Before the Heart Stops Beating

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Isi cerita milik Est ...

Juga bukan yaoi... hihihi...

Warning!'

1• Ini fic masih abal...

2• Gagal EYD masih ada...

3• Typo masih berseliweran... walaupun Est udah berusaha menguranginya...

['`:_:'`]

{•_•}

V

Menatap tubuh kecil putranya yang kini tengah tertidur lelap dengan pandangan teduh miliknya, Minato lalu mendudukan dirinya dikursi yang telah disediakan pihak Rumah Sakit untuk para penunggu pasien. Mengelus rambut lembut tersebut dengan sayang, dia lalu mencium kening putranya penuh sayang.

"Maafkan Tou-san Naru," bisiknya pelan karena tidak ingin memganggu tidur putrannya.

"Enggh... Tou-chan..."

"Naru, apa masih ada yang sakit? Apa perlu Tou-san panggilkan Tatsuya-san?" Tanya Minato sambil meneliti setiap jengkal(?) tubuh sang putra.

"Tidak pellu Tou-chan, Nalu sudah baikan dan sudah tidak ada yang sakit," jawab Naruto sambil memasang senyum manisnya.

"Syukurlah... jangan membuat tubuhmu terlalu lelah Naru! Kau tahu, kau hampir mambuat Tou-sanmu ini jantungan," keluh Minato sambil mengacak rambut pirang berantakan putra bungsunya.

"Tou-san,~ lambut Nalu janga diacak telus!" Protes Naruto sambil menjauhkan tangan Minato dari rambutnya.

"Hemmm... putra Tou-san sudah bisa mengucapkan huruf S ternyata, jadi tinggal huruf R yang masih perlu dilatih lebih giat, ngomong-ngomong... apa saja yang kau lakukan saat berada ditempat Danzo-sama sampai kau bisa kelelahan dan drop kembali hemm?" tanya Minato menyelidik.

"Ummm... Nalu tadi melihat latihannya pala calon Anbu didikan Danzo jii-san, lalu belkenalan dengan Shin-nii dan Sai-nii. Telusss,~ ikut belajal Jutsu sama Shin-nii dan Sai-nii," celoteh Naruto dengan riangnya.

"Belajar Jutsu? Memang jutsu apa yang Naru pelajari?"

"Henge dan Bunshi, Tou-san... tapi, Nalu selalu gagal di Bunshin," ucapnya sebal sambil mengembungkan pipinya, tak lupa mengigit jari telunjuknya yang menjadi kebiasaan lainnya saat sedang sebal dan berfikir.

Plup

"Jangan mengigit jarimu Naru, nanti sakit perut!" Larangnya sambil mencabut jari telunjuk kanan Naruto yang digigit, atau diemut?

"Tidak bisa Tou-chan... kata Menma-nii itu kebiasaan Nalu yang sama dengan kebiasaan Kaa-san," ucap Naru dengan murung diakhir kalimatnya.

"Jangan bersedih Naru! Nanti Kaa-san ikut sedih," dengan senyum yang dipaksakan dan mengacak rambut sang putra Minato beranjak dari kursi dan keluar.

"Tou-san," lirihnya, sangat pelan hingga hanya dia sendiri yang bisa mendengar panggilan tersebut.

.

.

.

.

Dipagi yang cerah, tepatnya di belelakang rumah seorang petani tua terlihat enam orang anak yang tengah berjongkok sambil memotong rumput liar yang berada dipekarangn luas tersebut. Setelah kemarin mereka memginap dan sekarang mereka harus bekerja kembali untuk menyelesaikan hukuman dari sang Hokage Konoha. Dengan sedikit kecurangan yang mereka berlima lakukan akhirnya tanah lapang tersebut tinggal menyisakan sedikit rumput liar. Dengan semangat menggebu mereka kembali mencabut rumput tersebut dengan alat masing-masing, yah... walau sesekali Shino dan Menma mengunakan tekhnik ninja masing-masing. Shino dengan serangganya dan Menma dengan chakra anginnya.

