Disclaimers: Kalian pasti sudah tahu siapa orangnya karena kalau Naruto milikku the pair will be SasuHina dan Neji ngga akan saya buat mati TT

Chapter 1.

Konon katanya Akai Ito atau orang menyebutnya takdir cinta benang merah terbentuk saat manusia belum terlahir ke dunia yang terikat di kelingking mereka. Meski mereka yang berjodoh terlahir tidak bersamaan, Akai Ito tidak akan terputus, karena kekuatan Akai Ito yang bisa meregang tanpa mengenal tempat dan waktu bahkan dimensi.

Namun, mitos lain mengatakan Akai Ito akan terputus bila manusia melakukan upacara pernikahan di usia tertentu dimana mereka menjalani sebuah prosesi dimana kedua mempelai diharuskan meminum air suci yang dicampur dengan darah dari kedua mempelai. Mereka mempercayai dengan cara itu, Akai Ito akan terputus pada masing-masing mempelai dan akan tersambung dengan sendirinya. Selain prosesi itu, ada syarat yang tetap menjadi sebuah keharusan, mereka hanya bisa melangsungkan pernikahan itu pada Putra dan Putri pertama mereka yang lahir di tahun, hari dan waktu yang sama.

Kepercayaan itu masih saja berlangsung sampai kini, meski hanya segelintir orang yang masih menjalankannya.

Sejak turun temurun Klan Namikaze dan Klan Hyuuga melangsungkan sebuah tradisi yang masih banyak di tentang oleh mayoritas orang di seluruh penjuru dunia. Mereka akan menikahkan putra dan putri pertamanya yang lahir di tahun, hari dan jam yang sama. Mereka mempercayai bahwa ikatan jodoh akan terbentuk bila Putra dan putri mereka dinikahkan saat mereka masih anak-anak.

Malam itu putra pertama dari Namikaze Minato, Naruto Namikaze baru berusia 7 tahun begitu pula dengan putri pertama dari Hiashi Hyuuga, Hinata Hyuuga. Bak mempelai sesungguhnya, mereka mengenakan baju adat pernikahan yang sudah di siapkan oleh keluarga Namikaze dan menjalani upacara pernikahan sesuai tradisi yang mereka percayai.

Menjelang akhir upacara, kedua mempelai cilik itu pun di suguhi segelas kecil air yang di dalamnya sudah di campur dengan darah mereka berdua. Prosesi ini adalah prosesi inti, dengan mencampur darah masing-masing mempelai dan meminumnya dipercayai dapat memperat ikatan kedua mempelai dan tidak akan bisa terpisahkan karena saat itu pula lah Akai Ito terhubung diantara mereka berdua.

Ketika kedua mempelai cilik itu selesai meminumnya, para sesepuh dari kedua Klan itupun merasa puas dan dengan ini mereka tidak hanya menyatukan dua Klan dan mengembangkan sayap bisnis mereka tetapi dilain sisi mereka tidak akan merasa bersalah karena menikahkan anak-anak mereka yang masih belum mengerti soal pernikahan. Mereka yakin, dengan melakukan tradisi ini anak-anak mereka akan tetap bahagia bersama pasangan mereka sama seperti leluhur-leluhur mereka.

Namun, tanpa mereka ketahui, takdir berkata lain karena Akai Ito tersambung dengan orang lain.

XXX

Hinata menghembuskan nafasnya yang terasa berat, di lipatnya kedua tangannya dan menopang kepalanya seraya memandangi langit-langit rumahnya. 10 tahun sudah dia menikah dengan Naruto, meskipun mereka tidak menikah secara resmi tetapi dimata keluarganya dan keluarga Naruto, mereka adalah sepasang suami dan istri dan 10 tahun sudah dia harus menjaga jarak dengan Naruto agar orang lain tidak mengetahui bahwa mereka sebenarnya lebih dari sekedar teman sekelas.

