"APA?"

Pria beralis tebal itu berteriak kaget dari balik telponnya.

"Aku melakukan ini demi kebaikan kita semua Lee! Apa kau tahu sekarang Sasuke sedang berusaha mendekatinya? Walaupun Sakura bilang pria itu kehilangan ingatannya tapi aku masih merasa pria itu berbahaya!" jawan Ino kesal

"A-aapaa? Kau bilang Sa-sasuke?"

Sekelebat bayangan mengerikan hinggap dipikiran Lee. Kejadian 10 tahun yang lalu tak mungkin ia dapat lupakan seumur hidupnya. Pengkhianatan.. sakit hati.. penderitaan dan rasa bersalah yang tak berujung. Itulah mengapa ia memilih untuk meninggalkan Sakura walaupun mereka masih saling mencintai. Ia tak mampu membohongi wanita yang ia cintainya lebih jauh lagi.

Setelah sadar dari komanya Sakura tak mengingat kejadian dua tahun yang telah mereka alami. mungkin saja itu efek dari hilangnya pengaruh sihir Sasuke padanya. Pada awalnya Sakura menolak jika Lee telah menjadi kekasihnya selama dua tahun itu. Namun karena kesabaran dan kabaikan hati Lee wanita itu jadi luluh juga.

Hari berganti menjadi minggu, minggu berganti menjadi bulan. Hubungan mereka berjalan dengan baik. Kejadian-kejadian mengerikan itu Lee anggap sebagai mimpi buruk, Lee telah memaafkan Sakura dan berusaha melupakan semuanya. Namun tiap kali melihat Sarada di tengah keluarga Haruno, ia sadar itu semua bukan sekedar mimpi buruk semata. Bocah itu bisa jadi boomerang atas masa lalu Sakura.

Lee takut jika fakta mengerikan itu terkuak. Bagaimana jika Sakura mengetahui semua yang telah menimpanya? apalagi jika Sakura tahu semua petaka dalam hidupnya berawal dari ambisinya untuk mendapatkan wanita itu. Lee sendiri tak menyangka obsesinya telah menjerumuskan Sakura masuk ke dalam kegelapan Sasuke. Iblis itu telah menjerat Sakura sangat jauh. Kali ini iblis itu pasti mengincarnya lagi. Nyawa Sakura dan Sarada dalam bahaya.

"Iya.. kau tahu ini bukan hal yang baik bukan?"

"Apakah pria itu menanyakan Sarada?"

"Tidak.. sementara kita perlu lega, Sakura bilang Sasuke mengalami amnesia sembilan tahun lalu. Hanya saja kita tak tahu kapan ingatannya pulih kembali jadi karena itu aku melakukan hal ini Lee, ini demi keselamatan Sarada dan Sakura. Hanya sampai mereka berpisah saja. kau berpura-pura lah menjadi ayah Sarada. Lagipula kau masih mencintai Sakura kan? Ini adalah cara terbaik agar kau bisa mendapatkan Sakura lagi!"

"i-iya.. T-tapi.."

"Kau adalah orang yang memulai semua kegilaan ini. Jadi kau harus bertanggungjawab. Awalnya Sakura memang tak percaya kalau Sarada adalah putrinya. Dan kau ayah dari putrinya. Tapi aku yakin diam-diam ia pasti akan melakukan tes DNA setelah menemukan kecocokan DNA dia mungkin sedikit syok, namun perlahan ia akan menerima semuanya. setelah itu dia akan menghubungimu, mungkin kau akan habis olehnya tapi jika kau mampu membujuknya pelan-pelan ia akan memaafkanmu. Aku sangat mengenal Sakura, ia akan lebih memilihmu sebagai ayah kandung putrinya daripada Sasuke. Ini memang terdengar kejam tapi kita tak punya pilihan lain"

"Lalu.. Bagaimana jika Sakura tak percaya kalau aku ayah kandung Sarada dan memintaku melakukan tes DNA. Semua kebohongan kita akan terbongkar!"

"BAKKKAAA.. tentu saja dia percaya, sebelum amnesia kalian memang berpacaran kan selama dua tahun? lagipula bisa saja Sarada itu adalah anakmu bukan anak Sasuke. walaupun ia mengkhianatimu tapi kalian pernah melakukannya kan?"

Lee meneguk air liurnya mendengar perkataan Ino, andai saja Ino tahu keadaannya yang sebenarnya mungkinkah dia masih bisa berpikiran seperti itu?

"A-ano.."

"Sudahlah.. Kau tenang saja.. Sakura tak akan memintamu melakukan tes DNA aku jamin itu"


"Mereka sangat hebat.. ini mengerikan.." pikir Sarada sambil membolak-balik buku yang tengah ia baca. Ia tak sengaja menemukan buku itu ketika hendak pulang ke apartemennya, ketika berjalan di lorong sekolah, ia mendengar bunyi seperti benda terjatuh dan melihat buku itu tergeletak, pasti ada seseorang yang meninggalkan miliknya disana.

