Summary : Bagi Tetsuya, melihat Seijuro bahagia dengan Nijimura Shuuzo sudah merupakan kebahagiaan untuknya. AkaKuroAka, Twins!AkaAka, Bro! AkaKuroAka, main pair : Aka!OreKuro, Slight : Aka!BokuKuro, Aka!OreNiji
Tittle : Shiranai
Rate : T
Genre : Romance, Family
Disclaimer : Kuroko No Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Author : Seita-Kun
Warning : OOC, typo yang masih bertebaran, alur mungkin ngebut dan banyak kesalahan lainnya. Twins!AkaAka, Bro! AkaKuroAka, Slight!NijiAka.
Enjoy
.
.
.
Bagi Akashi Tetsuya, cinta itu adalah sebuah racun mematikan yang bisa membunuhmu perlahan-lahan. Cinta juga merupakan suatu yang indah namun menyakitkan, buta nan menyengsarakan karena cinta sudah hinggap di hati seorang insan berparas manis bernama Akashi Tetsuya untuk sang kakak angkat, Akashi Seijuro.
Akashi Tetsuya dan Akashi Seijuro mulai bersaudara sejak insiden kebakaran besar di biara, saat itu Tetsuya kecil tampak terkurung di bawah biara meminta pertolongan dan saat itu juga Seijuro datang menolongnya tanpa pikir panjang. Awalnya Seijuro ingin meletakan Tetsuya di panti asuhan terdekat namun, Seijuro merasa nyaman dengan Tetsuya dan berniat mengasuh Tetsuya sebagai adik angkat. Masaomi, Ayah Seijuro sangat menentang keputusan Seijuro, namun akhirnya luluh juga setelah beberapa jaminan di penuhi Seijuro.
Saat ini Tetsuya sedang meniti pendidikan di Universitas Teiko jurusan Sastra Semester 2, sementara Seijuro berkuliah di Universitas Teiko dengan jurusan Ekomomi demi menunjang kebutuhan skill saat bekerja dan memimpin perusahaan raksasa Akashi corp. Meskipun begitu Akashi bersaudara lebih memilih tinggal terpisah di apartement mereka tinggal di Tokyo agar lebih mandiri.
.
.
.
.
Seharusnya Tetsuya sudah pulang sejak jam 1 siang tadi dan pastinya saat ini ia sudah rebahan di atas sofa empuk apartemennya sambil minum kekasih tercinta-Vanilla Shake-san begitulah Tetsuya menyebutnya-, tapi apalah daya Tetsuya jika Mr. Kagetora, si dosen yang sangat ingin ia ignite punch wajahnya itu memanggil. Alasannya sama ; Revisi. Tetsuya tidak sabar untuk pulang dan gantung diri di kamarnya. Ini sudah 5 kali di revisi dan mata berbingkai Mr. Kagetora masih melihat kesalahan dari tugas yang digandrungi Tetsuya.
"Mengerti 'kan, Akashi-san?" Tanya Mr. Kagetora setelah membulat-bulati hasil ketikan Tetsuya tanpa ampun.
Tetsuya mengangguk lesu kemudian pamit undur diri setelah hasil karyanya di kembalikan ke tangannya. Tetsuya bersumpah akan meloakkan tugas laknat tiada akhirnya ke tempat loakan terdekat nanti.
Pintu ruangan di tutup, Tetsuya memasukkan hasil kerjanya kedalam tas kemudian berjalan keluar bangunan megah Fakultas Sastra tempatnya menimba ilmu-dan menimba stress-. Awalnya ia senang karena tugas laknat yang ia kerjakan sudah ia selesaikan sesempurna mungkin, namun takdir berkata lain karena ia harus kembali bercumbu dengan komputer dan tugas yang sama nanti malam.
Langkah lunglai menapak sepanjang koridor apartemen, ia ingin rehat sejenak sebelum kembali bertempur dengan tugas-tugasan yang tidak kunjung selesai. Mungkin sekarang Seijuro sudah pulang, ia tidak perlu memasak lagi untuk makan. Tapi kalau belum, terpaksa ramen instan menjadi pilihan.