"Wah... cepat juga kerja kalian," komentar Kakashi yang baru saja datang mengawasi kerja mereka.

"Pestt, jangan hiraukan orang sawah itu!" Bisik Menma pelan yang langsung dibalas anggukan dari kelima partner in crimenya.

Karena tidak mendapat respon dari keenam calon ninja masa depan tersebut, dia akhirnya masuk rumah kembali.

"Sebentar lagi selesai," ucap Kiba dengan semagat empat limanya.

"Jika tidak diawasi terus mungkin nanti siang kita sudah bisa pulang," sahut Shino dengan suara datarnya.

.

.

.

.

.

"Tou-chan, Menma-nii kenapa tidak menjenguk Nalu?" Tanya Naruto pada Minato yang kini sedang menyuapinya.

"Menma-kun sedang ada tugas di akademi Naru, jadi dia tidak bisa pulang semalam," jelas Minato tanpa menatap wajah Naruto yang kini mulai muram.

"Begitu ya? Tou-san, besal nanti Nalu juga ingin sekolah di akademi ninja sepelti Menma-nii dan Sasuke-nii, bolehkan? Bial Nalu punya Semangat api sepelti yang diucapkan oleh Menma-nii dan Danzo jii-san," celoteh Naruto penuh harap.

"Kita lihat saja nanti. Tapi Naru, ingatlah pesan Tou-san! Mempunyai semangat api tidak harus menjadi Ninja, karena setiap orang Konoha pasti memiliki semangat api walaupun itu setitik kecil api yang ia gunakan untuk melindungi keluarga dan orang yang berharga dihatinya. Seperti seorang ayah yang selalu bekerja untuk anak dan istrinya, seorang ibu yang rela berkorban untuk anak-anaknya, seorang anak yang menjadi penghilang lelah dengan senyumnya, walaupun keluarga tersebut bukan keluarga shinobi, mereka masih memiliki semangat api karena mereka tinggal dan menjadi bagian dari Konoha dan memberi kehidupan bagi masa depan Konoha,"

"Membeli kehidupn bagi masa depan Konoha?"

"Hemm,~ kau tahu petuah Sandaime Hokage?" Mendapati gelengam kepala ringan dari Naruto, dia lalu meneruskan cerita(?)nya

"Anak-anak adalah raja yang nanti akan menentukan masa depan Konoha, meneruskan Visi dan Misi kita para orang tua dan mewarisi semangat api kita untuk melindungi Negara,"

"Tapi kalau tidak jadi Ninja bagaimana mereka melindungi Negara Tou-san?"

"Belajar yang giat supaya pintar, mentaati aturan dan tidak melanggarnya, gotong-royong bahu-membahu dan saling percaya supaya tidak mudah terpecah belah oleh pihak yang menbenci kedamaian,"

"Nalu mengelti, Tou-san tidak ke kantol?"

"Baiklah. Tou-san berangkat, ingat Naru, jangan kemana-mana, jangan mau ikut kalau diajak orang asing, kalau orang asingnya memaksa Naru, teriak dan goyangkan kunai yang Tou-san berikan!" Petuah Minato sambil mengacak rambut Naruto.

"Nalu mengelti Tou-san.. sana pelgi!"

"Sekarang Naru sudah terbiasa memanggil Tou-san ya?, bukan Tou-chan lagi," goda Minato

"Nalu cuma ikutan Menma-nii ttebayo," elak Naruto sambil mengembungkan pipinya serta bersidekap dada.

.

.

.

.

.

Di kantor Hokage terlihat enam siswa akademi yang kini duduk lesehan dihadapan sang Hokage pirang yang mengacuhkan mereka, sedangkan Kakashi berdiri dibelakang keenam murid tersebut dengan membaca buku bersampul orange karya salah satu legenda Sannin.

Merasa dikacangin oleh ayahnya yang kini berstatus seorang Hokage, Menma dengan raut wajah jengkelnya, dia melepas satu sendal ninjanya dan bersiap melemparkan pada pria pirang yang masih bergelut dengan kertas-kertas ditangannya. Merasakan niat buruk dari anaknya, akhirnya mata indahnya menatap Menma dengan tatapan membunuh yang masih terlihat keren dimata para fans duda keren tersebut.

