Drabbles and Ficlet Tenten

Untuk yang ulang tahun di hari gerhana matahari besok!

YEAY SPECIAL FOR TENTENS B'DAY

OTANJOUBI OMEDETOU BUAT PANDA IMUET KITA YANG SATU INI #tebarlopelope #tebarbungacinta #tebarsenyummuanizz #pelukeperybodeeh

\(^_^)/ ('-')

Ane sengaja publish satu hari lebih awal, coz besok ane harus melakukan perjalanan keliling dunia*catat-Madura doang XD* jadi dari vada telat, publish sekarang aje XD

Maaf ane hanya bisa menyuguhkan drabble & ficlet alay ini, ekekeke…. Semoga suka yaaa…. Luph yu all..!

.

HIDENTALE

Naruto © Masashi Kishimoto

[Neji x Tenten][Naruto x Tenten][Gaara x Tenten][Sasuke x TenTen]

Canon Setting

~Happy Reading~

[Nejiten]

Tentang Bunga…

Pagi yang cerah di Desa Konoha, secerah senyum yang terpatri dibibir mungil gadis berpakaian khas China yang berjalan riang menyusuri jalan-jalan ramai. Bibirnya tak henti bersenandung merdu, tak mau kalah dengan kicau burung yang terdengar beradu. Dan bibir itu tampak semakin melengkung lebar tatkala iris kecoklatan miliknya menangkap sosok yang memang ingin ditemuinya.

"Neji!" ia berteriak menghampiri sosok yang juga berjalan kearahnya.

"Selamat pagi!" sapanya riang.

"Hn" balas seseorang bernama Neji itu.

"Siap untuk latihan?" tanyanya masih tak menurunkan kadar senyumnya.

"Hn" tanggapan yang sama, nada yang sama, ekspresi yang sama.

Mereka mulai berjalan beriringan.

"Neji" desahnya lagi. Melirik sosok yang masih berjalan dengan anteng disampingnya.

"Hn" lagi-lagi, dengan irama yang sama.

"Hari ini indah sekali, ne?"

Kali ini, pemuda itu melirik.

"Hari yang special" desahnya dengan mata terpejam, kedua tangannya ia lipat kebelakang kepala, wajahnya mendongak menatap langit pagi.

Ini hari yang special, tapi sepertinya rekan satu timnya ini tak ingat. Ia masih tersenyum, meski lebih terlihat seperti raut kekecewaan. Lihat saja? dia tak menanggapinya lagi.

"Neji, apa kau tau hari apa ini?" tanyanya lagi, masih berjalan dengan mata terpejam. Lagi-lagi tak ada tanggapan. Membuatnya harus menurunkan kadar senyumnya. Ah, memang apa yang ia harapkan? Apa ia berharap bahwa pemuda yang telah lama disukainya ini akan peduli pada hari specialnya? Apa ia berharap pemuda datar sepertinya akan ingat hari ulang tahunnya? Yang benar saja!

"Neji, kau mendengarku tidak?!" ia bertanya dengan nada kesal.

"Aku dengar, Tenten!" sahut suara dari kejauhan.

Eh?

Tenten langsung membuka matanya cepat, barulah ia sadar bahwa Neji tidak lagi berdiri disampingnya. Tenten membalikkan tubuhnya pelan, dan seketika matanya terbelalak lebar, kedua tangannya bergerak menutup mulutnya tak percaya, air mata jatuh tampa ia duga. Melihat Neji telah berdiri disana, 10 meter darinya, dengan setangkai bunga dan sebuah kotak persegi dikedua tangannya. Dia tampak menyunggingkan senyum terbaiknya, senyum yang tak pernah dia tampilkan pada siapapun selain dia, Tenten.

Gadis itu hanya mematung ditempat dengan air mata haru yang masih meluncur deras.

"Otanjoubi Omedatou, Tenten!" ucapnya tersenyum. Kemudian berjalan pelan menghampiri gadis bercepol dua yang masih beku diposisinya.

Neji menyulurkan kotak persegi itu padanya. Tapi bukannya menerima, Tenten hanya memandang tampa kedip kearahnya.

"Ne..Neji?!"