Niatnya Sarada akan mengembalikan buku itu pada pemiliknya jika ada yang mencari. Sampul buku itu sangat aneh karena tak ada nama penerbit dan pengarang di dalamnya, hanya tulisan judul bertuliskan 'New World Order'.

Sarada tertarik membaca buku itu karena disana ia terdapat nama Uchiha disana. Setelah ia baca isinya ternyata sebuah buku pengetahuan mengenai Aliran Satanism dan perkembangannya oleh klan Uchiha di jepang terutama konoha.

Tujuan mereka tetaplah sama yaitu menciptakan tatanan dunia yang baru atau "new world orde", Merusak agama samawi (Islam, Kristen, Katolik). Menghapus agama, warisan, patriotisme, hak milik pribadi, dan menguasai pemerintah. Menyebarkan paham ateis secara global dan ajaran Iblis (menghapus moral dan norma-norma manusia) serta melakukan pengurangan penduduk secara besar-besaran, terutama penduduk miskin, sehingga nanti hanya kaum mereka lah yang dapat bertahan karena kau mereka di dominasi orang kaya dan berpengaruh di dunia.

Uchiha adalah klan yang memiliki peran penting dalam penyebaran aliran itu disana. Tak heran mereka merupakan klan kaya dan hebat selama berabad-abad karena bersekutu dengan iblis. Mereka memiliki banyak perusahaan yang memproduksi kebutuhan pokok negeri ini atau mungkin dunia. Mereka juga banyak yang duduk di bangku pemerintahan. Sarada teringat kekasih kakaknya yang juga berasal dari keluarga Uchiha. Uchiha Sasuke, seorang anak pengusaha bernama Fugaku Uchiha yang memiliki perusahaan emas dan pertambangan Uchiha

Adalah Uchiha Madara orang berpengaruh yang memiliki rencana untuk menguasai dunia ini. Mereka sering menyebutnya sebagai Tsuki no Me Keikaku atau rencana bulan mata yang secara harfiahnya berarti rencana untuk menyatukan dunia dalam satu genggaman miliknya tanpa rasa benci dan penuh kedamaian. Sebuah dunia yang diimpikan semua orang.

Dan Tsukuyomi-no-Mikoto yakni kombinasi dari kata Jepang untuk "bulan" (tsuki) dan "untuk membaca, untuk menghitung" (yomu). Interpretasi lain dari "malam terang bulan" (Tsukiyo) dan arti kata kerja "untuk melihat" (Miru) atau dalam istilah iluminati berarti "All seeing eyes". Itulah kenapa Konoha memakai lambang sebuah mata untuk kota mereka. Rupanya klan Uchiha telah memberi pengaruh besar dalam pembangunan pemerintahan.

Pada awalnya Madara mempengaruhi orang dengan mengaku sebagai Tsukuyomi atau dewa bulan dalam mitologi Shinto karena sebagian besar masyarakat Konoha menganut ajaran Shinto. Dengan segala sihir yang ia buat ia telah membuat mata orang-orang Konoha takjub. Mereka percaya bahwa Madara adalah dewa bulan. Banyak yang menyembahnya, memberikan persembahan untuknya hingga rela mengorbankan nyawa demi dirinya.

Seiring berjalannya waktu perilaku Madara telah melenceng jauh dari ajaran leluhur mereka. Izuna mulai gerah dengan tingkah kakaknya. Sebagian orang mulai sadardengan kebiadaban Madara namun mereka lebih memilih bungkam dan takut.

Sabda terkenal yang Madara ucapkan pada pengikutnya yakni;

"Untuk menjadikan semuanya menjadi satu denganku"

"Untuk mendapatkan bentuk yang sempurna, dimana semua menjadi satu (bersatu)"

"Aku akan menggunakan ilusiku kepada semua manusia yang hidup di muka bumi"

"Mengendalikan seluruh umat manusia dengan ilusi tersebut"

"Ini akan menjadi dunia tanpa kebencian atau konflik, semua akan menjadi satu denganku, semuanya bersatu"

konon kehebatan Madara terletak pada matanya, klan Uchiha mempunyai legenda pada mata mereka yang disebut dengan Sharingan, berwarna merah dengan tomoe berbentuk angka 666 yang merupakan symbol setan. Sebagai bukti penyatuan darah mereka dengan iblis yang mereka sembah. Selain itu mereka juga memiliki bakat alami amaterasu atau teknik sihir api yang berasal dari dewa matahari atau iblis Lucifer.

