Chapter 6

Hiashi hanya terdiam sejak meninggalkan kediaman Minato setelah ritual Akai Ito selesai diselenggarakan. Raut wajahnya tegang dan pikirannya melayang mengingat kata demi kata yang keluar dari mulut Minato.

" Kita langsung saja Hyuuga-san karena kita tahu, kita sama-sama tidak punya waktu untuk berbasa-basi." Kata Minato dengan raut yang tidak terprediksi. " Aku ingin pernikahan antara Naruto dan Hinata kita langsungkan setelah mereka lulus dari sekolah. Aku tidak mau menunggu sampai mereka berusia 25 tahun. Aku tidak ingin dalam masa tunggu itu, keluargaku dipermalukan oleh kelakuan putrimu. Bukankah aku sudah memintamu untuk menjaga dan memperhatikan tindak tanduk putrimu?"

Hiashi tidak mengerti dengan perkataan Minato, jujur dalam hatinya ingin sekali dia menampar orang di depannya karena secara tidak langsung menghina putrinya.

" Apa maksudmu Namikaze-san?" Tanya Hiashi

"Aku secara tidak sengaja memergoki putrimu bicara dengan Sasuke, aku tidak mempermasalahkan putrimu berteman dengan siapapun baik itu laki-laki atau perempuan tapi tindakan yang dilakukannya sungguh membuatku terkejut sekaligus marah karena kalau apa yang dia lakukan diketahui oleh orang dari Klan lain aku tidak akan bisa mentolerirnya.

Aku tidak menyangka putrimu sanggup melakukan hal itu di tempat umum dimana semua orang yang datang di acara itu sangat tahu kalau putrimu sudah melakukan ritual Akai Ito. Putrimu dengan sengaja mencium Sasuke. Aku sangat kecewa padamu Hiashi-san. Oleh karena itulah, aku ingin pernikahan ini dipercepat." Jawab Minato panjang lebar.

Mata Hiashi membulat mendengar jawaban Minato, dalam hatinya dia tidak mempercayai kalau putrinya bisa sampai melakukan hal itu. Tapi, disaat seperti ini Hiashi merasa Minato tidak akan berbohong. Tidak ada yang bisa Hiashi katakan selain mengangguk.

" Baiklah Namikaze-san, aku ikuti keinginanmu dan aku minta maaf atas apa yang putriku lakukan." Kata Hiashi yang tidak sanggup menatap mata Minato. Sedetik lalu dia ingin menampar Minato karena telah menghina putrinya, tapi kini justru dirinyalah yang tertampar oleh putrinya sendiri. " Kalau tidak ada lagi yang ingin kau bicarakan, aku permisi."

Tak lama dia sudah berada di depan rumahnya. Dilangkahkan kakinya dengan cepat dan memasuki ruang keluarga dimanadisana tidak seorang pun yang menjadi bagian dari ruangan itu. Dengan suara lantang, Hiashi memanggil kedua putrinya dan Neji.

"Duduklah, ada yang ingin ayah katakan pada kalian semua." Kata Hiashi seraya melihat kedua putrinya dan Neji duduk berseberangan dengannya. " Hinata, aku baru saja dari rumah Namikaze dan dia mengatakan banyak hal tentangmu dan sungguh ayah kecewa padamu. Tapi, kita lupakan saja kekecewaan ini karena yang terpenting adalah setelah kau lulus sekolah kau akan menikah dengan Naruto secara resmi."

"Tapi paman, bukankah mereka bisa menikah setelah usia mereka menginjak 25 tahun? Dan itu masih 7 tahun lagi paman?" Tanya Neji.

" Aku hanya tidak ingin dipermalukan lagi oleh putriku sendiri, sudah cukup dengan kejadian hari ini dan aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kalau aku harus menunggu 7 tahun lagi. Mungkin putriku sendiri akan menjadi alasan kematianku." Kata Hiashi seraya menatap tajam Hinata. " Bukankah begitu Hinata?"

" Kalau yang ayah maksud soal pembicaraanku dan Sasuke, aku sudah menjelaskan padanya bahwa aku tidak akan mengejarnya atau pun membuatnya percaya bahwa aku dan dirinya terikat oleh takdir Akai Ito jadi ayah tidak perlu takut aku akan membuat ayah malu ataupun keluarga ini. Mengenai pernikahan aku tidak akan menikah dalam waktu dekat ini, kalau pun aku menikah maka aku akan menikah saat usiaku 25 tahun seperti perjanjian sebelumnya." Kata Hinata seraya meninggalkan ruangan keluarga itu.