"Pakai kembali sepatumu Menma! Dan kalian semua, kuharap kalian tidak mengulang kesalahn yang sama!" Perintah Minato sambil menyangga dagunya dengan telapak tangan kanannya.

"Kami mengerti Hokage-sama," ucap Shino mewakili teman-temannya, sambil memberi hormat dengan membungkukan badan sekilas. Berbeda dengan Menma yang masih mengerutu tidak jalas hingga Sasuke harus turun tangan dengan menekan kepala merahnya hingga merunduk.

"Tunggu! Ini untuk kalian," melihat keenam siswa tersebut ingin keluar, Minato mengeluar sebuah amplop putih dari laci mejanya dan menyerahkan pada Shikkmaru yang ditinggal oleh oleh yang lain.

"Apa ini? Hoamm" tanya Shikamaru sambil menahan kantuk dan memijat pelan tengkuknya.

"Anggap saja upah misi, bagi rata ya Shika-kun!"

"Terima kasih Hokage-sama,"

BRak

.

..

...

...

.

.

.

Tanpa terasa waktu seakan berputar dengan begitu cepat. Disalah satu kamar di Rumah Sakit Konoha terlihat Naruto yang kini sedang membaca buku sejarah Konoha dan Dunia Shinobi di usianya yang satu bulan lalu baru saja menginjak usia lima tahun. Dengan kaca mata minus berframe biru muda yang bertengger manis dihidungnya yang tidak terlalu mancung dan tidak terlalu habis, (sindiran halus dari pesek). Sesekali iris sapphirenya menengok kearah pintu masuk kamarnya. Dengan penuh harap sang ayah menjemputnya tepat waktu.

Dari jendela kamar rawatnya terlihat cahaya senja yang semakin lama semakin terkikis oleh kegelapan malam tanpa adanya Dewi Bulan yang berada di Singgahsananya, sehingga telihat taburan berjuta bintang yang semakin terang dilangit malam.

Cklek

"Tou,-" dengan terpaksa dia memutus panggilannya saat mendapati bukan sang ayah atau Nii-sannya yang membuka pintu tersebut.

"Permisi Naruto-sama, saya mendapat tugas dari Tatsuya no ishi untuk menyiapkan obat anda," ucap perawat muda tersebut ramah.

"Jangan terlalu formal pada Naru, nee-san!" Pinta Naruto pada perawat yang selalu merawatnya ketika ia dirawat.

"Ha'i,"

"Nee-san bisakah Naru pulang sendiri?" Tanyanya lirih.

"Maaf Naru, anda hanya diijinkan pulang oleh Tatsuya-sama setelah anda dijemput oleh Minato-sama atau Itachi-sama,"

"Tidak mungkin Tou-san ataupun Nii-san tachi akan menjemputku dalam waktu dekat ini," lirih, sangat lirih hingga hanya dia seorang yang bisa mendengar ucapannya sendiri.

"Naru, aaa!" Mendapati tanggapan dari Naruto yang membuka mulutnya perawat rersebut langsung menyuapkan satu sendok makan racikan obat yang sudah dicairkan dengan air putih,

"Semakin pahit,"

"Tatsuya-sama menambah dua obat baru dalam racikan puyermu(?) Naru, aaa lagi!" Lalu dia menyuapkn kembali cairan berwarna kehijauan dari botol kaca berukuran sekitat 100 ml.

"Tinggal satu qlagi, aaa!"

"Naru ingin tidur Nee-san,"

"Baiklah, Oyasumi Naru," setelah membenarkan selimut Naruto, dia lalu keluar dan menutup pintu kembali dengan pelan.

Setelah pintu ditutup, perlahan Naruto kembali membuka lelopak mendapati ruangan yang temaram karena sebelumnya sudah dimatikan oleh sang perawat.

Tok tok

Dari arah jendela terdengar suara ketukan dua kali .

"Masuk Shin-nii, Sai-nii!"

