Who Are You?
Summary:
Baekhyun menggunakan identitas temannya untuk bertemu Chanyeol dan berpikir itu hanya akan menjadi pertemuan pertama dan terakhir seperti rencana awal. Tapi siapa sangka takdir kembali mempertemukan mereka dan memaksa Baekhyun terus berperan menjadi orang lain.
Gender Switch!
Rated:
T
Genre:
Friendship, Romance
Cast :
Byun Baekhyun
Park Chanyeol
Seo Joo Hyun aka Seohyun
Delapan tahun yang lalu…
"Eh?"
Sumpit yang tengah dipegangnya terlepas. Seohyun menatap anak laki-laki bertubuh gemuk di depannya dengan raut wajah tak percaya. Perlahan, diletakkannya sumpit di bibir mangkuk berisi ramen yang masih mengepulkan uap hangat yang begitu menggoda.
"Tadi…," Gadis manis itu tampak ragu melanjutkan kalimatnya, "kau bilang apa?"
Anak lelaki berpipi tembam di hadapannya tampak mengerucutkan bibir sebal. Pipinya sudah memerah. "Jadi, daritadi kau tidak mendengarkan perkataanku?" tanyanya sebal, membuat gadis itu langsung salah tingkah.
"Maaf, tapi rasanya aku salah dengar," kata gadis kecil itu tertawa hambar sembari menautkan alis.
"Kau tidak salah dengar. Aku bilang aku menyukaimu Seohyun-ah!" ucap anak lelaki itu dengan suara lantang.
Seohyun kecil tertawa sembari menahan sakit di perutnya karena merasa sangat lucu dengan lelucon yang dibuat temannya.
Sebal, anak laki-laki itu hanya duduk di depan Seohyun dengan raut wajah kesal.
Seohyun berusaha berhenti tertawa lalu menyelipkan anak rambut ke belakang telinganya dengan tenang. "Kita masih SD, aku harus membuat pekerjaan rumah, les privat dan latihan balet, aku tidak punya waktu untuk pacaran denganmu. Itu urusan orang dewasa," ujar Seohyun.
Anak laki-laki di depannya tampak sedih mendengar jawaban Seohyun.
"Kalau begitu saat dewasa nanti, kau akan pacaran denganku kan?" tanya anak lelaki itu.
Seohyun tersenyum kecut. "Bagaimana ya…?" Gadis itu tampak ragu melanjutkan kalimatnya, "Tapi aku tidak suka pacaran dengan anak yang gendut" jawabnya polos.
Gadis berkepang rambut dua itu menatap anak lelaki di depannya dengan raut wajah bersalah. "Maafkan aku ya. Aku lupa kalau aku ada janji membuat kue dengan ibuku. Aku pergi ya Chanyeol," katanya cepat.
Tanpa menunggu jawaban dari Chanyeol, Seohyun segera mengambil tas sekolahnya lalu berjalan dengan tergesa ke pintu keluar toko. Mengabaikan panggilan Chanyeol dan pandangan bingungnya yang terarah kepadanya.
Anak lelaki yang bernama Chanyeol itu menunduk sedih. Ia kemudian memandang pantulan dirinya di depan kaca yang tak jauh dari tempatnya duduk. Pipi tembamnya yang kemerahan, rambut model mangkok dengan poni depan serta kacamata bening tampak jelas dalam pantulan kaca.
"Kkomaengi!" seorang gadis kecil berseragam sekolah sama dengan Chanyeol menepuk punggungnya dengan semangat.
Chanyeol yang terlonjak kaget, memandang temannya itu dengan raut wajah malas.
"Apa yang kau lakukan disini sendirian?" tanya anak perempuan itu heran.
"Lalu kau?" tanya Chanyeol. Anak perempuan itu mengangkat sekantong penuh kue beras sebagai jawaban.
Chanyeol kecil menghembuskan nafas berat. Anak perempuan itu tahu ada sesuatu yang tidak beres dengan temannya. Ia kemudian duduk di bangku kosong yang sebelumnya ditempati Seohyun. Ia menunggu jawaban Chanyeol dengan tenang.
"Baekhyun-ah…" panggil Chanyeol dengan suara parau.
"Kenapa?" tanya Baekhyun dengan sabar.
Chanyeol menatap temannya itu dengan sedih. "Apa aku ini jelek?" tanya Chanyeol.
Baekhyun menautkan alisnya bingung. Namun setelah mengingat banyaknya anak-anak lain yang suka mengganggu Chanyeol karena ia gendut, membuat Baekhyun kesal. "Apa ada yang mengejekmu lagi? Siapa? Aku akan menemui mereka dan melaporkannya pada ibu guru."
Chanyeol menggeleng pelan. "Bukan begitu" jawab Chanyeol.
"Lalu apa?" tanya Baekhyun heran.
"Aku…" Chanyeol menggantung kalimatnya, "Aku jatuh cinta pada seseorang."
Baekhyun menutup mulutnya tak percaya lalu tertawa. "Benarkah?"
"Aku sudah menyangka ini semua, kau pasti tertawa kan?" Chanyeol kecil mendesah lalu menundukkan kepalanya.
"Baiklah. Maafkan aku karena tertawa. Lalu apa masalahnya?" Baekhyun menaikkan sebelah alis lalu mengangkat gelas milk shake Chanyeol dan menyedot cairan manis itu. "Kau ditolak?" tanya Baekhyun hati-hati.
"Bisakah kau membantuku?"
"Apa? Membantu? Kau yakin minta bantuanku?" tanya gadis kecil itu tak percaya.
Chanyeol menghembuskan nafas kasar. "Aku minta bantuanmu. Ada yang aneh?"
"Aku kan tidak ada hubungannya dengan ini," ujar Baekhyun.
"Kau bisa membantuku. Kau dekat dengannya. Jadi kau bisa membujuknya untuk menerimaku. Ayolah Baekhyun-ah," Chanyeol menarik tangan Baekhyun yang masih memegang gelas milk shake dan menggenggamnya.
Mata Baekhyun membulat. Dengan gelagapan, ia melepas kontak skin shipnya dengan Chanyeol.