" Ayah sudah putuskan pernikahanmu dengan Namikaze dan keputusan itu tidak bisa diubah atau pun dibatalkan." Kata Hiashi menghentikan langkah Hinata.

" Terserah ayah saja tapi aku tidak akan menikah dan kalau ayah tetap memaksa kita lihat saja nanti." Kata Hinata tanpa membalikkan badannya dan seraya melangkah lagi.

" Kau mengancam ayah?" Tanya Hiashi menghentikan langkah Hinata lagi.

" Aku tidak mengancam ayah, ayahlah yang mengancamku." Dengan begitu Hinata benar-benar meninggalkan ruangan keluarga itu yang di ikuti Neji.

Hiashi melihat putrinya, Hanabi menatapnya.

" Apa kau ingin membantahku juga Hanabi?" Tanya Hiashi

" Tidak karena urusan pernikahan ini bukanlah urusanku tapi seharusnya ayah lebih memposisikan diri ayah sebagai seorang ayah bukan sebagai ketua Klan karena permasalahan ini menyangkut kebahagiaan Hina-nee." Kata Hanabi yang juga melangkah keluar ruangan itu lalu dia menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Hiashi. " Kalau sampai terjadi sesuatu pada Hina-nee, aku tidak akan memaafkan ayah selamanya."

Hiashi hanya bisa terdiam. Dia sama sekali tidak menyangka hubungan antara dirinya dan putrinya memburuk karena Akai Ito. Sebagai seorang ayah tentu dia ingin melihat anaknya bahagia karena tidak ada ayah di dunia ini ingin melihat putrinya menderita di depan matanya tapi dia juga adalah seorang ketua Klan dimana kebaikan Klan adalah nomor satu dan apa yang dia lakukan hari ini adalah sebuah pengorbanan untuk Klan yang tidak begitu berarti.

Hanya saja terkadang manusia lupa bahwa kebahagiaan tidak akan diperoleh karena telah melakukan sebuah pengorbanan karena pengorbanan hanya menghasilkan sebuah kesedihan semata. Saat manusia memutuskan untuk mengorbankan sesuatu maka mereka akan kehilangan sesuatu itu dan yang pasti sesuatu yang dikorbankan adalah sesuatu yang sangat berharga dalam hidup.

...

Neji berjalan di belakang Hinata dan sebelum Hinata masuk ke kamarnya, Neji memanggilnya.

" Bisakah kita bicara?" Tanya Neji

"Apa yang ingin nii-san bicarakan? Hari ini aku lelah sekali." Kata Hinata seraya menunjuk ke arah jantungnya.

"Aku tahu, tapi aku tidak bisa melihatmu seperti ini Hina-chan." Kata Neji dengan wajah memelas.

"Maafkan aku nii-san, tidak malam ini. Aku janji kita akan bicara tapi tidak sekarang, aku ingin sendiri. Hari ini terasa berat untukku. Aku harap kau mengerti." Kata Hinata dengan raut wajah sendu.

"Baiklah, tapi kau sudah janji kita akan bicara. Selamat malam." Kata Neji seraya mengecup puncak kepala Hinata. "Aku menyayangimu Hina-chan".

Hinata tersenyum sedih seraya mengangguk.

"Aku menyayangimu nii-san." Hinata pun masuk ke dalam kamarnya.

Setelah terdengar bunyi click, Hinata pun tak kuasa menahan beban yang dia rasakan dengan menyandarkan punggungnya di pintu dan terduduk seraya memeluk kakinya dan membenamkan wajahnya di tangannya. Malam ini Hinata memutuskan untuk menangis. Beban yang dia rasakan terasa berat, putus cinta dan kini dipaksa untuk menikah.

Neji yang masih berada di depan kamar Hinata mendengar senyap-senyap suara tangis Hinata. Mendengar kesedihan itu membuat hati Neji terasa sakit. Seharusnya Hinata selalu bahagia dan mendengarnya kini menangis, Neji merasa tugasnya dan janjinya pada ayahnya tidak bisa dia tepati. Di depan matanya, Hinata menangis dan dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.