Meski sudah menikah selama 10 tahun, hubungannya dengan Naruto tidak pernah berubah. Di usianya yang kini menginjak 17 tahun, Naruto tidak pernah menyentuhnya, bukan menyentuh dalam arti melakukan hubungan suami istri, sekedar berpegangan tangan pun, Naruto tidak pernah melakukannya dan yang membuatnya bingung, tidak ada getaran atau desiran saat Hinata dekat dengan Naruto. Benar-benar tidak ada.

Sampai suatu ketika Hinata mengingat-ingat kejadian seminggu yang lalu, dimana untuk pertama kalinya jantungnya berdebar kencang saat dia berpapasan dengan Naruto padahal 10 tahun mengenal Naruto, Hinata tidak pernah merasakan apapun saat bersama dengan Naruto. Muncul pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi otaknya. Mengapa baru sekarang dia merasakan getaran itu?Apakah Naruto memang jodohnya?Apakah getaran atau desiran itu baru muncul saat usianya 17 tahun?Saat dia tahu, apa arti perasaan suka pada lawan jenis?.

Diperhatikannya jari kelingkingnya seraya berguman "Seandainya aku bisa melihat Akai Ito di kelingkingku, aku pasti tahu siapa sebenarnya jodohku.".

Diseretnya kakinya dengan malas menuju dapur, hari ini adalah jadwalnya menyiapkan sarapan untuk ayah dan dua saudaranya. Terkadang, Hinata merasa iri pada adiknya Hanabi, karena dia tidak perlu menjalani tradisi konyol Klannya, setidaknya Hanabi bebas memilih siapa yang akan menjadi pasangannya kelak. Jangankan nanti, saat ini saja Hanabi sudah berulang kali ganti pacar, tak jarang Hinata dengan sabar mendengar curahan hati Hanabi saat harus putus dengan pacarnya. Jujur, Hinata ingin merasakan itu juga.

Sekali lagi, Hinata hanya bisa menghela nafas panjang.

Jarum jam berputar dengan pasti, Hinata pun larut dalam rutinitasnya. Hingga satu persatu orang yang ada di dalam rumah keluar dan menuju meja makan.

"Selamat pagi Hina-chan." Sapa Neji, sepupu Hinata yang sejak kecil ikut dengan ayahnya. Neji juga punya takdir yang sama dengannya, Neji yang terlahir sebagai anak pertama juga di nikahkan sejak kecil, bedanya Neji sangat dekat dengan istrinya yang sepertinya juga memiliki perasaan yang sama. Beruntungnya Neji, setiap hari, senyum tak pernah lepas dari bibir tipisnya.

"Pagi Neji-nii. Seperti biasa kau terlihat bahagia." Kata Hinata dan Neji hanya mengangguk

"Pagi Hina-nee, Neji-nii." Sapa Hanabi. "Ayah?."

"Ayah, sudah pergi pagi-pagi tadi." Jawab Hinata yang dibalas anggukan oleh Hanabi,

Ketiganya pun menghabiskan sarapan dengan tenang.

"Bagaimana kabar Naruto?" Tanya Neji. "Aku tidak pernah lihat dia datang untuk menjemputmu?"

"Dia tidak akan menjemput Hina-nee kalau tidak disuruh ibunya yang menakutkan itu." Jawab Hanabi.

Hinata hanya diam, tak ingin menjawab atau meluruskan perkataan Hanabi, karena tidak sepenuhnya jawaban Hanabi salah terkecuali pada kalimat ibu Naruto yang menakutkan.

"Neji-nii, boleh aku bertanya?" Kata Hinata. Neji mengangguk. "Apa yang kau rasakan saat dekat dengan Sakura?"

"Kenapa bertanya pertanyaan yang sebenarnya kau juga rasakan?." Jawab Neji dengan pertanyaan "Baiklah kalau kau penasaran dengan perasaanku pada Sakura. Aku sangat bahagia saat aku dekat dengannya dan tiap kali aku dekat dengannya jantungku berdetak kencang."

