Naruto menatap sendu Hinata yang tengah tertidur di kamarnya, tangannya dengan lembut membelai pipi gembil Hinata.

"Kau sangat cantik, sayang."

Satu kecupan lembut mendarat di bibir Hinata yang kenyal dan beraroma citrus. Ciuman ringan itu berubah semakin dalam dan menuntut.

Naruto bahkan tak peduli bila gadis yang berada di bawah tubuhnya itu tak membalas seduktifnya. Dirinya terlalu terbuai, tak menyangka bahwa Hinata sebegitu menggiurkan untuknya.

Naruto baru melepaskan pagutannya ketika dirinya membutuhkan oksigen.

"Kau milikku, Hinata."

.

.

.

Hinata terbangun, dirasakannya seluruh tubuh nyeri luar biasa. Dirinya melenguh dan menatap seisi kamar yang asing.

"Di mana ini?"

Pintu terbuka, ada sosok Naruto yang masuk dengan membawa sebuah nampan berisi makanan.

"Naruto?"

Pria itu tersenyum, wangi yang maskulin bercampur bau keringat tercium hidung Hinata ketika pria blonde itu mendekat.

Dengan gerakan cepat, Naruto langsung mencium ringan bibir Hinata. Si jelita masih terdiam, otaknya terlalu beku untuk berfikir.

"Morning kiss, dan sarapan di tempat tidur ala France."

Hinata masih diam, otaknya tidak berjalan baik pagi ini.

Ia bangun di kamar yang asing, ada Naruto yang berlaku bak kekasih idaman, dan dirinya yang hanya memakai selembar gaun tidur tipis.

Oke, ini mimpi yang aneh. Tapi kalau mimpi, kenapa tubuhnya terasa sakit semua? Apa yang terjadi sebelumnya?

Lalu kelibatan potongan ingatan soal kemarin membawa kesadaran Hinata. Dengan sebuah gerakan cepat Hinata menyibakkan selimutnya, dan mendapati banyak bercak darah di seprai putih itu.

Tangan Hinata mencengkeram keras selimut yang ada digenggaman.

"Terima kasih untuk yang semalam, sayang."

Hinata menggigil, tangannya yang bergetar meremas selimut. Terlalu banyak kemungkinan yang masuk dalam otaknya. Ingin rasanya membantah satu jawaban yang akhirnya paling mungkin terjadi.

"Apa yang terjadi?" Hinata berbisik pada dirinya sendiri, tapi tetap dapat didengar oleh Naruto.

Naruto berdecak sebal, namun ia memilih tuk menghela nafas, tak ingin memulai pagi dengan sebuah pertengkaran.

Jadi dengan segera Naruto memeluk pinggang Hinata, menaruh wajahnya diceruk gadis yang baru saja dijadikannya wanita.

"Hinata sudah tidur dengan lelaki bernama Toneri."

Seharusnya dulu Naruto tidak percaya pada omongan orang-orang. Awal mula kandasnya hubungan dirinya dan Hinata adalah kabar itu. Sebuah foto di mana Hinata keluar dari rumah Toneri saat malam, membakar habis jiwa Naruto. Ia cemburu, tanpa menanyakan apa pun akhirnya Naruto menyakiti gadis itu.

"Kumohon Naruto! Itu semua bohong! Aku memang ke rumah Toneri, tapi kami tidak melakukan apa pun!"

Ya Naruto tidak mau mendengar alasan Hinata, satu kebenaran bahwa Hinata memang berada di rumah Toneri saja sudah cukup untuk membuat gadis itu menjadi tersangka di matanya. Hari itu Naruto marah besar, tak ada ampun bagi seorang penghianat.

.

.

.

Sasuke nampak frutasi, Hinata tak dapat dihubungi. Ponselnya mati dan saat Sasuke pergi ke kediaman gadis itu, semua lampu rumahnya padam. Itu artinya dia tak ada di rumah. Kepalanya berdenyut sakit, Hinata pasti sangat marah padanya. Beberapa panggilan masuk dan juga email dari gadis itu diabaikan Sasuke. Bukan maksudnya untuk tidak peduli, dia sendiri juga dalam keadaan tidak baik. Shion tiba-tiba saja datang dan mengikutinya ke kampus. Keinginan Ibundanya tak dapat Sasuke bantah, ia menyayangi Mikoto. Tapi lihatlah apa yang dilakukan oleh gadis blonde itu? Demi semua kebaikan yang Sasuke miliki, kenapa Shion malah mengumbar soal pertunangan?

"SHIT!" Sasuke mengumpat, dadanya bergemuruh menahan amarah. Ia menyibak semua buku yang tergeletak di ruang kerjanya hingga berserakan di lantai. Lalu tubuhnya merosot di lantai yang dingin. Otaknya terlalu kacau sekarang.