Generasi penerus Madara dari klan Uchiha selanjutnya yaitu Obito Uchiha atau lebih dikenal Tobi. Ia disebut-sebut pengganti Madara karena kekuatan luar biasa sihirnya yang melebihi keturunan-keturunan Uchiha lain. Ia membuat organisasi bernama Akatsuki. Tujuannya sama dengan Madara. Tak banyak informasi mengenai Tobi dalam buku yang Sarada baca, hanya saja konon pria itu masih hidup sampai saat ini, kemampuannya untuk masuk ke dalam jiwa orang lain membuatnya lebih menyerupai iblis daripada manusia. Ia telah menguasai seluruh isi kitab Madara. Tak ada yang tahu keberadaannya saat ini. yang jelas ia memiliki kehidupan kekal abadi. Ciri fisiknya memakai topeng menutupi seluruh wajahnya, mata kirinya buta jadi ia hanya punya mata kanan yang memiliki Sharingan. Ia juga merupakan dalang di balik semua keburukan dengan memanipulasikan fikiran,pembohongan serta fitnah luar biasa dan orang yang membuka peperangan dunia ketiga. Seorang Antichrist yang nyata..

Sarada menutup buku yang tengah ia baca, matanya lelah akibat terlalu banyak membaca. Ia menaruh buku itu di atas meja belajarnya. Besok ia harus bangun pagi untuk sekolah. Jadi ia harus tidur.

Buku yang ia temukan itu sangat menarik, dari sekian banyak buku Iluminati yang ia baca. Buku itu lebih mudah ia pahami, apa karena apa yang ada didalam buku itu lebih dekat dengan dirinya dibanding kebanyakan buku-buku luar negeri yang ia baca. Bukannya buku lain tak lengkap hanya saja ia merasa hal itu sangat familiar. Apakah ini semua jawaban yang selama ini ia cari? Apa ini ada hubungannya dengan iblis yang ada dalam dirinya? Apakah orang tuanya keturunan Uchiha?

Sejak dulu ia tahu bahwa keluarga Haruno bukanlah keluarga kandungnya. Jika dilihat secara fisik ia lebih mirip dengan keturunan klan Uchiha daripada klan Haruno ataupun klan lainnya di Konoha. Uchiha.. Uchiha.. pikirannya terus menerus pada klan itu. Ia akan mencari tahu jawaban itu sendiri.


Betapa pun Sakura berusaha keras berpikir, logikanya tetap tak terima. Gara-gara percakapannya dengan Ino mengenai Sarada yang merupakan putri kandungnya membuatnya gila. Memangnya Sakura bodoh bisa di tipu oleh Ino begitu saja.

Dan lelucon macam apa ini? Lee? Ayah kandung Sarada? itu benar-benar konyol. Mungkin ada yang tak beres dengan pikiran Ino ketika mengatakan hal itu. Apakah dia sedang ada masalah dengan Sai? Atau belum lama ini mengalami hal yang berat? pelecehan Seksual? Di culik alien? Atau efek imajinasi karena obat-obat terlarang. Akh.. Atau mungkin Ino masih menyukai Sasuke jadi ia tak rela mereka bersama. Seingatnya sewaktu mereka sekolah dulu Ino memang naksir berat dengan Sasuke. Tapi dia kan sudah punya Sai, kenapa Ino jadi maruk begitu.

Tapi apapun itu Sakura tak peduli, ia tak akan mendengarkan ucapan sahabatnya. Lalu jika begitu apa yang Sakura lakukan malam-malam begini di laboratorium rumah sakitnya? Dengan helaian rambut Sarada di tangan kirinya dan rambutnya sendiri di tangan kanan.

Menarik secarik kertas berisikan data didalamnya. Data yang paling horror di dunia ini. disana tertulis kecocokan DNA nyaris sempurna 99,7%. Melihat angka seperti ini bahkan malaikan di surga pun tak bisa membantah hubungan darah itu.

Sakura tak dapat melakukan apa-apa selain menangis. Kenyataan ini bukanlah kenyataan yang ia inginkan. Pikirannya hanya satu yaitu Sasuke. dia pasti akan kecewa setelah tahu ia telah memiliki anak dengan pria lain yang merupakan mantan kekasihnya.

Dan Lee.. Brengseknya dia… karena telah meninggalkannya dengan seorang anak yang bahkan ia tak pernah ketahui. Rasanya ia akan membunuh dan mencincang orang itu hidup-hidup. Jika saja tuhan mengijinkanya rasanya ia akan menguliti pria itu sampai ke tulang-tulang sumsumnya.

Kenapa di saat ia telah menemukan pria yang baik dan merasakan indahnya cinta, ia harus mengalami hal seperti ini? Baru saja ia merasa senang karena dapat melupakan Lee yang telah mencampakkannya dengan alasan yang konyol ; kau terlalu baik untukku. Dan sekarang Sakura memahami kenapa Lee berkata seperti itu. Selama dua tahun mereka berpacaran ternyata Lee lah yang telah menghancurkan hidupnya. Fakta ini harus Sakura hadapi, tapi seharusnya ia tanggungjawab kan bukannya malah kabur begini? Dasar pria tak tahu malu..