"Hinata, maafkan aku." Kata Neji lirih.

...

Sasuke membiarkan kamarnya temaram lagi seraya duduk di sofa yang terletak dekat dengan jendela dan memandang ke arah langit. Langit malam sangatlah kelam, tidak ada bintang atau pun bulan yang menghiasinya. Kelamnya seperti suasana kamarnya dan juga hatinya.

Dia tidak bisa menghentikan otaknya memutar kenangan demi kenangan akan Hinata meski dia sudah berusaha memikirikan hal lain tapi otaknya kini tidak berpihak padanya. Tak hanya otaknya tapi hatinya pun seperti itu. Ingin sekali dia meminta hatinya untuk tidak menyakiti dirinya sendiri tapi hatinya pun tidak menuruti permintaannya.

Malam ini otak dan hatinya sepertinya sedang bekerjasama untuk membuatnya merasakan sakit dan menyadari kebodohannya karena selama ini tidak menuruti mereka dan membohongi perasaan sendiri pada Hinata. Setiap otaknya mengingat wajah sendu itu maka hatinya akan terasa sakit, setiap otaknya memutar ulang kata-kata menyerah dari Hinata maka hatinya akan satu tingkat lebih sakit dari sebelumnya dan ketika otaknya memaparkan wajah Hinata yang dihiasi air mata maka sakitnya hatinya menjadi tak tertahankan.

Malam ini, Sasuke memutuskan untuk menghukum dirinya sendiri dengan tidak meminum obatnya dan mungkin dengan seperti itu jantungnya akan berhenti berdetak sehingga otak dan hatinya pun berhenti berkonspirasi untuk menyakitinya.

Dengan malas dilangkahkan kakinya ke arah tempat tidurnya dan dihempaskannya badannya disana. Dihitungnya hembusan nafas yang keluar melalui hidungnya hanya untuk berusaha melupakan rasa sakit yang setiap detiknya semakin menyakitinya hingga akhirnya dia pun tertidur bersama mimpi tentang Hinata.

...

Malam yang sama, Naruto menerima berita yang tidak ingin dia dengar selama hidupnnya.

"Apa maksud ayah?" Tanya Naruto. "Aku tidak bisa menikah dengan Hinata, apalagi setelah lulus sekolah. Banyak hal yang ingin aku lakukan setelah aku lulus dan itu bukan pernikahan. Aku masih punya waktu 7 tahun untuk menikah ayah, kenapa memutuskannya sekarang?"

"Ayah lakukan ini untuk kebaikanmu. Ayah hanya tidak ingin menunda-nunda pernikahan ini, apalagi Hinata sudah berani mencium bocah Uchiha itu. Ayah hanya tidak ingin keluarga kita malu karena tindakan memalukan itu." Kata Minato.

"Aku tidak peduli Hinata mencium siapa karena aku tidak punya perasaan cinta padanya ayah. Kenapa ayah tidak mengerti? Aku sudah katakan berulang kali, aku tidak merasakan getaran itu saat dengannya." Kata Naruto

"Kau tidak perlu peduli dan tidak perlu mengerti, ikuti saja apa yang harus kau lakukan karena kau adalah calon ketua Klan kita. Kalau kau tidak memperdulikan dirimu, perdulikan Klan kita." Kata Minato. "Kau akan menikah dengan Hinataapapun yang terjadi."

"Aku tidak bisa karena aku sudah menemukan seseorang yang aku cintai. Setelah aku lulus, aku akan pergi dari tempat ini dan menempuh pendidikanku di luar negeri. Aku tidak pergi sendirian karena dia akan aku ajak bersamaku." Kata Naruto seraya meninggalkan ayahnya.

"Berhenti disituNaruto! Ayah tidak bisa menerima sikap kurang ajarmu ini. Ayah akan pastikan kau menikah dengan Hinata dan itu adalah keputusan final." Kata Minato. "Jangan buat ayah tertawa tentang kau menemukan gadis yang kau cintai, karena kau punya perasaan pada Hinata."