"Kau tak mau menerimanya?! Baiklah aku_"

"Aku mau!" dengan cepat Tenten mengambil benda berbungkus indah itu. Bibirnya mengerucut, kontras dengan pancaran matanya yang berbinar bahagia. Neji kembali memberikan senyum simpulnya. Tangannya kirinya yang bebas beralih menghapus cairan bening yang masih meluncur dikedua pipi chubby gadis berambut coklat itu.

"Dasar cengeng!" ucapnya. Dan hanya dibalas dengan pukulan ringan dari gadis yang kini tersenyum hangat padanya.

Neji mengangkat tangan kanannya, memperlihatkan bunga Anyelir Putih padanya. Tenten kembali meraihnya cepat dengan binar yang lebih terang. "Arigatou!" soraknya girang.

"Aku tak mau menerima ucapan terima kasihmu!" perkataan cepat Neji yang terkesan dingin membuat sebelah alis Tenten mengernyit kaget.

"K-kenapa?!"

"Dan jangan menemuiku lagi!" tandas pemuda itu ketus. Sembari melangkah menjauh.

"H..Hei! Apa maksudmu, Neji?!" panic Tenten, tak mengerti dengan apa yang baru saja diucapkan pemuda itu.

"Temui aku, saat kau sudah tau apa arti dari bunga itu!" ujarnya, kemudian melompat dan menghilang dalam hitungan detik.

"Huh?!"

Tenten hanya bisa mengerjapkan matanya bingung.

'Baiklah! Aku akan menanyakannya pada Ino'

.

.

.

.

.

Anyelir putih

"Rasa cinta yang sangat dalam"

.

.

FIN

[Naruten]

Karena Aku Juga….

Perang telah berakhir, dan kemenangan berada dipihak Shinobi. Dunia ninja telah damai, memberi senyum cerah disetiap wajah. Meski tidak semuanya.

Perang selalu menyisakan korban, membuat banyak diantara mereka harus meninggalkan atau ditinggalkan. Selalu ada yang dikorbankan, untuk mencapai sebuah kemenangan, begitulah hukumnya. Dan gadis berambut coklat itu merasakan semuanya. Ia telah ditinggalkan, seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya kini telah meninggalkannya. Membiarkannya menjalani hidup ini sendirian.

Dulu, bahkan hingga sekarang, ia selalu membayangkan sebuah keluarga kecil yang bahagia dengannya. Mempunyai dua anak kembar laki-laki dan satu putri. Tapi toh bayangan tetaplah bayangan, mimpi tetaplah mimpi, yang saat ia membuka matanya, semuanya telah usai. Tak akan mejadi nyata. Tidak akan!

Ia hanya bisa berdiri tegak, memandang nanar undunkan tanah yang telah tiga tahun menelan kekasihnya. Kemudian kelopak matanya mulai terpejam, membiarkan dirinya berangan dengan bebas.

'Hai, kau yang disana! Apa kau merindukanku?' ia tersenyum manis tatkala gendang telinganya seolah mendengarpemuda itu berkata 'Tidak'-lengkap dengan wajah yang dipalingkan dan rona merah yang tak bisa disembunyikan.

'Tidak ya? Ah padahal kau beruntung sekali, karena dirindukan gadis manis sepertiku.' ia tertawa kecil dengan mata yang masih terpejam, tak peduli pada angin yang mengibarkan helai panjang kecoklatan miliknya.

"Tenten!"

Sebuah suara yang tiba-tiba menyela menyentakkannya dari lamunan. Suara itu, ia tau betul siapa pemiliknya. Seseorang yang hampir setiap minggu datang ketempat ini, untuk kemudian berdoa bersamanya.

"Naruto!"

"Sudah lama?" tanyanya yang kemudian mensejajarkan posisinya dengan gadis itu.

"Tidak, tidak terlalu" jawabnya tersenyum. Pemuda jabrik itu balas tersenyum, untuk kemudian mereka akan sama-sama tenggelam dalam melodi kenangan.

Angin yang menabuh lembut menambah sepi suasana. Membawa sihir yang menenangkan, agar dua manusia itu semakin larut dalam lamunan.

'Hoi, Neji. Terima kasih ya!' ia mulai bergumam dalam diam. Sudah tiga tahun, dan kata itu tak pernah tanggal dari angannya. 'Terima kasih, meski aku tetap marah padamu karena harus berkorban untukku, dattebayo!' bersitnya lagi.