Nasi sudah menjadi bubur, walaupun Lee orang yang brengsek tapi Sarada tak melakukan apa-apa. Sakura berjanji mulai saat ini ia akan mencintai bocah itu layaknya anaknya ini rasanya sangat canggung. Kalian bisa membayangkan sendiri bagaimana rasanya jika adik kalian tiba-tiba berubah menjadi putri yang kalian lahirkan. Ini memang sangat aneh.. mungkin Sakura membutuhkan beberapa waktu untuk menerimanya.


Berkali-kali Sasuke melihat ponsel miliknya, berharap kekasih tercintanya menjawab pesan darinya. Beberapa hari ini Sakura seolah menghindarinya. Ia hanya menjawab pesannya sekedar saja. Biasanya gadis itu sangat excited tiap kali mendapat pesan darinya. Komunikasi mereka lancar apalagi setelah hubungan mereka resmi.

Gara-gara gadis berambut pink itu Sasuke jadi galau dibuatnya. Ia tak dapat berkonsentrasi ketika bekerja. Sekarang ia tengah berada di lokasi proyek. Panas terik menyengat kepala sampai ubun-ubunnya. Ada apa dengan cuaca hari ini? kenapa panas sekali? Bahkan helm proyek di kepalanya saja seperti tak sanggup melawan panasnya sengatan mata hari.

Sasuke beranjak ke dalam gedung yang belum jadi sempurna. Beton-beton besar berdiri tegak di sekelilingnya, bau semen campuran pasir begitu menyengat indra penciuman. Ia melihat sekelilingnya. Para pekerja telah bekerja dengan baik, tak peduli panas yang mendera mereka. mereka tetap bersemangat untuk bekerja. Waktu jam istirahat sudah berakhir sejak tiga jam yang lalu.

Sesungguhnya Sasuke merasa kasihan pada para pekerjanya karena harus bekerja di tengah cuaca seperti ini. Ia memanggil mereka, menyuruh mereka untuk beristirahat dan mencari minuman dingin. Keberadaannya disini mungkin membuat mereka merasa tak leluasa, ia bukanlah tipe pemimpin yang keras. hatinya mudah luluh pada penderitaan orang lain. Prinsipnya kemanusiaan lebih dipentingkan dari pada uang.

Sudah tiga hari ini ia berada di Ottogakure karena perusahaan tengah membangun perusahaan cabang di daerah sana. Menurut data yang ia peroleh Ottogakure menyimpan emas yang berlimpah. Jika begitu, perusahannya akan untung besar. Di saat harga emas dunia naik tak terkendali seperti ini dan menemukan ladang emas. Tentu saja Uchiha tak akan melewatkan kesempatan emas ini secuil pun.

Sasuke sangat merindukan Sakura, apalagi sekarang komunikasi mereka sedang tak baik. Pekerjaannya disana sudah selesai setelah ini ia akan kembali ke Konoha.

Drrttt.. drrttt..

"Moshi-moshi"

"Sasuke-kun. Apakah hari ini kau akan kembali ke Konoha?"

"Ya.. Sore ini aku akan kembali ke Konoha. Mungkin sekitar jam 6 sore aku sampai sana. Memangnya kenapa anata?"

"Bisakah kita bertemu sebentar? Ada hal penting yang ingin kubicarakan"

"Tentu saja.. jam 8 malam aku akan menjemputmu. Kita akan ke tempat café biasa"

"Baik"

Telpon itu pun terputus, tanpa ada ucapan romantic atau kata sayang dari Sakura seperti yang biasa ia katakan. Hati Sasuke berdebar kencang, perasaaannya menjadi tak enak sebenarnya hal penting apa yang dimaksud Sakura? ia takut sekali jika gadis itu meminta putus darinya. Jujur saja ia tak sanggup untuk kehilangan Sakura. perubahan sikapnya menjadi cuek seperti ini saja sudah membuat Sasuke menjadi gila. Apalagi ia harus kehilangannya!


Pelayan membawakan sebuah nampan berisi steak pesanan mereka. pria berwajah oriental itu memberikan garpu dan pisau di atas meja pelanggannya. Tak lupa juga ia menuangkan anggur merah pada tiap gelasnya.

Sedari awal mereka sampai Sakura tak berkata sedikit pun. Mereka hanyut dalam pikiran masing-masing. Dan Sasuke tak berani untuk menanyakannya. Namun kediaman Sakura membuatnya semakin gila. Ia takut kehilangannya. Sebagai pria ia tahu ia bukanlah pria yang sempurna. Apalagi belakangan ini ia sangat sibuk sehingga kurang perhatian pada Sakura. mungkin saja wanita itu ingin minta putus karena pekerjaannya yang begitu padat. Atau mungkin saja ada laki-laki lain yang membuat Sakura berpaling darinya.

"Sasuke-kun.." ucapan Sakura memecah keheningan mereka.

"N-Ne?" jawab Sasuke agak sedikit gugup.

"Ada Sesuatu yang harus ku katakan padamu"

Dalam hati Sasuke berdoa semoga semua ketakutan-ketakutan dalam benaknya tak akan terjadi. Jika Sakura meninggalkannya mungkin ini adalah kiamat baginya. Katakan dia berlebihan namun entah sihir apa yang Sakura miliki hingga Sasuke menjadi tergila-gila seperti ini.