Pintu di buka pelan dan kondisi masih sama. Kosong. Satu kesimpulan yang berhasil Tetsuya ambil; Seijuro tidak pulang lagi. Sudah sekitar 1 minggu Akashi Seijuro tidak pulang, terakhir kali Seijuro bilang ia akan mengerjakan tugas di rumah senpai merangkap kekasihnya, Nijimura Shuuzo. Tetsuya sendiri tidak tahu kenapa mengerjakan tugas yang mungkin menurut Seijuro mudah bisa sampai seminggu begini.
Tetsuya menghela nafas kecewa dan mengunci pintu dalam diam. Ia sudah sangat merindukan saudara kembarnya-
-juga orang yang sangat dicintainya.
.
.
.
Ramen instan yang beberapa menit ia hidangkan kini sudah bermigrasi ke perut pemuda bersurai teal itu dan kini lapar sudah berhenti mengganggu konsentrasinya dalam mengerjakan tugas. Bak kesetanan, Tetsuya mengetik, mencoret dan menghapus catatan dan buku sumber yang menjadi acuan tugasnya tanpa mengenal waktu hingga tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 Malam.
Jika saja Seijuro ada di rumah, ia pasti sudah mengomeli Tetsuya dan mengancam tambahan durasi 'morning kiss' sebagai hukuman. Kalau boleh jujur, Tetsuya sendiri tidak keberatan asal Seijuro yang menciumnya. Katakanlah Seijuro tukang PHP, sudah punya pacar saudarapun di sikat, tidak sadarkah Seijuro kalau ada satu hati yang terluka disini?. Tuh 'kan Tetsuya baper.
Ngomong-ngomong soal Seijuro, apa yang sedang dilakukannya sekarang? Apa dia mengingat Tetsuya sekarang? Apa dia merindukannya? Tetsuya ingin tahu. Namun, lagi-lagi senyuman miris yang terlukis di wajah sedatar pantat teflon miliknya.
'Mana mungkin, 'kan?' Ujar batinnya miris.
Layar kini tampak tidak menarik untuk dilihat, mungkin besok ia harus ambil libur sepihak untuk mengistirahatkan kepalanya yang mulai jenuh dijejali tugas yang sama. Tetsuya nelangsa. Coba saja Seijuro ada disini, pasti tugas laknatnya ini pasti sudah lulus sensor gurunya, sayang, Seijuro belum pulang-pulang juga.
kalau kata lagu salah satu di negara di Asia Tenggara sih liriknya; Bang Toyib~ Bang Toyib kenapa tak pulang pulang~ Anakmu~ Anakmu rindu ingin bertemu~
Kalau versi Tetsuya jadinya ; Seijuro~ Seijuro~ Kenapa tak pulang-pulang~ Adikmu~ Adikmu rindu ingin bertemu~
Tetsuya pijat pelipis, karena tiba-tiba otaknya korslet. Mungkin ini karena Gegana atau penyakit Malarindu. Jangan tanya darimana Tetsuya dapat kata-kata nista itu, pasti ada kuning dibalik perkara, ingat dibalik Perkara bukan di kali.
Tapi Tetsuya serius merindukan kasih sayang Seijuro. Kemana kakaknya yang selalu ada untuknya? Bahkan Tetsuya rindu di cium Seijuro sebagai hukuman, meskipun di cium sampai sesak nafaspun Tetsuya Ikhlas asalkan itu Seijuro. Kira-kira Seijuro juga memikirkan Tetsuya atau tidak ya?.
Tetsuya menggeleng menyingkirkan benaknya yang terus memikirkan 'Seijuro-kun', Kalau serba Seijuro, nanti Tetsuya tidak bisa mandiri. Tapi, apa mau di kata, pikiran tentang Seijuro-kun selalu menyelinap dalam benaknya dan selalu menginvasi pikirannya. Seijuro, Seijuro dan Seijuro, kalau tugas nanti aja. Tetsuya sedang kangen berat sama Seijuro.
Tidak bisakah Seijuro pulang sebentar saja?.
"Seijuro-kun" Ucapnya sebelum kantuk menjemput pemuda beriris biru laut itu ke alam mimpi.
.
.
.
"...ya!"
"...tsuya!"
"Tetsuya! Bangun!"