'Kau tenang saja! Aku pasti akan menunaikan janjiku!' ia mulai mengembangkan senyumnya.

'Aku pasti akan menjaganya, untukmu!' entah ia sadar atau tidak, kini senyumnya makin lebar.

'Ah tidak!Tidak hanya untukmu, tapi juga untukku. Maaf aku agak lamban memang, tapi aku tak bisa melakukannya hanya atas dasar janji ataupun kasihan,' ada rona yang menjalar pelan.

'Tapi karena aku…..,' matanya terbuka untuk melirikan ekor sapphire miliknya pada gadis auburn yang masih tenggelam dalam angan-angan.

'Karena aku juga mencintainya!'

.

.

.

FIN

[Gaaten]

Karena Kita Sama…

Matahari menyorot tepat di tengah langit, dan gadis itu masih betah memandang damai Desa Daun Tersembunyi, seolah tak peduli pada sengat surya yang kian panas.

Ia tersenyum sekilas, melihat anak-anak generasi masa depan yang berhamburan keluar dari akademi.

Satu kekehan meluncur saat kaset masa lalu kembali berputar diingatannya.

'Aku ingin memiliki banyak anak, dan mereka menjadi Shinobi yang , bagaimana denganmu?'

'Aku?'

'Ya, apa kau tak ingin punya anak?'

'Aku…..,' dia lagi-lagi memalingkan wajahnya.

'..Ingin dua!' lanjutnya dengan raut yang memadam.

Dan kekehannya semakin lebih dengan getar tubuhnya yang makin kentara.

"Aku tak tau jika kau hobi tertawa sendiri"

Suara itu muncul tiba-tiba membuatnya terlonjak seketika.

"Se..Sejak kapan kau disini?" tanyanya mengerjapkan mata. Melihat seorang pemuda yang tadi berdiri dibelakangnya kini mensejajarkan posisinya.

"Benar-benar Kunoichi hebat, tak bisa menyadari keberadaanku" ejeknya.

"I..itu... Aku_"

"Teringat lagi!"

Tenten menunduk, tanda mengiyakan. Sosok itu menghela nafas. Ia lipat tangannya didadasetelah memakaikan tudung kagenya pada gadis coklat disampingnya, agar sedikit memberi teduh. Jubah kebesarannya tampak berkibar tertabuh angin, seirama dengan helai merah batanya yang melambai-lambai.

Hening beberapa saat, membiarkan terpaan angin menyusup bertemu gerah.

Entah sejak kapan, tempat ini menjadi ajang pertemuan tak sengaja mereka, entah sejak kapan mereka mulai terbiasa dengan kehadiran masing-masing, dan entah sejak kapan pula saat-saat seperti ini selalu dinanti dua manusia terpisah desa. Entah mereka sadar atau tidak, bahwa ikatan ghaib itu telah menjerat mereka untuk melihat satu sama lain, tak bisa berpaling, tak bisa menyangkal, bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain.

Mereka, saling mengerti satu sama lain, saling mengisi satu sama lain. kerena mereka mengalami hal serupa, mereka merasa sama, mereka sama. Sama-sama pernah ditinggalkan, sama-sama kesepian, sama-sama sendirian, dan mereka, juga akan sama-sama menghapusnya. Bersama.

"Mau ke Ichiraku?" langkah pertama dimulai olehnya, pemuda itu.

Si gadis menoleh, kemudian senyuman hangat merekah dikedua belah bibirnya.

"Ide yang traktir, Kazekage-sama!" jawabnya. Satu cengiran terpatri, khas seorang Tenten Sang weapon Mistres. Dan satu senyum simpul sebagai balasannya.

Sang Kazekage bersurai merah mengulurkan tangannya, dan tampa ragu gadis bermahkota coklat itu menyambutnya. Untuk kemudian mengambil langkah yang sama, menuju tempat yang disepakati, bersama. Begitu seterusnya.

"Tak masalah, Hime!"

.

.

.

.

.

FIN

[SasuTen]

Kenapa….?

'Sampai kapan kau akan lari, Sasuke?'

Suara itu, kembali mengahantui tidurnya.

'Sampai kapan… kau akan menghindar?'

