detik selanjutnya berangkulan. "Kami berdua, sahabat sejati"

Sementara di luar Sasuke mendesis tajam begitu pacarnya dirangkul begitu. "Lepaskan tanganmu atau kupotong, Inuzuka" ancamnya membuat Kiba langsung menjauhi Naruto.

Pemuda pirang itu menunjuk Sasuke kesal, hendak melempar meja. "PERGI KAU, BEDEBAH!" usirnya malah membuat Sasuke bersemangat.

"Tidak mau, pacar bedebah" tanggap Sasuke kalem.

Naruto menghela napasnya beberapa kali. "Kuperingatkan kau untuk pergi dari kelasku, Uchiha!" tekannya memanggil marga Sasuke.

Sasuke berujar santai. "Uchiha itu banyak, sayang, kau pun akan aku Uchiha-kan nanti." komentarnya membuat para siswi dalam kelas klepek-klepek.

"KYAAAA~~ UCHIHA-SAMAAA~" jerit mereka bersamaan.

"Uwaaah sudah ganteng, romantis lagi! Kyaaaa!"

"Hih ngapain sih naksir Naruto? Aku nggak nih, bang?" (yang ini Zumi yang bilang #ditabok)

Naruto melotot, ia menatap tajam pada Sasuke. "Nyungsep aja lo ke lapindo!" ujarnya angkuh keluar meninggalkan kelas setelah menabrakkan bahunya pada bahu Sasuke.

Tak peduli dengan apa yang dilakukan oleh putra Uzumaki Kushina itu, Sasuke tetap memasang senyuman apik di wajahnya pertanda ia memang telah bahagia. Baginya saat Naruto menabrakkan bahunya pada bahu miliknya itu adalah adegan paling romantis yang takkan dilakukan oleh drama apapun, meski kenyataannya berbanding balik.

Aroma citrus menguar sejenak ke udara hingga Sasuke memejamkan matanya. Baginya aroma khas Naruto ini seperti aroma olahan tomat terenak, bahkan lebih dari itu.

"Astaga, bahunya benar-benar pas." racaunya sinting.


Sikap Sasuke tak bisa ditolerir lagi.

Bahkan seluruh orang pun tahu pemilik nama Uzumaki Naruto ini sedang marah besar dalam artian jangan mendekatinya radius 100 meter atau sekali salah bertingkah bisa dibacok tiba-tiba.

Agaknya sifat Naruto satu ini memang lebih parah dibanding cewek PMS!

"Bu, ramen 3 mangkok, buruan!" titahnya seenak udel menggebrak meja.

Sedangkan ibu-ibu berperut buntal itu menunjuk Naruto garang. "Kau belum bayar utang, Uzumaki!"

Cowok pirang itu memutar bola matanya. Ia malas kesana untuk memalak sang ibu kantin. Biarpun preman, nyatanya ibu kantin itu lebih ganas dibanding dirinya.

Naruto ingat ketika ia tengah memalak 20 mangkuk ramen bersamaan. Katakan ia gila memesan sebanyak itu, tapi lebih gila lagi jika sebagian disimpan di kulkas untuk dihangatkan besok.

Naruto menghela napas, ia mengeluarkan dompetnya dari saku. Malas juga mengeluarkan uang jajan dari ibunya. Biarpun anak keluarga berada, Naruto itu tipe manusia realistis yang kehidupannya ngirit.

Bayangkan betapa mempesonanya dia jadi suami idaman kaum hawa!

Ia berteriak lagi. "Ambil dompetku, dan taruh ramenku disini!" gebraknya lagi kasar banyak menimbulkan perhatian.

Pemuda itu mendelik sinis pada para lelaki dan perempuan yang memperhatikannya sekaligus yang asik berbisik membicarakan dirinya. "Apa liat-liat!? Ganteng? Dari sononya udah ganteng kali!" sewotnya sensitif.

Hari ini tuh udah kayak neraka banget buat Naruto, udah nggak ada temen ngantin sekaligus malak bareng, si Kiba yang selalu menemaninya tengah sibuk mengerjakan tugas remedial, kalau Naruto sih boro-boro ngerjain, ngeliat soalnya aja dia udah eneg, dan si ibu kantin yang bertambah galak padanya membuatnya ilfil.

Apaan sih! Ganteng gini! batinnya dalam hati kemudian menyisir surai pirang keemasannya membuat kaum hawa mulai tertarik.

"Yaampun keren banget!"

"Iyaa! Liat deh rambutnya! Fresh gitu kayak mi ayam!"

"Gilaa berkilau kayak lampu bohlam!"