Tetsuya mengerjapkan matanya yang terasa buram, kepala diangkat untuk melihat dengan jelas siapa yang sudah membangunkan tidurnya. Kemudian tubuh di hentakkan ke atas untuk melihat jam di dinding yang bergantung manis, sudah pukul 06.30 AM, Akashi Tetsuya dinyatakan tumbang saat bertarung dengan tugas.
"Aku... Ketiduran?" Ucap pemuda surai teal itu seolah tidak percaya. Mata dilirik ke samping untuk melihat oknum tersangka-atau pelaku?- pembangunan Tetsuya dari tidurnya. "Seijuro-kun?"
"Bisa-bisanya ketiduran di ruang tengah." Ujar Seijuro sambil menyilangkan tangan di dada.
"Okaerinasai, Seijuro-kun" Tetsuya menyapa dalam kondisi nyawa yang belum terkumpul 100% sesekali mata Tetsuya di kucek pelan.
Kali ini sang kakak beda 4 menitlah yang menghela nafas. "Tadaima. Jadi apa yang kau lakukan sampai ketiduran di sini?"
"Mengerjakan tugas dan menunggumu pulang."
"Tugas?" Tetsuya mengangguk. "Aku merevisi tugasku yang kemarin." Jawab Tetsuya dengan nada monoton ciri khasnya.
"Tunggu, itu tugas dari Mr. Kagetora yang kau kerjakan beberapa hari lalu, 'kan?" Anggukan polos kembali menjadi jawaban. "Aku tidak tahu Tetsuya sebodoh itu."
Bukannya mendapat sapaan selamat pagi atau yang lainnya, malah hinaan yang ia dapat. Tetsuya ngambek kuadrat. "Seijuro-kun berisik. Walaupun aku tidak sepintar Seijuro-kun, tapi aku mengerjakan tugas itu sendirian." Sindiran halus dilayangkan.
"Makanya minta bantuan temanmu yang pintar." Dan Seijuro yang tidak peka.
"Seijuro-kun sendiri tahu kalau teman-temanku tidak bisa di andalkan"
"Kalau begitu bertemanlah dengan orang yang bisa diandalkan."
"Mereka saja sering kabur kalau kudekati!"-miris memang, tapi itu fakta kalau Tetsuya sulit punya teman karena mengira Tetsuya adalah hantu, silahkan salahkan hawa keberadaannya yang tipis.
Seijuro menghela nafas, ia teringat kejadian beberapa bulan lalu tepat awal mereka masuk Universitas Teiko tentang adanya Hantu Teiko yang ternyata Akashi Tetsuya itu sendiri. Niat sih baik, tapi sayang dianggap hantu. Seijuro sangsi, Tetsuya pundung.
"Baik, lupakan. Kau sudah makan?" Tetsuya kembali menggeleng. "Baiklah, kau mandi dan aku yang memasak." Seingat Tetsuya, ia belum membereskan kekacauan di dapur selepas merebus ramen instan di dapur.
Lengan Seijuro di cengkram kuat sebelum meninggalkan area ruang tengah, jika kelakuannya semalam ketahuan Seijuro maka habislah ia. "Seijuro-kun, istirahat saja. Kau baru sampai kan? Biar aku yang memasak"
"Tidak apa, lagipula rumah Shuuzo-san tidak jauh dari sini." Cengkraman dilepas paksa, Tetsuya pasrah. "Baiklah, Aku akan mandi." Ucap Tetsuya lirih.
"Oh iya, karena Tetsuya sudah berani memasak ramen instan artinya hukuman 'kan? Aku akan menghukummu setelah mandi."
Tetsuya ingin menenggelamkan diri di dasar bathtub sekarang juga.
.
.
.
.
Nafas Tetsuya tersenggal-sengal, rekor 7 menit ciuman di pecahkan dan sebagai hadiah, Tetsuya merapalkan sumpah serapah bagi sang kakak yang tentunya di ucap dalam hati, bisa-bisa tambah porsi hukuman kalau mengatakan itu tepat di wajah Seijuro.