"Baiklah, katakan padaku siapa anak perempuan itu?"
"Kau janji akan membantuku kan? Janji?" Chanyeol mengangkat jari kelingkingnya. Tanpa ragu Baekhyun langsung menyambutnya dan menautkan jari kelingking mereka.
Chanyeol tersenyum senang. "Namanya Seohyun. Seo Joo Hyun," jawab Chanyeol dengan semangat.
Baekhyun membelalakkan mata sipitnya tak percaya. Apa gendang telinganya menagkap suara Chanyeol dengan benar?
"Uri Seohyunnie? Teman dekatku?" ulang Baekhyun, mencoba untuk memastikan ia tidak salah dengar.
"Ya…," Chanyeol mengangguk-angguk.
Baekhyun bersandar pada tempat duduknya dan memasang ekspresi mengejek. "Eii… Seohyun mana mau pacaran denganmu, kau kan—" Baekhyun segera menutup mulut saat menyadari perkataannya bisa saja menyakiti Chanyeol.
"Maaf, maksudku—"
"Aku tahu! Karena aku gendut kan?" tanya Chanyeol dengan raut wajah sedih.
Baekhyun segera menggeleng. "Bukan begitu, tapi—"
"Kau tidak perlu menghiburku. Aku sudah tahu semuanya. Seohyun bahkan mengatakan itu padaku."
"Seohyun mengatakan apa?" tanya Baekhyun hati-hati.
"Seperti katamu," jawab Chanyeol.
Baekhyun menundukkan kepalanya. "Maaf," ujarnya sungguh-sungguh.
Chanyeol membenarkan letak kacamatanya lalu menatap Baekhyun. Gadis manis itu merasa tak nyaman melihat tatapan Chanyeol. "Ada apa?" tanya Baekhyun.
"Apa kau tidak punya seseorang yang kau sukai?" tanya Chanyeol penasaran.
Baekhyun terdiam. Ia menatap teman laki-lakinya itu dengan pandangan kosong.
Chanyeol menatapnya heran. "Baekhyun-ah… Baekhyun-ah...," panggil Chanyeol berulang-ulang karena Baekhyun tidak mendengarkannya.
Baekhyun menatap Chanyeol lalu tersenyum tipis. Chanyeol memandang temannya itu khawatir. "Kenapa kau melamun?"
Baekhyun gelagapan. Anak perempuan itu melihat jam tangan bergambar princess belle di pergelangan tangannya lalu bangkit berdiri. "Chanyeol, kita harus pulang. Nanti ibu mencari kita" ujar Baekhyun panik.
Chanyeol menurut patuh. Ia mengambil tasnya lalu mengikuti Baekhyun yang terus menarik tangannya sampai keluar toko.
.
.
.
Baekhyun tidak pernah ingat kapan pertama kalinya dia mengenal Chanyeol. Yang diingatnya, Chanyeol selalu ada disisinya, sejak dia bisa mengingat, Chanyeol selalu bersama dengannya. Apartemen mereka bersebelahan, dan mereka sering bermain bersama. Mereka juga selalu sekelas dan duduk bersebelahan. Saling berbagi bekal makan siang dan pergi ke festival bersama.
Chanyeol memang sedikit gendut dan berpenampilan culun sehingga banyak teman sekelas yang mengejek dan mengganggunya. Namun Baekhyun selalu mengusir mereka semua.
Awalnya, Baekhyun hanya menganggap Chanyeol sebagai sosok yang tak spesial, hanya sesosok yang akan selalu berada disampingnya. Bagi Baekhyun, Chanyeol tak lebih dari sahabat kecilnya.
Namun, semuanya berubah saat mereka jadi sering bermain bertiga. Saat Baekhyun melihat Chanyeol sering bermain dengan Seohyun, belajar dengan Seohyun, makan siang dengan Seohyun dan semua aktivitas yang sebelumnya dilakukan dengannya kini sudah ada Seohyun yang mengganti posisinya.
Sejak saat itu hubungan Baekhyun dan Chanyeol semakin menjauh. Menginjak SMP, mereka juga sudah tidak satu sekolah lagi seperti waktu sibuk sekolah dan les tanpa tahu kabar Chanyeol lagi. Dan hari itu ia mendengar dari ibunya kalau keluarga Chanyeol berimigrasi ke Jepang.
.
.
.
Seoul, 2015.
Baekhyun memukul-mukul pundaknya yang kelelahan sambil memejamkan mata. Bekerja menjaga kedai kopi lebih melelahkan daripada pekerjaannya sebelumnya yang mengajar murid SMP. Musim ujian sudah selesai, dan Baekhyun sudah tidak begitu banyak memiliki murid, jadi saat temannya menawarkan pekerjaan di kafe dengan gaji yang menurut Baekhyun lumayan, membuatnya berubah haluan.
Suasana kafe sore itu tidak terlalu ramai sehingga Baekhyun bisa beristirahat sejenak. Ponselnya bergetar. Baekhyun merogoh saku belakang celana jeansnya untuk mengambil ponselnya dan membaca sebuah sms yang masuk.
Kau bolos lagi?
Baekhyun mengerutkan keningnya. Ia tampak berpikir sebentar. Setelah mengerti maksud pesan itu, Baekhyun buru-buru melihat kalender di ponselnya. Ini hari Rabu. Ia ada jadwal kuliah sore ini. Dosennya tiba-tiba mengganti jam perkuliahan yang seharusnya besok menjadi hari ini karena ada urusan pribadi. Baekhyun benci hal semacam ini. Memangnya hanya dosennya saja yang sibuk? Dia juga sama sibuknya. Harus kuliah sambil bekerja part-time.
Baekhyun melupakan jam kuliah hari ini. Ia tidak mungkin langsung berlari ke kampus sekarang juga karena ia sedang bekerja. Wanita itu mondar-mandir dengan panik mencari jalan keluar. Masalahnya ia tidak bisa bolos mata kuliah hari ini. Ia sudah bolos di minggu kemarin karena ibunya sakit. Ia tidak mungkin bolos lagi atau dosen itu akan menempelkan nilai D di kartu hasil studinya.