Naruto mulai tak sadar jika pujian itu menyerempet jadi ejekan tak langsung meski mereka semua ikhlas melontarkannya.

"Apaan ini? Kamu mau nipu saya?"

Sang ibu kantin dengan kemoceng di tangannya berkacak pinggang melihat isi dompet Naruto. Kosong gitu, belagak bejibun!

Naruto menatap wanita itu heran. "Lah ada isinya kok! Liat dong!" cetusnya mengambil dompetnya kembali dan mengecek isinya ketika yang ditemukan adalah-

'Disita oleh Uchiha Sasuke. Mau ambil? Ke kelas, babe'

Naruto melotot membacanya. Ia menahan mual persis ibu-ibu hamil. Bedanya dia mual akibat kekejaman sikap si Uchiha satu itu!

"Ini lagi bocah kampret! Bu, bukan salah saya dong, bu! Kan dia yang ngambil!" protes pemuda itu tak terima nggak bisa jajan gegara uangnya diambil.

Dia menunjukkan secarik kertas itu pada ibu kantin sebagai bukti.

"Ibu nagihnya ke dia aja gih!" kata Naruto tersenyum lebar.

Ibu kantin yang semula bingung kini mulai lagi ekspresi marahnya. "Lah yang jajan kan kamu sekarang! Mau jajan? Ya ambil uangnya!" acuhnya membalikkan badan.

Mendengar itu orang-orang di kantin menahan tawa.

"Kasian ya! Ganteng-ganteng kere!"

Begitulah kebanyakan yang mereka katakan dengan maksud berbisik namun apa daya malh berakhir sebuah pekikan bervolume tinggi hingga terdengar sampai empunya.

Naruto beranjak dari bangkunya kasar. Sialan! Dia dibuat malu sekarang ini! Nggak cukup apa Sasuke ngebuat dia marah hari ini?

Tadi pagi nangkring di kelasnya, sok care ngeliatin, dan sekarang? Terus kapan dia mengambil uang Naruto dalam dompet? Perasaan di dalam saku celana sedari tadi.

Hiii, Uchiha dan sifat mistisnya patut dihindari!

Tapi yang jelas, Naruto badmood sekarang. Dia bakal labrak si Uchiha ini dan buktiin salah maling uang orang!

"Dasar sial-"

"N-Naruto-kun..?"

Suara lembut itu menyapa indra pendengarannya. Kalau suara bariton milik Sasuke dianggap iblis, maka suara lembut satu itu dijadikan suara malaikat.

Hyuuga Hinata, gadis remaja yang buat banyak cowok kesengsem berdiri di depannya. Surai indigonya terurai rapih ke belakang. Aroma parfumnya pun tercium oleh Naruto.

Naruto jadi gagu sendiri ketika melihat gebetannya. Dia merasa blank sesaat. Iyalah ngeblank! Jangan-jangan Hinata melihat keburukannya sedari tadi!?

"I-Iya? Ada... a-apa.. Hinata-san?" tanya Naruto ramah banget, berbanding jauh dengan tadi. "Eh Hyuuga-chan! Eh? Hyuuga-san.." ralatnya penuh typo.

Nah dua pemuda-pemudi ini tampak mirip jika bertemu. Naruto jadi gagu, Hinata makin gagu.

Hinata tersenyum tipis membuat para lelaki dalam kantin merasa surga sudah dekat. "Panggil saja Hinata, Naruto-kun.." ucapnya halus. "B-Boleh.. aku duduk disini?" tanyanya butuh ijin malu-malu.

Naruto terdiam sejenak memperhatikan figur Hinata.

Gila cantik banget!

Sementara para siswa mendengus dan mengutuk nama Naruto.

"Jangan-jangan Hinata-chan lagi kesambet sampai khilaf deketin Naruto!" seru mereka berapi-api.

Hinata tak peduli dengan ocehan mereka. Ia menatap bingung pemuda di depannya. "Naruto-kun?" ulangnya menyadarkan Naruto dari dunianya.

Pemuda pirang itu terkaget, ia menepuk jidatnya lalu berlagak bagai pengawal. "I-Iya boleh kok! Boleh banget malahan! Silakan duduk dimana aja, di sebelah mana aja, termasuk di hatiku-adow!" Naruto memukul mulutnya sendiri salah bicara.

Hinata tertawa pelan melihat cowok itu. Ia duduk di tempat sebelah Naruto. "Aku duduk disini ya?"

Pipi tan itu memerah. Ia mengangguk cepat. "Iya, silahkan!" ia duduk di samping Hinata.