"Ya.. katakan saja"

"Sasuke-kun sebelumnya aku minta maaf.."

Sasuke meruntuki dalam hati, tolong jangan meminta maaf Sakura. ini membuat perasaannya semakin tak nyaman.

"Kenapa Anata?"

Cairan bening menetes di pipinya. Hati Sasuke semakin tak karuan. Ada apa ini? kenapa Sakura menangis? Rasa khawatir, takut, sedih dan bingung menjadi satu.

"Sasuke-kun.. maaf.. maaf.. maaf.. aku tak pantas bersanding denganmu.. lebih baik kita akhiri saja semua sampai disini.. hiks"

Bagaikan petir di siang bolong menyambar diri Sasuke. beribu pertanyaan menghinggapi otaknya. Kenapa? Kenapa? Kenapa?

"Ke-kenapa kau berbicara seperti itu? Jangan pernah mengatakan hal seperti itu anata.. kau adalah wanita sempurna.. kau satu-satunya wanita yang kuinginkan.. ku mohon jangan berpikir seperti itu"

"Tapi aku tak sempurna Sasuke-kun.. setelah kau tahu semuanya kau pasti akan membenciku.. hiks.."

"Katakan padaku yang sebenarnya? Ada apa? Kenapa kau jadi seperti ini"

"Aku telah memiliki seorang putri.."

Butuh beberapa detik Sasuke memahami makna kata yang diucapkan Sakura

"Apa maksudmu?"

"Ya.. hiks.. aku memiliki seorang anak dan aku baru mengetahuinya belum lama ini…"

"APA?"

"Sa-sarada-chan ternyata putriku"

Sekejap dunia Sasuke gelap tak bercahaya, pandangannya kosong. Hatinya hancur sehancur-hancurnya. Ini tidak sungguhan kan? Sarada itu adalah adiknya, kenapa ia tiba-tiba menjadi anaknya? Ini tidak benar! Mana mungkin, ini adalah hal yang mustahil. Gila..

"Kau pasti bercanda kan? Sarada itu adikmu.. ini konyol.."

Sakura mengambil sebuah amplop coklat dari dalam tasnya lalu menyerahkan berkas itu pada Sasuke.

"Itu adalah hasil tes DNA milikku dan Sarada.."

Ia mengambil lembaran dalam amplop itu, disana tertulis jika hubungan Sakura dan Sarada memang ibu dan anak. Tingkat kecocokan DNA mereka 99.7%

"Tapi Sarada adalah saudara kandung, tentu saja DNA kalian cocok"

"Tidak Sasuke-kun.. Sarada tidak mungkin adik kandungku. Ibuku terkena kanker rahim ketika usiaku lima tahun, jadi terpaksa rahimnya diangkat dan ayahku tidak mungkin mengkhianati ibuku.. Usia Sarada sangat cocok dengan usia saat aku kehilangan ingatanku, jadi kemungkinan besar aku memilikinya saat dua tahun itu.."

"ITU MUSTAHIL SAYANG.. TI..TIDAK MUNGKIN."

"Pada awalnya aku juga tak percaya.. tapi inilah adanya Sasuke-kun.. kita harus menerima semua kenyataan ini"

Tangan Sasuke mengepal menggebrak meja makan mereka. membuat Sakura semakin takut melihat emosi sang pacar. Semua orang menatap mereka aneh setelah mendengar kegaduhan yang Sasuke buat. Tapi pria itu tak peduli dengan tatapan mereka. Pikirannya hanya fokus pada kata-kata yang kekasihnya katakan padanya.

Ia masih tak percaya gadis yang ia cintai memiliki masa lalu seperti itu. Siapa pria brengsek yang berani-berani menyentuhnya? ingin rasanya ia menumpahkan segala kekesalan pada pria itu. Selama ini Sasuke memang terkenal penyabar namun tidak kali ini. ia juga manusia biasa bukan malaikat.

"Siapa pria itu?"

"Kau akan menemuinya sebentar lagi"

Mata Sasuke terbelalak, apa maksud Sakura? wanita itu sengaja mengundang pria itu dihadapannya? Kenapa? Kenapa Sakura setega itu padanya? Apakah dia sengaja melakukan semua ini demi menyakitinya. Tapi apa salahnya? Tak pernah Sasuke sangka wanita yang ia cintai secara tulus tega melakukan hal ini padanya. Namun harga diri Sasuke membuatnya tak mau terlihat lemah dihadapan mereka walaupun hatinya hancur berkeping-keping/

"Apa kabar Sasuke-kun.. Lama tak bertemu"

Terdengar suara baritone seorang pria menghampiri meja mereka. Alisnya hitam tebal dengan gaya rambut seperti mangkok membuat Sasuke sedikit mengernyitkan alisnya. Pria itu mengayunkan tangannya untuk bersalaman namun Sasuke tak mempedulikannya. Pria beralis tebal itu tersenyum lebar menunjukkan deretan giginya yang rapi. Rasanya ingin sekali ia menonjok pria itu sampai semua gigi-gigi rapi itu rontok.