Sarapan kali ini membuat Tetsuya tidak mood makan. Selain karena tambahan porsi makan dan hukuman durasi ciuman yang membuat perutnya seperti di jungkir balik, kini ulu hati lah yang terkena pukulan telak, pasalnya sang kakak kembali membicarakan Nijimura-san ditengah santap paginya.
Rasanya mual, Tetsuya ingin meninggalkan Seijuro disana sendiri berceloteh dengan angin.
"Seharusnya aku masih membantu Shuuzo-san soal tugasnya yang cukup sulit menurutnya, aku sudah mempelajarinya jadi aku bisa membantunnya-"
"Hm..." Sahut Tetsuya yang lebih mirip gumaman.
"Aku rasa aku juga akan menginap lagi di rumah Shuuzo-san. Aku ingin memban- Tetsuya!? Kau tidak apa-apa!?" Tetsuya tersendak mayonaise.
Apa itu artinya dia akan ditinggalkan lagi?.
"Tetsuya? Kau sakit?" Tanya Seijuro lagi, lengannya sudah bergerak untuk myentuh kening Tetsuya sebelum tangan pucat Tetsuya menepisnya dengan sadis.
"Aku baik-baik saja, silakan kalau mau menginap tidak usah pulang sekalian. Aku pergi." Susu di sambar dan ditandaskan sekali teguk sebelum kaki jenjang meninggalkan ruang makan dengan perasaan kesal yang memuncak. Seijuro memang begitu, seharusnya Tetsuya tahu itu.
"Tetsuya..."
.
.
.
.
Aura hitam menguar pekat, siapapun yang berada di dekatnya mungkin akan menghindar. Jika Tetsuya marah maka Misdirection malah akan berlaku sebaliknya, bahkan bagi teman pelanginya, Tetsuya seolah berubah seperti Iblis.
"Aura hitammu terlalu mengerikan, Tetsuya." Komentar Mayuzumi Chihiro.
"Ku-kurokocchi? Daijoubu ssu ka?" Bahkan si cempreng Kisepun tidak berani menerjang oh malaikat biru yang kini sedang bertransformasi menjadi iblis.
"Aku tidak apa-apa, Kise-kun." Jawab Tetsuya datar.
"Apanya yang tidak apa apa oi, Tetsu!? Kau bahkan membuat suasana disini menjadi dingin."
"Itu bukan salahku Aomine-kun"
"Kalau ada masalah cerita saja nodayo. B-bukannya aku perduli aku hanya kasihan melihat mereka ketakutan, jangan salah paham!"
"Terima kasih, Midorima-kun"
"Kurochin mau maiubo?"
"Tidak, Murasakibara-kun. Aku akan lebih bersyukur kalau kalian tidak membuntutiku sampai toilet." Tatapan datar memicing garang menghakimi 5 pemuda yang terus membuntutinya sampai toilet.
Merekalah Kiseki no Sedai, Generasi keajaiban yang muncul beberapa tahun sekali, sekarang sedang melakukan study untuk mengejar cita-cita masing-masing meski masih satu kampus. kebetulan yang mengejutkan. Tetsuya sendiri sebenarnya tidak keberatan, malah senang kembali bertemu dengan teman-temannya dulu. Tapi, kalau sudah khawatir, Tetsuya akan dibuat pusing.
Soal Kuroko itu sebenarnya teman-temannya belum tahu kalau Tetsuya sebenarnya seorang Akashi dan memakai marga Kuroko yang tidak lain adalah nama panti asuhan yang dulu merawatnya. Menyembunyikan persaudaraannya dengan Seijuurou dirasa lebih baik menurutnya.
"Aominecchi jangan cari kesempatan rangkul Kurokocchi ssu!" Pekik Kise.
"Kenapa? Tetsu enak di rangkul, dia pendek." Ucap Aomine santai.
Kuroko menginjak kaki Aomine keras."Aku tidak pendek, Aomine-kun." Ucap Kuroko datar namun ada nada kesal tanpa menggubris teriakan kesakitan Aomine.
"Oh, Aomine. Jangan berani kau mencari kesempatan dalam kesempitan pada Kuroko." Ucap Midorima kesal.