Naruto hendak menepuk tangan memanggil si ibu kantin lagi, ketika wanita itu menatapnya tajam mengisyaratkan 'bayar-pake-uang-jangan-pake-hati'.

Tau aja yang lagi kasmaran!

Tapi Naruto jadi bingung sendiri. Dia kan duitnya disita semua sama Sasuke! Ngebayarnya pake apa dong? Ia melirik Hinata yang tengah memperhatikan menu.

Kalau ngaku? Gengsilah! Dimana-mana cowok yang bayarin, biar keliatan gentle!

"A-Aku pesan sandwich.." tunjuknya. "Naruto-kun.. pesan apa?"

Naruto sudah mulai berkeringat dingin. Plis ini ujian dunia-akhirat, kalau mau jawab, dia beneran pengen. Tentu saja ramen! Apalagi dong?

Tapi...

Hinata mengikuti arah pandang Naruto pada gambar ramen yang tertera pada daftar menu dan dompetnya. Ia tersenyum maklum. "A-Aku saja yang bayar.. ramen kan?" tanyanya memastikan.

Dunia pemuda bersurai kuning itu terasa jegar-jeger saat mendengarnya. Yaampun, beneran deh dia gak gentle banget jadi cowok, dibayarin cewek sih boleh-boleh aja. Tapi kalo dibayarin gebetan sendiri? Apalagi cewek!

Naruto dilema sendiri. Mau bayarin gaada uang, mau dibayarin tapi malu-maluan. Ia menatap kosong seperti orang kesurupan ketika hp disakunya berdering.

Naruto mengambil ponsel miliknya dan mengecek pesan yang masuk.

Uchihampret : yakin? Uangnya bakar ya?

Naruto jadi sensi sendiri membaca barisan itu. Ia membayangkan bagaimana wajah si bocah Uchiha kampret satu ini. Natap dia datar tapi ngehinanya ngena banget, belum lagi kalo Naruto udah kalah ngomong, si Sasuke bakal senyum kemenangan terus beralih godain dia.

Hinat menatap Naruto yang semula ceria mendadak suram. "N-Naruto-kun? Ada apa?" cewek itu menaruh dompet pink miliknya di atas meja lagi.

Naruto mau mewek tapi gabisa. Karena bokek, terus karena kesel tapi gabisa melampiaskan gegara gebetan di sebelah.

Naruto menatap ponselnya sekali lagi.

Uchihampret : heh bego, jawab

Naruto langsung beranjak dari kursi membuat Hinata terkejut. "N-Naruto-kun?" tanya Hinata kaget takut dia salah ngomong atau apa.

Menyadari reaksi Hinata, Naruto langsung melembut. Ia menatap Hinata seakan cewek itu bidadari. "Aku jual hp dulu ya, baru aku bayarin." kata Naruto beralasan yang alesannya nggak banget.

Mendengar itu, Hinata bingung sendiri.

Yang bener aja demi traktir dia dan Naruto sendiri makan di kantin masa sampai harus menjual hp cowok itu? Cewek bersurai indigo itu hanya tak tahu bagaimana semua isi dalam hp Naruto yang selalu kena teror.

Ia menahan lengan Naruto. "Enggak, duduk aja." titahnya lupa gagap tapi masih lembut seperti biasa. Ia kira Naruto nggak enak dia yang bayarin.

Naruto memandangnya bingung. "Maaf aku tak membawa uang, jadi akan kujual hpku, sebentar." kilah Naruto masih keras kepala.

Hinata menepuk bahu Naruto pelan, ia tersenyum tipis. "Aku yang bayarin, oke?" tawarnya. "Jangan nolak.." pesannya membuat Naruto termangu.

Cowok itu terdiam lama sebelum pipi tannya merah sendiri.

Senyumannya, suara lembutnya, bagaimana ia bertingkah, astaga.. Naruto sampai lupa moodnya yang tiba-tiba kembali lagi setelah adanya Hinata.

Bisa dibilang kalau Sasuke pembawa mood buruk, maka Hinata lah yang menggantinya dengan mood mimpi. Iya, serasa di mimpi kalau dekat dengan Hinata itu menurut Naruto.

Naruto mengangguk pelan. Ia menghela napas penuh penyesalan. "Maaf.. besok kuganti." ucapnya pelan.

Hinata tertawa kecil, ia menggelengkan kepalanya dan mengambil dompet pinknya lagi. "N-Nggak papa kok, santai aja, N-Naruto-kun.." ia berdiri. "Aku pesan dulu ya.."

Gadis itu berjalan menuju sang ibu kantin yang berubah ekspresi jadi ramah di depan Hinata.