Sasuke mengamati seksama wajah pria yang sekarang duduk dihadapannya. Apa dia ayah Sarada? rasanya tak mungkin dari sudut mana pun mereka tak ada mirip-miripnya.

"Dia adalah Lee. Mantan kekasihku yang pernah ku ceritakan .." Sakura tertunduk sedih sebelum menyelesaikan kata-katanya. Sumpah demi tuhan. Ia tak bermaksud untuk menyakiti Sasuke sampai sejauh ini. ia adalah gadis yang jahat. Bagaimana bisa ia tega melakukan ini pada pria yang ia cintai "Ayahnya Sarada.."

"A-apa?"

"Halo Sasuke.. lama tak bertemu.. aku adalah mantan kekasih Sakura sekaligus ayah Sarada. kita pernah menjadi teman sekelas. Ku dengar kau kehilangan ingatanmu ya.. maaf ya telah membuatmu kaget dengan fakta ini, jika saja kau ingat kau pasti tak akan sekaget ini. karena semua orang di sekolah kita tahu aku dan Sakura tak pernah terpisahkan. Kami saling mencintai makanya Sarada lahir kedunia ini"

"Ba-bagaimana kau bisa mengatakan hal itu dengan santainya? Apa kau tak memikirkan perasaan Sakura sama sekali? Sebagai sesama lelaki seharusnya kau malu. Kau telah menipu seorang wanita, menghancurkan hidupnya, berpura-pura tak pernah terjadi apa-apa dan muncul kembali di saat ia sedang memulai hidup baru. Dimana hatimu? Kenapa kau baru sekarang? Kau bahkan tak pantas dipanggil seorang ayah? Cih.. Sarada adalah anakmu? Ini lucu sekali.. kalian bahkan tak mirip sama sekali"

"Terserah apa katamu.. yang jelas inilah kenyataannya. Sarada adalah putriku, wajahnya mirip dengan Sakura tapi warna mata dan rambutnya berasal dariku. Aku memang telah melakukan kesalahan tapi Sakura telah memaafkanku. dan kami sepakat untuk kembali bersama seminggu yang lalu!"

Hancur sudah hati Sasuke kini. Dirinya telah jatuh ke dasar yang paling terdalam dan seakan tak sanggup berdiri lagi. Dunianya seolah berhenti berputar, langit telah runtuh dan semuanya gelap. Jiwanya telah masuk ke dalam jurang dan dilalap api perut bumi. Semua menertawakan kesedihannya. Ia tak percaya wanita yang ia cintai lebih memilih pria lain yang bahkan tak layak mendapatkan cinta darinya setelah segala penipuan yang pria itu perbuat dalam hidupnya.

"Sakura-chan.."

"Gomen.. Sasuke-kun"

"Apakah ini keinginanmu? Jika dengan bersamanya kau bahagia aku juga ikut bahagia karenamu. Mungkin kita tak ditakdirkan bersama. Selamat tinggal Sakura-chan.."


Jiwanya telah hilang, yang ada kini hanya raganya yang berjalan menelusuri jalan trotoar sepi. Setelah keluar dari café itu nyawa Sasuke telah hilang entah kemana. Hancur., hanya itu lah kata-kata yang tepat menggambarkan hatinya. Cintanya hancur dalam sekejap oleh sebuah fakta yang menyakitkan. Kenapa hal seperti ini terjadi padanya? Kadang tuhan tak adil, mengambil orang yang ia cintai.

Tubuhnya pasti sudah roboh jika saja tak ada kursi taman yang menyangga berat tubuhnya. Rintik demi rintik hujan membasahi kerapuhannya. Seolah dunia pun ikut menangis mengiringi sendu sang hati.

Tapi Sasuke membenci itu. Ia benci dengan serbuan air hujan yang membasahi kemeja biru kesayangannya, ia meruntuki grafitasi yang meruntuhkan tubuhnya. Ia menyumpahi licinnya ubin basah dibawah kakinya. Ia mengutuk deraian angin yang membangunkan bulu romanya. Ia benci.. benci.. sangat benci menjadi menyedihkan seperti ini. dirinya telah kalah. Tak pernah sekalipun ia mengalami hal semenyakitkan ini. cinta yang begitu manis dan pahit yang ia rasakan.

Sakura..seberapa pun kau menyakiti hati ini.. hati ini tetap mencintaimu seperti orang bodoh..

Disisi lain ada sepasang pria dan wanita sedang berjalan beriringan ditengah serbuan air hujan membasahi mereka. wajah sang wanita seperti mayat hidup pandangannya kosong dan pikirannya entah kemana. Sedangkan sang pria terlihat bingung dengan situasi yang ia hadapi. Masing-masing bergelut dalam pikiran; apakah yang ia lakukan ini benar?