"HA!? Siapa yang mencari kesempatan dalam kesempitan!? Meski aku super pervert ,hot, dan cool seperti ini, aku tak akan mengapa-apa'kannya! Dan OH DEMI KOLOR HAIZAKI BR*NGS*K, aku tak akan menyentuhnya! Dia laki-laki dan kalau pun dia perempuan, dia pasti flat-chest dan itu bukan tipeku!" Cerocos Aomine cerewet. Kuroko meninju keras perut Aomine kesal.
"Maaf kalau aku bukan tipemu, Aomine-kun. Tapi aku tak segan-segan membakarmu jadi lebih gosong jika kau menghinaku." Ucap Kuroko kesal. Yap, benar-benar kesal. Aomine hanya bungkam seribu bahasa. Hingga akhirnya pemuda baby-blue itu pergi meninggalkan rekan seperjuangannya yang mendadak menyebalkan.
.
.
.
Matahari masih menggantung di langit biru nan indah, Tetsuya sudah hengkang dari kampus di karenakan sang sahabat seolah berusaha membakar stok kesabaran yang ia miliki.
Pintu apartemen di buka, sepasang sepatu kets sudah nangkring di tampat sepatu. Seijuurou tidak jadi pergi kah?. Penasaran menghampiri siapa gerangan yang ada di dalam apartementnya. Langkah kaki dibuat seringan mungkin tanpa membuat suara.
"Tetsuya, kenapa mengendap-endap begitu?" Sebuah suara menginterupsi, punggung Tetsuya meremang menyadari suara yang amat familiar di telingannya.
"Seishirou-kun!" Kata Tetsuya tidak percaya melihat pria bersurai merah darah dan beriris heterochrome berdiri di hadapannya sembari melipat tangannya dan bersandar angkuh di sisi tangga paling atas.
Tetsuya berlari menuju puncah tangga untuk memberi pelukan rindu dan sayang bagi kembaran Akashi Seijuurou yang baru saja kembali dari Inggris.
"Hora Tetsuya, kau bisa jatuh kalai lari-lari begitu." Peringat Seishiro namun dihiraukan Tetsuya yang langsung menabrak sosok Seishiro layaknya anak kecil.
"Aku kangen Shiro-kun" Guman Tetsuya manja.
"Ini kan sudah pulang, Seijuurou mana? Aku tidak melihatnya sejak datang."
"Paling menginap lagi di tempat Nijimura-san" Pipi di gembungkan imut, Si merah hanya bisa tersenyum maklum melihat kelakuan adik angkatnya.
"Berapa hari dia tidak pulang?"
Seishirou tahu, Seijuurou sering lupa waktu kalau sudah bersama kekasihnya, ia yakin Tetsuya sendiri pasti kesal di tinggal terus oleh Seijuurou.
"Kemarin pulang-" baru saja Seishirou akan menghela nafas- "Tapi kemarinnya sudah 1 minggu tidak pulang"
-namun batal. Seishirou pijat kening, belum genap 3 jam ia di rumah, masalah sudah muncul lagi. Kali ini Seishirou akan memberlakukan sistem keras di apartementnya.
Layar pada ponsel merah digeser, mencari nama yang di tuju untuk di telepon dengan geram di ketuknya icon telepon hijau dan mulailah terdengar suara nada sambung ponsel Seijuurou. Tetsuya tampak asyik membaca novel berbantal paha Seishirou.
Suara telepon diangkat, suara Seijuurou menyapa dari ujung sana.
("Hallo, Shirou? Ada apa?")
"Ada apa kepalamu, apa salah seorang adik menelepon kakaknya?"
("Ah- maaf maaf, tapi bukannya kalau telepon kau pasti ada maunya.")
"Tepat, pulang sekarang." Satu kalimat perintah dilayangkan, kening yang di sebrang mengkerut.
("Kau di telepon Tetsuya? Ada apa dengannya? Tumben tidak menghubungiku jika terjadi sesuatu")
Kening Seishirou berdenyut kesal, Astaga kakaknya perlu di kirim ke gereja terdekat supaya insyaf.
"Hem tidak, dia hanya kesepian. Katanya bawakan buah buahan, paham!? Pergi dari sana, atau ku kirim rudal ke rumah Nijimura Tersayangmu"- belum sempat membalas, sambungan sudah di putus sepihak. Seijuurou jadi harus minta maaf karena acara menginapnya batal sekarang.