"Sudah mau tidur Naru?" Tanya Shin yang duduk disisi kiri ranjang, sedangkan Sai duduk di kursi kayu yang biasa Minato pakai untuk menunggui Naruto.

"Belum, darimana Nii-san?"

"Baru saja keliling desa,"

"Kamu tidak jadi pulang lagi Naru?"

Mendapati gelangan pelan dari Naruto, dengan senyum penuh perhatian Shin mengacak rambut Naruto pelan.

"Jangan sedih, mungkin setelah Minato-sama selesai dengan paperworknya beliau pasti akan langsung menjemputmu,"

"Tou-san dan Nii-san tachi mungkin sudah tidak menyayanggi Naru lagi,"

"Jangan berfikir yang tidak-tidak! Kau tahu sendirikan, setelah kejadian itu kondisi keamanan dan politik Konoha menjadi tidak setabil,"

"Dan sampai saat ini Itachi-san masih mengejar orang yang membawa Shisui-san," jelas Sai.

"Ma af," ucap Naruto lirih karena merasa bersalah.

"Sudah jam delapan, kau tidurlah Naru! Kami harus pulang dulu,"

"Oyasumi Naru!"

"Un... Oyasumi Nii-san!"

.

.

.

Tenang, itulah yang dirasakan oleh Naruto saat ini, padahal baru beberapa menit dia menutup kedua matanya, kini dia terbangun di sebuah padang rumput hijau yang luas, dengan beberapa bunga lili putih yang menyembul dibalik rerumputan hijau tersebut. Tercium pula bau embun yang masih bergerak tenang dipucuk daun yang segar. Mengidarkan pandangannya mata sapphirnya keseluruh arah, dia mendapati seekor rubah orange yang seukuran Akamaru, anjing milik temannya Menma dan Sasuke nii-sannya. Perlahan dia melangkahkan kedua kaki kecilnya kearah rubah tersebut, dengan sangat hati-hati tangan kanannya terulur guma mengelus bulu lembut rubah tersebut. Mendapat respon positif dari rubah kecil tersebut, dengan berani dia mengangkat rubah itu dan menaruhnya kepangkuannya.

'Akhirnya kau memuiku partner,' mendengar suara bisikan dalam kepalannya, manik sapphirnya membulat lebar dan celingak-celingguk mencari kesegala arah.

'Aku dipangkuanmu,'

"Kau bisa bicara errr... kyuubikah?"

'Hem, bisa dibilang begitu.'

"Seharusnya kau tersegelkan ditubuh Menma-nii dan Tou-san? Kenapa kau bisa ada disi? Apa ini alam bawah sadarku?"

'Kenapa kau menyimpulkan kalau aku kyuubi dan disini alam bawah sadarmu?'

"Dari ekormu. Lalu, pemandangan ini... setahu Naru dikonoha tidak ada pohon berdaun hati ini," jelasnya sambil melihat sebuah pohon yang tak jauh darinya.

'Ini memang alam bawah sadarmu, dan daun itu terbentuk dari do'a dan harapanmu pada Kami-Sama,'

"Benarkah? Naru tidak menyangka kalau harapan dan do'a Naru bisa sebanyak ini, apa harapan terbesar Naru bisa terkabul Kurama?"

'Kurama?'

"Iya... entah kenapa disini, seperti ada yang berteriak menyebutkan nama Kurama," ujarnya sambil menyentuh dadanya.

'Itu memang namaku,'

"Benarkah?"

'Hemmm... jangan membangunkan ku!'

"Baik, ne~ Kurama, apa aku bisa kembali kesini lagi?"

'Bodoh! Tentu saja kau bisa keluar-masuk kesini, karena ini adalah alam bawah sadarmu sendiri,'

"Kurama"

'Hmmm..'

"Kurama,"

'Hn,'

Kurama"

'Apa? Kau berisik Naruto'

"Hihihi, Naru hanya takut kalau Naru tidak bisa memanggil Kurama besok dan selamanya,"

'Aku akan selalu bersamamu besok, lusa dan selamanya. Jadi diamlah dan segera tidur!'

"Un~ Oyasumi Kurama..."