Baekhyun buru-buru mendial panggilan cepat nomor 1 di ponselnya.
.
.
.
Seorang wanita muda tampak berjalan melewati koridor kelas. Tubuh sempurnanya tampak pas dibalut kemeja putih dan midi skirt ketat motif floral yang membentuk lekuk tubuhnya. Rambut coklatnya yang bergelombang ditata sedemikian rupa dan tampak cocok dengan warna kulit putih susunya. Make up tipis yang menempel pada wajahnya membuat kecantikan naturalnya terpancar jelas.
Ia berjalan penuh percaya diri dengan sepatu high heelsnya. Senyum tipis terus menempel di bibirnya. Membuat siapapun tidak bisa menolak pesonanya. Wanita itu ialah Seo Joo Hyun atau lebih dikenal dengan nama Seohyun yang memang seorang primadona kampus, jadi tak salah ia mendapat sambutan meriah dari mahasiswa lain saat melihat kehadirannya di kampus. Bahkan banyak mahasiswa pria yang sengaja mengambil kelas yang sama dengannya demi bisa melihatnya.
Seohyun memasuki kelasnya dan sudah banyak mahasiswa yang menawarkan tempat duduk padanya, namun Seohyun menolak dengan senyum sopan dan memilih duduk di tempat pilihannya sendiri. Wanita itu menatap ponselnya dengan wajah khawatir.
"Kenapa dia belum membalas pesanku?" tanya Seohyun pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba saja layar ponselnya menyala dan menampilkan nama seseorang yang begitu dikenalnya. Ia segera mengangkatnya.
"Baekhyun, kau dimana? Kenapa belum datang? Kelas sebentar lagi akan dimulai" omel Seohyun.
"Aku sedang bekerja, aku lupa hari ini jadwal kuliahnya diganti," curhatnya.
"Dasar pelupa. Cepat kemari. Apa kau mau bolos lagi? Kau bisa dapat masalah kalau hari ini tidak masuk kelas" ucap Seohyun menjelaskan.
"Aku tahu. Seohyun-ah, kau harus membantuku," ucap Baekhyun.
Seohyun bertanya tanpa curiga. "Bantuan apa?"
"Kau hanya perlu mengatakan 'hadir' saat Dosen Shin memanggil namaku," balas Baekhyun.
"MWO?" Seohyun masih belum menyadari apa yang terjadi sampai akhirnya ia melihat orang seisi kelas menatapnya aneh. Seohyun buru-buru berdehem dan bersikap biasa seakan tidak terjadi apapun. Ia tersenyum canggung lalu menunduk maaf pada teman-temannya. Namun tentu saja tidak ada yang mempermasalahkan hal itu karena ia seorang primadona.
Seohyun kembali menempelkan ponsel ke telinganya lalu mengecilkan suaranya nyaris berbisik, namun Baekhyun masih bisa mendengarnya. "Apa kau gila? Bukan hanya kau, tapi aku juga bisa kena masalah kalau ketahuan," ujar Seohyun dengan kalimat penuh penekanan.
"Kalau begitu jangan sampai ketahuan," jawab Baekhyun santai.
"Ini terlalu beresiko. Aku tidak mau!" ucap Seohyun tegas.
"Ayolah Seohyun-ah. Aku mohon sekali ini saja bantu aku. Aku bisa dapat masalah kalau ketahuan bolos hari ini," ujar Baekhyun dengan nada memohon.
Seohyun menghembuskan nafas berat. Ia merasa tidak pandai berbohong, bagaimana kalau ia ketahuan? Tapi Seohyun tidak bisa membiarkan sahabatnya dalam masalah. Baginya, Baekhyun bukan hanya sekedar teman kecil, tapi Baekhyun juga sudah banyak membantunya. Seohyun cukup lama menimbang-nimbang sebelum mengambil keputusan. "Apa yang akan kau berikan padaku sebagai gantinya?" tanya Seohyun. Wanita itu kembali melanjutkan. "Kau tahu kan tidak ada yang gratis di dunia ini?"
"Apapun! Apapun yang kau inginkan!" ujar Baekhyun tanpa ragu. Ini masalah penting dan ia tidak bisa memikirkan hal lain selain menyetujui keinginan Seohyun.
"Kau tidak akan pura-pura demensia setelah ini kan?" tanya Seohyun curiga.
"Aku janji akan melakukan apapun untukmu" ujar Baekhyun meyakinkan Seohyun.
Seohyun mengaktifkan tombol record, berjaga-jaga kalau Baekhyun mengelak nantinya. "Ulangi lagi. Katakan 'Aku Byun Baekhyun berjanji akan melakukan apapun yang diinginkan Seohyun."
"Kenapa begitu?" protes Baekhyun.
"Kalau tidak mau ya sudah—"
"Aku Byun Baekhyun berjanji akan melakukan apapun yang diinginkan Seohyun," ucap Baekhyun dengan cepat. Ia takut Seohyun akan berubah pikiran.
Seohyun tersenyum tipis. "Ya sudah," jawab Seohyun.
Baekhyun nyaris melonjak girang saking senangnya. "Terimakasih Seohyun-ah, aku mencintaimu!" serunya riang.
Seohyun tersenyum mendengar suara Baekhyun yang begitu senang. Ia kemudian mematikan sambungan telepon namun senyum sumringah masih belum hilang dari wajahnya. "Byun Baekhyun, lihat saja apa kau bisa sesenang ini nanti," ujar Seohyun penuh rencana untuk mengerjai sahabatnya itu.
.
.
.
Who Are You?
Gom Semariga Hanjibe Isseo
Appagom, Eommagom, Aegigom
Appa Gomeun ttungttunghae
Eommagomeun nalssinhae
Aegigomeun Neomu Gwiyeowo
Eusseuk Eusseuk Jalhanda
Eusseuk Eusseuk Jalhanda
Pelan-pelan Baekhyun menyanyikan lagu Gom Semariga, lagu kesukaannya sejak kecil. Sambil menyanyi, dia menandai kalender meja. Sebuah tanggal di bulan Juli. Masih beberapa lama lagi. Baekhyun menggambar sebuah bintang dengan pulpen warna merah sebagai tanda di kalender itu. Seperti kebiasaannya, menggambar berbagai macam bintang. Dia menandai tanggal istimewa di kalender dengan gambar bintang. Namun, sedikit di luar kebiasaan, dia menambahkan dua hati kecil di samping kanan-kirinya.