Sasuke sendiri tak mengerti, kenapa ia harus pusing memikirkan Hinata. Tapi inilah yang terjadi. Sasuke terlalu panik, ia bingung. Semua sandiwara ini terasa nyata untuknya. Harusnya ia tak merasakan apa-apa. Ini sebuah kesepakatan yang saling menguntungkan. Hanya itu. Lalu kenapa malah seperti ini? Bagaimana pun Sasuke mencari jawaban atas kebingungannya ini, ia tak mendapatinya. Oh, kecuali satu fakta yang menurutnya sangat konyol.

Sasuke sungguh mencintai Hinata Hyuuga.

Ha! Sasuke ingin tertawa sekaligus meringis. Dari semua wanita yang ada di dunia, haruskah sosok Hinata Hyuuga yang merupakan mantan kekasih Naruto, yang telah berani merebut hatinya?

"Ini gila." Sasuke lagi-lagi bergumam. "Tidak mungkin." Sasuke menggelengkan kepalanya cepat, tak mempercayai apa yang baru saja merongrong dalam otaknya. Ia seperti musafir yang tengah digonggongi sekumpulan anjing gila. Ya, anjing-anjing itu adalah perwujudan pikiran liarnya soal Hinata. Yang mana bila ia salah bergerak sedikit saja, maka sekumpulan anjing itu bukan hanya akan menyalak, tapi juga akan mengigiti seluruh tubuhnya.

Kiranya ada di mana gadis itu sekarang? Terakhir kali ia hendak menemuinya di Cafe, teman-teman Hinata bilang ia pergi ke rumah Karin. Tapi Naruto bilang Karin sedang pergi ke luar kota.

Untuk memastikan, Sasuke menghubungi ponsel milik si wanita merah.

"Halo?" Suara Karin yang serak menyapa pendengaran Sasuke.

"Kau di mana?" Heh, Sasuke sekali. Tidak basa-basi dan sangat sopan.

"Ng?"Karin masih mengumpulkan nyawanya. "Di Ame. Kenapa Sas?"

"Apa sebelum pergi Hinata menemuimu?"

Di seberang sana Karin mengernyit bingung, menciptakan kerutan besar di dahi wanita itu.

Untuk apa Sasuke menanyakan Hinata? Oh benar, gadis itu pasti menemui Naruto. Apa dia tidak pulang? Naruto menyekapnya? Tidak! Tidak! Tidak boleh. Apa yang dipikirkan si bodoh itu? Itu rumahnya, milik Karin! Bagaimana bila si Baka Dobe itu melakukan hal kriminal? Memperkosa Hinata misalnya? Atau menyekapnya? Sama saja! Tak ada yang baik.

"Karin?"Suara Sasuke menginterupsi lamunan Karin.

"Y-Ya... Sasuke? Um, dia menemuiku. Kenapa?"

"Apa Hinata tidak bilang pergi ke mana setelah itu?"

Karin menggeleng meski tahu lelaki itu jelas tidak akan melihatnya. "Tidak, untuk apa dia memberitahuku dia pergi ke mana. Apa terjadi sesuatu?"

"Bukan apa-apa." Sasuke segera menutup sambungan telepon, Hinata mungkin memang tidak ada di sana. Sasuke ingin menghubungi Sakura untuk bertanya, tapi gadis itu juga termasuk dalam fans garis keras Sasuke. Ia tahu karena gadis itu selalu menatap Sasuke dengan pandangan yang... apa namanya? Hm, SIAP MEMAKAN SASUKE BULAT-BULAT! Lalu entah apa yang akan dia katakan pada yang lain. Sasuke menghubunginya LEBIH DULU! Astaga... Lalu ketika tahu Sasuke menelpon hanya untuk menanyakan Hinata, apa akan baik-baik saja? Kadang hubungan para wanita itu sangat rumit dan menjijikkan. Sasuke tidak bisa bertanya, karena takut bila Hinata akan menjadi bulan-bulanan bukan hanya Sakura yang merupakan teman baiknya, tapi semua fans Sasuke. Tidak, Sasuke mana tega melihat Hinata begitu. Terlebih ini sandiwara. Hinata juga pasti akan marah bila ia mengklain gadis itu seenaknya.

Lalu bagaimana sekarang? Hari sudah pagi dan semalaman yang dilakukan Sasuke hanya melamun dan terus bergumam mengenai Hinata.

Mungkin Sasuke hanya harus melihat Hinata hari ini di Kampus, menemuinya diam-diam dan membicarakan semuanya! Baik soal Shion, rencana mereka selanjutnya, juga keberadaan gadis itu semalaman penuh!

.

.

.