"Lakukan apapun yang ingin ayah lakukan tapi keputusanku tidak akan berubah. Tentang ada atau tidaknya gadis yang kucintai, terserah ayah percaya atau tidak aku tidak peduli." Kata Naruto. "Ayah harus bisa melupakan sosok ibu karena dia tidak akan kembali, dia sudah bahagia bersama orang yang dia cintai. Akai Ito tidak bekerja menuruti kemauan manusia karena dia berjalan atas petunjuk dari-Nya. Suatu saat nanti, ayah akan menemukan ujung Akai Ito ayah yang sebenarnya."

Minato terdiam agak terkejut dengan perkataan Naruto karena putranya tidak pernah membahas tentang ibunya atau takdir antara dirinya dan istrinya.

Istrinya meninggalkannya dan Naruto saat putranya itu berusia 1 tahun karena pria lain. Bukan. Bukan itu, tapi karena Akai Ito. Istrinya bersikeras bahwa pria yang ditemuinya adalah ujung Akai Ito nya yang sebenarnya dan itu bukan dirinya sedangkan dirinya begitu mencintai istrinya itu yang dipersatukan oleh ritual Akai Ito.

Sakit hati yang dia kubur selama bertahun-tahun kini dibongkar dan dicabik-cabik oleh putranya sendiri. Hanya butuh waktu beberapa detik, luka itu pun menganga lagi dan lebih menyakitkan.

"Akane, apa benar kini kau bahagia dengan pria yang kau cintai?" Kata Minato lirih.

xxx

Sinar matahari yang sejuk dan hangat menjadi pertanda bahwa hari baru akan selalu membawa semangat baru dan harapan baru. Sinarnya yang cepat, melewati sela-sela kelambu dari rumah-rumah manusia yang masih tertutup seakan-akan ingin membangunkan si empunya rumah.

Sasuke mulai terbangun dari tidurnya dan ketika dia membuka matanya, jantungnya berdebar tidak beraturan dan sakit. Dengan langkah gontai, Sasuke dengan cepat meraih obat yang ada di mejanya dan meminumnya. Keringat dingin masih membasahi dahinya. Dalam hati dia hanya bisa merutuki ketidak beruntungannya karena yang dia inginkan agar jantungnya berhenti berdetak.

Kalau ibunya melihatnya seperti ini maka hanya kekhawatiran yang nampak dari wajah ibunya dan itu adalah hal terakhir yang ingin dia lihat saat ini.

Direbahkannya lagi badannya dan berusaha menenangkan jantungnya yang masih berdetak tidak beraturan. Pikirannya kebas, hatinya kebas dan kini tubuhnya pun kebas. Ketukan dari luar pun tidak bisa dia dengar hingga akhirnya wajah ibunya ada dalam pandangannya.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya ibunya seraya duduk di tempat tidurnya.

Sasuke menggeleng seraya duduk dan dia bersyukur jantungnya kini berdetak dengan normal meski keringat dingin masih menghiasi wajahnya.

"Apa kau mimpi buruk?kenapa berkeringat seperti ini?" Tanya ibunya khawatir.

Sasuke mengangguk.

"Baiklah, sekarang cepatlah bangun, sarapan dan nikmati hari minggumu. Apa kau sudah punya rencana pergi ke suatu tempat?" tanya ibunya lagi.

"Aku ada janji dengan Suigetsu." Kata Sasuke.

"Ibu tunggu di bawah untuk sarapan." Kata ibunya seraya keluar dari kamarnya.

Sasuke mencari nama Suigetsu dalam ponselnya dan melakukan panggilan.

"Hn. Aku sebentar lagi kerumahmu." Dengan begitu dia tutup panggillannya meninggalkan Suigetsu yang sedang ngomel di ujung telpon.

...

"Apa yang ingin kau bicarakan Sasuke?" Tanya Suigetsu tapi tidak ada jawaban. Sahabatnya itu hanya terdiam seraya menikmati pemandangan di luar rumahnya. "Kau sudah disini sejak 7 jam yang lalu, kalau kau diam seperti itu seperti orang gila sebaiknya kau pulang dan nikmati pemandangan dari jendela kamarmu saja."

Sasuke hanya melemparkan tatapan tajam.

"Aku tidak takut dengan tatapanmu itu. Cepat katakan atau kalau tidak segera pergi dari rumahku karena aku mau tidur dan aku tidak mau siapa pun ada dalam kamarku saat aku tidur." Kata Suigetsu.