"Sakura-chan.."

Ia tak ingin menggubris pria beralis tebal yang ada disampingnya. Entahlah.. pria itu seperti orang lain saja. Setelah Sakura mengetahui segalanya, pikirannya tentang Lee telah berubah seratus delapan puluh derajat. Lee yang ia kenal adalah pria humoris, banyak bicara, suka mengejar-ngejarnya kesana kemari dan baik tapi sekarang? tak tahu siapa pria itu. Bagaimana bisa mereka melakukan hal sampai sejauh itu? ada sebersit rasa tak percaya jika Lee adalah ayah dari putrinya, Sarada. namun ia tak mungkin berpikir ada pria lain. Maksudnya seburuk-buruknya ia di masa lalu tak mungkin ia menjadi wanita tukang selingkuh begitu. Akh.. semua pikiran itu membuat Sakura gila.

Sekarang yang ada di pikirannya hanyalah Sasuke. ia kira ia dapat melalui semua ini dengan kuat namun nyatanya tidak. Ia lebih hancur setelah menghancurkan hati Sasuke. Ia adalah gadi yang buruk tapi mau bagaimana lagi? Ini ia lakukan demi kebaikan semua. Pria itu lebih pantas mendapatkan yang lebih baik daripada dirinya.

Terpaksa Sakura harus menerima Lee demi masa depan Sarada. mereka belum memberi tahu fakta itu padanya. Mereka perlu waktu yang tepat dan Sarada adalah tipe orang yang strict. Dia tak mungkin menerima semua ini dengan mudah. Begitu membingungkan..

"Pergilah Lee.."

"T-tapi.." Langkah mereka berhenti sejenak. "Sakura-cha.."

Tanpa Lee duga-duga. Pukulan bertubi-tubi menghantam tubuhnya, Sakura memukulnya menggunakan tas yang ia bawa. Ia benci.. sangat benci dengan Lee. Rasa kesalnya kini ia dapat luapkan dengan cara fisik seperti itu. Ia tak peduli dengan teriakan Lee yang memohon ampun padanya.

Pria kejam.. Berani-beraninya ia melakukan hal sekejam ini padanya. Pria itu memang pantas mati. Gara-gara dia lah hubungannya dengan Sasuke hancur padahal pria itu sangat mencintainya. Tapi apa yang ia balas sekarang? Sasuke pasti sangat membencinya, tak apa jika Sasuke muak dan tak ingin melihatnya lagi karena ia pantas mendapatkan semua itu.

"Pergilah.. brengsek.. hiks.. hiks.."

Lee Cuma bisa pasrah mendapat serangan itu dari Sakura. dalam hati ia berkata maafkan aku Sakura.. aku melakukan ini demi kebaikanmu dan Sarada. Biarlah tubuhku sakit asalkan kalian jauh dari jangkauan iblis itu.

"AKU BEENNCIII PADAAMUUU.. LEEE BREENGSEEEKK!"

Sakura jatuh tersungkur dibawah guyuran hujan. Lee berusaha menolongnya namun ia tolak. Sakura membenci dirinya dan masa lalunya. Bodohnya dia.. Selama ini ia hidup diatas kepalsuan yang dibuat oleh orang tua, teman-teman dan Lee si pria brengsek itu. Dan sekarang setelah kebenaran terungkap ia membenci mereka.


"Lee-kun.. LEE-KUNN? ANATAA!" teriak Sakura di depan rumah sang kekasih dengan nada riang.

Dari dalam Lee dapat mendengar suara manja itu. Sakura.. Sejak insiden di motel itu Lee selalu menghindarinya. seperti virus wanita itu terus menghantuinya, membuatnya sangat takut terjangkiti, Lee bergidik ngeri melihat Sakura yang berubah menjadi sangat bergairah seperti itu. Itu mengerikan.. yang Lee inginkan adalah Sakura yang seperti dulu. Sakura yang baik dan polos bukan seperti ini.

Lee mengintip dari jendelanya gara-gara ada Sakura di luar Lee tak dapat kemana-mana. Gadis itu seperti lintah yang selalu ingin menempel padanya, mulanya Lee senang melihat Sakura yang seperti itu tapi lama-lama ia risih juga. Ia juga memiliki hal yang lain yang harus ia kerjakan bukan Cuma memikirkan Sakura.

Sasuke mengiriminya beberapa pesan. Memintanya datang untuk menemuinya, namun Sakura masih ada di luar. Lee jadi bingung harus lewat mana jalan satu-satunya untuk keluar hanya pintu depan. Samping dan rumahnya sudah halaman rumah orang lain. Sakura benar-benar membuat Lee jengkel.

"LEE-KUNN.. JIKA KAU TAK MAU KELUAR JUGA.. AKU AKAN PULANG SAJA" teriak Sakura, sorakan kegirangan mengembara dihati Lee. Ia mengintip dari lubang jendela rumahnya. Dan benar saja wanita itu telah pergi darisana. Sekarang ia dapat menemui Sasuke dengan bebas.