"Ah, itu karena Neji-nii sedang di mabuk asmara." Goda Hanabi.

"Aku akui aku memang sedang di mabuk asmara, tidak sepertimu Hana-chan yang belum pernah merasakan bagaimana rasanya saat jantungmu berdetak tiap kali kau bersama dengan orang yang benar-benar menjadi jodohmu." Ejek Neji

"Setidaknya aku bukanlah orang yang menjadi korban upacara konyol itu." Balas Hanabi yang tidak ingin kalah dari Neji

Hinata dengan malas melihat adu mulut yang terjadi antara Neji dan Hanabi. Saudaranya ini memang tidak bisa akur meski hanya sebentar.

"Baiklah, aku pergi sekolah dulu. Hanabi, tolong dibersihkan kalau semua sudah selesai." Kata Hinata seraya membawa tasnya dan meninggalkan dua saudaranya yang masih saja adu mulut.

Setibanya di sekolah, Hinata berdiri di tengah gerbang dimana murid-murid mulai memasuki sekolah. Dia ingin membuktikan apakah Naruto adalah benar jodohnya atau mungkin ada kemungkinan lain?.

Naruto terlihat dari kejauhan dan berjalan ke arah sekolah dan dia bersama sahabatnya Kiba Inuzuka. Saat Naruto mendekat, Hinata menutup mata dan berharap jantungnya berdetak saat Naruto melewatinya.

Ketika Naruto melewatinya, tidak ada detakan jantung yang cepat seperti Neji katakan, tidak ada getaran atau desiran. Tidak ada. Nihil.

Lalu, tiba-tiba saja jantungnya berdetak tidak seperti biasanya semakin lama semakin kencang. Hinata bingung, karena setelah di tolehnya Naruto, dia sudah hilang di telan dinding sekolah lalu dikembalikannya pandangannya ke arah pintu gerbang sekolah, disana segerombolan murid sedang berjalan ke arahnya dan ketika mereka melewati Hinata yang masih berdiri di tengah jalan sekolah merasa jantungnya tiba-tiba terhenti sesaat.

Dipandanginya murid-murid itu berjalan di depannya, setidaknya ada 8 orang yang melewatinya dan dari 8 orang itu ada 5 laki-laki dan 3 perempuan. Secara otomatis dia mencoret 3 perempuan dalam listnya. Kini dia harus mencari tahu, di antara 5 laki-laki itu siapakah sebenarnya jodohnya.

Hinata yakin, Naruto bukanlah jodohnya dimana Akai Ito miliknya tidak pernah tersambung dengannya. Kalau apa yang Neji rasakan pada istrinya tidak sama dengan apa yang dia rasakan pada Naruto, mungkin dulu saat dia menikah ada kesalahan. Mungkin Akai Ito nya tidak terputus dari kelingkingnya.

Kala itu juga Hinata berusaha mencari jawaban atas kebingungannya dan dia sudah menyiapkan daftar nama kelima laki-laki itu.

"Hinata, semangat!" katanya menyemangati dirinya sendiri.

Saat pelajaran berlangsung, Hinata sedang membuat daftar nama dengan menuliskannya di buku yang ada di depannya. Hinata tidak bisa konsentrasi belajar, guru yang menjelaskan geometri di depan tidak Hinata gubris sama sekali. Untuk pelajaran kali ini, dia akan meminta bantuan Neji untuk mengajarinya.

Hinata membuat daftar dengan tingkat kesulitan terendah sampai yang tertinggi untuk di dekati.

Target 1: Shikamaru

Target 2: Choji

Target 3: Sasuke

Target 4: Kiba

Target 5: Garaa

'Hmm, sepertinya aku akan mulai dari Shikamaru dan kalau aku beruntung Choji pasti sedang bersama dengannya.' Pikir Hinata

Bel berbunyi menandakan pelajaran usai dan kelas dimana Hinata berada secepat kilat sudah kosong.