Baekhyun menatap tanggal yang sudah ia tandai itu dengan pandangan kosong. Apa hanya ia yang mengingatnya?
Dulu saat kecil Ia dan Chanyeol akan pergi ke taman bermain setiap tahunnya di tanggal itu. Namun janji itu sudah lama sekali. Chanyeol mungkin sudah lupa. Tapi tidak dengan Baekhyun, ia terus melakukan tradisi itu hingga dewasa walaupun tanpa Chanyeol.
Baekhyun membuka laci meja dan membaca tumpukan kartu pos yang datang dari Jepang. Semuanya adalah kartu pos dari Chanyeol. Baekhyun membuka salah satu suratnya.
Seohyun-ah, aku naik kelas dua SMA berkat kelas akselerasi. Kau harus senang punya teman jenius sepertiku. Aku dapat juara umum 2 lagi tahun ini. Bagaimana denganmu?
Kau masih duduk di bangku SMP kan? Haruskah aku memintamu memanggilku oppa? Hahaha… aku bercanda…
Oh ya, kemarin aku dan Ibu berbelanja untuk membuat domburimono dan sukiyaki. Itu makanan khas Jepang. Rasanya enak sekali. Kalau kita bertemu lagi, aku akan membuatkan untukmu.
Hari Minggu besok aku akan pergi dengan ayahku dan Park Hye Rin melihat festival bunga sakura. Orang-orang bilang pemandangan disana sangat menakjubkan. Aku tidak sabar pergi kesana. Aku akan mengambil beberapa foto dan mengirimnya padamu, ya.
Seohyun-ah, aku merindukanmu. Kalau aku kembali ke Korea, kau harus menemuiku ya. Aku akan menjadi orang yang lebih baik saat bertemu denganmu sehingga kau akan menyukaiku.
Dan terimakasih banyak karena selama ini kau mau membalas surat-suratku.
Baekhyun menutup lembar surat itu. Ia masih ingat balasannya waktu itu. Ia salah dengan menulis peringkatnya yaitu peringkat ke-11, namun saat ia sadar menulis surat itu atas nama Seohyun, ia membuang kertas itu dan menulis balasan baru. Ia menuliskan kalau Seohyun harus berada di peringkat karena Seohyun tidak suka belajar dan hanya melakukan hobinya berdandan.
Baekhyun kemudian membuka surat yang lain dan membacanya.
Seo Joo Hyun, apa kabarmu?
Selamat ulang tahun yang ke 18 tahun ya! Aku mengirimkan foto kue tart buatanku untukmu. Ada namamu diatasnya. Aku harap kau menyukainya.
Kau tahu aku suka makanan dan aku jadi menyukai memasak.
Kapan-kapan kalau bertemu aku akan memasak untukmu.
Aku sudah diet ketat agar kau bangga saat bertemu denganku nanti.
Tunggu aku ya, aku akan segera kembali ke Korea untukmu.
Dulu Baekhyun membalas surat itu dengan penuh ucapan terimakasih karena Chanyeol mengingat ulangtahun Seohyun dan repot-repot membuat kue tart. Baekhyun membalas surat itu dengan memposisikan diri kalau itu adalah hari ulangtahunnya walaupun tidak.
Seohyun!
Akhirnya saat ini tiba.
Bulan depan aku akan kembali ke Korea. Kau senang kan?
Aku begitu gembira sampai tidak bisa tidur menunggu hari itu tiba.
Hye Rin sudah lebih dulu kembali karena ia harus mendaftar di sekolah baru.
Saat aku kembali nanti, aku akan menghubungimu.
Jaga dirimu ya. Sampai jumpa bulan depan.
Baekhyun tersenyum tipis membaca surat itu. Ia selama ini yang membalas surat-surat Chanyeol untuk Seohyun. Seohyun tidak pernah mau membalasnya. Sahabatnya itu bahkan sekalipun tidak pernah mau membacanya. Saat surat dari Chanyeol tiba dirumahnya, Seohyun segera memberikannya pada Baekhyun. Dan hal itu terus terjadi hingga mereka dewasa. Baekhyun akan menuliskan kabar Seohyun untuk Chanyeol. Ia selalu memberitahu apa yang sedang Seohyun lakukan, apa yang Seohyun sukai, apa yang Seohyun inginkan.
"Baekhyun! Ada tamu untukmu," Terdengar suara wanita dari balik pintu kamar Baekhyun. Baekhyun mengenalinya sebagai suara ibunya.
Baekhyun segera merapikan surat-surat itu dan kembali memasukkannya ke dalam laci. Ia kemudian keluar kamar.
"Siapa, Bu?" tanya Baekhyun penasaran.
"Seohyun. Sana cepat turun."
Baekhyun menuruti perintah ibunya.
Seohyun tersenyum saat melihat Baekhyun. Ia baru saja akan bicara. Namun Baekhyun sudah lebih dulu bicara.
"Seohyun, aku tidak akan mengirim surat lagi atas namamu untuk Chanyeol," ujar Baekhyun tegas. Setelah memikirkannya baik-baik, Baekhyun tidak ingin begini selamanya. Seohyun sendirilah yang harus membalas surat-surat Chanyeol karena pria itu pasti mengharapkan hal itu.
Seohyun menautkan alisnya bingung. Karena tiba-tiba Baekhyun mengatakan ingin berhenti membalasnya. Padahal selama ini temannya itu begitu antusias saat ia mengantar surat dari Chanyeol. Dulu bahkan Seohyun sudah menyuruh Baekhyun untuk berhenti membalas suratnya namun Baekhyun tidak mau mendengarkannya. Dan sekarang Baekhyun sendiri yang justru tidak ingin melakukannya.