"Kenapa lama sekali?"

"Akh.. ano.. ada sesuatu yang harus ku kerjakan?"

"Sakura?"

Mendengar hal itu Lee tak dapat menutupi rasa gugup bercampur malunya. Sasuke menyunggingkan senyum andalannya.

"T-tidak.. Bukan Sakura"

"Ku rasa hubungan kalian berjalan lancar, apakah sebentar lagi kita akan mendapati berita menggemparkan sekolah? Aku tak sabar melihat hal itu? Pasti sangat menyenangkan.."

"A-ano…"

"Bagaimana permainannya ketika di ranjang? apakah dia mudah basah? Dia memiliki wajah anak-anak dan berdada kecil. tapi dibalik wajah Loli-nya siapa tahu permainannya liar diatas ranjang"

"I-itu" Lee tak tahu harus berkata apa-apa pasti Sasuke akan menertawakannya jika saja tahu ia belum melakukan apa-apa pada Sakura. Enam bulan adalah waktu yang cukup untuk melakukan hal-hal aneh pada Sakura apalagi gadis itu yang menginginkannya hanya saja Lee tak mampu.

Di balik lemari kamar Sakura bersembunyi sambil menguping pembicaraan mereka. ya.. dia tidak benar-benar pergi. Ketika Lee keluar rumah ia bersembunyi di balik garasi rumah Lee dan mengikuti kemana pria itu akan pergi. Sial.. Lee memang sengaja menghindarinya tapi Sakura tak menyangka Lee akan pergi ke rumah Sasuke. setahunya mereka bukanlah teman baik. Pasti ada sesuatu yang mencurigakan.

Sakura mendekatkan kupingnya ke papan lemari kuno Sasuke. sayup-sayup ia mendengar namanya disebut namun sial ia tak dapat mendengarnya dengan jelas.

Perlu perjuangan keras untuknya masuk ke lemari itu. Rumah Sasuke seperti model-model rumah jepang jaman dahulu. Tiap ruangan di sekat oleh pintu geser berbahan kayu. Kamar Sasuke tertepat di halaman samping dekat pemandian air panas miliknya.

Ketika Sasuke dan Lee pergi ke halaman belakang diam-diam ia masuk ke dalam kamar Sasuke dan bersembunyi dalam lemarinya. Ia memang nekat karena saking penasarannya. Untung saja dugaannya benar, Sasuke dan Lee tak lama pergi ke belakang. Beberapa menit kemudian mereka kembali ke kamar Sasuke dan Sakura dapat leluasa mendengar percakapan mereka lebih dekat walaupun tetap tak terlalu jelas.

"Kau sudah mendapatkan domba segarnya?"

"Belum.."

"Apa yang selama ini kau lakukan? Yang kau tahu hanyalah bersenang-senang dengan wanita. Ingat.. kontrak yang telah kita buat!"

"Maaf.. Sasuke-sama.. aku akan segera mendapatkannya"

"Cepat.. kau tak memiliki waktu banyak!"

Minggu depan adalah malam bulan darah, seperti biasa mereka akan melakukan ritual itu. Lee bergegas pergi dari rumah Sasuke. lebih baik ia segera menyingkirkan pantatnya dari rumah iblis mengerikan itu jika ia ingin selamat.

Sakura dapat mendengar langkah kaki pergi dari sana. Sepertinya Lee sudah pergi. tapi Sasuke tak juga beranjak dari kursinya. sial kakinya kesemutan karena terlalu lama tertekuk. Rasanya ingin kabur saja darisana, tempat itu sangat sempi, gelap dan tak nyaman.

"Keluarlah aku tahu kau ada di dalam sana."

Mati.. Sasuke mengetahuinya, rasa takut menghinggapi Sakura. ia tak mungkin mau keluar, Sasuke pasti memarahinya karena telah menyusup dan menguping pembicaraannya diam-diam.

"Keluarlah.. atau kau ingin aku yang mengeluarkanmu dari sana"

Sudah terlanjur basah ya sudahlah. Sakura membuka pintu lemari itu dan berdiri di hadapan Sasuke. pria itu menyeringai tajam menatap Sakura. tatapan Sasuke sangat tajam seperti ingin mengintimidasinya.

"Ma-maaf.. Sasuke-san karena sudah lancang menyusup ke kamarmu.. a-aku hanya penasaran kenapa Lee ada disini"

"Kau tahu apa ke salahanmu?"

Sakura menganggukan kepalanya menandakan jawaban ya.

"Kalau begitu kau patut di beri hukuman!"

Sasuke bangkit dari tempat duduknya dan meraih tangan Sakura. ia ketakutan dan hampir menangis. Wajahnya memelas memohon ampun pada Sasuke, berharap pria itu melepaskannya. Namun sepertinya usaha itu sia-sia, pria itu tak akan melepaskannya sebelum mendapatkan apa yang ia inginkan.

TBC