Hinata berjalan menyusuri koridor kelas dan tak jarang dia bertemu dengan beberapa orang yang dia kenal. Dari kejauhan dia melihat Ino sedang asyik mengobrol dengan beberapa temannya. Dilambaikan tangannya ke arah Ino.

"Hina-chan, kemari lah!coba lihat, ini adalah produk baru bibit bunga yang selama ini aku cari ternyata tidak terlalu sulit mencarinya." Kata Ino seraya memperlihatkan majalah botani dan menunjukkan gambar bunga mawar merah dengan semburat ungu.

"Aku belum pernah melihat ada bunga mawar seperti itu. Cantik." Kata Hinata "Ino, apa kau lihat Shikamaru?"

"Dia pasti ada di atas atap sekolah sedang melakukan riset yang hanya dia yang tahu." Kata Ino

"Riset apa?"

"Mengamati awan dan tidur."

"Oh. Emm..kalau begitu aku akan menemuinya."

"Ada urusan apa kau dengan si pemalas itu?"

"Neji-nii memintaku menyampaikan pesan pada Shikamaru untuk mengajaknya bermain shogi." Hinata segera meninggalkan Ino yang sepertinya ingin bertanya lebih detail.

"Kalau kau punya waktu, bermain-main lah ke rumah Hinata." Kata Ino sedikit berteriak.

Hinata membalasnya dengan senyuman dan anggukan.

Dilangkahkan kakinya melewati anak tangga yang mengantarnya dimana Shikamaru berada, tak lama pintu penghubung antara tangga dan atap terlihat. Jantung Hinata berdetak kencang, tapi dia tahu detak jantung ini berbeda dengan detak jantung yang dia rasakan pagi tadi.

Perlahan dia membuka pintu itu, dan disana terlihat Shikamaru sedang menatap awan dan beruntungnya Hinata karena disana juga dia melihat Choji sedang mengunyah makanan ringan, entah apa namanya, sepertinya snack kentang.

Hinata mendekati 2 orang yang sedang asyik dengan dunia mereka sendiri. Tapi, semakin dekat detakan jantung itu dan getaran itu tidak dia rasakan. Meski, kini dia sekarang berada di depan 2 orang itu, Shikamaru dan Choji.

"Oh, Hinata ada apa?" Tanya Choji. Mendengar temannya memanggil nama Hinata, Shikamaru mengalihkan pandangannya dari awan ke arah Hinata berdiri.

"Neji-nii ingin mengajakmu duel shogi sabtu depan. Dia tidak bisa mengirimmu pesan karena ponselnya rusak." Kata Hinata

"Aku terima tantangannya dan katakan padanya aku pasti yang akan menang." Kata Shikamaru seraya memandangi awan lagi.

Hinata pun meninggalkan atap sekolah dan kembali ke kelas. Dalam perjalanan menuju kelas dia tidak sengaja bertemu dengan Kiba dan di saat mereka berpapasan, Hinata lagi-lagi tidak merasakan apapun.

Sesampainya di kelas, Hinata membuka buku catatannya. Dicoretnya nama Shikamaru, Choji dan Kiba, kini yang tertinggal hanya ada 2 nama Sasuke dan Gaara.

"Bagaimana aku bisa mendekati mereka berdua?" kata Hinata pada dirinya sendiri, tidak menyangka 2 nama itu membuatnya ingin menangis saja.

Malam itu, Hinata sedang merancang banyak rencana hanya untuk bisa berada dekat dengan Garaa dan Sasuke, semakin Hinata berpikir diantara 2 orang itu, Hinata merasa Gaara adalah orang yang paling susah untuk di dekati. Jadi, Hinata akan menyiapkan sebuah cara untuk bisa berada di dekat Sasuke. Namun sebelum itu Hinata mencari info soal Sasuke yang bisa dia gunakan untuk bisa berada di dekat Sasuke.