….…

.

.

.

.

.

.

Pagi yang diselimuti gumpalan awan mendung dan kabut yang membawa hawa dingin yang menyimpan misteri, di Rumah Sakit Konoha kini dihebohkan oleh perawat serta dokter yang berlalu lalang. Jangan lupakan teriakan Hokage pirang mereka serta disekitarnya penuh hawa menakutkan yang keluar dari Hokage pirang mereka hingga menintimidasi para bawahannya terutama para Anbu yang ia tugaskan untuk menjaga Naruto. Lalu pekikan tertahan para pasien yang takut dengan tatapan yang dimiliki oleh kedua Uchiha yang tersisa di Konoha serta Menma dan Jiraiya. Karena pagi-pagi sekali setelah mereka menginjakan kaki di gerbang desa harus dikejutkan dengan kabar menghilangnya sang adik bungsu yang membuat ayah mereka kalang kabut mencarinya,

"Hiraishin?" Tanya singkat Itachi yang bertemu dengan Minato ditengah pencariannya.

"Sudah tapi dia meninggalkannya diloker, AAARGHHH... bagaimana ini? Naru-chan ku benar-benar hilang... KALIAN SEMUA! JiKA SAMPAI BESOK NARU-CHAN KU TIDAK KETEMU KUKUTUK KALIIN SEMUAAA!" Teriaknya mengelegar bagaikan petir yang menakutkan bagi para bawahannya.

"HIIIIEE..."

.

.

.

.

.

.

.

Tok tok tok

"Lapor Danzo-sama, terjadi kekacauan di Rumah Sakit Konoha" ucap Anbu bertopeng polos dengan angka 69 didahinya yang barusaja masuk dan melakukan gojigi.

"Kenapa?"

"Minato-sama mengamuk karena Naruto-sama menghilang."

"Bagaimana dengan Anbu yang ditugaskan untuk nengawasinya?"

"Mereka tidak melihat Naruto-sama keluar kamar, Danzo-sama."

"Lalu?"

"Naruto-sama menghilang pagi-pagi sekali saat dikamar mandi"

"Shusinkah?"

"Tidak ada aktifitas yang mengunakan chakra di 1 km dari tempat kejadian, dan dari laporan clan Inuzuka, bau Naruto-sama menghilang begitu saja di kamar mandi"

"Kerahkan pasukanmu dan tim pencari untuk menelusuru perbatasan desa serta tempat-tempat yang kemungkinan disingahi Naruto!"

"Haik Danzo-sama"

Setelah sang Anbu menghilang dengan meninggalkan suara POOF serta polusi udara dihadapannya. Dengan mata yang masih terfokus pada dokumen dia menyuruh salah satu Anbunya menghadap dengan isyarat tangan.

"Panggilkan Sai dan Shin!"

"Baik Danzo-sama."

.

.

.

.

.

.

...

Sedangkan ditempat yang cukup jauh dari pekikan takut serta dihasilkan oleh bunyi alas kaki yang bergesekan dengan lantai, terlihat dua anak yang berjalan beriringan sambil membawa tas belanja masing-masing satu ditangan kanan mereka, yang perempuan membawa tas belanja berukurabg lebih besar dari anak lainnya yang berambut pirang.

"Ja di, Naru ka bur lagi?"

"Iya, habis... Tou-san lama dan Naru-bosan,"

"A apa tidak papa Naru?"

"Ummm... entahlah, hari ini Nee-san mau masak apa?"

"Onigiri, Naru-chan mau?"

"Boleh. Nee-san, ajari Naru membut pancake ya..." pintanya sambil memasang tatapan moe,

"Te-tentu saja,"

"Ayo cepat Nee-san!"

"Uum... tapi Naru, bagaimana kalau Hokage-sama marah?"

"Kita akan sembunyi dibelakang Fugaku tou-san lagi," ucapnya riang sambi beraenandung kecil, melupakan kembali apa yang telah terjadi.

"Na Naru," ucapnya, sambil menatap punggung kecil Naruto dengan tatapan iba(?).

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tbc.