Sementara Tetsuya sendiri mergut tidak suka si kakak mengatas namakan ia untuk pesanan yang sama sekali tidak di pesannya. Tapi biarlah, hanya Seishiro yang paham isi hatinya. Perut si blunettepun sudah penuh karena Seishirou sudah memasakkannya makan siang.
Seishirou mengelus kepala si bungsu penuh sayang sambil menunggu si sulung datang.
.
.
.
Dengan tergesa-gesa Seijuurou menekan sebaris kode untuk membuka pintu apartentnya, dilihatnya sepasang sepatu asing yang sudah nangkring di atas rak sepatu. Seijuurou mengerenyit bingung, memangnya Tetsuya membawa temannya ke rumah?
"Tadaima."
"Okaeri, Sei-kun/Seijuurou" hanya satu orang yang berani menyebut nama kecilnya.
"Seishirou, kau pulang?" Tetsuya merengut merasa terkacangi.
"Kita sudah sepakat kan? Jika aku ke Inggris maka kau mengurus Tetsuya!? sekarang, lihat!? 1 minggu kau tidak pulang, aku tidak tahu kau jadi tukang melanggar perjanjian." Ujar Seishiro tajam, Seijuurou tercengang.
Ah- Tetsuya tau sebentar lagi akan terjadi perang mulut diantara keduanya, Tetsuya lebih memilih pergi dari tempatnya dan masuk kedalam kamar untuk menyapa tugas-tugas menggunung di meja belajarnya.
.
.
.
Keterlaluan, sungguh keterlaluan kedua saudara kembar ini. Terhitung 6 jam sejak Seijuurou pulang namun belum ada tanda-tanda dua pemuda bersurai scarlet ini akan berbaikan, bahkan tidak ada yang sudi untuk sekedar menatap satu sama lain. Jengah, Tetsuya berinisiatif untuk membuat kedua saudaranya berbaikan.
"Sei-kun, Shiro-kun..."
"Ya, Tetsuya?" Tanya mereka bersamaan
"sudah dong bertengkarnya, kita kan sedang makan. Bukankah Akashi sangat menjunjung tinggi etika dan sopan santun?"
Seijuurou dan Seishirou terdiam, kembali fokus pada makanan dan mengabaikan musuh walau tatapan mereka tetap menyiratkan awas-kau-nanti-kujadikan-perkedel, Tetsuya hanya bisa pijat kening. kakaknya itu kadang-kadang kekanakan.
"Jadi, ada apa kau kesini? Bukannya seharusnya kau ke Kyoto dulu?" Tanya Seijuurou tanpa nada manis, mencekam seperti racun.
Seishiro menyeringai. "Apa salahnya aku bertemu kedua saudaraku dulu sebelum bertemu Ayah? lagipula dia sedang di Amerika." Kuah sup tofu di seuput pelan, mengejek si sulung.
"Hoh, jadi kau berniat menjadi benalu disini?"
"Hey aku juga yang menyewa tempat ini, Seijuurou!"
"Mati sana, Seishirou!"
"Kugentayangi kau!"
Brakkk
"Niisan! Makan dulu debatnya nanti, aku cape denger kalian bertengkar!" Permukaan meja menjadi sasaran
"Nanti aku tidak pulang"
"Sei-kun mau kemana malam-malam begini?"
"Aku mau ke rumah Shuuzo-san unt-" "Oh sekalian bawa semua bajumu dan jangan pulang lagi kalau bisa."
"Kau mengusirku, Seishirou?"
"Daripada bulak-balik kan? Ada rumah dengan adik yang menunggu, kau malah seperti ini, Sei. Bukankah lebih baik kau tidak pulang?" Seishirou kembali menebar racun membuat Seijuurou merasa sesak nafas.
Oh, Perang Saudara Season 2 sudah dimulai.
.
.
.
Pagi menyingsing dari ufuk timur, Tetsuya dan Seishirou tampak menikmati sarapan mereka, Seijuurou? Menginap di rumah 'Shuuzo-san-nya' setelah berdebat dengan diktator, Seishirou. Tetsuya secara pribadi sedih, tapi mungkin lebih baik begitu, ia tidak ingin kakak yang ia cintai sedih karena dihalangi olehnya.