Setelah beberapa lama masih tidak ada tanggapan dari sahabatnya itu dan Suigetsu sudah mulai kehilangan kesabaran.

"Aku jatuh cinta pada Hinata." Kata Sasuke singkat.

"Lalu?" Tanya Suigetsu.

"Aku baru menyadarinya sekarang dan itu pun sangat terlambat. Dia tidak lagi memaksaku percaya bahwa kita terikat oleh takdir Akai Ito dan saat dia mengatakan dia mencintaiku untuk terakhir kalinya, aku baru merasakan rasa sakit di hatiku. Bahkan setelah kejadian itu, otakku masih mengingat dengan jelas bagaimana sendunya Hinata saat itu dan hatiku terasa sakit bahkan sakitnya tidak tertahankan.

Aku bahkan melewatkan minum obat rutinku hanya untuk menghentikan rasa sakit ini. Sakit yang kurasakan saat ini bahkan lebih sakit saat aku harus menghabiskan waktu 1 tahunku di rumah sakit. Sakit yang kurasakan ini bahkan ingin membuatku menginginkan jantungku berhenti berdetak." Kata Sasuke

Suigetsu ternganga mendengar perkataan Sasuke.

"Jangan berpikir macam-macam Sasuke. Aku tidak akan membiarkanmu mati apapun itu alasannya." Kata Suigetsu.

"Tapi rasa sakit ini tidak tertahankan Sui. Apa yang harus aku lakukan?" Tanya Sasuke.

"Katakan pada Hinata kalau kau juga mencintainya. Hinata berbuat seperti itu karena dia merasa kau tidak punya perasaan yang sama dengannya. Kalau rasa sakit yang kau rasakan saat ini lebih sakit dari rasa sakit apapun, maka Hinata juga merasakan hal yang sama. Sebaiknya kau jujur padanya. Aku tahu ini mungkin terlambat tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali." Kata Suigetsu.

Suigetsu mengamati sahabatnya itu yang kembali terdiam dan melihat ke arah luar jendelanya.

"Pikirkanlah baik-baik Sasuke, aku tidak ingin kau nantinya menyesal." Kata Suigetsu. " Sekarang pergi dari rumahku."

Sasuke pun beranjak dari tempatnya duduk dan keluar dari kamar Suigetsu tanpa berkata apapun. Suigetsu yang melihat tingkah temannya sedikit merasa khawatir tapi dikesampingkan perasaan itu dan merebahkan tubuhnya di kasurnya seraya melipat kedua tangannya dibelakang kepalanya.

Suigetsu sangat yakin kalau Sasuke tidak akan melakukan apapun dan membiarkan perasaannya tidak diketahui oleh Hinata oleh karena itu, dia menelepon Juugo sahabatnya yang lain yang handal dalam hal memata-matai seseorang.

"Yo, Juugo! Aku ada pekerjaan untukmu?" Kata Suigetsu. "Kau tidak perlu khawatir soal bayarannya. Aku ingin kau cari info soal keluarga Hyuuga dan Namikaze."

Terdengar sumpah serapah yang Juugo lontarkan pada Suigetsu.

"Ya aku tahu kau sangat menyayangiku Juugo karena itu besok kau sudah harus dapatkan infonya kalau tidak seseorang akan mati karena patah hati." Kata Suigetsu seraya tersenyum sadis ketika terdengar lagi sumpah serapah dari Juugo. " Ya, ya, aku mencintaimu. "

Suigetsu pun tertawa terkekeh mendengar umpatan-umpatan dari Juugo dan dia sangat bersyukur bisa bersahabat dengan Juugo.

"Aku mengandalkanmu Juugo." Katanya lirih penuh harap.

xxx

Suigetsu yang sudah lama mengetahui rencana pernikahan antara Naruto dan Hinata tidak berani mengatakannnya pada Sasuke. Info yang dia dapat dari Juugo sangat membuatnya terkejut dan membuat nyalinya ciut ketika akan mengatakan hal itu pada Sasuke. Dia memutuskan untuk memberitahu sahabatnya itu saat setelah ujian sekolahnya dia pun memutuskan untuk mengatakan hal ini pada Neji, mungkin saja sepupu Hinata itu bisa membantu dan bila informasi yang dia terima dari Juugo akurat maka Neji pasti akan membantunya.