Diketuknya pintu kamar Neji, setelah mendengar suara Neji yang memperbolehkannya masuk, Hinata membuka pintu itu dan masuk perlahan.

"Neji-nii, bolehkah aku bertanya sesuatu?" Kata Hinata seraya duduk di kasur seraya melihat Neji yang sedang memunggunginya, belajar.

Neji mengangguk dan Hinata memberanikan diri untuk membuka mulutnya lagi.

"Sasuke itu orangnya seperti apa?Aku pernah lihat Neji-nii ngobrol dengannya dulu?" mendengar pertanyaan Hinata, Neji mengabaikan paper yang sedang dia kerjakan dan menghadap Hinata.

"Kenapa kau ingin tahu soal Sasuke?" Tanya Neji "Apa kau sudah lupa kalau kau sudah menjadi istri Naruto?"

Hinata tidak bisa menyembunyikan kesedihannya mendengar nada bicara Neji yang dingin. Hinata tahu dia adalah istri Naruto, tapi di lain sisi Hinata tidak bisa mengabaikan nalurinya bahwa ada yang salah dengan hubungannya dengan Naruto. Hinata tidak merasakan apapun saat dekat dengannya dan kini di luar sana ada seseorang yang bisa membuat jantungnya berdetak kencang, merasakan getaran seperti aliran listrik yang menjalar melewati pembuluh darahnya.

Hinata tahu mungkin baik Sasuke atau Gaara bukanlah jodohnya yang sebenarnya, mungkin memang Naruto lah orangnya, mungkin dia baru bisa merasakannya setelah dia dewasa. Tapi, terlalu banyak kemungkinan membuat Hinata ingin mencari jawaban atas semua kemungkinan itu.

Melihat Hinata yang mulai menangis, Neji luluh dan merutuk dirinya karena berkata dingin pada saudara kesayangannya itu. Di hampiri Hinata yang tertunduk menahan tangis dan duduk di sebelahnya.

"Maafkan aku Hinata, aku tidak bermaksud untuk berbicara seperti itu padamu. Aku hanya terkejut kau bertanya soal pria lain sedangkan di satu sisi kau adalah seorang istri meski kata-kata istri sepenuhnya tepat setelah kau dan Naruto melegalkan pernikahan kalian dan meskipun itu saat kalian berusia 25 tahun." Kata Neji lembut.

"Seminggu yang lalu aku merasakan jantungku berdetak dengan cepat saat aku dan Naruto berpapasan, tidak hanya itu getaran seperti tersengat aliran listrik yang selama ini tidak pernah aku rasakan, aku merasakannya saat itu. Itu adalah hal pertama yang aku rasakan saat aku dekat dengan Naruto. Saat itu aku sangat bahagia, karena dia adalah benar jodohku. Meski, kami jarang bicara bahkan jarang bertegur sapa di sekolah setidaknya aku merasa aman bahwa dia adalah jodohku.

Tapi, setelah kejadian itu aku tidak pernah merasakan hal itu lagi. 2 hari setelah kejadian itu, keluarganya datang ke rumah kita untuk makan malam bersama. Saat itu aku bahagia sekali, aku ingin sekali merasakan perasaan itu lagi, detakan itu lagi, getaran itu lagi. Kenyataannya aku tidak merasakan apa-apa. Aku bingung. Malam itu aku patah hati Neji-nii." Kata Hinata seraya sesenggukan

"Lalu, hari ini aku mencobanya lagi, mungkin ada sesuatu yang salah. Pagi ini, aku sengaja berdiri di tengah jalan dimana murid-murid akan masuk ke dalam sekolah. Saat itu aku dan Naruto berpapasan lagi, sama seperti kejadian seminggu yang lalu. Hasilnya sama saja. Aku tidak merasakan apapun. Lalu tiba-tiba aku merasakannya tapi saat kutoleh ke arah Naruto, dia sudah tidak ada. Ku alihkan pandanganku ke arah lain, disana aku melihat segerombolan murid yang terakhir masuk. 5 laki-laki dan 3 perempuan. Ketika mereka mendekat jantungku berdetak semakin cepat, hingga akhirnya mereka berpapasan denganku, saat itu rasanya jantungku berhenti sesaat." Lanjut Hinata