Naruto tersenyum kagum memandang Hinata. Tuh selera Uzumaki Naruto! Tinggi banget kan? Iyalah! Sampai tingginya dia hampir mokad karena gengsi nggak bawa uang berakhir dibayarin gebetannya sendiri!

Sebenarnya ini bukan pertemuan pertama mereka, pada dasarnya Naruto sudah mengenal Hinata saat dikenalkan dengan Neji, sahabat Sasuke. Jauh sebelum si Sasuke nembak Naruto, jadi jangan sebut Bang Neji mengkhianati sahabat sendiri.

Iya, asalnya nggak sengaja, Naruto sudah naksir Hinata sejak awal MOS, dan dia baru tau bahwa Neji, kakaknya Hinata, makanya dia mau minta pin bbm.

Berawal minta pin, Hinata datang menemui Neji di kelasnya. Saat itulah scene dimana ada bunga bertebaran dan alunan musik dimainkan.

Wajar dong ya, mereka nggak terlalu canggung saat ini.

Uchihampret : Hyuuga ya?

Naruto mengernyit.

Naruto : maksud lu?

Cowok pirang itu melirik kanan-kiri, guna mencari hawa keberadaan Uchiha itu.

Uchihampret : bukan di kantin, tapi di hatimu, dobe

Naruto dibuat geram. Dasar bocah ini nggak tau arti romantis apa, iya sih Naruto leh ugha banget dibilang sayang tapi kan minimal katanya panggilannya bejibun. Mending kalo bagus semua ya ini, bego, dobe, apalagi nantinya.

Naruto : najis

Naruto : gausah ganggu kencan gue

Naruto tampak muram lagi tapi saat melihat Hinata kembali lagi menghampirinya mukanya berubah sumringah.

Tapi pemirsa, ini nggak adil buat pemain lain di TKP.

Uchihampret : hn, terserah, tapi hukum Uchiha itu kekal, Uzumaki Naruto

Uchihampret : apa yang kumiliki akan selamanya jadi milikku, dan itu termasuk kau.

Safir biru itu hampir loncat saat membaca teks yang terpampang di layar hapenya. Kalau Naruto adalah cewek remaja dengan hobil nyetalk cogan mungkin saja sekarang ia sudah jejeritan di atas meja.

Tapi...

Plis deh, dia cowok.

"N-Naruto-kun.. kok mukanya pucet?"

Naruto menengadah memandang paras cantik Hinata, ia menggeleng lemah. "Nggak kok."

Hinata tersenyum maklum. Mungkin saja Naruto sedang mengalami hal yang berat dan enggan menceritakannya, atau mungkin saat ini ia butuh privasi. "Oh, hm.. n-nanti.. pesanannya..diantar ibu kantin.." informasinya pada Naruto yang dijawab anggukan pelan.

Naruto was-was sendiri. Apaan sih nih Uchiha? Becandanya nggak lucu banget.

Naruto : gue bukan punya lo, gue punya mama Kushina dan calon kepunyaan gue Hinata Hyuuga, camkan itu, Uchihampret!

Enak saja Sasuke mengecap dirinya sebagai miliknya. Saat ini Naruto ini ogah dipunyai siapa-siapa selain Hinata dan keluarganya. Bahkan kakaknya, Kyuubi, dilarang bilang Naruto punyanya dia.

Uzumaki Naruto cuma punya mami Kushina, dan calon...

Naruto melirik Hinata yang tengah mengecek hapenya.

Hyuuga Hinata.

Tidak ada nama Uchiha Sasuke dalam kehidupannya. Tidak ada satu pun dan takkan pernah.

Uchihampret : kau tidak akan bilang itu nanti, dobe

Uchihampret : aku benci berbagi

Uchihampret : sekalipun threesome aku membencinya

Naruto kaget saat membacanya. Ini Uchiha memang dari dulu terlanjur sarap ya? Kok bahasanya vulgar banget dan nggak enak didengar!

"N-Naruto-kun..? Ada apa..?" tanya Hinata pelan menyadari perubahan mood Naruto kian menurun drastis.

Uchihampret : see, aku akan buat kau jatuh juga karena aku benci jatuh sendirian

TBC

Halo, ini fic baru Zumi di fandom Naruto, maaf Zumi nggak pake bahasa baku karna emang Zumi lebih nyaman pakai bahasa kayak gini^^

Fic ini sudah lama disimpan di draft Zumi karna sebelumnya Zumi sempet ngilang karna lupa pass makanya jadi SR (maafin Zumi plis)

Dan salam kenal untuk author-author dan reader sekalian, mohon bantuannya!

Terima kasih!

Zumikawaii