Seohyun mengangguk pelan. "Ya sudah tidak apa-apa. Aku kan tidak pernah memintamu untuk membalasnya," jawab Seohyun. "Aku justru heran kau selama ini begitu betah membalas suratnya. Aku rasa kalian benar-benar sahabat sejati," tambah Seohyun dengan nada kagum.
Seohyun seakan mengingat sesuatu. "Ah… lagipula Chanyeol tidak akan mengirim surat lagi," ujar Seohyun.
Baekhyun menatap Seohyun bingung. "Kenapa?" tanyanya heran.
Bukannya menjawab, Seohyun justru tersenyum saat melihat Baekhyun. "Aku datang untuk mengantar ini," kata Seohyun. Seohyun mendorong kalung dengan liontin sepatu kaca di atas meja ke arah Baekhyun. Baekhyun tau kalung itu adalah pemberian Chanyeol untuk Seohyun saat ulangtahunnya tahun lalu. Baekhyun ingat Chanyeol mengatakan bahwa sepatu yang bagus akan membawanya ke tempat yang bagus juga. Jadi Chanyeol memberikan hadiah liontin itu untuk Seohyun.
"Kenapa memberikannya padaku? Chanyeol memberikan ini untukmu," ujar Baekhyun.
"Pakai ini besok!" ucap Seohyun dengan nada perintah.
Baekhyun masih tidak mengerti. Ia hanya mendengarkan temannya selesai bicara.
"Kau memberikan kontakku pada Chanyeol kan?" tanya Seohyun. Baekhyun mengangguk pelan. "Dia bertanya, jadi aku beri tahu. Lagipula aku sudah minta ijin padamu kan," Baekhyun membela dirinya.
"Dia mengirimku sms kalau dia ada di Korea. Dia minta bertemu denganku besok," ujar Seohyun menjelaskan.
Seakan membaca ekspresi Baekhyun yang kebingungan dan kaget, Seohyun kembali melanjutkan. "Dia mengirim sms dua hari yang lalu. Dia minta bertemu denganku besok. Tapi kau yang akan pergi ke sana menggantikanku."
"Apa itu masuk akal? Dia ingin bertemu denganmu, maka kau yang harus pergi. Lagi pula Chanyeol pasti akan mengenaliku."
"Baekhyun, kau tahu aku tidak punya hubungan apapun dengannya. Selama ini kau yang berkirim surat dengannya, kau yang mengenalnya, aku tidak tahu apapun tentangnya kecuali Chanyeol di masa kecilku. Dan soal dia mengenalmu, kurasa tidak. Kau melalui masa pubertasmu dengan baik. Kau sudah berbeda dengan yang dulu. Percayalah, dia tidak akan mengenalmu."
"Seohyun-ah, itu tidak mungkin. Aku tidak bisa melakukannya!" tolak Baekhyun.
"Apalagi aku. Aku tidak mau berurusan dengan Chanyeol. Bukankah dulu sudah kukatakan padamu kalau aku sama sekali tidak tertarik dengannya? Pria gendut seperti Chanyeol bukan tipeku" balas Seohyun.
"Ini sudah lebih dari lima tahun dan hal apapun bisa terjadi. Chanyeol mungkin sudah berubah tidak seperti pikiranmu"
"Kau ingin aku percaya hal itu? Sudahlah… pokoknya kau harus datang besok," perintah Seohyun. Tanpa ingin diganggu gugat.
"Tapi bagaimana bisa aku menemuinya sebagai dirimu?" tanya Baekhyun masih merasa ide Seohyun tak masuk akal.
"Mudah saja, seperti caraku menggantikanmu di kelas dosen Shin," ujar Seohyun penuh penekanan.
Baekhyun sudah tahu temannya ini pasti akan meminta sesuatu darinya. Bagi Seohyun tidak ada yang gratis di dunia ini.
Seohyun bersandar pada sofa. "Aku sudah merencanakan semuanya. Kau hanya perlu datang kesana sebagai Seo Joo Hyun, lalu buat itu menjadi pertemuan terakhir antara Chanyeol dan Seohyun. Katakan saja kalau kau akan sekolah ke luar negeri jadi kalian tidak bisa bertemu lagi. Selesai." Ujar Seohyun dengan senyum cerah.
"Aku tidak punya uang untuk sekolah ke luar negeri," bantah Baekhyun.
Seohyun memutar bola matanya malas. "Ini kan tidak sungguhan, kau hanya perlu mengarang sedikit maka semuanya selesai."
"Aku tidak bisa. Tidak, aku tidak akan melakukannya," Baekhyun menggeleng keras.
"Kalau aku tidak menemuinya, dia pasti akan terus mengirimiku pesan. Aku tidak akan bisa hidup jika seperti itu," keluh Seohyun.
Baekhyun mengacak rambutnya, merasa pusing. "Tapi ini—"
"Baekhyun, kau ingat janjimu kan?" pertanyaan Seohyun terdengar seperti ancaman. Temannya itu menatapnya dengan mata menyipit.
Seohyun mengeluarkan ponselnya dari tas lalu mencari rekaman suara yang sudah ia simpan dan memutarnya di depan Baekhyun.
"Aku Byun Baekhyun berjanji akan melakukan apapun yang diinginkan Seohyun."
Baekhyun menganga kaget. Tidak menyangka Seohyun akan melakukan hal sejauh itu.
Seohyun tersenyum menang. "Kau mau mengelak ini bukan suaramu?"
Baekhyun memasang ekspresi kesal. "Kau rubah licik," ucap Baekhyun. Seohyun justru tertawa lebar.
"Temui dia besok dan lakukan seperti kataku maka semua akan baik-baik saja," ujar Seohyun menenangkan.
"Seohyun-ah, kasihani aku sekali ini saja," ujar Baekhyun dengan ekspresi memelas dan menutup kedua tangan di depan dadanya.
Seohyun mengelus kepala Baekhyun dengan lembut dan memasang ekspresi sedih yang dibuat-buat. "Uri Baekhyunnie kau harus melakukannya, arrachi?", Seohyun kemudian mengambil tasnya dan bangkit berdiri. "Aku pulang ya, ingat besok kau harus menemuinya. Bye," ujar Seohyun sambil berlalu tanpa peduli Baekhyun memandang punggungnya dengan ekspresi putus asa.