"Siapa mereka?" Tanya Neji

"Shikamaru, Choji, Sasuke, Kiba dan Gaara. Aku sudah mencoba dekat dengan Shikamaru dan Choji, tapi tidak terjadi apapun padaku dan saat aku akan kembali ke kelas aku bertemu dengan Kiba di koridor sekolah, hasilnya sama. Nihil. Pilihanku hanya tinggal 2 Sasuke dan Gaara." Kata Hinata seraya menatap Neji. "Aku harus melakukannya Nii-san. Aku tidak ingin berada dalam kebingungan ini lagi. Aku yakin, diantara mereka berdua salah satunya adalah jodohku."

"Apa yang akan kau lakukan kalau misalkan saja memang benar salah satu dari mereka adalah jodohmu?Kau sudah menjadi istri Naruto dan itu tidak bisa di ubah Hinata. Kau tahu bagaimana aturan-aturan yang ada dirumah ini." Kata Neji

"Aku tahu. Aku hanya ingin memastikan saja dan setelah aku tahu kebenarannya, aku akan tetap menerima takdir yang keluarga kita sudah ciptakan untukku dan juga Naruto. Aku mohon Neji-nii, aku hanya bisa meminta bantuan darimu, hanya kau yang bisa aku andalkan."

Neji terdiam mencerna semua perkataan Hinata dari awal sampai akhir. Dia sangat tahu bagaimana perasaan saat kau berada di dekat orang yang memang ditakdirkan untukmu tapi di lain sisi, kalau dia menuruti keinginan Hinata, secara tidak langsung dia mendukung Hinata mengkhianati keluarganya dan juga Naruto.

Dilihatnya Hinata yang masih memandangnya dengan pandangan berharap, sungguh dia tidak mampu menolak permintaan sepupu kesayangannya itu.

"Baiklah. Apa yang kau ingin kau ketahui soal Sasuke?" Tanya Neji

"Semuanya." Jawab Hinata

"Dia adalah anak pertama dari keluarga Uchiha dan seperti yang sudah kau tahu soal keluarga Uchiha, mereka tidak ada bedanya dengan keluarga kita atau keluarga Naruto. Sasuke itu orang yang jarang bicara, meski aku kenal dengannya aku tidak pernah tahu apa yang ada dalam pikirannya. Dia jenius dan handal dalam segala hal karena itulah dia banyak disukai banyak perempuan. Hanya itu yang bisa aku jelaskan padamu." Kata Neji.

"Bagaimana aku bisa mendekatinya?"Tanya Hinata.

"Aku rasa sangat sulit karena dia benci wanita. Kau tahu kan rasanya dikerumuni perempuan-perempuan yang selalu berteriak-teriak memanggil-manggil namamu, itu sangat menyebalkan." Jawab Neji. Hinata tahu pasti bagaimana rasanya, karena Neji hampir gila gara-gara kelakukan fansnya itu. Mengingat kejadian lama, membuat Hinata tertawa geli.

"Kenapa tertawa?kau meledekku?" Kata Neji yang hanya dijawab gelengan kepala oleh Hinata. "Sebaiknya kau mulai dulu dengan Gaara, meski penampilannya lebih menakutkan daripada Sasuke, dia orang yang lebih baik dari Sasuke. Dia orang yang sangat ramah. Begini saja, aku ajak saja dia bermain Shogi, jadi kau bisa ambil kesempatan untuk bisa dekat dengannya, ya mungkin dengan mengantar minum atau makanan kecil."