Lagi-lagi, suara itu berdegung ditelinganya. Membuatnya sesak nafas, membuatnya merasa cemas, membuat badannya panas, ditengah kecamuk dipikirannya yang kian ganas.

'Apa kau sedang menunjukkan betapa lemahnya dirimu?'

Lagi dan lagi, entah sudah yang keberapa kali.

Kenapa? Kenapa harus suara orang itu yang terbayang dibenaknya?

Kenapa? Kenapa harus dia yang selalu terngiang dipendengarannya?

Kenapa? Kenapa orang itu tak bisa lepas dari pikirannya?

Kenapa dia bisamembuatnya begitu_

_ragu? Kenapa bisa?!

Dia telah mengambil keputusannya. Ia telah memilih jalannya. Ia telah mengokohkan tekadnya, untuk pergi dari desa dan akan kembali dengan kobaran api yang menghanguskan segalanya. Tapi kenapa pertanyaan bodoh itu malah membuatnya sedemikian gelisah. Ada apa dengannya?

Ini Tidak lucu! Sungguh tidak lucu! Seorang Uchiha Sasuke hanya boleh gelisah pada dua hal, membunuh Itachi, membalas Itachi. Tidak ada yang lain! Tak boleh ada!

Tapi…

Kenapa?

Apa yang ia lewatkan sebenarnya?

"Tak bisa tidur lagi, Sasuke?"

Suara itu terlontar dari bibir tipis seseorang berambut putih yang duduk tak jauh dari tempatnya berbaring. Tangannya nampak sibuk mengelap sebuah pedang besar. Disamping kanannya, tertidur seorang laki-laki bertubuh agak besar dengan rambut terang oranye. Sedang beberapa meter darinya, seorang wanita berambut merah muda juga sama terlelapnya.

Ia tak menjawab, hanya terdengar sebuah helaan nafas pelan namun berat. Matanya menerawamg langit. Membuat pantulan bintang tergambar dikedua iris kelamnya.

'Tenten…'

Entah kenapa, nama itu meluncur dengan lancarnya dalam benak. Tak ia duga, tak bisa ia hentikan. Kenapa?

'Gadis bodoh!' batinnya bergumam lagi.

'Kenapa kau harus muncul dipertengahan jalanku, dan merusak keyakinanku?!'

Sekelebat ingatan masa lalu kembali berputar. Menayangkan bagaimana seorang gadis bercepol dua itu tiba-tiba muncul dari semak-semak dan memandang aneh kearahnya, menghalangi jalannya, dan kemudian melontarkan pertanyaan bodoh yang membuatnya tak tenang, bahkan hingga sekarang.

Seperti ada sesuatu yang ia lupakan, sesuatu yang penting, Sesuatu yangkeramat, sesuatu yang seolah begitu ia…..Impikan!

Tapi apa?!

Ssk~

Suara samar itu membuatnya menajamkan mata dan telinganya. Ah! Tak hanya dirinya, rekan-rekannya yang lain juga menyadari hal yang sama. Mereka saling pandang dan mulai waspada, meski posisi mereka tetap dalam kondisi santai.

Sasuke mulai beranjak duduk, dan dalam satu kedipan mata ia telah menghilang dari pandangan.

Tepat seperti dugaannya. Tak jauh dari tempat mereka beristirahat, sekelompok ninja tampak tengah meloncat dengan lincah diantara dahan-dahan pepohonan. Dia menyipitkan matanya, dan terlihatlah symbol yang sangat dikenalnya terpatri diikat kepala mereka.

'Konoha!' batinnya.

Sedetik kemudian, mata kelam itu perlahan membulat diikuti degup jantung yang tiba-tiba meloncat, nafasnya seolah tercekat, dan wajahnya berubah pucat.

Gadis itu ada disana, bersama dengan rekan satu timnya, beberapa meter darinya.

Kenapa? Kenapa ia jadi gelisah? Kenapa bisa seorang Sasuke menjadi resah? Bukankah ia telah membuang semua emosinya? Apakah ada yang terlewat? Apakah ada yang tertinggal?

Iaterlalu sibuk dengan pikirannya, hingga tak menyadari bahwa satu diantara kelompok Shinobi Konoha itu menghentikan aksi melompatnya. Tepat 20 meter dari tempat persembunyiannya.

"Kenapa kau bersembunyi, Sasuke?"