"Tetsuya, habiskan sarapanmu. Kau ada kuliah jam 8 kan?" Tanya Seishirou, Tetsuya mengerjap beberapa kali sebelum mempercepat sarapannya.
"Aku terlambat, Shirou-kun!"
"Makanya jangan melamun! Sana pergi."
"hai' ittekimasu!"
"itterashai" Seishirou hanya bisa geleng-geleng melihat kelakuan adiknya yang langsung lari terbirit-birit menyusuri koridor apartemen.
Skip Time, Universitas Teiko
Mata kuliah pak Imayoshi hampir di mulai, sementara garis finish masih jauh dari jangkauan, berharap-harap cemas semoga dosen itu mendadak sakit perut dan berlabuh dulu di toilet putra terdekat sebelum masuk ke kelas, atau kalau bisa jangan datang.
Pintu di depan mata, langkah di perlebar dan dipercepat sebisa mungkin d menekan hawa keberadaan setipis mungkin agar dirinya semakin transparan dan bisa langsung masuk ke kelas seperti biasa. Namun itu hanya rencana saja, ingat quote nya shooter shuutoku yang sekarang sedang meniti pendidikan sebagai mahasiswa kedokteran semester dua? Manusia dapat merencanakan, namun tuhanlah yang menentukan. dan begitulah keadaan yang dapat menggambarkan Akashi Tetsuya sekarang.
"Akashi Tetsuya-san? Terlambat?" terkutuklah. tubuh Tetsuya meremang seketika. "Siapa yang mengizinkanmu masuk?" Celaka, tamatlah Akashi Tetsuya.
.
.
.
Setelah adegan pengusiran yang dramatis, kini Tetsuya tampak menyendiri di atap gedung fakultas ekonomi, kenapa Tetsuya bisa nyasar sampai sejauh itu? Jangan tanya, Tetsuya sedang galau, dia akan melangkah kemanapun kakinya suka jika sedang begini.
"Huh" gumannya kesal dalam wajah datarnya.
Imayoshi-san tidak punya belas kasihan, Tetsuya hanya telat beberapa menit, tidak terlalu fatal, malah di sindir-sindir lalu di usir. Apalah memang Tetsuya tidak punya hati? Ia sakit hati dikatai tidak disiplinlah, meremehkan mata kuliahnyalah demi apa Tetsuya hanya kebanyakan melamun saat sarapan dan mana mungkin materi dari Imayoshi-san bisa tidak penting untuknya padahal itu dasar untuk skripsi nanti!?
Tetsuya menghela nafas pelan, mencoba sabar sesabar-sabarnya. Ia tahu ia salah, dan ia berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Tungkai baru akan melangkah pergi meninggalkan atap, namun sebuah suara seperti... desahan? menginterupsi niatnya. Diikutinya sumber suara dan mencari spot teraman untuk sembunyi.
"A-ah.. Shuuzo-san..." -Suara ini terlalu familiar di telinga Tetsuya.
"Sabar sedikit Akashi." -Suara ini juga terasa tidak asing.
Kepala ditengok untuk melihat apakah gerangan yang sedang terjadi, seolah pandora yang baru saja dibuka, Tetsuya merasa telah menyesal mengikuti suara itu, kini hatinya merasa teriris tipis-tipis oleh pisau yang tumpul, sakit, perih melihat orang yang dicintainya sedang di setubuhi oleh-
-Kekasihnya sendiri.
Tetsuya sadar siapa dirinya, ia pergi meninggalkan tempat itu menuju kantin menemui teman pelanginya yang mungkin sedang makan-makan disana. Tetsuya tidak boleh menangis dulu sekarang, tidak sekarang. Ia harus menunggu malam dulu sebelum bisa menangis sampai puas nanti malam.
To Be Contiuned
A/N : Doumo minna-san. Seita ngutang ff lagi karena ff Seita yang lain lagi males ngerjain/dor dan ini apa ya? Seita ga ngerti seita ngetik apa... yaudah deh semoga minna-san suka.
review please?
salam hangat,
Seita-kun