"Bagaimana nii-san kenal dengan Gaara?" Tanya Hinata tak percaya

"Aku lebih dekat dengan Gaara daripada Sasuke. Kalau aku ceritakan, akan panjang dan aku rasa Gaara bukanlah topik favoritku." Kata Neji. "Kalau soal Sasuke, akan aku pikirkan caranya nanti. Sekarang tidurlah."

Hinata mengangguk dan memeluk Neji "Terimakasih Neji-nii, kau memang yang terbaik." Hinata pun beranjak dari kamar Neji. "Oh, ya!aku lupa, Shikamaru ingin mengajak duel bermain shogi, sabtu ini dia akan datang ke rumah."

"Jadi, si pemalas itu mau menantangku. Heh!baiklah. katakan padanya, aku yang akan memenangkan pertandingan ini." Kata Neji.

XXX

"Yo, aku datang dan aku lihat kau juga mengundang Gaara?" Kata Shikamaru sesaat pintu rumah Hyuuga terbuka.

"Hn, seperti yang kau lihat. Kau masih saja pemalas Shika." Kata Neji.

"Itu bukan urusanmu, urusanmu adalah menangisi kekalahanmu nanti." Kata Shikamaru seraya masuk ke dalam rumah di susul Gaara yang sudah Neji undang.

Gaara hanya menganggukkan kepalanya seolah memberi salam pada Neji, begitu juga dengan Neji. Melihat tingkah temannya itu, Shikamaru hanya bisa memutar bola matanya dengan malas.

"Kalian berdua merepotkan." Katanya seraya duduk menghadap papan shogi yang di ikuti oleh Neji dan Gaara.

"Ah!Neji-nii temanmu sudah datang. Mau aku bawakan sesuatu?" Tanya Hinata.

"Tentu." Jawab singkat Neji.

Tak menunggu lama, Hinata membawa 3 gelas coke dan sebotol coke besar dengan kuaci sebagai pendampingnya. Hinata berusaha untuk berada di dekat Gaara yang duduk berada dekat dengannya. Saat Hinata meletakkan nampan yang berisi coke dan kuaci, pandangan Gaara tidak berubah hanya berpaku pada papan shogi yang Neji dan Shikamaru mainkan.

Detakan jantung yang dia tunggu-tunggu tidak kunjung ada. Tapi Hinata tidak menyerah, mungkin jika dia tidak sengaja menyentuh tangan Gaara, keadaannya akan berbalik. Neji yang melihat ekspresi Hinata tahu bahwa Gaara sepertinya bukan orangnya.

Pucuk di cinta, ulam pun tiba.

"Maaf Neji, aku lupa ada yang harus aku beli untuk kakakku Temari. Aku keluar sebentar." Kata Gaara seraya berdiri. Melihat ini, Neji meminta Hinata untuk membelikan barang yang di inginkan saudara perempuan Gaara itu.

"Hinata, bisakah kau membantu Gaara?" Kata Neji

"Tentu." Kata Hinata

Gaara pun memberitahu Hinata barang yang diminta Temari dan ketika Gaara menyerahkan uangnya pada Hinata, tanpa disengaja jari mereka bersentuhan. Seketika itu Hinata tanpa sadar menjatuhkan uang Gaara.

"Maaf, aku hanya kaget." Hinata pun segera menghilang dari pandangan 3 pasang mata yang melihat tingkah konyolnya.

"Apa dia baik-baik saja?" Tanya Gaara

"Dia baik. Ayo lanjutkan." Kata Neji yang sebenarnya penasaran dengan tingkah laku Hinata.

...

Hinata hanya bisa merutuki dirinya sendiri karena bertingkah memalukan di depan teman Neji. Di pegangnya jemari yang tadi tanpa sengaja bersentuhan dengan Gaara. Jantungnya tidak berdetak begitu juga dengan saat secara tidak sengaja jarinya menyentuh Gaara, meski begitu dia masih saja bertingkah konyol.