Suigetsu menunggui Neji di depan sekolahnya seraya bersandar dan memperhatikan sekeliliingnya tak jarang dia menggoda salah seorang siswi disana.

Terlihat Neji yang baru saja keluar dari gerbang sekolah.

"Hyuuga, bisakah kita bicara?" Kata Suigetsu yang membuat Neji berhenti dan menoleh ke arah Suigetsu.

"Kau siapa?" Tanya Neji.

"Aku Suigetsu, teman Sasuke. Aku ingin bicara soal Sasuke dan sepupumu. Bisakah kita bicara di tempat lain?" Tawar Suigetsu

Neji mengangguk

Suigetsu mengajak Neji makan es krim di dekat sekolahnya.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Neji

"Aku butuh bantuanmu untuk mengatakan pada Sasuke tentang rencana pernikahan sepupumu. Aku tidak bisa mengatakan padanya, aku..."

"Bagaimana kau bisa tahu tentang rencana pernikahan Hinata?" Potong Neji

"Singkat saja. Aku meminta temanku untuk mencari tahu tentang keluargamu dan keluarga calon besanmu dan dia mengatakan kalau kalian akan menyelenggarakan pernikahan setelah ujian kelulusan ini. Aku tidak bisa tinggal diam melihat sahabatku yang terlihat menyedihkan sekarang ini bertambah menyedihkan. Di lain sisi, aku tidak bisa mengatakan padanya berita ini." Kata Suigetsu

"Kau begitu saja percaya degan informasi yang temanmu berikan untukmu?" Tanya Neji seraya tertawa mengejek. "Naif sekali kau."

"Informasi yang dia berikan padaku sudah pasti benar 100 persen dan dia tidak akan mengecewakanku." Kata Suigetsu. "Mungkin aku naif karena percaya dengan informasi itu tapi setidaknya aku bisa melakukan sesuatu untuk seseorang yang penting bagiku. Kalau kau merasa bahwa informasi yang aku terima salah, sepertinya pembicaraan kita juga tidak berguna."

Suigetsu berdiri dan hendak pergi namun Neji menghentikannya.

"Sekalipun aku mengatakan pada Sasuke bukankah akan percuma? Karena yang aku tahu, Sasuke tidak punya perasaan yang sama dengan Hinata."

"Sasuke itu memang bodoh. Selama ini dia terus saja menyangkal akan perasaannya hingga dia mulai menyadarinya saat upacara Akai Ito yang dilakukan di rumah Uchiha dan dia merasa hal itu sudah terlambat."

"Aku akan pikirkan. Berikan ponselmu, nanti aku akan menghubungimu" Kata Neji seraya memencet nomor di ponsel Suigetsu

Suigetsu mengangguk. "Kau masih tidak percaya dengan perkataanku?"

"Tidak seperti itu, ada yang harus aku pastikan terlebih dulu." Kata Neji seraya mengembalikan ponsel Suigetsu.

...

"Hinata ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Bisakah kita bicara?" Tanya Neji

"Apa kau ingin membicarakan soal pernikahanku?" Tanya Hinata

"Tidak. Aku tidak peduli dengan pernikahan itu. Aku hanya ingin tahu bagaimana perasaanmu pada Sasuke?"

Hinata merasa aneh dengan pertanyaan Neji. Bukankah dia sudah katakan di awal bahwa dia mencintai Sasuke dan bahwa dia merasa Sasuke adalah takdir Akai Ito nya. Lalu kenapa Neji menanyakannya lagi?.

"Kau sudah tahu bagaimana perasaanku padanya Neji-nii, kenapa kau tanyakan lagi?" Kata Hinata. "Tapi, semua itu sudah tidak berarti lagi karena semuanya sudah di atur sesuai dengan apa yang ayah inginkan. Ujian kelulusan sudah selesai dan sebentar lagi pernikahan itu akan diselenggarakan." Kata Hinata sedih

"Bukankah kau bilang kau tidak akan menuruti apa yang paman katakan?" Tanya Neji

Hinata semakin menjadi merasa aneh dengan kelakuan Neji.

"Neji-nii sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan?"

"Aku bertemu dengan Suigetsu sahabat Sasuke. Dia mengatakan bahwa sebenarnya Sasuke juga punya perasaan yang sama denganmu hanya saja dia terlalu bodoh untuk mengakuinya. Bukankah ini adalah hal yang baik?karena setelah selama ini dia memang punya perasaan padamu."