"Seohyun-ah! Seohyun! Seo Joo Hyun!"
.
.
.
Who Are You?
"Oppa!"
Seorang siswi SMP berwajah cerah dengan rok selutut yang berkibar seiring ayunan kakinya berteriak memanggil seseorang yang dikejarnya. Seorang pria berperawakan tinggi dengan pesona yang tidak biasa. Rambut hitamnya bergaya side swept textured yang tampak sesuai dengan wajah tampannya, pria itu menggunakan black sunglasses yang menutupi sebagaian wajahnya, lalu earphone yang terhubung ke i-pod apple menggantung di telinganya. Ia mengenakan kaos putih dipadukan jaket jeans serta celana jeans panjang, di kakinya terpasang sepatu adidas super star berwarna putih. Wajahnya yang tampan dan penampilan fashionable-nya membuat siapapun tidak bisa untuk tidak menatapnya.
Pria itu sepertinya tidak mendengar panggilan gadis manis yang terus memanggilnya.
"Chanyeol Oppa!" bibir gadis manis itu kembali berteriak kencang.
Berhasil! Pria tinggi itu akhirnya melepaskan kacamatanya dan tersenyum sambil melambaikan tangan kanannya kepada gadis itu. Ia segera menggulung earphone dan memasukkannya ke kantong jaketnya.
"Park Hye Rin!" Chanyeol langsung melebarkan kedua tangannya saat gadis itu mendarat persis di depannya dan memeluknya erat-erat.
Gadis bernama Hye Rin itu tersenyum lebar melihat kakak laki-lakinya menjemputnya di sekolah. "Kapan oppa tiba?" tanyanya antusias.
"Baru saja, oppa dari bandara dan langsung menjemputmu kesini. Bukankah oppa kakak yang sempurna?" tanya Chanyeol. Hye Rin hanya tersenyum geli melihat tingkah kakaknya. Chanyeol kemudian mencubit pipi adiknya dengan gemas. "Adikku semakin cantik saja" goda Chanyeol.
Hye Rin tampak tersenyum senang mendengar pujian Chanyeol. Ia tahu kakaknya itu hanya ingin menggodanya, namun dia tetap senang.
"Aku sudah tiga bulan sekolah di Korea. Aku pikir oppa berbohong akan menyusul kesini dan tetap tinggal di Jepang karena tidak kunjung tiba" keluh Hye Rin.
"Oppa kan sudah bilang apapun yang terjadi akan tetap ke Korea untuk menemui seorang teman," ujar Chanyeol.
"Ah… teman SD oppa itu kan?" tebak Hye Rin. Chanyeol mengangguk pelan.
"Jangan bilang itu cinta pertama oppa. Itu terdengar murahan" ejek Hye Rin. Ia merasa bulu kuduknya sudah merinding membayangkan kakaknya datang ke Korea hanya untuk mencari cinta pertamanya. Itu hal yang pasaran.
Chanyeol tersenyum lebar. "Dia orang yang berarti untukku" jawab Chanyeol.
Hye Rin menggeleng tidak peduli. "Oppa, aku lapar. Karena sudah berada di Korea, kau harus makan masakan Korea. Aku tahu restoran bagus di dekat sini. Ddukbeokki mereka sangat lezat" ujar Hye Rin antusias. Ia berusaha mengalihkan pembicaraan soal cinta pertama Chanyeol.
Chanyeol mengacak rambut adiknya itu dengan gemas. "Sepertinya kau beradaptasi dengan cepat" ucap Chanyeol. Pria itu kemudian membuka pintu mobil dan memperlakukan adiknya bak tuan putri. "Silakan masuk tuan putri" ujar Chanyeol sembari membungkuk.
"Terimakasih banyak" balas Hye Rin sebelum akhirnya masuk ke dalam dan Chanyeol menutup pintunya.
.
.
.
Who Are You?
Mentari sedang terik-teriknya ketika wanita berambut pink cerah itu berjalan di sekitar halte, mencari sosok temannya yang akan mengantarnya. Ia menguncir tinggi rambut pinknya, membiarkan rambut itu menggantung di sekitar lehernya. Ia menggunakan make up tebal, bergaya bak rocker wanita dengan jaket kulit hitamnya, celana skinny hitam dan sepatu boots warna senada.
Seohyun berhenti di pinggir jalan. Ia menatap ke seberangnya untuk melihat apakah Baekhyun sudah tiba atau belum namun ia tidak bisa menemukan sahabatnya itu. Seohyun kemudian menelpon Baekhyun namun tidak diangkat.
Seohyun menjalankan mobilnya, mungkin saja Baekhyun sudah pergi naik bus. Seohyun menatap spion dalam. Di sana, tampak seorang wanita bergaya aneh mengejar mobilnya. Wanita berambut pink itu tengah mengejarnya. Seohyun menghentikan mobilnya. Ia membuka kaca mobilnya dan menatap wanita itu dengan pandangan bingung karena tidak mengenalnya.
"Nu…gu…?"
"Seo Joo Hyun" ujarnya lemas. Ia masih mengatur nafasnya yang tak beraturan.
Seohyun terheran-heran karena wanita itu tahu namanya. Ia baru saja akan bertanya, namun wanita itu sudah memarahinya habis-habisan.
"Kenapa meninggalkanku? Kau ini benar-benar keterlaluan!" ujar wanita berambut pink itu kesal.
Seohyun mengenal suara itu. Ia terperangah. Ia segera membuka pintu mobil dan berdiri di depan wanita berambut pink itu. Memandangnya takjub dari ujung rambut hingga ujung kakinya seperti pertama kalinya melihat spesies aneh.
"BYUN BAEKHYUN?!" tanyanya dengan nada tinggi. Ia terlihat shock luar biasa.
Seohyun memegang helaian rambut Baekhyun yang sudah berubah menjadi warna merah muda dengan tatapan tak percaya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Seohyun panik dan terkejut.
"Apa?" tanya Baekhyun pura-pura bodoh.