Tanpa dia sadari, dia sudah berada di depan minimarket yang tidak jauh dari rumahnya berada. Di carinya barang yang diminta Gaara, setelah menemukannya Hinata langsung membayar ke kasir dan ketika dia menunggu kasir memberinya kembalian, tiba-tiba jantungnya berdetak.

Diedarkannya pandangannya ke arah seluruh mini market tidak banyak orang waktu itu hanya dirinya, seorang nenek tua dan kasir lalu tak berapa lama lewatlah seorang pria dengan celana rip jeans, kaos oblong hitam dan topi hitam berlogo kipas berwarna merah dan putih yang kontras dengan kulitnya yang putih melewati mini market itu berjalan dengan agak terburu-buru. Hinata yakin, jika dia keluar sekarang maka dia pasti bisa memastikannya saat itu juga.

Ditinggalnya mini market itu dan mencari pria yang membuat jantungnya berdetak. Waktu itu sudah banyak orang lalu lalang. Hinata ingin menangis saja karena kesempatannya hilang, tapi jantungnya masih berdetak kencang. Setidaknya dia tidak jauh dari Hinata saat ini berdiri.

Hinata berlari mengikuti detakan jantungnya yang masih saja berdetak kencang, lalu sekilas dia melihat pria yang dia cari sedang berdiri di antara kerumunan orang yang hendak menyeberang. Hinata berlari dengan kencang ke arah pria itu namun, lampu lalu lintas sudah berubah warna dari merah menjadi hijau.

'tidak, tidak, tidak. Jangan sekarang, aku mohon.' Kata Hinata dalam hati dan tanpa dia sadari air matanya menetes. Sayangnya, Hinata terlambat karena lampu lalu lintas itupun telah berubah kembali menjadi merah.

Kakinya sudah tidak bisa lagi menahan kesedihannya, Hinata hanya bisa bersimpuh seraya menangis sungguh takdir ini menyiksanya.

"Kau tidak apa-apa?" Suara seseorang menyadarkan Hinata kalau dia sedang berada di jalan umum. Hinata hanya bisa mengangguk dan tanpa dia sadari jantungnya masih berdetak kencang dan ketika seseorang itu membantu Hinata berdiri, getaran itu pun Hinata abaikan.

Saat Hinata mendongakkan kepalanya untuk memandang orang yang berada di depannya dan hendak mengucapkan terimakasih, kata-kata itu tercekat di tenggorakannya. Saat itu dia baru menyadari jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya, getaran itu pun dia rasakan. Orang yang berada di depannya adalah orang terakhir yang ingin dia tahu kebenarannya. Orang yang menurut Neji adalah orang yang paling sukar untuk di dekati.

Kini orang itu berdiri di depannya seraya menyentuh lengannya yang belum lepas saat dia membantu Hinata berdiri, orang yang sebenarnya tidak pernah dia tahu dekat memperlihatkan ke khawatiran di wajahnya yang rupawan. Dia adalah orang yang membuat jantungnya berdetak dan bahkan terhenti meski sesaat dan dia adalah orang yang membuat seluruh pembuluh darahnya bergetar bak di aliri listrik. Dia adalah Akai Ito nya.

"Sasuke" Satu kata yang hanya bisa Hinata ucapkan dan air mata yang tidak bisa berhenti mengalir.

Tbc

XXX

New story dan masih dengan pair yang sama SasuHina. Review akan selalu membantu untuk memperbaiki sebuah cerita jadi saya tunggu reviewnya.

Saya baru menyelesaikan 1 chap saja (chap 2 on progress) dan tolong jangan berharap kalau saya akan cepat untuk meng upload chap selanjutnya, saya mohon bersabarlah. Tapi, sebelum itu semua, menurut kalian apakah cerita ini perlu dilanjutkan?Saya benar-benar butuh feed back dari kalian.

Cerita ini baru saya cek sekali, kalau ada kesalahan penulisan atau tidak sesuai dengan EYD yang benar, kesalahan adalah murni milik saya.

Arigatou ^^