Suara yang terdengar tiba-tiba menyentakkannya seketika, meski mungkin tak terlalu kentara karena tersembunyi dibalik topeng dinginnya.

"Heh! Ketahuan rupanya," balasnya santai-pura-pura santai, ia mulai keluar dari persembunyian.

"Lumayan!" lanjutnya dengan smirk andalan.

Gadis berpakaian khas china itu tersenyum, kemudian berkacak pinggang.

"Kau lupa..Aku selalu menyadari kehadiranmu, bukan?!"

Tak ada jawaban, hanya angin malam yang menabuh helai rambut mencipta hawa aneh. Mereka saling pandang, dengan pancaran mata yang tak bisa digambarkan.

"Aku hanya ingin menyapa kawan lama. Itu saja! Dan sekarang aku harus pergi, atau mereka akan heboh mencariku" ucapan gadis bercepol dua itu hanya dibalas angin yang membawa beberapa helai daun. Sasuke, masih tak bergeming sedikitpun.

Gadis itu mulai berbalik, mengambil ancang-ancang untuk kembali melompat. Namun tiba-tiba, sebuah tangan besar telah melingkar dipinggangnya, menahannya agar tak kemana-mana. Perlahan, ia rasakan sebuah kepala mulai bersandar dengan nyaman dibahunya.

Gadis itu tersenyum. Sangat manis.

"Aku tau, Sasuke..," dia mengambil nafas sejenak, sebelum kemudian melanjutkan kalimatnya. "Kau tak menginginkan semua ini terjadi, bukan?!"

Sasuke masih tak bergeming. Ia mengeratkan pelukannya dalam diam. Dan untuk saat ini, ia tak mau peduli pada kata 'Kenapa' yang lagi-lagi memenuhi otaknya. Karena sekarang, otaknya telah kalah. Dan rindunya menang.

Rindu? Yah! Benar… ia merindukannya, dan jangan tanya, kenapa?.

"Karnanya..," gadis itu berbalik menghadapnya. Membuat manik caramel itu bertemu langsung dengan mata teramat kelam dihadapannya. "Ingatlah aku, dan cepatlah pulang!"

Sasuke masih bertahan dengan bisunya. Masih betah menenggelamkan diri di lautan netra coklat dihadapannya. Gadis itu, kembali tersenyum, dan mendaratkan satu kecupan lembut yang membuat pemuda itu benar-benar terbelalak dan tak mampu lagi menyembunyikan ekspresinya, ronanya, dan…..

Degup jantungnya yang terhentak-hentak didalam sana.

Kenapa? Kenapa bisa begini?

Gadis itu melepas kecupannya, binar matanya kian terang, menampakkan refleksi pemuda yang masing mematung ditempatnya. "Aku akan selalu menunggumu, Sasuke" desahnya pelan. Kemudian melepas pelukan pemuda itu dengan sama pelan.

Sasuke tercenung lama, memandang lekat gadis bermata hazel yang kini mulai melompat dengan irama yang pas, sesekali kepalanya menoleh kebelakang, hanya untuk kembali memberikan senyuman.

'Tenten!'

Hanya satu nama yang tergumam dibatinnya. Matanya mulai terpejam.

'Aku…,'

Kedua belah bibirnya tertarik satu inchi keatas. Senyuman langka yang hanya ia tampakkan pada kegelapan.

'…Akan pulang!'

Gumaman itu mengiringi langkahnya berbalik. Cahaya bulan yang menerpa menampilkan sorot mata yang berbeda.

Sementara itu, seorang gadis bersurai coklat itu, masih tak melunturkan senyumannya. Seiring dengan satu kalimat sihir yang terdendang dibenaknya.

'Aku tau, Sasuke!'

.

.

.

.

FIN

Oke, ane minta maaf atas keabalan dan keangusan ff ini. Maaf bangett semua…. Ane hanya ingin memberika sesuatu untuk si Panda Jepang kita maaf apabila tak sesuai harapan.

Rencananya masih pengen nambahin Itachi x Tenten, Sasori x Tenten dan Sai x apalah dayaku yang hanya bisa banyak mau tapi tak mampu. TTwTT

Arrigatou bagi yang berkenan maukah memberikan jejak dengan riview kalian?ekekekekekek :v