Seohyun masih belum kembali dari keterkejutannya. Ia memandang Baekhyun terheran-heran, seakan tidak percaya makhluk di depannya adalah manusia. "Apa yang kau lakukan dengan rambutmu? Lalu gaya pakaian macam apa ini? Kau akan bertemu teman lama atau nonton konser rock? Dan make up tebalmu ini… Ya Tuhan aku bahkan tidak bisa mengenalimu," ujar Seohyun sembari berkacak pinggang. Sebelah tangannya memijit pelan dahinya yang terasa berdenyut.
"Aku suka gaya ini," jawab Baekhyun.
"Kau sengaja kan?" tebak Seohyun tak habis pikir.
Baekhyun memandang Seohyun sebal. "Aku tidak bisa menemui Chanyeol dengan wajah asliku," akhirnya Baekhyun mengaku.
"Lalu kau ingin Chanyeol mengingat bahwa Seohyun cinta pertamanya adalah wanita aneh dengan rambut permen kapas seperti ini?" tanya Seohyun dengan sengit.
"Kau akan menemui Chanyeol atas namaku. Apa yang akan dipikirkannya tentangku jika kau muncul di depannya dengan gaya aneh seperti ini? Ayolah, yang benar saja Byun Baekhyun," protes Seohyun panjang lebar. Baekhyun hanya terdiam. Ia tidak memikirkan Seohyun saat berdandan seperti ini pagi tadi.
Seohyun maju selangkah lalu menggosok rambut Baekhyun dengan jari telunjuk dan ibu jarinya. Ia bernafas lega mengetahui itu bukan cat permanen melainkan hair chalk. Ia segera menarik tangan Baekhyun masuk ke dalam mobil.
"Kita tidak punya banyak waktu. Aku harus mengurusmu," ucap Seohyun sebelum ia menutup pintu mobil.
Seohyun menyeret Baekhyun dengan paksa ke salon langganannya. Ia meminta pegawai salon mencuci rambutnya dan menatanya. Rambut coklat gelap Baekhyun akhirnya kembali. Seohyun meminta agar rambut Baekhyun di catok dan di curly di bagian bawahnya. Make up menornya juga dibersihkan dan diganti dengan make up tipis yang membuat Baekhyun semakin cantik. Masalahnya hanya satu. Pakaian dan sepatu Baekhyun. Seohyun melihat jam tangannya. Tidak sempat jika harus ke butik.
"Baekhyun, buka bajumu!" perintah Seohyun saat mereka ada di toilet.
"Untuk apa?" tanya Baekhyun heran.
"Cepatlah, kau sudah terlambat!"
Baekhyun menurut. Ternyata Seohyun mengajaknya bertukar pakaian. Seohyun juga membiarkan Baekhyun mengenakan high heels kesayangannya. Ini demi harga dirinya. Seohyun tidak mungkin membiarkan Baekhyun pergi dengan penampilan aneh. Sebagai gantinya, Seohyun yang harus mengenakan pakaian Baekhyun. Namun entah mengapa wanita itu justru tetap terlihat cantik dengan pakaian apapun. Benar-benar wanita cantik yang beruntung, pikir Baekhyun.
"Sempurna!" seru Seohyun dengan senyum lebar saat melihat penampilan Baekhyun. Ia berhasil merubah temannya itu menjadi wanita muda yang cantik.
"Aku akan mengantarmu sekarang juga," Seohyun menarik Baekhyun ke parkiran. Saat sampai di depan mobil, Baekhyun menahan Seohyun.
Ia memegang dadanya lalu menatap Seohyun gugup.
"Ada apa?" tanya Seohyun khawatir.
"Jantungku berdegup cepat sekali. Seohyun-ah, bisakah kita tunda pertemuannya? Aku rasa aku akan mati lemas jika harus bertemu Chanyeol sekarang. Aku belum siap," ujar Baekhyun mengajak Seohyun berunding.
"Jangan membuatku terlihat buruk. Kau hanya akan bertukar salam dengannya. Aku tidak menyuruhmu menikah dengannya," ujar Seohyun.
Ajakan Baekhyun untuk berunding sepertinya tidak berhasil. Karena Seohyun sudah membuka pintu mobil lebar-lebar dan menyuruh Baekhyun masuk.
"Tidak ada alasan apapun Nona Baekhyun. Ayo masuk."
Untung saja lokasi salon dan lokasi pertemuan Baekhyun dan Chanyeol berdekatan, sehingga tidak memakan waktu lama untuk tiba disana.
"Aku pergi ya," ujar Baekhyun tak bertenaga.
"Tunggu sebentar," Seohyun menarik tangannya.
Baekhyun memandang temannya bingung.
"Dimana kalung yang kuberikan padamu?" tanya Seohyun saat melihat di leher Baekhyun tidak ada apapun.
Baekhyun meraba leher hingga dadanya. Ia baru mengingatnya. Ia merogoh tasnya dan megeluarkan kalung itu. Seohyun langsung merebutnya dari tangan Baekhyun.
"Berbaliklah, aku akan memasangkan untukmu," ujar Seohyun.
Baekhyun hanya menurut dan dalam sekejap kalung itu sudah terpasang di lehernya. Seohyun memberikan ponselnya pada Baekhyun. "Berikan ponselmu sebagai gantinya," ujar Seohyun. Baekhyun yang bingung baru saja akan bertanya, namun Seohyun sudah kembali bicara. "Untuk jaga-jaga kalau Park Chanyeol menelpon."
Baekhyun dengan pasrah membiarkan Seohyun membawa ponselnya. "Kau merencanakan ini dengan sangat baik," sindir Baekhyun. Namun Seohyun tersenyum bangga dan menganggap itu pujian.
Baekhyun menatap Seohyun mengharapkan belas kasihan, namun Seohyun sudah tahu trik kotor Baekhyun. Ia segera mengusir Baekhyun keluar dari mobilnya.
Seohyun membuka kaca mobil untuk melihat Baekhyun yang sudah berdiri di depan kafe. Ia menyemangati Baekhyun. "Tenanglah, ia tidak akan mengenalmu. Ini terakhir kalinya kalian bertemu jadi tenang saja. Kau masih ingat skenarionya kan?"