"Lalu apa gunanya Neji-nii? Semuanya sudah terlambat." Kata Hinata murung

"Pasti ada gunanya. Kau lihat saja nanti, aku janji padamu bahwa semuanya akan baik-baik saja."

Neji pun meninggalkan Hinata yang menatapnya penuh keanehan.

Dikamarnya Neji menghubungi Suigetsu.

"Aku sudah pastikan apa yang perlu aku pastikan. Sekarang apa rencanamu?"

Neji mendengar dengan baik kata demi kata dari Suigetsu. "Kau akan mengatakan soal rencana pernikahan itu pada Sasuke? Aku rasa itu langkah awal yang benar."

Neji mengangguk mendengar penjelasan dari Suigetsu. "Apa kau gila? Kau tidak tahu siapa yang kau hadapi Suigetsu.". "Baiklah kalau kau yakin. Aku mendukungmu dan aku akan katakan hal ini pada Hinata."

Neji masih mendengar dengan seksama rencana yang mereka buat. "Aku akan katakan pada Hinata seluruhnya saat hari H. Ya, aku mengerti. Pastikan kau meyakinkan Sasuke tentang hal ini."

Neji mengakhiri panggilan telponnya seraya menghela nafas panjang seakan-akan bisa menghilangkan beban berat yang dia rasakan.

"Aku harap ini akan berhasil Suigetsu." Kata Neji lirih.

Sore itu Neji menceritakan tentang rencananya pada Hinata yang sebelumnya sudah dia ceritakan pada Hanabi semuanya dan Hanabi menyetujui rencananya dengan Suigetsu.

"Apa Neji-nii sudah gila?" Tanya Hinata kaget

"Hinata, hanya ini jalan satu-satunya dan ini kesempatan terakhirmu. Aku ingin kau berpura-pura menerima pernikahan ini sampai hari yang sudah kita tentukan. Percayalah padaku Hinata, rencana ini akan berhasil. Aku hanya ingin kau bahagia."

"Aku tidak bisa. Aku tidak ingin mereka membuatmu menderita Neji-nii. Apa kau tidak tahu bagaimana perlakuan tetua nantinya padamu kalau mereka tahu kau akan terlibat? Lagipula aku juga tidak tahu rencanamu semuanya. Bagaimana aku bisa percaya?"

"Hina-nee percayalah pada kami. Aku sudah tahu semua rencananya dan akan lebih baik kalau Hina-nee mengetahuinya pada saat waktunya tiba nanti."

"Tapi, Hana-chan..."

"Percayalah."

Hinata tidak bisa berkata-kata lagi.

"Terimakasih." Kata Hinata seraya memeluk kedua saudaranya dan menangis.

...

"Baiklah kalau begitu rencana ini bisa kita jalankan. Terimakasih Neji." Kata Suigetsu

Suigetsu yang sudah menyusun rencananya dengan Neji datang kerumah Sasuke dan menceritakan semuanya.

Sasuke terkejut saat mendengar rencana pernikahan Hinata dan merasa terhianati oleh keluarganya karena tidak memberitahunya karena sudah pasti rumor tentang pernikahan itu sudah terdengar oleh ayahnya. Lalu, Suigetsu menceritakan semua rencananya termasuk dengan persetujuan Hinata akan rencana ini.

"Apa kau sudah siap Sasuke? Akan banyak resiko yang kita tempuh nantinya, Namikaze bukanlah Klan yang bisa dianggap remeh. Aku yakin mereka tidak akan melepaskanmu. Yang aku takutkan nanti hanyalah hubungan antara Namikaze dan Uchiha"

"Aku tahu Suigetsu. Aku sudah membuat diriku dan Hinata menderita dengan hubungan ini, aku harap dengan rencana ini mereka akan mengerti. Aku juga tahu Klan ku pun tidak akan memaafkan apa yang aku lakukan nanti dan soal hubungan antara Namikaze dan Uchiha aku tidak peduli, para tetua akan mengurusnya."

"Baiklah kalau begitu, persiapkan semua yang perlu kau siapkan karena perjalananmu nanti akan sulit."

"Terimakasih Suigetsu."

Sore itu, Suigetsu membeberkan secara detail rencananya.

Tbc...