Karin segera mengambil kunci mobilnya begitu menerima telpon dari Sasuke di pagi hari buta! Ia menanyakan perihal Hinata, yang dengan mudah ditebak Karin kalau gadis itu pasti tengah disekap oleh adiknya tersayang! Karin sangat tahu bagaimana rupa Naruto. Terlebih pengakuannya mengenai ia yang masih sangat mencintai dan menginginkan Hinata. Ini gawat, Naruto selalu memaksakan kehendaknya. Hinata bisa terluka, ia tidak ingin hal ini menjadi momok keluarga, dan Sasuke pasti tidak akan tinggal diam. Ini tidak akan berakhir baik.

Tiga puluh menit. Bayangkan segila apa Karin melajukan mobil sportnya, bila normalnya jarak Ame itu harus ditempuh selama dua jam! Ya, ini demi untuk melihat sendiri keadaan Apartemennya, berdoa sepanjang perjalanan bahwa yang akan ia temui nanti adalah Naruto yang tengah tidur mengorok dan rumah yang berantakan, tanpa Hinata!

Karin memutar knop pintu, memasuki ruang Apartemen yang bahkan sudah terang. Ini masih jam tujuh, tidak mungkin Naruto sudah bangun. Rasa was-was menggerogoti Karin, melangkah pelan yang setiap langkahnya menghapus rasa percaya dirinya.

Karin membuka pintu kamar Naruto, ia mendengar suara shower, nampaknya Naruto memang sudah bangun, mungkin ia ada keperluan mendesak hingga harus bangun pagi.

Selanjutnya Karin membuka pintu kamar tamu yang biasanya kosong, jantungnya berdebar, doa dipanjatkan Karin dalam hati, berharap ketakutannya hanyalah sebuah rasa takut.

Sialnya, Tuhan sedang tidak ingin mengabulkan doa Karin kali ini. Karin melihat Hinata yang terikat kedua tangan dan kakinya, ia seperti tahanan Rumah Sakit jiwa yang biasa ia tonton saat remaja. Gila! Naruto benar-benar menyekap Hinata.

"Astaga, apa yang dilakukan Naruto padamu?" Karin gelagapan.

Hinata tampak kacau, bukan hanya tangan kakinya yang terikat pada kepala ranjang, mulutnya pun disumpal dengan sebuah celana dalam putih.

Hinata menangis dan meraung, sedangkan Karin segera melepaskan tali yang mengikat Hinata. Pergelangan tangan dan kaki gadis itu kini memerah, cetakan bekas penyekapan itu sangat jelas membekas.

Tubuh Hinata bergetar hebat dalam pelukan Karin, dia menangis dan ketakutan. Hubungan mereka jelas Abusive Lover. Hinata ditemukannya dalam keadaan mengenaskan dengan hanya selembar baju tidur sutra yang tipis. "Ayo pergi sebelum Naruto kembali." Karin baru saja memapah Hinata, tapi sosok Naruto langsung berdiri menjulang di ambang pintu. Lelaki yang hanya memakai sebuah kaos putih polos dan celana pendek abu itu menatap nyalang pada Karin.

"Mau ke mana kalian?" Naruto berujar dingin, maju melangkah yang disusul langkah Karin dan Hinata yang mundur. "Tinggalkan dia sendiri di sini, Karin."

Karin merentangkan kedua tangannya, melindungi Hinata di balik punggung tubuhnya. "Kau keterlaluan Naruto! Inagt! Dia ini kekasih Sasuke! Temanmu sendiri! Sadarlah!" Entah perintah ini akan dituruti atau tidak, tapi Karin harus berusaha membawa Hinata di sini. Adiknya sedang tidak bisa berfikir jernih. Sepertinya Dokter Psikiater bernama Kabuto itu harus dipanggil lagi.

"Naru-"

"BOHONG! SASUKE BERTUNANGAN DENGAN SHION!"

"Hah?"Karin tidak mengerti, ada apa sebenarnya dengan mereka?

"Lagipula, kami sudah bermalam bersama, bukan begitu, sayang?" Naruto tersenyum culas, senyuman yang sudah bertahun-tahun tak pernah Karin lihat lagi.

"Aku tak peduli! Hinata harus keluar dari sini! Kau tidak bisa mengurung Hinata di sini Naruto! Dia bukan milikmu!"

"Keh, dia milikku... sejak awal, dia milikku. Sasuke hanya berusaha untuk merebutnya dariku. Ia hanya seorang anak lelaki yang iri denganku dan mengambil apa pun yang menajdi milikku. Tapi dia tidak akan pernah bisa mengambil Hinata." Naruto kembali mendekat, memojokkan Karin dan Hinata yang merasakan pergerakan mereka kini tertahan oleh tembok. Naruto menyeringai. "Jadi Nee-san, kembalikan milikku."

TBC

YAYYYY UP! AKHIRNYAAAAAAAAA rasanya lega sekali... Apa kalian suka? Banyak yang nanyain ini ke Ritsu, tapi baru sempat UP sekarang... gomen ne... Hehe semoga puas ya sama cerita kali ini. Salam peluk dari Ritsuuu... SeeU~~