Baekhyun menghela nafas lalu mengangguk berat. Seohyun tersenyum lebar ke arah Baekhyun. "Hubungi aku kalau kau sudah selesai. Aku akan menjemputmu. Aku pergi ya," Seohyun lalu menutup rapat kaca mobilnya dan melajukan mesin beroda empat itu meninggalkan Baekhyun dan kegugupannya.
.
.
.
Baekhyun tidak bisa duduk tenang. Kakinya terus bergetar hebat karena gugup. Pandangan matanya tidak bisa berhenti berputar mengelilingi seisi kafe. Bola mata hitamnya menyiratkan segala kegundahan hati dan rasa khawatir.
Bagaimana kalau ia ketahuan berbohong?
Baekhyun langsung meneguk setengah gelas lemon jus yang baru saja diantar ke mejanya. Rasa gugup membuat kerongkongannya kering luar biasa.
Baekhyun memandang jam tangannya gelisah. Ia pikir ia sudah telat tiga puluh menit, tapi kenapa Chanyeol belum juga nampak? Apa dia tidak datang? Kalau Chanyeol tidak datang, bukankah itu hal bagus? Baekhyun menggeleng. Tidak juga. Jika pertemuan hari ini gagal, Seohyun pasti akan memaksanya datang ke pertemuan berikutnya.
Baekhyun yang sejak tadi merasa diperhatikan, menoleh ke sampingnya. Seorang pelanggan kafe yang tidak dikenalnya terus menatapnya sejak ia duduk di tempatnya. Seorang pelayan tampak menghampiri meja pria tampan tersebut. "Tuan, apa kau sudah ingin memesan?"
Pria itu tersenyum menawan, "Aku masih menunggu seseorang," jawab pria itu sopan. Pelayan itu mengatakan sesuatu seperti memanggilnya jika sudah ingin memesan dan pria itu mengiyakan.
Jika dilihat, pria itu lumayan tampan dan tampak tak asing, namun tetap saja Baekhyun tidak mengenalnya, jadi ia berusaha mengabaikannya. Saat ia sedang melihat pria itu, tanpa sengaja mereka saling bertatapan dan Baekhyun segera mengalihkan pandangannya ke arah lain. Baekhyun menunduk malu dan merutuk kebodohannya.
Jam terus berjalan, Baekhyun sudah setengah jam berada disana. Gelasnya bahkan sudah kosong. Tiba-tiba Baekhyun melihat lelaki gemuk dengan kacamata bening memasuki kafe. Baekhyun buru-buru menegakkan tubuhnya. Ia punya firasat bahwa pria itu adalah Park Chanyeol.
Pria itu tampak melihat-lihat seisi kafe seperti mencari sesuatu. Baekhyun langsung seratus persen yakin itu adalah Park Chanyeol. Jadi Baekhyun memutuskan untuk melambaikan tangan agar Chanyeol menemukannya. Pria bertubuh besar itu melihat Baekhyun, namun tampak tidak peduli dan justru berjalan ke meja kosong yang berada tak jauh darinya.
Baekhyun mengernyit heran. Apa Chanyeol tidak melihatnya? Baekhyun merasa jantungnya berdegup luar biasa cepat. Ia merasa jantungnya akan melompat keluar. Baekhyun berusaha menenangkan diri dengan menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Setelah merasa lebih baik, Baekhyun memutuskan berdiri dan tempatnya dan berjalan ke arah meja pria yang ia anggap Chanyeol.
"Permisi," ujar Baekhyun dengan suara lembut.
Pria itu tampak terkejut melihat Baekhyun. Namun Baekhyun tersenyum sesopan mungkin. "Apa kau Park Chanyeol?" tebak Baekhyun.
Pria itu mengerutkan dahinya, tampak bingung. "Namaku Lee Hyo Shin," jawab pria itu. Ia mengira Baekhyun sudah salah orang.
"Oh… maafkan aku. Aku pikir kau orang yang ku kenal. Maaf ya," ujar Baekhyun sambil membungkuk sopan.
Baekhyun berbalik untuk kembali ke mejanya. Namun tiba-tiba seseorang memblokir jalannya. Saat Baekhyun melihat wajahnya, itu adalah pelanggan pria yang sejak tadi memperhatikannya. Baekhyun menunduk lalu menggeser tubuhnya ke kanan, namun pria itu mengikutinya. Baekhyun kemudian mengambil jalan ke kiri, dan lagi-lagi orang itu menutup jalannya dengan sengaja.
Baekhyun menghela nafas lelah. Ia menatap pria tinggi itu dengan tatapan tak suka. Baekhyun sudah bersiap untuk menceramahi pria asing itu. "Bisakah kau tidak menghalangi—"
"Seohyun?" potong pria itu.
Baekhyun menatap pria di depannya dengan mata membulat dan mulut menganga lebar. Tiba-tiba Baekhyun merasa lidahnya kelu tidak bisa berkata-kata. Pria itu tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya yang cemerlang. Senyum khas itu berhasil menghipnotis Byun Baekhyun.
Baekhyun masih heran menatap wujud asing di depannya. Dengan susah payah akhirnya ia berhasil menyebutkan sebuah nama yang begitu familiar untuknya.
"Park Chanyeol?," tanyanya dengan ekspresi takjub.
Pria tinggi itu mengulurkan tangan kanannya untuk mengajak Baekhyun berjabat tangan. "Lama tidak berjumpa, Seohyun-ah" ujar Chanyeol.
.
.
.
Lama tidak berjumpa readers sekalian!
Tahun ini saya datang dengan FF baru.
Setelah bisa dikatakan berhasil dengan Baddest Male, saya ingin memberikan FF terbaru lagi.
"Who Are You?" ini terinspirasi dari drama Korea She Was Pretty, namun ceritanya berbeda dari versi drama kok.
Semoga suka dengan karya saya yang ini.
Chapter ini seperti biasa hanya chapter pengenalan, jika responnya baik, akan saya lanjutkan.
Terimakasih sudah membaca!