Ummm... hai... maaf est lama up datenya,

Sebenarnya...

Est sudah berencana up date cepat, tapi apa daya tulisan belum kelar juga yaah... est undur-undur(?) Sampai sekarang...

Minna-san mau memaafkan est? #berharap...

Ah, est susah mau ngomong apa lagi... disini terasa berat buat mencurahkan hati secara gamplang, dan lagi... fikiran dan hati tidak singkron itu... menjadi merasa um... tidak ikhlas(?)

Abaikan curcolan abal est ini! Waktunya balas review,

Sekali lagi, est ucapin terimakasih pada minna-san yang telah berkenan(?) Menyisakan waktunya buat mengisi kolom review. Dan maaf belum bisa manjangin ceritanya.

Sebelumnya ada yang sudah est tulis balasan review dari sebulan yang lalu, tapi karena ceritanya baru kelar, jadi baru est jadikan satu di WPS

-Shafira anggraini120398 : ummm... maaf Shafira-san ini ngak yaoi, abisss... est ingin memgurangi kadar ke-fujhoan est. Jadi... ah, est jadi sugkan... ini hanya brothership, dan family.

-uzumaki megami : terimakasih pujiannya(?) Senpai est jadi malu (—,—") ini sudah lanjut, est harap senpai ngak kecewa sama penantian panjang senpai...

-Lhiae932 : ah benarkah? Est juga sedih, tapi ini tuntutan cerita, jadi est dengan terpaksa menyiksa Naru-chan est hiks... #ikut mewek. Apa Naru bakan sembuh? Est juga ngak tahu... mungkin kalau naru dapat jantung baru, Naru bakalan sembuh...

-11NaYu Namikaze Uzumaki : #garuk kepala. est jadi bingung mau nulis apa, um... terimakasih masukannya senpai, dan est sudah pakai, apa ada yng masih salah? Kalau ada bisa beri koreksi lagi? #ngarep...

- michhazz : hihihi... iya, naru sengaja est buat kamuh buat ngerjain papi Minato, sebab Naru kamuh sudah dijawab oleh Naru sendiri tuh senpai... ummm... est mau tobat, tapi tobat sambal, kalau ada yang enak pasti incip dan ikut makan lagi, yahhh... walau ngak ikut buat sihh... tapi ikut nikmati sambelnya (apa maksudnya coba—_—?) Iy, est juga sering kekeringan asupan fic SN, tapi apa boleh buat, sekarang banyak yang NS sih... dan, ah sudahlah... terimaksih semangatnya,...

-hyunnie02 : pasti pinter donk, kan est yang buat sama Minat- ah sudah yah hyunn, oh iya, jagan peluk-peluk Naru, ntar ada yang marah... lagian Naru ngak nyari cewek cantik kq, Naru-chan kan carinya ayam tampan... cepetkan padahal baru beberapa hari est kasih...*HuG back hyunn...

- pink cherry : umm... iya Nee-san... ini sudah est paksain up date sampai ngungsi di tempat yang menyimpan banyak sinyal.

- uzuna. akira : ini sudah lanjut...

- NaMiKaZe Lucifer Phoenix : sedah next senpai, terimakasih sudah menyempatkan diri mereview fic abal est, umm... word tambah, akan est usahakan senpai,

- anarchy41 : ummm... dichap kemaren memang belum, tapi... sudah tahukan?

- uchihasenjuuzumakinaruto : kalau est jawab sekarang ndak seru donk. Setuju, est juga suka fic sedih... apalagi seseorang yang dibuat semenderita mungkin... #ngrlirik seseorang di fandom sebelah.

- Uchizuu Ryuusuke : est juga penasaran... um... terimaasih sudah menunggu^_^…

- Alma Restu440 : abis est bosan kalau dibuat jahat terus... padahal menurut est Danzo itu baik lohh... dia kan memiliki tujuan untuk melindungi Konoha dengan caranya sendiri... yahhh... kecuali cara liciknya sihh... yang bikin est gemes buat nyekik tu kakek tua.

- kyunauzunami.. : um... ini sudah lanjut.